“Na Young-ah.” Seorang pria memeluknya dari belakang. Na Young memberanikan diri meraba wajah pria itu tanpa membalikkan pandangannya. Orang ini seperti yang dia kenal, Na Young berbalik. Sebuah wajah yang dia rindukan. “Sehun-ah.” Na Young merangkul tubuh kurus Sehun. Pria bermarga Oh pun mendekap erat tubuh mungil Na Young. dia merasa bersyukur Na Young selamat. Sehun mengusap lembut rambut Na Young, pelukan itu adalah pelukan pertama mereka setelah hati sehun yang dingin. Na Young merasa sangat hangat dan bahagia. Keduanya mulai bergandengan tangan pergi kerumah Sehun. Untuk sementara Na Young akan tinggal dirumah sehun.
“Kau merasa takut ?” Tanya Sehun sembari ngobati luka-luka Na Young. “Takut? Akan hal apa ?” Balas Na Young memandang wajah sehun yang masih sibuk dengan betadie dan juga antiseptik. “Mati?” Sehun balik memandangi wajah gadis berkulit putih pucat seperti susu yang duduk dibibir ranjang. “Itu bukan aku, Itu hanya boneka. Ada seseorang yang menukarku dengan boneka sebelum wanita itu membawaku keatas.”
“Siapa dia? Kau mengenalnya?” sehun mulai mendesak. Na Young menundukkan kepalanya lalu mengelengkannya. Sehun tau jika dia berbohong. Sehun mengangkat dagu Na Young. menghadapkan wajah Na Young padanya “Jangan berbohong padaku.” Tangan kanan sehun memegangi dagu Na Young sementara tangan kirinya memengang tangan Na Young. Na Young melepaskan tangan Sehun. “Ne, aku mengenalnya.” Jawab Na Young yang masih tidak ingin memandangi wajah Na Young. “Apa itu teman Jungkook?” Sehun melepaskan tangan dari dagu Na Young. “Mmm.” Jawabnya singkat. Sepertinya Na Young tidak ingin bercerita tentang apa yang terjadi. Sesaat dia tersadar ‘Jungkook’ Na Young mengangkat wajahnya membulatkan matanya. Lalu memandangi Sehun yang mulai menutup peralatan untuk mengobati luka-lukanya. Na Young mengengam tangannya gelisah. Apa sehun tau dimana Jungkook, bagaimana keadaanya? Apa dia masih baik-baik saja ? entahlah, ada banya sekali pertanyaan didalam otaknya tentang Jungkook, tetapi ada perasaan takut juga ketika dia mengingat apa yang terjadi padanya 2 hari ini. Na Young menghela nafas panjang. Setidaknya hal ini dapat membuat hatinya yang terbebani sedikit merasa baik walaupun hanya satu titik. “Na Young-ah, mari tidur.” Sehun menepuk kasur yang sudah dia siapkan. Na Young mulai membenahi diri untuk berbaring. Lalu sehun menyelimuti Na Young. “Sehun-ah.” Deg. Debaran hati Sehun berhenti ketika Na Young memanggilnya Sehun. “Taehyung, eoddigayo ?” lanjut Na Young bertanya. Seperti ada sambaran petir yang merasukki dihati sehun. Mengapa tiba-tiba dia bertanya tentang Taehyung dan kenapa dia memanggilnya ‘Sehun’ bukan ‘Yeobo’ lagi. “Dia ada dirumah.” Sehun tersenyum kecut. Lalu berbalik dan meninggalkan Na Young.
Min woo berlari kedalam markas lamanya tak jauh dari kantor Kim Jong shik. Dia duduk dan mencari keberadaan dimana Jungkook. Ada informasi penting yang harus dia sampaikan. Keringatnya berkucuran, dia harus cepat sebelum Kim Jongshik menemukkannya dan pada bodyguard Lee Hye seol membekuknya. “Sial!” Minwoo mengebrak meja komputernya. Dia tidak menemukan Jungkook dimana-mana sinyal pelacaknya juka tidak aktif. Minwoo berlari keluar, dia pasti berada disekitar sini. Dia mencari disetiap hotel yang ada di sekitar tempatnya. Sudah 2 jam dia berlairian kedalam dan keluar masuk hotel tapi tidak ada yang bernama Jeon jungkook. Nasafnya sudah hampir habis karena kelelahan. Dia masuk pada hotel terakhir. “Adakah, penginap yang bernama Jeon Jungkook. Aku mohon, Ibunya sekarat sekarang aku membutuhkan bertemu dengannya.” Min woo mengambil segala alasan agar pada front liner mau memberinya info.
“Baiklah, Jeon Jungkook berada di kamar 313.”
“Kamsahamida.” Min woo berlari menujuh kamar nomor 313. Sesampainya didepan kamar, dia menarik nafasnya dalam-dalam. Benarkah dia akan melakukan hal ini, jika benar maka dia harus siap kehilangan Jungkook untuk selama-lamanya. Min woo membalikkan tubuhnya lagi, hatinya tidak sanggup untuk melepaskan Jungkook, tapi jika dia merahasiakannya maka Jungkook mungkin akan terus berpura-pura mencintainya hingga dia tersiksa untuk kesekian kalinya. Min woo mundur, membalikkan tubuhnya. Mengurungkan niatnya untuk datang pada Jungkook.
Seojung datang menujuh kantor ayahnya. Langkah kakinya masih tersasa sakit setelah lama mencari-cari Jungkook kemarin. Tapi ada suatu hal dikeplanya yang masih dia ingin ketahui dari ayahnya. “Kau menyewa orang untuk menangkapku ?”
“Untuk apa ?” ryu Jonghyun mendongakkan kepalanya mendapati seorang gadis yang berdiri melipat kedua tangannya diatas dadanya. “Aku tidak pernah tau jika Cha Jonghyun benar-benar orang yang cukup cerdik mengajari anaknya banyak hal.” Ryu jonghyun melanjutkan ucapannya. Dia pergi bagian ruangan yanglain. Melihat gambar yang ada didindingnya. Membuka sebuahpintu kecil dibalik bingkai besar itu. Setelah masuk terdapat brangkas kecil yang ada didalamnya.seketika matanya membulat melihat brangkasnya kosong. Keringatnya dingin. Ada yang mencuri berkas-berkas pentingnya. Sujeong melihat ayahnya yang kebingungan. “Ada apa ?” Tanyanya santai. “Ada berkas pentin yang hilang. Aku akan mempercepat pertunanganmu dan Taehyung. Sebelum semuanya terjadi.” Ryu Jonghyun mengangkat teleponnya lalu pergi keluar ruangan. Sujeong diam melihat punggung ayahnya yang makin-lama makin mengecil dan menjauh. Dia memegangi kepalanya. Lalu mengusap wajahnya. Entah kenapa , ada perasaan dimana dia sangat menyesal dengan apa yang dialakukan pada Na Young selama ini tapi begitu dia menyadari dengan apa yang terjadi pada ibunya dan Taehyung, gadis itu malah mengebrak meja kayu klasik yang ada dihadapannya.
Na Young bangun dari tempat tidurnya. Lalngsung beranjak untuk mandi meski tubuhnya masih penu dengan luka. Sehun datang membawakan sebuah makanan diatas nampan yang ada ditangannya. “Kau mau pergi?” melihat Na Young yang sibuk dengan sweater yang sedang dia kenakan. Sayangnya, karena sweater itu terlalu besar Na Young sedikit bingung dimana kera untuk kepalanya. Sehun yang melihat hal itu lantas menaruh Nampannya dan membantu Na Young. sehun menarik bagian bawa sweater agar tidak menyangkut dikepala Na Young. “Kau mau kemana?” wajah Na Young dan wajah Sehun saling berhadapansangat dekat. Keadaan mereka cukup membuat Na Young menelan ludah gugup. “Aku..aku... harus bertemu dengan Taehyung. Sehun mengerutkan dahinya. Kenapa haru dia yang Na Young temui kenapa bukan orang lain saja. “Makanlah dulu.”
“Mianhe.” Na Young menundukkan kepalanya, sementara rangannya mengambil potongan sandwich yang ada di nampan yang dibawa oleh Sehun lalu memasukkan kedalam mulutnya. “Aku berangkaat” Na Young keluar dengan cepatnya tanpa membalikan tubuhnya untuk sekedar melihat namja yang hanya bisa tersenyum kecut saat dia pergi.
Jalanan begitu terasa asing baginya, seperti masuk kedalam dunia lain. Na Young berjalan sedikit merunduk meski dia telah memakai topi tapi dia masih takut jika ada salah satu body guard dari Lee Hye seol yang datang untuk menangkapnya. “Kamar 313 Emeral Hotel.” Bisik Seseorang berjalan begitu cepat ke telinga Na Young. Na Young hanya diam, menebak-nebak siapa itu. Tapi dia tidak bisa menangkap siapa yang baru saja bicara padanya. Lalu Na Young kembali menarik langkahnya menujuh rumah Taehyung.
“TOK..TOK..” Na Young mengetuk jendela rumah Taehyung, cukup masuk akal baginya mengetuk jendela tersebut. Dari dalam kaca jendela dia melihat Taehyung yang sedang duduk dikursi goyang kayu tak jauh dari jendela yang dia ketuk. “Took..” Na Young berkali-kali mengetuk jendela. Akhirnya Taehyung datang melihat siapa yang mengetuk jendela, sementara pintu masih bisa dibuka dan diketuk. Betapa terkejutnya Taehyung mendapati seseorang yang dia rindukan. “Na Young-ah?” Taehyung segera membuka jendela. “Na Young-ah” suara Taehyung makin menguat. “SSTTT” Na Young menepelkan telunjuknya di bibir mungil Taehyung. “Wae ottoke oddiwaseo ?”
“Kau ingat dompet yang dibawa oleh sujeong saat lokerku diacak-acak olehnya? Aku membutuhkannya.”
“Dompet ? maksudmu saat kejadian dimana kau harus mencium toilet?”
“Iya, dimana dompet itu?”
“Aku tak mengambilnya, dompet itu kemungkinan masih ada di sujeong.”
“APA??” Na young membuka mulutnya lebar-lebar. Celaka! Na Young membalikkan tubuhnya berlari dengan kencang. “Na Young-ah.” Teriak Taehyung. Gadis berambut kecoklatan itu malah lari semakin kencang. Taehyung langsung lompat dari jendelanya. Dia berlari mengikut langkah Na Young. taehyung mengikuti dibelakang Na Young hingga sampai diperempatan jalan, Taehyung kehilangan jejak Na Young. Mata Taehyung menyapu seluruh tempat tetapi tidak ada tanda-tanda dimana Na Young berada.
Na Young berlari dengan kencang masuk kedalam Bus yang baru saja berhenti di terminal. Setelah lima tahun, pada akhirnya dia harus masuk kedalam kandang macan itu lagi. Didalam bus Na Young menginat kembali, betapa persahabatannya dengan sujeong sangat menyenangkan dulu saat mereka masih dalam keadaan yang baik, tapi tidak untuk sekarang. Sujeong mulai beruba ketika desas-desus perselingkuhan Ibu dan ayah Na Young. Dia mulai kasar padanya, sesekali, Emosionalnya benar-benar terganggu. Bus berhenti di wilayah gangnam. Na young tidak pernah menyadari jika ada dua pasang mata yang memperhatikannya dari dalam bus. Na Young turun, pria itu masih mengikutinya. “Kau mau kemana ? Kau tidak akan bisa ke rumah Sujeong dengan berkata ‘Anyeonghasseo, aku ingin bertemu dengan Sujeong, sudah lama tidak bertemu ajusshi’ cih.. yang benar saja!” cerocor pria yang memakai setelan serba hitam yang berdiri di belakang tubuhnya. Na Young berbalik, melihat seorang pria yang tak lain adalah No Min woo. Na Young mengernyitkan dahinya, lalu menyipitkan matanya. “Kau? Mengikutiku ?” Na young berjalan mendekat ke arah Min woo. “Iya kenapa ?” pria itu malah berbicara dengan santai. “313 EMERAL HOTEL, pergilah kesana sebelum terlambat.” Min woo menarik lengan Na Young mendorong tubuh Na Young untuk pergi kearah berlawanan denganjalan yang dia tujuh. “Apa-apaan kau ini lepaskan.” Na Young memberontak. “Tujuanku tidak kesana.” Lanjutnya mengomel.
“Cepatlah kesana sebelum semua terlambat. Tempatnya hanya beberapa blok dari sini. Aku melakukan ini demi kebaikan mu mengerti ?” Min woo tetap mendorong hingga Na Young bisa berlari-lari kecil. Min woo melepaskan dorongannya. Na young berbalik menghadap pria tinggi semmpai berwajah seperti boneka yang berdiri memasang senyuman manisnya dan melambaikan tangannya pertanda Na Young harus pergi dengan perasaan terpaksannya. Mau tak mau Na Young harus pergi juga.
Dia berjalan 2 blok dari arah terminal, mendapati sebuah hotel yang seseuai dengan petunjuk yang di berikan oleh Min woo. Na Young mengetuk pintu kamar itu, berkali-kali namun tidak ada seorangpun yang keluar. Na Young melihat kebawa kakinya. Ada sebuah kunci yang berada di sela-sela pintu dan lantai. Tanpa banyak fikir dia mengambil kunci itu, mencoba memasangkan keganggang pintu. “KLEK” kuncinya memang cocok. Na Young menarik nafasnya pajang. Memberanikan diri untuk melangkan. Ruangan itu cukup gelap, mungkin tidak ada penghuninya. Jemari mungilnya meraba tembok, mencari tombol untuk lampu. Setelah lampu dinyalakan, betapa terkejutnya ia melihat Jungkook dengan wajah pucat pasit. “Oh tidak.” Na Young melepas topinya berlari menujuh Jungkook yang terbaring. “Jungkook-ah, Jungkook-ah” Na Young mengoyakan tubuh Jungkook namun dia tidak juga bangun. Badan Jungkook sudah dingin. Na Young berlari menujuh lemari mencari selimut tambahan. Na Young menyelimuti tibuh Jungkook lalu segera keluar mencari obat juga bahan makanan yang cepat untuk dimakan. Lalu mebali dengan cepat pada Jungkook. “Jungkook-ah, Irona!” Na Young menyangga kepala jungkook dengan tangan dan bahunya. Memeluk erat tubuh Jungkook. “Jungkook-ah, aku belum mati.” Bisiknya ditelinga Jungkook.