Keenam manusia itu sibuk bergerak menghias ruang yang biasa dipakai untuk latihan koreo para artis YG. Sebuah banner yang tengah dipasang Byungyung dan Mino di salah satu sudut ruang latihan itu bertuliskan ‘Happy Birthday uri Kyeopta Leader!!’.“Oppa geser itu kesini sedikit,” suruh Janeul selaku perempuan satu-satunya di ruangan itu. Sosok Jinwoo yang tengah mengatur balon-balon yang memenuhi plafon itu bergerak mengikuti arahan tangan sang manager utama.
“Kalau hanya bisa menyuruh lebih baik tidak usah datang,” keluh Taehyun yang menatap tak suka pada Janeul. Manager utama itu menoleh dan mendecih pada sosok Taehyun, yang tengah duduk dan sibuk mengisi balon dengan udara dari mulutnya. Pintu yang terbuka membuat semua pasang mata yang tengah sibuk itu segera menatap ke pintu yang menjadi akses satu-satunya untuk masuk ke dalam ruang latihan.
Mendapati Seho yang memasuki ruangan, membuat keenam manusia itu menghela nafas lega dan segera kembali mengerjakan tugasnya masing-masing. Janeul melangkah cepat mendekati sosok Seho yang membawa satu kotak karton yang berisi kue ulang tahun Seungyoon. Seho menaruh kotak karton itu di samping sosok Taehyun yang masih focus pada peniupan balon berwarna-warni itu.
“Aku pesankan yang biasa kita beli,” ucap Seho sesaat setelah Janeul membuka kotak kue tersebut dengan tangan kanannya. Perempuan yang memilih untuk menguncir setengah rambutnya itu menganggukkan kepala mendengar ucapan Seho.“Kue! Kue! Kue!” seru satu sosok yang langsung hadir di samping Janeul.
Janeul menoleh dan memukul tangan Mino yang ingin mengambil satu buah strawberry dari atas kue yang baru terbuka karena tangannya. Mino menatap Janeul dengan memasang puppy eyesnya. membuat Janeul tak segan menampar pelan pipinya membuat sosok itu jatuh tersungkur, karena berlebihan dalam merespon tamparan Janeul.“Tadaa~ sudah selesai!” ujar seseorang dari pojok ruang latihan yang sebelumnya sepi.
Keenam pasang mata lainnya menoleh dan mendapati Seunghoon yang tengah melebarkan kedua tangannya.“Hah~ akhirnya selesai juga,” tambah Taehyun yang segera menyenderkan punggung pada tembok dibelakangnya. Mino tadinya tersungkur itu melentangkan tubuhnya, berusaha beristirahat selagi menunggu waktu surprise untuk sang leader.
Sang manager utama tersenyum melihat ruang latihan yang sudah diubah seceria mungkin untuk penyambutan umur baru sang leader.“Aku akan menjemput Seungyoon,” ujar Janeul yang mendapati anggukan dari keenam sosok yang masih mengistirahatkan tubuh. Perempuan dengan armsling yang masih melingkar di lehernya itu melangkahkan kaki, keluar dari ruang latihan. Dengan hati-hati perempuan itu menaiki tangga berusaha menggapai recording room, tempat yang menjadi keberadaan Seungyoon saat ini.
Perempuan itu menghembuskan nafas, berusaha berakting sepintar mungkin pada sosok Seungyoon yang berada di dalam ruangan di depannya. Setelah mengetuk pintu recording room tiga kali, sosok itu membuka sedikit celah antara pintu dan kusen, satu celah agar kepalanya dapat masuk sedikit.“Kang Seungyoon?” panggil Janeul sembari melongokan kepala ke dalam recording room.
Satu punggung yang tengah memangku sebuah gitar yang dikenal oleh Janeul itu, membuat dia mengangkat alisnya.“Maeume biga onda biga onda.. cha gabge. Maeume biga onda biga onda.. oneuldo,” sosok yang dikenal Janeul sebagai leader anak asuhnya itu tengah menyanyikan lagu It Rains yang dia compose sendiri. Seungyoon yang tengah memejamkan mata sembari memetik gitarnya itu membuat Janeul mendekatinya dengan langkah pelan.“Neol wihae junbihaettdeon seonmuldeul, go baeki damgin pyeonjineun. Gal got eobsi meonjiman pumgo isseo..”
Petikan terakhir terdengar memenuhi recording room tersebut. Janeul tak dapat mengucap sepatah kata pun, melihat sosok itu menunduk saat menyelesaikan lagu yang dia nyanyikan. Tak ada isakan atau pun airmata. Sosok itu hanya menunduk sembari memejamkan mata. Punggungnya yang biasa terlihat tegap itu kini tertunduk, entah karena apa. Janeul melangkah lebih dekat, hingga kini sosoknya berada tepat dibelakang Seungyoon yang masih tak menyadari keberadaannya.
“Seungyoon~ah,” panggil Janeul dengan nada lembut, membuat sosok itu mengangkat wajah. Dia menoleh dan mendapati sosok sang manager utama berada tepat di belakangnya.“O? nuna? Waegure?” tanyanya cepat lalu memasang senyum yang biasa terdapat di wajahnya. Janeul menggigit bibir bawahnya, tahu bahwa sosok di hadapannya tengah memasang senyum yang dipaksakan.
“Ah matta! Kita harus latihan ya?” tanya Seungyoon lagi, kini sosok itu berdiri dari tempat duduk. Dengan cekatan, dia memasukkan gitar hitam tersebut kedalam tas gitarnya yang tergeletak di meja di hadapannya. Setelah menutup zipper tas gitar, sosok itu berbalik dan siap melangkah meninggalkan recording room bersama Janeul.
Janeul menahan tangan Seungyoon yang ingin bergerak keluar dari ruangan itu.“Neo waegure?” tanya Janeul menatap Seungyoon dengan tatapan bersalah. Seungyoon menatap tangan sang manager yang masih menggenggam tangannya.“Apa karena masalah kemarin, kau ada masalah dengan Shin?” tanya Janeul kali ini membuat Seungyoon sekilas kehilangan ekspresi mendengar nama ‘Shin’.
Seungyoon tersenyum lalu membalikkan badan, menghadap sang manager utama sepenuhnya.“Na gwenchana nuna. Jinjja gwencahana,” ucapnya sembari menggenggam erat pundak kanan Janeul yang tak berada di dalam arm sling. Perasaan bersalah itu terus menguak dalam diri Janeul, yang memutar kejadiannya bersama Shinneul di dalam lift saat di Beijing lalu.
Genggaman tangan Janeul mengepal, melihat sosok dihadapannya tengah tersenyum lebar untuknya. Janeul tahu senyum yang diberikan Seungyoon tak berasal dari dalam hatinya dan itu membuat sosoknya semakin merasa bersalah.“Mianhe Seungyoon~ah,” ujar Janeul membuat Seungyoon mengangkat kedua alisnya tak mengerti.
“Aku belum meminta maaf pada Shin karena kejadian di Beijing kemarin,” tambah Janeul membuat Seungyoon menganggukkan kepala. Sosok itu menghela nafas panjang dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket.“Untuk kali ini aku mau kau percaya padaku. Bahwa aku akan menjadi leader yang baik dan mengikuti semua perintahmu,” balas Seungyoon menatap Janeul dengan wajah meyakinkan.
“Saat ini aku hanya ingin membuatmu tahu bahwa aku bisa membanggakanmu. Percaya padaku nuna,” tambahnya sembari memasang senyum tenang yang biasa dia berikan, jika dia sedang meminta pada Janeul. Dengan cepat, Seungyoon segera menggamit lengan kanan Janeul dan membawa sosok itu keluar bersamanya dari ruangan recording room.
Janeul menoleh dan menatap Seungyoon yang masih menampilkan senyum. Walau Seungyoon tak memberi tahu, Janeul tahu ada yang salah dari sang leader. Dia tidak mau memaksa sosok itu bercerita padanya bila sosok itu masih tak bisa berbagi cerita. Pintu ruang latihan yang gelap di depan sana menyadarkan Janeul akan hari ulang tahun sang leader.
Dia menghentikan langkahnya, membuat sosok disampingnya juga ikut berhenti.“Aku akan percaya padamu Seungyoon~ah. Tapi janji padaku jika kau ada masalah, kau harus bercerita padaku. Arra?” tanya Janeul membuat Seungyoon menatapnya sambil mengangkat kedua alis. Namun tak berapa lama sosok leader itu menganggukkan kepala. Kedua sosok itu melangkah mendekati ruang latihan dan membukanya.“O? Kena..”
“SAENGIL CHUKKAE URI LEADER!!” teriakan itu menggaung sesaat setelah Seungyoon menekan tombol saklar disamping pintu. Tiupan terompet kecil yang berada di mulut Seunghoon dan Mino selanjutnya menjadi backsound dari surprise ulang tahun sang leader. Lagu ulang tahun selanjutnya dilantunkan Jinwoo dan Taehyun yang juga bertugas membawa kue dengan lilin menyala diatasnya.
Janeul tersenyum menatap dua manager lainnya yang tengah mengabadikan moment peniupan lilin oleh Seungyoon. Sosok yang tengah terpejam itu melantunkan doa yang hanya dia simpan sendiri. Setelah meniup api yang menari diatas lilin itu, Seungyoon segera mengambil kue tersebut dari tangan Taehyun. Mino dengan cepat segera berlari kedepan Seungyoon yang tengah menyendok satu potongan kue ice cream tersebut.
“Ini untuk Janeul nuna. Karena telah menjadi manager utama yang hebat untuk kita,” ucap Seungyoon segera setelah melihat Mino yang membuka mulut, menunggu sendok yang berada di tangan Seungyoon segera mengarah ke mulutnya. Mino mendengus kesal dan mencemberutkan bibirnya.“Nuna. Aa~” Seungyoon membuka mulutnya selagi tangannya mengarah ke mulut sang manager utama.
“Ah aku harus mendoakanmu dulu.” Cegah Janeul menahan sendok yang memaksa mendekati mulutnya. Seungyoon akhirnya mengangguk dan menunggu Janeul yang tengah mempersiapkan doa untuk sang leader.“Berilah Seungyoon kesehatan dan kekuatan dalam menangani 4 member lainnya, jangan beri masalah yang tak bisa dia hadapi dan.. aku menyayangimu Kang Seungyoon,” ucap Janeul dipenuhi dengan doa untuk sosok yang tersenyum mendengar ucapannya.
“Gomawo nuna. Aku juga menyayangimu,” balas Seungyoon dengan tersenyum lebar. Tak lama sendok yang berisi kue itu masuk ke dalam mulut Janeul yang terbuka. Seungyoon segera menyendok kue lagi untuk menyuapi sosok-sosok lain yang masih menunggu giliran. Janeul mengunyah kue yang tiba-tiba tak terasa itu, mengingat Seungyoon yang sebenarnya tengah menyimpan masalahnya. Dia menghela nafas pelan, berusaha menampik pikiran negative yang tiba-tiba memenuhi pikirannya.
-Hello, Manager Park-
Aku di tangga darurat. Cepat kemari. Satu pesan yang masuk ke dalam ponsel bercase mickey mouse itu membuat Janeul menggeleng tak percaya. Janeul mengedarkan pandangan, menatap ruang tunggu WINNER yang tengah riuh karena persiapan menyambut perform kelima anak asuhnya di konser GAON Chart Awards 2015. Satu sosok yang tengah berbaring di sofa membuat langkah Janeul yang akan keluar dari ruang tunggu itu terhenti dan mendekati sosok tersebut.
Perempuan itu menjongkokkan diri disamping sosok yang tengah menutup mata dengan lengan kanannya itu.“Neo gwenchana oppa?” tanya Janeul pada Seunghoon yang sekarang menatap Janeul yang berada didekatnya. Sosok itu menganggukkan kepala dan tersenyum.“Selesai perform kau langsung pulang dengan Byungyung ya?” perintah sang manager utama namun dengan nada lembut, mengingat sosok didepannya masih belum fit benar.
“Arraseo manager Park,” jawab Seunghoon dengan senyum meledek membuat Janeul mencemberutkan bibir kesal. Satu getaran yang berasal dari saku jaketnya membuatnya mengingat satu sosok yang menunggunya di tangga darurat. Setelah pamit keluar pada Byungyung yang tengah duduk sambil menikmati makan siangnya yang kelewat terlambat waktu. Dengan setengah berlari, Janeul melangkahkan kaki mendekati pintu tangga darurat di lantai tempatnya berada.
Dengan sekali dorongan, pintu berbahan baja bercampur besi itu terbuka. Satu sosok dengan kemeja putih berdasi dan tertutup jas hitam yang tengah menyender di pegangan tangga itu, mengangkat wajah menampilkan sosok Sehun. Lelaki dengan rambut telah tertata rapih itu menggerakkan bibirnya tanda kesal, karena menunggu terlalu lama.
“Wae?” tanya Janeul sesaat dia menutup kembali pintu tangga darurat yang kedap api itu. Sehun menegapkan badan, tak lagi menyender pada pegangan tangga. Lelaki itu memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya yang berwarna senada dengan jas yang dikenakan.“Bukankah dokter bilang kau harus memakai armsling selama sebulan?” tanya Sehun menggerakan dagunya, menunjuk lengan kiri Janeul yang sekarang tak lagi dalam gendongan arm sling.
Janeul ikut menoleh dan menatap lengan kirinya yang tak lagi di gips dan menyisakan sebuah perban yang melilit kapas untuk menutup jahitan pasca operasi.“Ah ini.. aku memang sengaja melepasnya agar dapat bergerak dengan leluasa,” jawab Janeul dengan segera menggerakan lengan kirinya yang baru saja dioperasi beberapa pekan lalu.
“Ya!” teriak Sehun membuat Janeul kaget dan menatapnya bingung. Sosok itu memegang tangan kiri Janeul lalu menatap si empunya tangan.“Jangan berlebihan memakai tangan yang baru saja sakit. Arra?” ingat Sehun dengan wajah kesal. Janeul mengedipkan matanya, tak percaya dengan ucapan Sehun dan menganggukkan kepala karena terhipnotis suasana.
Keheningan melanda dua insan yang saling tak mau bertatapan itu. Sehun dengan perlahan melepas genggaman tangannya pada tangan sang kekasih. Satu getaran dari dalam saku Janeul, membuat perempuan itu segera mengeluarkan ponselnya dan mendapati nama Seho hadir diantara kelap kelip layarnya. Tanpa mau menjawab, dia segera kembali memasukkan ponsel itu ke dalam saku dan menatap Sehun yang juga tengah menatapnya.
“Apa ada yang mau kau katakan lagi?” tanya Janeul membuat Sehun segera mengalihkan pandangan menatap ruangan yang sedari tadi menjadi tempat persembunyian mereka berdua. Janeul menghentakkan kakinya tak sabar melihat Sehun yang tak kunjung menjawab. Setelah melihat jarum jam yang terdapat pada jam di pergelangan tangan kanannya, Janeul kembali menatap Sehun panik.“Aku sangat sibuk Oh Sehun. Nanti aku akan menghubungi kau lagi,” pamit Janeul pada akhirnya berbalik dan meraih knop pintu tangga darurat.
“Bogoshipo..” ucap lelaki yang tengah menunduk itu membuat Janeul membalikkan badan dan membulatkan mata tak percaya. Sehun mengangkat wajahnya dan menghindar dari pandangan manager utama WINNER itu. Janeul tertawa kecil dan mendekati sosok yang lebih tinggi darinya itu.“Na geunyang..”
Ucapan Sehun terhenti sesaat setelah Janeul berjinjit dan mengecup pipi kanannya.“Nado bogoshipo. Aku akan menghubungimu lagi nanti,” ucap Janeul lalu kembali berbalik dan meninggalkan satu sosok yang masih terpaku karena tindakannya yang tiba-tiba. Dengan langkah cepat, Janeul membelokkan dirinya ke lorong yang menjadi jalannya untuk kembali ke ruang tunggu WINNER.
Satu sosok yang berjalan berlawanan arah dengannya, sukses menghentikan langkah.“O? My Ex!” panggil lelaki dengan rambut berwarna cokelat itu. Satu rangkulan segera mendarat di leher Janeul oleh lelaki tersebut. Janeul menoleh dan tertawa mendapati satu sosok yang pernah menjadi teman dekatnya selama SMA itu, masih mengenalinya.“Yo Park Kyung!” sapa balik Janeul membuat lelaki itu ikut tersenyum lebar.
“O? Anyeong haseyo Kyung sunbaenim,” sapa seseorang dari belakang kedua sosok tersebut. Kedua sosok yang masih menempel karena rangkulan sang lelaki itu berbalik. Mata Janeul membulat mendapati sang kekasih yang juga kaget melihat sosoknya yang berada dalam rangkulan lelaki lain.“Anyeong haseyo.. Sehun~sshi,” sapa balik Kyung dengan senyum lebar yang masih terdapat sedari tadi.
Seperti tak menganggap keberadaan Sehun, Kyung mengeluarkan sebuah permen lollipop dari kantong jaketnya. Setelah melepas rangkulannya di leher manager utama WINNER itu, tangannya bergegas membuka plastic penutup lollipop itu.“Aaa~ aku mendapatkan banyak permen seperti ini dari fansku tadi,” ucapnya sembari menyodorkannya mendekat ke mulut Janeul.
Dengan tawa kecil, Janeul menyambut lollipop itu agar masuk ke dalam mulutnya. Sehun menatap tak percaya kedua sosok yang seakan berlovey dovey di hadapannya itu, namun mengingat ada sosok yang tak mengetahui tentang hubungannya dengan Janeul membuatnya tak mengekspresikan kekesalannya lama-lama.“Kau terlihat kurus. Jangan lupa makan yang teratur,” ingat Kyung sambil mengusap rambut Janeul yang hari ini dibiarkan tergerai.
“Oh Sehun!” panggil seseorang dari lorong di belakang sosok Kyung dan Janeul. Ketiga pasang mata itu menoleh dan mendapati sosok manager Kim yang tengah berlari mendekat ke tempat kumpul mereka.“Anyeong haseyo,” sapa manager Kim yang segera menundukkan badannya kepada tiga orang yang hadir disana. Janeul menyadari Shinneul berusaha menghindari pandangan matanya, membuat rasa bersalah kembali hadir begitu saja di dirinya.
Shinneul merasakan aura tak nyaman disana, sosok itu menatap Sehun yang masih menatap sang kekasih dengan sunbaenimnya di dunia entertainment.“Sehun~ah kau masih harus touch up. Kajja,” ujar Shinneul dengan segera menarik lengan Sehun yang masih terdiam dan tak menghiraukan perkataannya.
“O? Seungyoon?” panggil Janeul mendapati sosok leader anak asuhnya tengah berjalan mendekati sosoknya. Pandangannya beralih pada sosok manager EXO yang segera menundukkan wajah setelah melihat sosok Seungyoon mendekat.“Nuna, Seho hyung mencarimu. O? Anyeong Kyung hyung, Sehun~sshi.. Manager Kim,” sapa Seungyoon kepada semua sosok yang berada disitu dengan jeda disaat memanggil manager Kim.
Janeul mengangkat alisnya, melihat perbedaan dari sosok Seungyoon yang hanya menatap manager Kim sekilas.“Anyeong Seungyoon~ah. Geurae, kau boleh kembali ke ruang tunggu dan jangan jatuh lagi. Arra?” ucap Kyung yang terdengar seperti perintah di telinga Janeul. Perempuan dengan kemeja putih berbalut sweater berwarna biru tua itu menganggukkan kepala dengan senyum kecil.
Sehun menengadahkan tangannya, seakan meminta sesuatu pada Janeul yang masih menatap punggung Kyung.“Mwo?” tanya Janeul menatap Sehun masih dengan mengemut lollipop yang diberikan Kyung. Sehun menunjuk mulut Janeul, lebih tepatnya lollipop yang masih berada dalam mulut Janeul. Dengan tak sabar, sosok itu segera mengambil lollipop tersebut dengan paksa.
“Jangan asal memakan apa yang diberikan oleh orang!” ucap Sehun dengan nada kesal dan memerintah, membuat Janeul menatapnya tak percaya. Sehun segera menarik lengan manager Kim yang menundukkan kepala tanda pamit.“Woah jinjja Oh Sehun,” ucap Janeul menahan kesal saat melihat magnae EXO itu membuang lollipop, yang mestinya masih bisa menjadi penganjal perutnya itu, ke dalam tempat sampah di ujung lorong.
Janeul menolehkan kepala dan mendapati sosok leadernya yang masih terpaku pada satu titik. Perempuan itu mengikuti arah pandang Seungyoon dan mendapati punggung Shinneul yang tengah berjalan berdampingan dengan Sehun adalah tempat Seungyoon menaruh pandangan. Tatapan Seungyoon yang biasanya bersinar kala melihat kekasihnya itu kini meredup seakan menyimpan kesedihan yang tak bisa terlontar.
“Kau kenapa dengan Shin?” tanya Janeul akhirnya memecah keheningan. Sosok yang ditanya segera kembali ke alam nyata dan menatap Janeul seakan meminta perempuan itu mengulang pertanyaannya.“Kau. Dengan Shin. Kenapa?” tanya Janeul dengan penekanan di setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Seungyoon menggeleng dan tersenyum.“Gwenchana. Ah matta! Kita harus kembali ke ruang tunggu. Jangan membuat Seho hyung menunggu, nuna.” Ujar Seungyoon mengalihkan pembicaraan dan berjalan meninggalkan Janeul. Janeul menatap punggung sang leader yang kini terlihat rapuh, karena masalah yang tak diketahuinya.
-Hello, Manager Park-
“Aku memaksamu bercerita Kang Seungyoon.” Ujar Janeul menatap sosok yang tengah duduk di kasur yang berseberangan dengan sosoknya. Janeul menyilakan kakinya di atas kasur Jinwoo sedangkan si empunya kasur duduk persis di sampingnya.“Kau terlihat tak focus dengan semua yang kita lakukan. Di WWIC kemarin, aku benar-benar melihatmu yang tengah memikirkan sesuatu,” tambah Janeul yang diikuti anggukan Jinwoo yang seakan membenarkan.
“Dua hari lagi WWIC Seoul dan aku tak mau hal itu terulang. Itu berakibat buruk untuk Inner Circle yang menunggu penampilanmu,” tutup Janeul membuat sosok di depannya menunduk. Perempuan yang sudah tak memakai arm sling itu menghela nafas berat. Dia menoleh, menatap sosok tertua dari membernya untuk meminta bantuan. Jinwoo ikut menatap Janeul dan kembali menatap Seungyoon yang masih menunduk.“Janeul hanya tak ing..”
“Heojija.” Satu kata yang keluar dari mulut Seungyoon mampu membuat ruangan itu mendapat keheningan yang tak pernah terjadi di kamar itu. Janeul menutup mulutnya yang terbuka sedang Jinwoo mengedipkan mata tak percaya.“Aku dan Shinneul sudah putus nuna. Sehari sebelum aku berulang tahun,” jelas Seungyoon mengangkat wajah dan menatap mata Janeul yang menatapnya tak percaya.
Seungyoon mengangkat bahu dan menghela nafas berat.“Aku juga tidak tahu kenapa dia memutuskanku. Mungkin dia letih mempunyai pasangan over protective sepertiku,” tambah Seungyoon dengan tawa yang terdengar menyakitkan di telinga Janeul. Kejadian di lift Beijing pekan lalu kembali terputar di pikiran Janeul, membuat sosok itu menundukkan kepala.
Dua tetes airmata mengalir begitu saja dari kedua pelupuk matanya.“Janeul~ah? Kenapa kau menangis?” tanya Jinwoo yang segera merangkul sosok disampingnya itu. Seungyoon segera beranjak dari kasurnya dan berjongkok di hadapan sang manager utama yang terisak itu.“Nuna. Ini bukan salahmu, percaya padaku. Tanpa kau berkata padanya, mungkin ini memang jalan yang terbaik,” ujar Seungyoon berusaha membuat tangisan sang manager utama berhenti.
Janeul masih terisak membuat Jinwoo mengelus punggungnya yang bergetar.“Uljima nuna, jebal,” mohon Seungyoon dengan suara lembutnya dan berusaha menghapus airmata yang mengalir membasahi kedua pipi Janeul. Seungyoon tersenyum miris melihat sosok manager utamanya itu.“Mi.. Mianhae Seungyoon~ah,” ucap Janeul dan dijawab gelengan kepala oleh Seungyoon.
“Aku yang harusnya meminta maaf padamu karena selalu berbuat ulah padamu nuna,” ucap Seungyoon dengan wajah meyakinkan. Jinwoo memberikan selembar tisu untuk Janeul mengelap wajahnya yang sehabis menangis. Seungyoon kembali duduk pada kasurnya dan menghadap dua sosok di hadapannya.
Lelaki itu mengedarkan pandangan, berusaha menahan aliran airmata yang seakan bisa kapan saja jatuh tertarik gravitasi.“Aku hanya belum terbiasa hidup tanpanya. Hanya belum terbiasa tak mendengar suaranya. Mendengar gelak tawanya dan menjadi tempatnya bercerita tentang sulitnya dia menangani kesepuluh anak asuhnya itu,” Seungyoon kali ini kembali bercerita tentang apa yang dipendamnya selama sepekan ini.
“Bertemu dengannya lagi di Gaon kemarin membuatku sadar bahwa sosoknya masih menjadi penting dalam hidupku,” tambahnya dengan pandangan menerawang. Janeul mengepalkan tangannya menahan keinginan untuk segera pergi ke apartemen manager Kim dan membawanya kemari sekarang juga. Satu tangan terasa menyelimuti tangannya yang terkepal. Janeul menoleh dan mendapati Jinwoo yang tengah menatapnya lembut.
“Nuna ingat saat pertama kali aku berkata bersama dengannya aku menemukan banyak ide dalam membuat lagu? Dan bertemu dengannya lagi kemarin, membuat aku sadar bahwa aku masih merasakan hal itu.” Tambah Seungyoon menatap sang manager utama dengan mata yang berkaca-kaca.“Saat dia meminta putus denganku waktu itu, aku tak bisa melakukan banyak hal. Mestinya aku bisa menahan tangannya yang pergi meninggalkanku. Mestinya aku bisa memaksanya untuk membenarkan apa yang salah pada hubungan kami. Mestinya aku hah..”
Ucapan Seungyoon terpotong oleh sosoknya yang segera menunduk dan membiarkan airmata yang sedari tadi tergenang itu jatuh membasahi kasurnya. Tak tunggu lama sosok itu bergetar diikuti isakan yang sangat menyesakkan hati Janeul. Jinwoo mengedarkan pandangannya, dia juga tengah berusaha tak ikut menangis bersama Seungyoon.
Janeul beranjak dari kasur Jinwoo dan duduk di samping Seungyoon yang masih terisak. Dengan sekali gerakan, sosok itu memeluk Seungyoon dari samping. Dia mengelus belakang kepala Seungyoon yang masih menunduk.“Gwenchana Seungyoon~ah, menangislah. Keluarkan semua yang sudah kau tahan selama ini.” Ucap Janeul dengan nada lembut, membuat tubuh yang berada dalam pelukannya itu semakin bergetar.
Setelah berhasil menahan airmata yang tak jadi keluar, Jinwoo ikut duduk di samping Seungyoon dan menepuk punggung Seungyoon pelan.“Kau tak perlu berakting tegar bersama kita Seungyoon~ah. Kita ada, karena kita siap untuk menjadi tempat kau bersandar,” ucap Jinwoo sembari menepuk-nepukan tangannya di punggung Seungyoon.
Lima menit berlalu dengan suara isakan tangis dari sosok Seungyoon yang tengah menghapus jejak airmata dari wajahnya dengan tisu. Janeul melepas pelukannya, membiarkan sosok yang sudah lega itu membersihkan wajah dengan leluasa.“Gomawo hyung. Gomawo nuna,” ucap Seungyoon dengan mata yang terlihat bengkak.
Kedua sosok di sampingnya itu mengangguk, seakan menganggap perlakuan mereka terhadap sosoknya itu bukanlah apa-apa.“Aku akan membersihkan wajahku dulu. Aku tak mau terlihat jelek besok pagi,” ujar Seungyoon yang melangkah masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar Seungyoon dan Jinwoo.
Baru saja pintu kamar mandi tertutup, pintu kamar utama yang menghubungkan ke lorong ruang tengah itu terbuka. Menampilkan satu sosok Mino yang hanya memakai baju tanpa lengan serta celana dengan panjang hingga menutupi dengkul.“Seungyoon odi?” tanyanya saat tak mendapati sosok yang dicarinya di dalam kamar.
Jinwoo menunjuk pintu kamar mandi yang tertutup membuat Mino menggerutu kesal.“Wae? Ada masalah apa? Kenapa kau terlihat panic?” tanya Janeul beruntut membuat Mino segera menjentikkan jarinya mengingat sosok Janeul ada disitu. Tanpa menjawab, Mino segera duduk di kursi meja kerja yang berisi laptop milik Jinwoo.
Janeul menoleh dan mendapati Jinwoo yang juga langsung mengangkat bahu, karena tidak tahu dengan keperluan Mino di kamarnya. Setelah mengetik sesuatu di dalam laptop Jinwoo, Mino memanggil kedua sosok yang berada di belakangnya itu. Dengan perlahan Janeul dan Jinwoo segera melangkah dan berdiri di samping Mino yang menunjuk satu headline dari situs berita Kpop itu.
Perempuan berambut sebahu itu segera menggerakan layar laptop agar menghadap sepenuhnya pada dirinya.“Ige mwoya?!” tanya Janeul dengan nada kesal terdengar di antara dua kata yang keluar. Mino menatap takut manager utama yang tengah menatapnya meminta penjelasan. Bunyi pintu terbuka membuat tiga sosok yang masih kaget itu menoleh dan mendapati sosok Seungyoon dengan muka yang basah karena mencuci muka.
“O? Apa yang kau lakukan disini?” tanya Seungyoon menatap Mino yang tiba-tiba tak bisa berkata apa-apa. Seungyoon tersenyum dan melangkah mendekati tiga sosok yang tiba-tiba kehilangan suara atau kemampuan dalam merangkai kata.“Seungyoon~ah,” panggil Janeul pada akhirnya membuat Seunghoon mengalihkan pandangannya pada sang manager utama.
Jinwoo dan Mino segera menunduk, berusaha menulikan telinga mereka yang sebenarnya masih dapat mendengar dengan baik. Janeul menghela nafas berat dan kembali menatap Seungyoon yang tengah menanti ucapannya.“Shin.. Shinneul ditusuk oleh sasaeng fans,” ujar Janeul membuat wajah sang leader segera kehilangan cahaya. Janeul menggeser badannya, mempersilahkan sang mantan kekasih melihat berita yang menggemparkan itu.