“Neo micheoseo! Jinjja micheoseo!” seru Mino pada sosok perempuan yang tengah duduk di sofa hitam ruang tengah dorm WINNER. Keenam pasang mata lainnya hanya mampu membulatkan mata tak percaya setelah mendengar cerita Janeul yang berniat mengundurkan diri 3 hari lalu. Byungyung yang tadinya akan memakan hotdog di tangannya, lebih memilih menaruh makanan itu kembali ke piring yang berada di atas meja.
Seungyoon yang duduk di lantai bawah itu segera mendekat pada kaki sang manager utama, yang bersila di atas sofa.“Mianhae nuna. Ini semua karenaku.” Ucap sang leader dengan nada bersalah. Janeul menggelengkan kepala, berusaha menampik alasan yang diberikan oleh Seungyoon.“Aniya. Aku yang hanya tidak bisa berpikir jernih,” sanggah Janeul menatap Seungyoon, berusaha meyakinkan sang leader.
“Heol. Lebih baik mundur sedari awal, jika kau memang benar-benar tak bisa menjadi manager kami,” ucap Taehyun sambil memutar kedua bola matanya malas. Setelahnya sosok itu berdiri dan menepuk pundak Seho, mengkode agar menemaninya ke minimarket di depan dorm.“Wuah! Kurasa kau benar-benar mencintai magnae grup itu ya?” ucap Seunghoon yang berada di samping Janeul. Semua pasang mata yang tersisa itu menaruh pandangan pada sosok sipit yang tengah menganggukkan kepala.
“Coba kalian bayangkan. Manager utama kita lebih memilih meninggalkan kita supaya kekasihnya tidak terkena masalah,” ujar Seunghoon membuat semua pasang mata kini beralih menatap Janeul. Janeul mengibaskan kedua tangan, berusaha menampik provokasi yang disebutkan oleh Seunghoon yang sekarang menggeleng tak percaya.“Ya oppa! Ige musun suriya?” kesal Janeul memukul lengan Seunghoon cepat.
Suara pukulan di meja kayu di depan Janeul, membuatnya menatap sang pelaku pemukulan meja tersebut.“Matta! Jadi kau lebih memilih dia daripada kami yang membutuhkanmu?” ujar Mino dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. Janeul menghentakkan kakinya, merasa kelima lelaki disekitarnya itu berusaha menyalahkan sosoknya.“Aish! Ya! Bukan seperti itu maksudku,” sanggah Janeul lagi namun ditanggapi gelengan dari sosok Mino dan Seunghoon yang sudah duduk berdampingan di depannya.
“Kau tega meninggalkan kami semua dan juga Ihee?” tanya Seunghoon kali ini membawa hewan peliharaannya yang mungkin tengah tidur di kamarnya. Janeul membanting tubuhnya frustasi, mengetahui dirinya tak bisa mengelak dari duo dumb and dumber di depannya.“Kalian salah persepsi. Janeul memilih mundur, karena dia tidak mau kita terkena masalah.” Jelas satu sosok pria disamping Janeul, Kim Jinwoo, bijak.
“Hyung!” teriak Mino dan Seunghoon bersamaan. Jinwoo menatap dua member yang lebih muda daripadanya itu dengan mengangkat alis.“Kami sedang meledek Janeul. Aish! Kau memang tidak seru hyung,” rengek Seunghoon menatap Jinwoo kesal. Sedangkan Janeul, Seungyoon dan Byungyung tertawa melihat tingkah polos Jinwoo yang kelewat lucu.
Jinwoo menggaruk kepalanya yang tertutup kupluk abu-abu hoodienya.“Lalu dimana surat pengunduran dirimu?” tanya Byungyung saat tawa yang terdengar membahana itu terhenti. Janeul mengedikkan dagunya, menunjuk ransel hitam yang tergeletak di dekat lemari cokelat berisi penghargaan yang diterima WINNER.
Dengan segera, Mino mengambil ransel hitam yang berada di dekatnya.“Kami akan memegang surat ini. Kau boleh mengundurkan diri dengan seijin kami! Arra?” ucap Mino sembari menunjukkan surat putih bertuliskan ‘sajikseo’ yang berada di genggaman tangannya. Janeul membulatkan matanya tak percaya. Tanpa babibu, duo Song-Lee itu segera pergi dari ruang tengah dan menyembunyikan surat dalam amplop putih itu didalam kamar Mino.
Janeul tertawa kecil sembari menggeleng melihat kelakuan keduanya.“Mereka benar Janeul~ah. Kau tak bisa memutuskan mundur tanpa seijin mereka dan juga aku,” ucap Byungyung tiba-tiba. Janeul menoleh mendapati sunbae-nya yang masih menatap jauh pada hotdog yang tak jadi dia makan tadi.“Aku mundur dari Bigbang adalah untuk membantumu menjaga mereka. Jadi kau harus bertanya padaku bila kau memang ingin mundur dari posisimu,” tambah Byungyung kali ini menatap perempuan dengan rambut dikuncir kuda itu.
Perempuan itu menganggukkan kepala, mengerti dengan ucapan sang sunbae yang sudah dia anggap kakaknya.“Byungyung hyung benar. Nuna tidak boleh pergi tanpa seijin kami,” ulang Seungyoon yang kali ini menggenggam lutut kiri sang manager utama.“Aku tak akan meminta apapun yang bisa membuatmu disalahkan nuna. Yaksok!” tambahnya lalu mengaitkan kelingking kanannya dengan kelingking tangan kanan Janeul.
“Jika dia bilang menyayangimu dan memintamu meninggalkan kami, maka ingat bahwa kami menyayangimu lebih dari sosoknya,” ucap seseorang yang tengah bersender di sofa samping Janeul. Janeul menoleh dan mendapati Jinwoo yang menaruh kedua tangan di dalam saku hoodie yang dipakai. Member tertua itu menatap Janeul kesal.“Karena disini lebih banyak yang menyayangimu. Ada 5.. ah maksudku 7 orang menyayangimu disini,” ucap Jinwoo menunjukkan tujuh jarinya.
Dengan segera, Janeul memeluk sosok Jinwoo yang berada disamping kanannya.“Arrayo oppa! Gomawo,” ucap Janeul masih dalam pelukan Jinwoo, yang juga membalas memeluk tubuhnya.“Ige mwoya?” tanya Mino yang baru keluar dari kamarnya dengan Seunghoon mengikuti di belakang tubuhnya.
Janeul melepas pelukannya dan menatap Mino yang tengah menunjuknya.“Kau tidak pernah mau memelukku dan sekarang kau memeluk Jinwoo hyung,” rengek Mino sambil berjalan dan duduk di samping kiri Janeul yang kosong. Lelaki dengan kacamata baca dua bulatan itu merentangkan kedua tangannya, menyuruh sang manager utama memeluknya.“Neo mic… ya! Song Mino!” teriak Janeul sesaat tubuhnya ditarik masuk kedalam pelukan Mino.
“Shh diamlah. Aku akan memberikanmu free hug,” ucap Mino mengeratkan pelukannya. Janeul yang masih berusaha melepaskan pelukan itu akhirnya berhenti meronta saat dirasa Mino malah semakin mengeratkan pelukannya.“Hah~ kami tidak bisa membayangkan kau tidak ada disini Janeul~ah,” ucap Seunghoon yang sekarang ikut memeluk Janeul.
Tak lama keempat member itu sudah membentuk satu gundukan dengan memeluk sang manager utama yang mulai kekurangan oksigen.“Ya ya! Aku tidak bisa bernafas. Cepat lepaskan,” ucap Janeul sembari meronta minta dilepaskan dari pelukan yang menyesakkan tubuhnya.
“Ige mwoya?” tanya seseorang yang dikenal dengan nama Nam Taehyun itu. Satu persatu member melepaskan pelukannya. Mino merangkul leher Janeul dan berbalik, menghadap Taehyun yang membawa sebuah plastic berisi snack ditangannya.“Kami sedang memberikan pelukan kasih sayang pada uri manager,” jawab Mino sembari mengelus dagu Janeul.
Janeul memukul kedua tangan Mino yang berada di leher dan dagunya. Tanpa mau berkomentar, Taehyun segera masuk ke ruang dapur dan membereskan snack yang dibelinya. Kelima lelaki yang tadi masih berada di ruang tengah itu, beranjak mengikuti sosok Taehyun yang tengah membereskan snack-snack.
Sebuah gelas gabus tiba-tiba hadir begitu saja di hadapan Janeul. Perempuan itu menoleh dan mendapati Seho yang tersenyum kikuk padanya.“Taehyun.. membelikannya untukmu,” ucap Seho sembari melihat sosok Taehyun, yang masih sibuk memukul tangan-tangan yang akan mengambil snack-snack di atas meja makan.
Setelah menerima gelas gabus itu, Janeul menyesap air yang terdapat didalamnya. Chocolate hangat kesukaannya mengalir begitu saja membasahi kerongkongannya. Perempuan itu tersenyum mengetahui sang musuh yang ternyata tahu tentang kesukaannya.“O? Taehyun~ah gomawo,” ucap Janeul sesaat melihat Taehyun yang akan kembali ke kamarnya.
Lelaki yang menguncir setengah rambutnya hari ini itu, menghentikan langkah dan memainkan bibirnya.“Aku harap kau tidak berpikir egois sebelum memutuskan sesuatu,” ucapnya sesaat sebelum kembali melangkah masuk kedalam kamarnya. Janeul tersenyum kecil mendengar ucapan sang maknae. Taehyun memang punya cara sendiri dalam menahan dirinya tak keluar dari jabatan sebagai manager utama WINNER.
-Hello, Manager Park-
“Neo mwohae?” tanya Janeul bingung. Sosok lelaki yang menutup bagian rambut dengan hoodie hitam itu menoleh dan menatap Janeul yang baru keluar dari pintu kamar hotel. Perempuan dengan rambut dikuncir kuda itu berjalan mendekati sang anak asuh yang masih menampilkan wajah bangun tidur.“Aku mau mengambil baju, tapi Seungyoon belum pulang.” Jawabnya dengan nada malas.
Janeul mengernyitkan dahi mendengar ucapan Mino yang masih bersender pada pintu kamar dengan nomor 508. Setelah menggeser badan Mino agar menyender ke tembok, Janeul mengetuk pelan kayu yang menjadi pintu masuk ke kamar hotel Mino dan Seungyoon.“Seungyoon~ah. Kang Seungyoon?” panggil Janeul sembari mengetuk pintu tersebut.
Mino, yang melihat sang manager utama tak percaya padanya, hanya mampu menggelengkan kepala. Janeul berbalik dan menatap Mino yang menutup mata, karena masih mengantuk.“Kau sudah menghubunginya?” tanya Janeul khawatir. Lelaki yang sebelumnya menyender itu menggeleng, menjawab pertanyaan sang manager utama.“Ponselku ada di kamar sebelah,” jawab Mino sambil menunjuk pintu kamar dengan nomor 510 dibelakangnya.
Dengan langkah malas, Mino mulai melangkah mendekati pintu kayu tersebut dan mengetuk pelan. Janeul kembali menoleh dan menatap ragu pada pintu kamar 508 yang mestinya menyimpan sang leader di dalam sana.“Janeul~ah kajja,” panggil Mino sembari menggerakkan tangannya agar sang perempuan mendekat.
“Waegure?” tanya Jinwoo setelah sosok Janeul masuk ke dalam kamar hotelnya. Perempuan itu segera mendudukkan diri di atas gundukan kasur paling dekat dengan pintu.“Ya~ ige mwoya,” teriak satu sosok yang didudukki oleh Janeul. Gundukan itu membuka selimut putih tebal yang menutup hingga wajahnya, memperlihatkan sosok Seunghoon yang masih malas untuk bangun.
Mino mengambil sesuatu dari meja yang berisi barang-barang penghuni kamar itu.“Seungyoon tidak ada di kamarnya?” tanya Jinwoo duduk dikasurnya. Janeul memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket dan menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan member tertua itu.“Bukankah kemarin dia tidak ikut kita makan malam karena sakit?” tanya Seunghoon yang sudah mendudukkan badan.
Janeul menoleh dan menatap Seunghoon yang juga tengah menatapnya, dibalik dua matanya yang terlihat makin sipit di pagi hari. Perempuan itu mengangkat kedua bahunya, menjawab pertanyaan Seunghoon.“Kang Seungyoon?” ucap satu sosok yang sedari tadi duduk di sofa persis di hadapan kasur Jinwoo. Ketiga pasang mata yang tersisa segera menatap Mino, yang balik menatap mereka dengan mata membulat.
Sosok itu menjauhkan ponsel yang sebelumnya berada di samping wajahnya. Setelah memilih sesuatu di layar ponsel itu, Mino bergerak dan duduk disamping Jinwoo.“Yoboseyo?” suara seorang perempuan terdengar dari ponsel Mino yang menampilkan ‘Kang Seungyoon’. Mino menggerakkan bibirnya dan berkata tanpa suara, Seungyoon-tengah-berdua-dengan-perempuan.
“DAEBAK!” teriak Seunghoon dan Jinwoo bersamaan. Tak tunggu lama, suara riuh itu semakin menggema di kamar hotel tempat Jinwoo, Seunghoon dan Taehyun tidur.“Yoboseyo?” suara perempuan yang diyakini tengah bersama Seungyoon itu kembali terdengar. Entah dengan reflek apa, Janeul segera menutup mulut Seunghoon yang masih berteriak tak jelas.
“O? Kim Shinneul?” terka Janeul tiba-tiba. Diam sebentar dan Janeul menatap Mino yang menutup mulut tak percaya.“Ne ne. Janeul?” panggil balik suara yang saat ini dipastikan benar suara Manager Kim. Janeul menghela nafas kasar dan memijat tengkuknya yang terasa sakit.“Kau bersama Seungyoon?” tanya Janeul lagi dengan nada menahan emosi.
Seunghoon yang menyadari perubahan dari sang manager utama, segera mengelus punggung Janeul.“Ne..” jawab Shinneul singkat. Jinwoo menggigit bibir bawahnya melihat ekspresi wajah Janeul yang tak bisa dibilang ramah lagi. Sedang Mino masih menggeleng tak percaya mengetahui dongsaengnya menghabiskan malam dengan sang kekasih.
“Aku akan membangunkannya. Ne. anyeong,” tambah Shinneul lagi. Dan sedetik kemudian, sambungan telepon itu terputus membuat Janeul menghembuskan nafas panjang. Bunyi pintu terbuka, membuat Janeul menoleh dan mendapati Taehyun yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Mwoya ige?” tanyanya cepat setelah menatap beberapa pasang mata yang ada di kamarnya.
Mino segera berdiri dan meloncat, mendekati sang magnae yang menatapnya bingung.“Ya Namtae! Kau tahu? Uri Seungyoon~i. Dia tidur bersama kekasihnya tadi malam!!” jelas Mino dengan nada ceria. Taehyun membuka mulutnya tak percaya dan segera menatap sang manager utama yang tengah menunduk.
“Ya! Apa ini benar? Seungyoon dengan manager EXO itu?” tanya Taehyun cepat. Perempuan di hadapannya masih menunduk dan tak tahu harus memberi jawaban apa. Tak sabar, Taehyun menggoyangkan bahu kiri Janeul berusaha membuat Janeul menatapnya.“Molla. Jinjja molla,” jawab Janeul akhirnya.
“Ternyata adik kesayanganku sudah dewasa,” ucap Mino berlebihan sembari tersenyum bodoh. Janeul menatap Mino kesal, karena tak tepat berekspresi disaat genting seperti ini.“Kita selesaikan setelah ada Seungyoon disini, Janeul~ah,” ujar Jinwoo mencairkan emosi Janeul yang seakan ingin meledak. Janeul menoleh dan menatap Jinwoo yang tengah tersenyum padanya.
Dengan terpaksa, perempuan itu menganggukkan kepalanya.“Kalau begitu, boleh nanti malam aku pergi dengan kekasihku?” tanya satu sosok di belakang Janeul. Janeul membalikkan badan dan segera memberi death glare pada lelaki yang tengah tersenyum jahil itu.“Kau mau mati? Cepat bersihkan dirimu sekarang!” ucap Janeul dengan nada tinggi.
Seunghoon dengan segera berlari masuk ke dalam kamar mandi yang sudah kosong. Perempuan kuncir kuda itu mengedarkan pandangan, mendapati Taehyun yang masih menggeleng tak percaya, Mino yang masih bahagia mendengar kabar sang leader bermalam dengan sang kekasih dan Jinwoo yang masih tersenyum padanya.“Gwencahana Park Janeul,” ucap Jinwoo dengan nada pelan. Janeul menggigit bibir bawahnya dan menganggukkan kepala, berusaha yakin dengan ucapan sang member tertua.
-Hello, Manager Park-
‘I’m just different.. I’m just different..’ ponsel yang berada di atas meja kerja apartemen Janeul itu berkelap-kelip, menandakan panggilan masuk. Dengan cepat, perempuan yang baru selesai membersihkan diri itu mengambil ponsel dengan case mickey mousenya.“Yoboseyo?” ucapnya sesaat setelah menjawab panggilan yang masuk itu.
“O? Kenapa lama sekali mengangkatnya?” rengek suara yang membuat Janeul melihat ID penelponnya di tengah malam ini. Senyum mengembang di wajahnya yang segar sehabis mandi.“Mian, aku baru selesai membersihkan diri. Waeyo?” tanya Janeul sembari duduk di pinggiran kasurnya yang terlihat berantakan.
Suara di seberang sana terdengar menghembuskan nafas.“Neo odi?” tanyanya lagi dengan nada yang tidak lagi merengek. Janeul menekan mode speaker dan menaruh handphonenya agar berbaring di kasurnya.“Jib,” jawab Janeul sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk yang sebelumnya melingkar di lehernya.
“Jinjja. Apa kita akan tetap berbicara seirit ini walau tak sedang membalas pesan?” ucap lelaki di ponsel itu kesal. Janeul tertawa kecil membuat lelaki itu menghela nafas kesal.“Odi jib? Ni jib animyeon WINNER jib?” tanya suara itu lagi saat tak mendengar jawaban Janeul sebelumnya.
Janeul mengedarkan pandangan pada kamarnya yang sangat tidak bisa disebut kamar.“Nae jib. Waegure?” tanya Janeul yang kali ini menangkap gelagat aneh dari lelaki yang mengaku pacarnya itu. Tak lama suara lelaki itu menyuruhnya untuk menunggu, membuat Janeul menganggukkan kepala dan kembali mengeringkan rambut basahnya.“Aku di depan rumahmu.” Ucap lelaki itu tiba-tiba membuat Janeul menghentikan kegiatannya untuk mengeringkan rambut.
“Ye? Neo gotjimal aniji!” ucap Janeul yang sekarang mematikan mode speaker dan mendekatkan ponsel itu ke kuping kanannya. Janeul merengut kesal saat tak mendengar jawaban dari pria yang menelponnya itu.‘Ting tong..’ bunyi bel yang menggema di apartemen Janeul membuat perempuan itu mendenguskan nafas.“Oh Sehun! Neo jinjja..”
“Cepat keluar.. aku tidak bisa lama-lama,” ucapnya kali ini memotong ucapan Janeul. Perempuan itu mematikan hubungan telepon mereka, mengambil jaket hitam dengan lambang WINNER dibelakangnya. Setelah memakai kacamata minus, perempuan itu membuka pintu apartemennya. Sesosok lelaki yang memakai beanie dan masker hitam itu menyambut pandangannya.
Lelaki itu menurunkan maskernya, sehingga Janeul bisa melihat keseluruhan wajah lelaki yang sudah tak dia temui selama kurang lebih 3 minggu.“Anyeong,” sapanya tersenyum lalu menyelonong masuk ke dalam apartemen Janeul yang tak pernah dia datangi. Janeul hanya mampu menggelengkan kepala dan menutup pintu tersebut, setelah sebelumnya memastikan tak ada stalker yang mengikuti sosok lelaki yang sudah lebih dulu masuk ke dalam apartemen kecilnya.
“Woa..” lelaki itu mengedarkan pandangan, berusaha merekam tempat dimana perempuan yang tengah ia pacari tinggal.“Bahkan kamarku di dorm lebih rapih daripada kamarmu,” ledeknya melihat seberapa ‘rapih’ kamar sang kekasih. Sehun melepas maskernya dan ikut duduk disamping perempuan yang sudah duduk bersila di atas kasurnya.
Janeul menatap selidik pada tas karton yang dibawa Sehun. Mengikuti arah pandang perempuan berkacamata itu, Sehun segera menaruh tas karton itu di pangkuan Janeul.“Sonmul,” ucapnya lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. Janeul mengangkat kedua alisnya saat menatap Sehun yang kini mengalihkan pandangan, tak berani menatap matanya.
Dengan senyum kecil, Janeul mengambil sebuah buku yang ada di dalam tas karton itu. Buku yang lebih mirip buku diary, namun lebih tebal itu mendapatkan perhatian Janeul seluruhnya.“Aku harus bersiap untuk comeback-ku. Mulai besok aku akan susah dihubungi.” Ucap lelaki berbeanie disamping Janeul. Sehun menundukkan kepala dan memainkan kedua kakinya yang berada di karpet panda yang menutupi lantai apartemen Janeul.
“Na arra,” ucap Janeul setelah merubah duduknya menjadi menghadap Sehun yang masih menaruh kaki di lantai, sedang perempuan itu melipat kakinya di atas kasur. Sehun menoleh dan menatap Janeul kaget, karena belum pernah memberi tahu jadwalnya.“Shinneul memberi tahu Seungyoon bahwa mulai esok dia akan super sibuk,” ucap Janeul seakan menjawab pertanyaan yang tidak dilontarkan Sehun.
“Aish jinjja!” kesal Sehun merasa momen yang sudah dia rencanakan hancur begitu saja. Janeul tertawa kecil melihat ekspresi kekasihnya itu lalu memukul pelan kepalanya.“Jangan mendumpat!” ujar Janeul membuat Sehun mencemberutkan bibirnya, kesal. Keduanya kembali terdiam, membuat keheningan melingkupi kedua insan yang tengah sibuk dengan pikirannya masing – masing.
Janeul perlahan membuka tali yang mengikat buku yang diberikan Sehun tadi.“Andwe!” tahan Sehun yang membuat Janeul kembali menatap sosoknya.“Aku membuatnya supaya kau bisa melihat satu per satu halaman jika tengah rindu padaku,” jelas Sehun kembali mengikat tali yang sudah dibuka oleh Janeul.
“Kalau aku tidak merindukanmu?” ledek Janeul membuat Sehun menoleh dan menatapnya kesal. Sehun menggelengkan kepala cepat dan menatap Janeul yang juga tengah menatapnya dibalik kacamata yang dipakai.“Aku yakin kau akan merindukanku. Apalagi kita jadi tidak bisa bertemu karena scandal itu,” ucapnya kembali mengingatkan scandal yang terjadi kurang lebih 2 minggu lalu.
Sehun kembali menyodorkan buku diary itu kepada sang kekasih.“Aku menjadi lebih sabar sejak berpacaran denganmu,” jelas Sehun memasukkan kedua tangannya kembali ke dalam saku jaket. Janeul menatap Sehun dengan membulatkan mata, tanda tak mengerti dengan apa yang tengah dibicarakan.
Lelaki itu memainkan kedua bibirnya, kebiasaannya yang sudah mulai diketahui Janeul.“Aku harus bersabar menunggu balasan pesanmu, sabar menunggu waktu tepat untuk bertemu denganmu dan banyak lagi,” tambahnya menatap Janeul.“Untuk itu jangan pernah berfikir untuk meninggalkan lelaki sepertiku. Arra?” tanyanya dengan ekspresi meyakinkan.
Janeul menganggukkan kepalanya sambil membenarkan letak kacamatanya yang bergeser akibat terlalu banyak bergerak. Lagu ‘Tell Me What Is Love’ terdengar memenuhi ruangan yang sepi tersebut.“O? Ini lagu kesukaanku,” ucap Janeul mengingat rentetan nada yang menggema di apartemen kecilnya.
Sehun tersenyum dan mengambil ponsel yang ada di sakunya. Janeul melihat nama ‘Shinneul Nuna’ tertera di antara kelap-kelip lampu ponselnya.“Aku harus pergi sekarang. Youngjun hyung akan kembali marah bila tahu dia mengantarku pergi,” ucap Sehun sesaat setelah dia memilih tak menjawab telepon dari manager Kim.
Sosok itu berdiri dan berjalan ke arah pintu apartemen ditemani Janeul yang mengekor di belakangnya. Langkahnya yang sudah akan keluar, tiba-tiba berhenti dan menatap Janeul yang menatapnya bingung. Sosok itu merendahkan tubuh dan mendekatkan pipi kanannya ke wajah Janeul. Perempuan yang mengerti kode yang dimaksud, tertawa kecil melihat kelakuan kekasihnya yang memang tak bisa ditebak.
Tak lama lagu kesukaan Janeul kembali terdengar, membuat Sehun menggerutu kesal.“Ah ppaliwa,” rengeknya yang makin mendekatkan pipinya ke wajah sang kekasih. Janeul tersenyum lalu menangkup wajah Sehun agar menghadapnya. Dengan sedikit berjinjit, perempuan itu menempelkan bibirnya tepat di kedua belah bibir Sehun.
Sehun membulatkan kedua matanya, kaget akan serangan tiba-tiba dari sang kekasih yang tengah memejamkan mata.“Terima kasih sudah belajar bersabar karenaku dan jaga kesehatanmu. Arra?” ucap Janeul sesaat setelah dia melepaskan ciuman perpisahan pada kekasihnya itu. Kepala yang masih ada dalam tangkupan kedua tangan Janeul itu mengangguk dengan wajah tak berekspresi, membuat Janeul tersenyum kecil.
Sehun menegapkan badan dan tersenyum seperti orang bodoh.“Aku tidak akan mencuci mulutku selama sebulan,” ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya. Janeul menepuk pundak lelaki yang sudah berbalik dan siap keluar dari apartemennya itu. Perempuan berambut sebahu itu masih menatap kepergian lelaki yang sudah melangkah ke depan lift. Sebelum memasuki lift, lelaki itu menoleh dan Janeul melambaikan tangannya yang juga dibalas lambaian tangan dari lelaki itu.
Janeul menutup pintu apartemennya dan menghirup sisa aroma lelaki yang akan kembali sibuk dengan comebacknya itu. Janeul membanting tubuh agar berbaring di atas kasurnya yang terasa lebih besar secara tiba-tiba. Sebuah bunyi notification membuat tubuhnya mengambil ponsel yang ada di dekat kakinya. Jangan lupa tugasmu untuk merindukanku. Janeul tersenyum kecil membaca pesan singkat dari kekasihnya, Oh Sehun.