Janeul segera menarik rem tangan, sesaat mobil Subaru miliknya telah terparkir rapih di parkir basement rumah sakit tempat Shinneul dirawat. Sosok yang sedari tadi duduk di jok sampingnya segera keluar dari mobil tersebut dengan masker hitam menutup sebagian wajahnya. Setelah menarik kunci mobil, perempuan itu mengikuti langkah Seungyoon yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah sakit. Suara hentakkan kaki Seungyoon, yang tengah menunggu lift, pada lantai rumah sakit membuat Janeul juga ikut panic.
Tanpa banyak bicara, kedua sosok itu memasuki lift yang akan membawa mereka ke lantai 10, tempat kamar rawat Shin berada.“Youngjun sunbaenim?” panggil Janeul saat menemukan satu pria yang sedang duduk di depan sebuah kamar bertuliskan 1019 disampingnya. Sosok yang tengah focus pada ponsel di tangannya itu mengangkat kepala dan tersenyum kecil, melihat Janeul yang mempercepat langkah bersama Seungyoon dibelakangnya.
“Shin ottakhae?” tanya Seungyoon sesaat mereka sudah sampai di depan kamar 1019 dan melepas masker yang sedari tadi menutup sebagian wajahnya. Manager Tak yang masih tersenyum itu menganggukan kepala dan menepuk pundak Seungyoon yang masih terlihat tegang.“Tadi dia sudah sadar setelah operasi. Mari kuantar ke dalam,” ajak manager Tak sesaat sebelum dia menggeser pintu geser itu.
“Anyeong haseyo,” sapa Janeul dengan nada ragu saat melihat satu sosok yang tengah duduk diatas kasur rumah sakit. Shinneul tersenyum dan menggerakkan tangannya, menyuruh sosok itu untuk mendekat padanya.“Apakah harus ada peristiwa penusukan dulu agar kita bisa kembali berteman,” ledek Shinneul saat Janeul memeluknya namun tak erat.
Janeul menggelengkan kepala dan melepas pelukan tersebut.“Ani. Selamanya, kita berteman Shin,” ucap Janeul sambil kedua tangannya membasuh air mata yang sudah tergenang di kedua pelupuk matanya. Perempuan berambut sebahu itu menggigit bibir bawahnya, mengingat kejadian yang membuat hubungannya dan Shinneul menjadi renggang. Janeul menggenggam tangan kiri Shinneul dengan kedua tangannya.
“Mian. Atas kata kasarku saat kita di Beijing. Ah…” dia menadahkan kepala dan menarik nafas panjang. Setelah merasa airmata itu tak mengalir, Janeul segera menatap Shinneul dengan pandangan meyakinkan.“Aku tidak bermasud seperti itu,” lanjutnya membuat perempuan berbalut baju rumah sakit itu menganggukkan kepala, tanda mengerti. Janeul tersenyum lega, mengetahui Shinneul yang tak memaksanya untuk membuat kata-kata.
Teringat satu sosok yang sedari tadi bersamanya, Janeul segera membalikkan badan.“Ada yang sangat menghawatirkanmu,” ujar perempuan itu dan tak lama sosok Seungyoon hadir diruangan dipenuhi bau obat-obatan itu.“Sepertinya kalian butuh waktu berdua,” Janeul mengelus punggung tangan Shinneul yang masih berada di genggamannya, menatap Shin yakin bahwa sudah tak ada masalah lagi seperti yang sudah dibicarakan.
Perempuan itu beranjak menjauh dari Shinneul setelah dia melepas genggaman tangannya.“Aku tunggu diluar,” ucap Janeul seraya menepuk pundak Seungyoon yang berada di sampingnya. Setelah mendapat anggukkan dari sang leader, perempuan itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar rawat Shinneul.
Setelah menutup pintu kamar rawat, Janeul menundukkan kepalanya tanda salam pada sosok manager Tak yang masih setia duduk di bangku depan kamar Shinneul.“Apa pelakunya sudah tertangkap?” tanya Janeul sesaat setelah dia mendudukkan diri di samping manager Tak. Lelaki berkacamata itu menggeleng pelan lalu menghela nafas.
“Tempat kejadiannya terlalu ramai. Tapi polisi masih berusaha mencari siapa pelakunya,” jawab manager Tak sembari menyenderkan punggung di sandaran bangku. Janeul mengangguk lalu menggigit bibir bawahnya.“Shin dan anak asuhmu pasti trauma,” ucap Janeul membayangkan kejadian yang tak ingin dia alami.
Manager Tak menganggukkan kepala dan menatap Janeul yang juga telah menatapnya.“Mereka masih tak mengerti kenapa sasaeng fans itu mengincar Shin,” ujar manager Tak yang juga sekarang ikut menggeleng.“Bahkan aku yang selalu berlaku kasar pada mereka tak pernah mereka incar,” tambahnya membuat Janeul menatap lelaki itu prihatin.
Lelaki disampingnya itu mengusap wajah kasar, seakan letih dengan sikap sasaeng fans yang tak hentinya membuat masalah. Mata Janeul menerawang jauh ke bangku kosong diseberangnya.“Sunbaenim. Pernahkah kau berfikir untuk berhenti dari pekerjaan ini?” tanya Janeul tiba-tiba membuat manager Tak menoleh dan menatapnya dengan membulatkan kedua mata kaget.
Mulut manager Tak yang sempat terbuka untuk menjawab pertanyaan Janeul itu tak jadi mengeluarkan suara, sesaat pintu geser disampingnya terbuka. Seungyoon tersenyum dan menganggukkan kepala, mengkode bahwa manager berkacamata itu bisa menemui Shin sekarang. Dengan segera sosok itu berdiri dan masuk ke dalam ruang rawat Shinneul.
Seungyoon menghela nafas lega sesaat manager Tak memasuki kamar rawat Shinneul dan menyender pada tembok disamping pintu. Janeul tersenyum kecil lalu menyuruh Seungyoon duduk di tempat manager Tak duduk tadi. Perempuan itu mengacak rambut sang anak asuh yang tengah menundukkan kepala disampingnya.“Jalhaesso Kang Seungyoon,” ucap Janeul berusaha menenangkan emosi Seungyoon yang masih tak stabil.
“Nuna. Aku akan bermalam disini, bolehkah?” tanya Seungyoon ragu membuat Janeul mengangkat alis tak percaya. Seungyoon menggenggam tangan kiri manager utamanya itu, berharap dengan begitu dia diijinkan untuk menemani sang mantan kekasih. Janeul mengalihkan pandangan, tak bisa menatap wajah memohon sang leader yang malah mengeratkan genggaman tangannya.
Perempuan itu menggelengkan kepala dan menatap Seungyoon yang masih menatapnya dengan pandangan memohon.“Andwe Kang Seungyoon. Kau ada konser WWIC dua hari lagi,” ucap Janeul berusaha menampik permohonan sang anak asuh. Seungyoon menghentakkan kakinya dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan sang manager utama.“Nuna aku tak akan bisa perform dengan baik, jika tidak bersamanya malam ini.” Sanggah Seungyoon dengan wajah meyakinkan.
“Kau tahu kan nuna seberapa berantakannya diriku akhir-akhir ini setelah tak bersamanya?” tambahnya membuat Janeul mengingat kelakuannya belakangan ini. Janeul memejamkan mata, berusaha tak terbawa arus pintaan Seungyoon.“Jebal nuna. Hanya semalam, tak lebih. Kau bisa menjemputku besok pagi,” ujarnya lagi membuat Janeul menatap matanya yang masih menatap Janeul memohon.
Setelah menghela nafas kasar, perempuan berambut sebahu itu menganggukkan kepala. Memperbolehkan sang leader untuk bermalam bersama Shinneul. Sebuah pelukan erat langsung diterimanya dari sosok yang berada di hadapannya.“Gomawo nuna. Jinjja gomawo!” seru Seungyoon membuat Janeul memutar mata malas.
Seungyoon melepas pelukannya dan menatap sang manager utama dengan senyum lebar.“Besok pagi aku akan menjemputmu. Arra?” ingat Janeul membuat lelaki itu tersenyum dan mengangguk. Mengingat sesuatu, Seungyoon menepuk dahinya pelan dan berdiri dari bangku tersebut.“Aku harus membeli bunga untuk Shinneul,” ujarnya lalu segera pergi meninggalkan sang manager utama yang menggeleng tak percaya.
Perempuan itu kembali membuka pintu kamar Shinneul, untuk memanggil manager Tak yang terlihat sedang berbicara dengan Shinneul. Lelaki berkacamata itu mengangkat kedua alisnya sesaat setelah tubuhnya berada di luar kamar Shinneul.“Hem.. untuk malam ini, bisakah Seungyoon menemani Shinneul disini?” tanya Janeul ragu.
Manager Tak menatap tak percaya manager utama WINNER yang tengah tersenyum kikuk karena diperhatikan seperti itu.“Apa kau tak takut akan ada berita tersebar nantinya?” tanya manager Tak membuat Janeul menundukkan kepala. Sedari tadi pikirannya juga berkata seperti itu, namun wajah memohon Seungyoon adalah hal yang tak bisa dia hindari.
“Geurae kalau kau tidak masalah dengan itu. Lagipula aku harus pulang dan rapat untuk comeback EXO,” ujar manager Tak pada akhirnya. Janeul segera mendongakkan wajah dan menundukkan badannya.“Kamsahamnida. Jeongmal kamsahamnida sunbaenim!” seru Janeul membuat manager Tak tersenyum kecil lalu kembali masuk ke dalam ruang rawat Shinneul. Janeul tersenyum kecil, berharap dengan ini dia bisa memperbaiki kesalahannya di hubungan antara Shinneul dan Seungyoon.
-Hello, Manager Park-
“Jadi bagaimana dengan konser kemarin?” tanya pria dengan topi menutup atas kepalanya itu. Seungyoon tersenyum bangga menatap sang sajangnim yang duduk berseberangan dengannya.“Konser kemarin berjalan dengan lancar sajangnim. Semua yang ada di plan benar-benar terealisasikan dengan baik,” jawab Seungyoon dengan perasaan bahagia mengingat konser WWIC di Seoul kemarin.
Sosok perempuan disampingnya ikut tersenyum melihat raut bahagia sang anak asuh.“Geurae kalau memang berjalan dengan baik,” ucap Yang sajangnim yang masih melipat tangannya di depan dada. Sosok itu menegapkan badannya yang tadi menyender, lalu melempar beberapa foto ke meja dihadapan ketiga sosok yang berada di ruangan itu.
“Lalu bagaimana kabar pacarmu Kang Seungyoon? Kudengar dia ditusuk oleh sasaeng fans grupnya?” tanya Yang sajangnim lagi sambil mengedikkan dagu ke foto-foto yang sudah berserakan di atas meja berwarna bening itu. Seungyoon mengangkat alisnya lalu mengambil satu foto yang terdapat sosoknya tengah berada di basement parkiran rumah sakit tempat Shinneul dirawat bersama dengan ayah Shinneul.
Yang sajangnim menangkup kedua tangannya dan memandang Seungyoon intens. Sosok manager utama yang masih terpaku pada foto-foto tersebut, akhirnya mendapat perhatian sajangnim.“Apa yang ingin kau jelaskan manager Park?” tanya Yang sajangnim, membuat Janeul segera menatap Yang sajangnim kaget.
“Jweosunghamnida sajangnim. Ini kesalahanku,” ucap Janeul segera menundukkan kepalanya. Yang sajangnim mengalihkan pandangannya dan menghela nafas berat.“Seungyoon~ah kau itu masih rookie artis. Jika scandal ini tersebar di luar sana, apa kau tak berpikir apa yang akan terjadi pada karirmu?” tanya Yang sajangnim membuat Seungyoon menundukkan kepala, merasa bersalah.
Janeul menoleh, mendapati sang leader menggigit bibir bawahnya membayangkan hal yang akan terjadi bila scandal itu tersebar luar.“Animnida sajangnim. Ini adalah kesalahanku,” ucapnya tiba-tiba membuat dua lelaki itu menaruh perhatian padanya.“Aku yang tak bisa tegas dalam mengatur anak asuhku. Ini bukan kesalahan Seungyoon,” lanjutnya membuat Seungyoon menggenggam tangannya yang mengepal.
Pergerakan dari Yang sajangnim, membuat kedua sosok itu memperhatikan sosok CEO YG Entertainment itu.“Geurae. Kau boleh keluar,” ucap Yang sajangnim tiba-tiba membuat keduanya melongo kaget. Kedua sosok itu berdiri dari sofa yang berada di ruangan Yang sajangnim.“Yang aku maksud Kang Seungyoon. Manager Park, kau boleh tinggal.” Tambah Yang sajangnim sesaat melihat Janeul juga akan meninggalkan ruangan.
Dua sosok yang saling berdampingan itu menatap horror sang sajangnim yang masih menatap Janeul. Janeul menoleh dan tersenyum tipis pada Seungyoon, menyuruh sang leader segera keluar dari ruangan. Seungyoon menoleh sesaat, menatap sang manager utama khawatir, sebelum keluar dari pintu kayu ruangan Yang sajangnim.
“Aku mengenalmu baik manager Park. Kau mengulangi kesalahanmu lagi,” ucap Yang sajangnim sesaat setelah Janeul kembali duduk ditempatnya tadi. Janeul menundukkan kepalanya, berusaha mendengarkan segala ucapan dari sosok yang dia banggakan.“Ini seperti masalahmu saat menutupi Jiyong yang pergi bertemu dengan kekasihnya di Jepang. Kau selalu berlaku seperti ini, tak bisa jika tak mengabulkan permintaan anak asuhmu,” tambahnya lagi membuat Janeul semakin menundukkan kepala.
Perempuan itu kembali mengingat masalah yang pertama kali membuatnya dipanggil oleh sosok dihadapannya. Masalah yang menyangkut Jiyong dengan salah satu artis Jepang yang masih dekat pada Jiyong sampai saat ini.“Aku memberimu tempat manager utama, karena aku ingin kau bisa berubah. Tak lagi bersikap mengabulkan permintaan anak asuhmu,” ujar Yang sajangnim lagi kali ini menangkup kedua tangan dan menaruh dagu diatasnya.
Suara benda yang dilempar ke atas meja, membuat Janeul segera mengangkat wajahn. Matanya membulat melihat beberapa foto yang kembali terdapat di atas meja tersebut. Tangannya bergetar mengambil salah satu foto yang terdapat sosoknya dengan sang kekasih. Pupilnya bergerak resah, karena sosoknya yang tengah mencium pipi magnae EXO ada disana.
“Untuk foto Seungyoon, aku masih bisa menjelaskan sosoknya yang menengok teman di rumah sakit itu. Tapi untuk foto itu, aku tak bisa menjelaskan apapun.” Jelas Yang sajangnim menatap manager Park yang masih tak percaya akan penglihatannya. Tangan perempuan itu menggenggam erat foto yang masih ada di tangan kanannya, berusaha menahan emosinya yang tiba-tiba tak stabil.
Yang sajangnim menghembuskan nafas panjang.“Aku yakin bukan hanya kita yang mendapatkan foto-foto itu. Namun pihak mereka juga akan mendapatkannya,” ucap Yang sajangnim membuat Janeul mengangkat kepala. Matanya yang terbuka lebar itu menatap sajangnimnya kaget.“Apa kau khawatir pada sosoknya?” tanya Yang sajangnim kali ini dengan nada yang terdengar lebih lembut dari sebelumnya.
“Sampai kapan kau tak mengkhawatirkan dirimu sendiri?” tanya Yang sajangnim lagi dengan raut lelah. Janeul mengalihkan pandangan, pikirannya kali ini lebih memilih memikirkan sosok lelaki yang ada di foto bersamanya itu.“Jweosunghamnida sajangnim,” ucap Janeul lagi dengan suara yang teramat pelan.
Yang sajangnim mengusap wajahnya kasar.“Aku letih mendengarmu mengucapkan dua kata itu. Kau pikirkan sendiri apa yang mesti kau lakukan. Arra?” ucap Yang sajangnim yang beranjak dari sofa tersebut dan kembali ke bangkunya. Dengan pikiran yang kacau, perempuan berambut sebahu itu menggerakkan kakinya yang terasa lemas keluar dari ruangan sajangnim.
Satu sosok yang muncul di hadapannya, sukses menghentikan langkahnya.“Nuna gwenchana? Mianhe. Jinjja mianhe,” ucap Seungyoon yang menundukkan kepala, tanda bersalah. Janeul tersenyum kecil dan menepuk pundak Seungyoon.“Kau hubungi Seho oppa untuk menjemputmu, arra?” suruh Janeul dengan suara yang terdengar pelan.
Seungyoon mengangkat kedua alisnya dan menatap sang manager utama khawatir.“Aku ada urusan dulu. Kau beristirahatlah,” tambah Janeul, berlalu meninggalkan sosok Seungyoon yang masih menatap punggungnya. Janeul melangkahkan kakinya ke balkon halaman di gedung YG Entertainment itu. Sosok itu mendudukkan badannya di bangku taman yang ada disana.
Dengan segera sosok itu mengambil ponselnya di kantong jaket dan mengetik pesan untuk sang kekasih. Apa kau masih sibuk? Aku ingin menghubungimu. Perempuan itu memejamkan matanya, menikmati hembusan angin dingin yang masih terasa di awal tahun. Lagu Different milik anak asuhnya itu terdengar, dengan getaran yang berasal dari benda di genggaman tangannya.“Yoboseyo?” panggil suara yang tengah dia rindukan.
Janeul tersenyum miris mendengar suara yang terdengar tak apa itu.“Wae? Bogoshipo?” tambah suara itu lagi dengan kekehan terdengar.“Sehun~ah..” panggil Janeul membuat lelaki di seberang sana bergumam kecil, pertanda masih mendengarkan suaranya.“Neo gwenchana?” tanya Janeul lagi.
“Geurom. Apalagi aku bisa mendengar suaramu saat ini,” jawab Sehun membuat Janeul mengigit bibir bawahnya. Keheningan terdengar tiba-tiba di sambungan telepon itu.“Nae sajangnim.. dia mempunyai foto kita berdua di GAON kemarin,” ucap Janeul akhirnya membuat lelaki di seberang sana terdiam. Perempuan itu menghembuskan nafas panjang dan menatap langit malam di Cheongdamdong yang terlihat sempurna.“Sehun~ah uri..”
“Ani. Aku tidak mau mendengar ucapanmu,” ucap Sehun memotong ucapan Janeul.“Aku tidak akan melepasmu untuk yang kedua kali. Jadi jangan pernah sebutkan kata itu, arra?” tambahnya membuat Janeul menundukkan kepala frustasi. Janeul memejamkan matanya yang lelah karena tak mendapat tidur banyak 4 hari belakangan karena persiapan konser WWIC.
Suara di seberang sana terdengar menghela nafas.“Dengarkan aku. Aku tidak akan pernah melepasmu, walau kau berusaha melepaskanku,” ucapnya lagi yang terdengar seperti perintah di telinga Janeul.“Jadi, jangan pernah tinggalkan aku.” Tambah Sehun membuat Janeul memutus sambungan telepon itu dengan segera dan membiarkan angin dingin yang berhembus menemani sosoknya.
-Hello, Manager Park-
Oppa. Terima kasih untuk ajaranmu selama 5 tahun lebih kemarin, maaf aku belum bisa kau kenalkan sebagai hoobae yang kau banggakan. Aku belajar banyak dari sosokmu. Kim Namgook jjang! Janeul tersenyum sebelum memilih tulisan send pada layar ponselnya. Dia menghela nafas lalu menatap ruang latihan yang gelap dan tak berpenghuni itu. Matanya menerawang, mengingat tingkah kelima anak asuhnya yang biasa bercanda dan latihan serius di tempat itu.
Dia menoleh, melihat satu amplop putih yang tengah berbaring di bangku kosong sampingnya. Serangkaian kata ‘Sajikseo’ yang terdapat pada halaman depan amplop itu membuat senyum yang tertera pada wajahnya menghilang. Helaan nafas panjang segera keluar dari mulutnya mengingat jabatan sebagai manager utama WINNER akan segera dia lepas.
‘Namgook oppa calling’ membuat sosoknya segera menjawab telepon yang masuk ke dalam ponsel bercase mickey mouse itu.“Ige mwoya?” sapa seseorang di seberang sana dengan suara yang tidak bisa dibilang ramah. Janeul mengigit ibu jari tangan kirinya, merasa sosok yang menelponnya itu akan memarahinya.
“Apa yang akan kau lakukan Park Janeul?” tanya sosok di seberang sana dengan penekanan disaat memanggil namanya. Janeul hanya dapat menghembuskan nafas tak mampu menjawab pertanyaan sunbaenimnya itu.“Neo odi?” tanya Namgook lagi terdengar tak sabaran sekarang. Janeul menggembungkan pipinya, panic karena mendapat sederetan pertanyaan yang harus dia jawab.
“Aku memutuskan untuk mundur menjadi manager utama, oppa.” Jawab Janeul membuat Namgook meneriakkan kata ‘mwo’ dengan cepat.“Sepertinya aku memang tidak bisa menjadi manager seperti yang kau harapkan,” tambah Janeul lagi sembari menatap ruang latihan yang masih sepi tanpa penghuni selain sosoknya.
“Geu saram ttaemune?” tanya Namgook membuat Janeul membulatkan mata kaget. Keheningan tiba-tiba tercipta begitu saja, dengan Janeul yang masih menerawang jauh.“Janeul~ah kau masih ingat pertama kali sosokmu bertemu denganku?” tanya Namgook membuat Janeul kini mengingat pertemuannya dengan sunbaenya yang dulu tak seramah sekarang.
“Sosokmu yang masih memakai seragam SMA itu menatapku kagum dan kau berkata bahwa kau ingin menjadi manager sepertiku,” tambah Namgook membuat mata Janeul dipenuhi airmata yang menggenang. Mengingat kejadian kurang lebih 6 tahun lalu di depan gedung YG, yang membuatnya memilih langsung bekerja setelah lulus dari SMA.“Melihat keinginanmu untuk menjadi seorang manager utama, membuatku yang dulu sempat kehilangan arah itu bisa kembali ke jalan yang aku inginkan,” jelas Namgook lagi membuat tetesan airmata mengalir membasahi pipi Janeul.
Janeul membiarkan dirinya terisak di ruang latihan itu.“Jika memang kau lebih memilih orang itu dibanding impianmu, maka pejamkan matamu sekarang. Ingat kembali apa saja yang sudah kau lewati selama menjadi manager pembantu Janeul~ah,” suruh Namgook yang segera diikuti Janeul yang memejamkan mata. Bayangan demi bayangan yang datang itu seperti film lama yang terputar di kepalanya.
Perempuan yang masih tersambung telepon dengan Namgook itu semakin terisak mengingat perjuangannya hingga bisa menjadi seorang manager utama saat ini.“Kau ingat apa yang kau katakan padaku saat aku memarahimu karena tak membereskan dorm dengan benar?” tanya Namgook membuat Janeul menganggukkan kepala, pertanda dia mengingat ucapannya.
“Kau bilang ‘aku akan menjadi manager utama yang lebih sukses daripadamu’. Kenapa kau tak tunjukkan itu padaku?” tanya Namgook lagi sambil mengingatkan Janeul akan ucapannya dulu. Janeul menggigit ibu jari kirinya kembali, berusaha menahan tangisan yang menyesakkan dadanya.“Aku tak akan membiarkanmu melepas impianmu hanya karena masalah ini.” Ucap Namgook lagi seakan memerintah Janeul.
“Menjadi manager utama memang tak mudah dan sajangnim tak memintamu untuk berhenti di tengah jalan Janeul~ah. Dia ingin kau bertambah dewasa karena masalah ini,” jelas sosok itu lagi saat mendengar hoobae-nya tak lagi menangis.“Jangan pernah terpikir untuk meninggalkan anak asuhmu yang menyayangimu. Arra?” tanya Namgook lagi membuat Janeul tersenyum kecil.
Janeul mengusap airmata yang membasahi kedua pipinya sedari tadi.“Arraseo oppa. Gomawo, jinjja gomawo,” ujar Janeul membuat sosok di seberang sana tertawa kecil. Sambungan telepon itu antara senior dan junior itu terputus. Perempuan itu menoleh dan menatap kembali amplop putih yang sepertinya tak jadi dia berikan pada Yang sajangnim.“Sadarlah Park Janeul. Kau bisa melakukannya,” ujar perempuan itu sambil menepuk kedua pipi, menyadarkan diri untuk mengejar impiannya.