home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hello, Manager Park

Hello, Manager Park

Share:
Author : bocil19
Published : 02 May 2015, Updated : 31 Mar 2016
Cast : All Member WINNER | All Manager WINNER | Park Janeul (OC) | Oh Sehun (EXO) | EXO Members
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |38080 Views |9 Loves
Hello, Manager Park
CHAPTER 6 : Back

Kami baru sampai di Korea tadi siang. Kau masih liburan? Pesan masuk dari Seho itu menghentikan aktivitas Janeul yang tengah melihat perform anak asuhnya yang dua hari lalu perform di Guangzhou dan Shanghai. O oppa. Mian tidak bisa membantu kalian mengurus lima anak itu. Balas Janeul cepat menggunakan tangan kanannya.

                Sosok perempuan dengan rambut tergerai itu beranjak dan menutup gorden jendela di dalam apartemen kecil miliknya. Tangan kirinya yang terbungkus gips dan arm sling itu belum bisa dia gunakan seperti biasa. Tulang lengan kirinya bergeser dan sosoknya segera menjalani operasi tepat di hari dia terjatuh. Dia tidak memberi tahu satupun anak asuh ataupun manager lain yang tengah sibuk mengambil alih pekerjaannya.

                Janeul hanya memberi tahu satu sosok, Yang sajangnim. Karena dengan dia memberi tahu sosok itu, dia diperbolehkan mengambil cuti selama sebulan untuk berobat secara teratur. Getaran yang berasal dari benda kotak di atas meja. Kau masih liburan? Kenapa tidak mengirimkan foto liburanmu kepadaku? Janeul menghela nafas membaca pesan yang ia pikir berasal dari Seho.

                Memang selama tiga hari ini Mino yang intens bertanya tentang keberadaannya. Walau Janeul membalas bahwa sosoknya tengah cuti liburan, Mino tidak semudah itu percaya. Tanpa berniat membalas, Janeul menaruh ponselnya kembali tertidur di atas meja. Bunyi lagu Different dari album pertama WINNER terdengar memenuhi ruangan apartemen Janeul yang sebelumnya sepi.

                Janeul menatap layar ponsel yang menampilkan ‘Song Mino Calling..’. Dia menggelengkan kepala tak percaya dan menjawab panggilan dari sosok yang menelponnya itu.“Kau liburan kemana?” tanya Mino dengan nada suara yang tidak bisa dibilang ramah. Janeul menggigit bibir bawahnya, tahu bahwa Mino tengah berada di mood jelek.

                “Ah.. aku sedang berada di Laos. Hah menyenangkan sekali akhirnya bisa liburan,” jawab Janeul dengan nada yang seakan benar-benar tengah merasakan liburan. Mino tak menjawab ataupun merespon ucapan dari Janeul.“Mino~ya? Kau masih disana?” tanya Janeul lagi yang kini hanya bisa mendengar suara nafas Mino.

                ‘Ting tong..’ bunyi bel yang menggema di dalam apartemen Janeul, membuatnya menoleh ke lorong yang tersambung pada pintu utama apartemennya.“Apa sekarang apartemenmu pindah ke Laos?” tanya Mino dengan suara yang masih bernada sama seperti awal pembicaraan mereka.“Cepat buka pintunya, aku harus menemuimu.” Ucap Mino dan dengan segera menutup sambungan telepon mereka berdua.

                Janeul menaruh ponselnya cepat di atas meja, persis disamping laptopnya yang masih menampilkan video perform WINNER yang terpause semenjak tadi. Sosok itu membuka lemari baju dan mengambil satu jaket besar untuk menutupi tangannya yang berada di arm sling. Setelah tangan kirinya tertutup oleh jaket yang ia pakai asal, Janeul berjalan untuk membuka pintu apartemennya.

                Setelah membuka kunci, Janeul membuka sedikit pintu tersebut sehingga Mino hanya mendapati muka sang manager utama dibalik pintu.“Ya! Kau mengganggu liburanku Song Mino. Aku sedang sibuk, jangan ganggu aku. Lebih baik..”

                “Buka pintunya lebih lebar. Aku tidak sedang ingin bercanda,” ucap Mino dengan wajah serius dan menatap Janeul di balik kacamata bacanya. Dengan perlahan Janeul membuka pintu apartemennya lebih lebar, membuat anak asuh yang memakai jaket hitam gelap itu masuk ke dalam tempatnya tinggal. Setelah menutup pintu, Janeul mengekori Mino yang berjalan di depannya.

                Mino menoleh dan menatap Janeul dengan ekspresi seriusnya.“Kenapa kau berbohong padaku?” tanya Mino cepat setelah melihat sang manager utama menundukkan kepala. Janeul mengangkat wajahnya dan menampilkan senyum terbaik untuk Song Mino yang kini masih tak berniat untuk bercanda.“Anjayo,” ucap Janeul menarik bangku yang biasanya dia duduki mendekat pada sosok Mino yang masih tak mengalihkan pandangan.

                “Jawab pertanyaanku. Aku tidak butuh bangku sebagai alasan,” ucap Mino yang sekarang melipat tangan di depan dadanya. Janeul menganggukan kepala lalu duduk bersila di atas kasurnya, menghadap Mino yang masih menatapnya. Dengan cepat, sosok itu membenarkan jaket untuk menutupi tangannya.“Aku hanya sedang ingin liburan tanpa diganggu Mino~ya. Kau kan tahu aku sibuk sejak kalian menang Who Is Next?,” jawab Janeul mencari alasan yang tepat.

                Mino beranjak dari tempatnya berdiri, melangkahkan kaki mendekati sosok sang manager utama. Sedang sosok yang didekati berusaha memegang erat jaket yang menutupi tangannya yang cedera. Dengan sekali sentak, jaket yang sedari tadi berusaha dipakai untuk menutupi arm sling itu tertarik oleh tangan Mino. Sosok lelaki dengan hoodie hitam itu membulatkan matanya tak percaya.

                “Ige mwoya?” tanya Mino bernada kesal membuat Janeul semakin menundukkan kepala. Mino mencengkeram bahu kanan Janeul memaksa Janeul untuk menatapnya yang butuh penjelasan.“Apa yang terjadi padamu, Park Janeul?” tanya Mino lagi kali ini dengan penekanan dalam menyebut nama sang manager utama.

                Janeul menggigit bibir bawahnya dan memberanikan diri menatap Mino.“Aku terjatuh dari tangga dan tulang tanganku bergeser,” jawab Janeul sembari memberikan senyum kecil. Mino mengusap wajahnya kasar dan bertolak pinggang.“Onje?” tanya Mino lagi yang kini membuat Janeul pasrah karena sikap ingin tahunya.“Kemarin. Kemarin, aku terja..”

                “Gotjimal.” Ucap Mino memotong ucapan Janeul yang akan berbohong. Janeul mengeratkan kepalan tangan kanannya dan memberanikan diri kembali menatap Mino yang masih terus menatapnya penuh selidik.“Ah.. sebenarnya dua hari lalu aku..”

                “Kau terjatuh disaat mengambil kotak sepatuku pada saat SBS Gayo Daejun kan?” tebak Mino tiba-tiba. Janeul segera menggelengkan kepala sedangkan Mino menganggukkan kepala, seakan tak menghiraukan Janeul yang menampik tebakannya. Sosok lelaki itu mendudukkan diri di bangku yang sedari tadi di sediakan Janeul.“Mino~ya kau salah persepsi. Aku terjatuh saat..”

                “Mianhe Janeul~ah. Jinjja mianhae,” ucap lelaki yang kembali memotong penjelasan Janeul. Janeul menghembuskan nafasnya kesal, karena Mino yang selalu bisa menebak disaat dia berbohong pada sosok itu. Mino menundukkan kepala dan menutup wajah, berusaha menetralkan perasaannya yang campur aduk.“Aku membuatmu terluka dan aku tidak mengetahuinya. Bahkan aku.. hah~,” ucapan Mino tak terselesaikan dan hanya menghasilkan geraman kecil dari sosok lelaki yang biasanya terlihat ceria.

                Janeul beranjak dari tempatnya duduk disaat melihat Mino mengepalkan tangan diatas kedua paha. Perempuan berambut sebahu itu mengelus kedua tangan Mino yang mengepal, menahan amarah.“Mian. Jinjja mianhae..” ucap Mino akhirnya menatap sang manager utama yang juga tengah menatapnya. Janeul tak pernah tahu bahwa Mino benar-benar menghawatirkannya seperti ini.

                Perempuan berkaos putih itu menjongkokkan badan dan menatap Mino yang tengah menatapnya dengan penuh rasa bersalah.“Gwenchana Mino~ya. Kau kan tahu aku perempuan kuat. Bahkan aku sudah melakukan operasi,” jelas Janeul namun tak bisa membuat Mino kembali mengangkat wajah.

                Janeul menepuk intens lutut kiri Mino yang berada dihadapannya, berusaha meredakan emosi yang ada di dalam diri Mino. Lima menit berlalu dengan tepukan Janeul pada lutut Mino dan sosok yang sebelumnya terbawa emosi itu kini tengah tersenyum kecil pada sang manager utama. Janeul beranjak, mengambil sekotak tisu dan menyodorkannya kepada Mino yang segera mengambil sehelai tisu dan menghapus jejak airmata yang ternyata membasahi pipinya.

                “Kenapa kau tidak bercerita padaku?” tanya Mino saat dirinya sudah selesai membersihkan wajah yang kini terlihat berantakan. Janeul tersenyum kecil dan mengedikkan dagunya ke arah Mino. Sosok yang ditunjuk malah balik menunjuk dirinya sendiri.“Karena kau pasti akan melakukan hal ini dan yang lain juga akan menghawatirkanku dengan berlebihan,” jelas Janeul membuat Mino menatapnya tak percaya.

                “Kau seorang perempuan yang mestinya dijaga oleh lelaki, Janeul~ah. Dan tugas kami untuk menjagamu selama kau ada disisi kami,” balas Mino yang ditanggapi anggukan dari sosok perempuan yang tengah mengambil sebotol air bening dingin dari kulkas yang berada di pojok dapur.“Na arra. Tapi jabatanku sebagai manager membuatku memutar balikkan fakta itu. Tugasku adalah perempuan yang menjaga lima lelaki tak bisa diam seperti kalian,” Janeul menyodorkan botol yang baru dia ambil kepada Mino.

                Lelaki dengan mata sembab itu mengambil botol yang disodorkan dan menggelengkan kepala.“Ani. Tugasmu adalah untuk tetap berada di samping kami. Dan tugas kami adalah menjaga kau agar selalu disamping kami,” sergah Mino cepat dengan nada yang meyakinkan. Janeul tersenyum dan kembali duduk di pinggir kasur, tempatnya duduk sedari tadi.

                “Jebal Janeul~ah. Aku menganggapmu sebagai teman, ani. Kau adalah dongsaeng untukku selain Danah,” ucap Mino yang tengah menunduk dan memainkan botol yang tadi diberikan Janeul. Janeul menoleh dan menatap Mino yang seakan tak bercanda saat ini.“Untuk itu aku harus menjagamu. Seletih apapun aku perform, seberat apapun latihan yang kujalani, aku akan menjagamu.” Tambah Mino yang kali ini menatap Janeul.

                Tanpa disadari satu airmata lolos begitu saja dari mata Janeul, mendengar secara langsung apa yang dirasakan oleh anak asuhnya.“Jebal.. jinjja jebal. Jangan sakiti dirimu untuk kami, terlebih aku. Karena kami tidak ingin melihat kau menahan sakit karena kami sebagai alasannya,” Mino berdiri dan menjongkokkan dirinya di hadapan Janeul.

                “Uljima. Aku tidak suka melihat adikku menangis,” ujar Mino sembari mengusap airmata yang mengalir di pipi sang manager utama. Janeul menganggukkan kepala, membuat Mino tersenyum hangat dan mengelus kepalanya.“Mino~ya. Janji padaku kau tidak akan mengatakan kepada siapapun mengenai tanganku. Arra?” perintah Janeul yang disanggupi anggukkan oleh Mino.

                “Tapi kau juga harus berjanji satu hal bahwa kau akan mengajakku untuk menemanimu control. Arra?” perintah Mino yang kali ini disanggupi anggukan oleh Janeul. Mino membuka botol yang berisi air bening yang tadi diberikan oleh Janeul dan meneguknya untuk menghilangkan rasa haus.“Ah matta! Bagaimana kabarmu dan Sehun? Apa dia juga tidak tau kau sakit?” tanya Mino sesaat mengingat satu sosok yang mestinya lebih menghawatirkan sosok Janeul.

                Sedang Janeul yang sebelumnya tersenyum kini tak lagi tersenyum, mengingat satu sosok yang disebutkan oleh Mino. Perempuan itu menoleh, menatap ponsel bercase mickey mouse yang sekarang lebih sering diam dan tak menampilkan pesan dari sosok yang dulu selalu mengiriminya pesan.“Aku rasa dia tidak ingin tahu tentang kabarku lagi, Mino~ya,” jawab Janeul yang sekarang memberikan senyum sedih di wajahnya.

-Hello, Manager Park-

                Kedua sosok berbeda tinggi sekitar 10 cm itu melangkahkan kaki mereka di parkiran basement CM Chungmu Hospital.“Aku masih tidak bisa berpikir bagaimana kau bisa membawa mobilmu untuk sampai kemari dengan tulang tangan kirimu yang bergeser,” ujar Mino yang masih tak percaya dengan cerita yang dilontarkan dokter pemeriksa keadaan tangan Janeul yang sekarang masih berada di dalam gips putih.

                Janeul mengangkat bahu dan satu ringisan terdengar, disaat bahu kirinya ikut bergerak.“Jangan banyak bergerak, kau kan tahu seberapa parah keadaan tangan kirimu saat ini.” Ucap Mino kali ini dengan nada kesal karena sang manager utama yang bertingkah seenaknya. Yang dimarahi hanya bisa memberikan tawa kecil untuk meredakan amarah Mino.

                Langkah mereka terhenti di depan mobil Subaru hitam milik Janeul.“Mencari siapa?” tanya Janeul saat sosok Mino yang menjadi ‘supir’-nya hari ini mengedarkan pandangan, sebelum masuk ke dalam mobilnya. Mino menoleh dan menggeleng membuat Janeul menatapnya penuh selidik.“Aku hanya takut ada stalker yang mengikuti,” jawab Mino asal, namun diterima oleh Janeul yang menganggukkan kepala.

                Setelah membuka pintu, Janeul masuk ke dalam mobil, tepatnya disebelah kursi supir. Dia melongokan kepala, melihat sosok Mino yang tak juga masuk ke dalam mobil.“Kau tak akan mengantarku pulang?” tanya Janeul masih menatap sosok Mino yang tengah melihat ponsel ditangannya. Mino dengan segera merunduk dan menatap Janeul yang tengah mengangkat alis, menunggu jawaban dari sang anak asuh.“Chamkaman~yo,” ucap Mino lalu kembali menegapkan badan.

                Janeul kembali duduk bersender pada bangku yang tengah dia duduki dan mengambil ponsel dari saku jaket. Sebuah mobil yang baru saja melewati jalan parkiran depan mobil Janeul, menarik perhatian Janeul yang segera melihat pergerakan mobil yang terparkir disampingnya. Perempuan dengan rambut tergerai itu kembali melongokan kepala dan mendapati Mino tersenyum pada mobil yang baru terparkir itu.

                Perempuan dengan arm sling terikat di lehernya itu membulatkan mata saat satu sosok bertopi dengan masker tertutup keluar dari mobil yang berada di sampingnya. Satu sosok yang sangat Janeul kenali itu membuka pintu yang mestinya dilakukan Song Mino, sedang Mino beranjak memasuki mobil yang baru terparkir di samping mobil Janeul.

                Janeul menarik tubuh untuk segera kembali menyender pada bangkunya saat sosok lelaki yang sudah tak menghubunginya itu semenjak tiga hari lalu. Sosok yang sudah membuka masker itu tanpa kata menyodorkan sebuket bunga anggrek yang sudah terbungkus rapih dan pita mengikat buketnya.“Ige mwoya?” tanya Janeul memberanikan menoleh saat tangannya sudah menggenggam sebuket bunga dari Sehun yang masih menatap barisan mobil di hadapannya.

                “Geunyang,” jawab Sehun singkat dan masih tak mengalihkan pandangan dari mobil Nissan yang berada di depan mobil Subaru milik Janeul. Perempuan itu tesenyum, setelah mendengar suara dari sosok yang ternyata selama ini dia rindukan.“Gomawo. Bunganya harum dan segar,” ucap Janeul sesaat setelah mencium aroma yang memenuhi indera penciumannya.

                Sehun yang sedari tadi belum menatap sosok Janeul itu akhirnya menoleh dan menatap perempuan yang kini juga menatap sosoknya.“Kenapa kau tidak bilang bahwa sajangnimmu sudah tahu tentang kita?” tanya Sehun cepat dan menatap Janeul, seakan memaksa perempuan itu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

                Janeul menaruh buket bunga itu di pangkuannya dan menatap dashboard mobil.“Karena aku merasa perkataan sajangnim ada benarnya. Aku bermimpi untuk menjadi manager utama dari sebuah grup terkenal bukan karena kekasih anggota grup terkenal,” jawab Janeul masih terus memandangi dashboardnya yang terdapat sticker lambang WINNER.

                “Jadi saja manager EXO. Kau terkenal karena menjadi manager dari grup terkenal bukan?” ujar Sehun asal membuat sosoknya kembali mendapat perhatian Janeul.“Ya Oh Sehun aku sedang tidak bercanda,” ucap Janeul membuat Sehun tersenyum kecil mendengar omelan sang mantan kekasih. Keheningan kembali melanda mobil milik Janeul tersebut.

                “Aku tidak ingin kau dekat-dekat dengan Mino melebihi batasan teman menurutku,” ujar Sehun tiba-tiba membahas kedekatan Janeul dengan Mino. Janeul menoleh dan mendapati Sehun yang tengah menghentak-hentakan kakinya pelan.“Sehun~ah kita sudah tidak memiliki hubungan special apa-apa,” ucap Janeul seakan menjelaskan bahwa sosok disampingnya tak mempunyai hak apa-apa untuk mengatur hidupnya.

                Sehun menggelengkan kepala.“Aniya. Kita memiliki hubungan special, kita berpacaran.” Ucap Sehun menarik kesimpulan dengan gayanya sendiri membuat Janeul melongo mendengar ucapannya.“Onje? Sejak kapan kita kembali berpacaran?” tanya Janeul bingung dengan perkataan Sehun yang diluar akal manusia.

                “Kita tidak pernah kembali berpacaran, karena kita memang terus menerus berpacaran,” tambah Sehun membuat perempuan itu ingin memukul kepalanya. Sehun menoleh dan menatap Janeul yang juga sedang menatapnya.“Untuk itu jangan terluka seperti ini lagi, chagiya.” ujar Sehun dengan kata panggillan yang baru ini di dengar langsung oleh telinga Janeul.

                Sehun menggerakkan tangannya untuk mengelus kepala Janeul. Lelaki itu tersenyum, membuat perempuan didepannya terpaku melihat wajahnya.“Saranghae,” ucap Sehun yang terdengar seperti bisikkan di telinga Janeul.“Jangan pernah meninggalkanku lagi bersama lelaki lain. Arra?” tambahnya membuat momen romantic yang baru dirasakan Janeul perlahan sirna karena ucapannya.

                “Arraseo Oh Sehun. Tapi kau harus berjanji padaku untuk memanggil Shin dengan sebutan nuna. Arra?” kali ini Janeul yang memerintah Sehun. Lelaki itu tampak berpikir dengan perintah Janeul. Tak mendapat respon dari sosok yang masih berpikir, Janeul segera memukul lengan Sehun pelan.“Ne.. ne  arraseo,” ucap sosok dihadapannya setelah lama berpikir.

                Merasa diperhatikan, Janeul menoleh dan mendapati Sehun yang juga tengah menatapnya.“Aku pergi dulu. Jangan lupa untuk membalas pesanku,” ingat Sehun sesaat sebelum sosoknya membuka pintu mobil.“Ah matta!” ucapnya yang kembali menoleh pada Janeul yang tengah mengangkat alis. Dengan kecepatan kilat, Sehun mengecup pipi kanan Janeul membuat si empunya pipi mendelik tak percaya.

                “Jaga kesehatanmu untukku,” ucapnya lalu keluar dari mobil tersebut. Si pemilik mobil masih membulatkan mata tak percaya dan tak menghiraukan Mino yang sudah masuk ke dalam mobil.“Janeul~ah neo gwencahana?” tanya Mino mengibaskan tangan di depan wajah sang manager utama. Janeul yang seperti tertarik ke alam sadarnya itu mengalihkan pandangan dan menatap Mino yang sedang menatapnya bingung.

                “Ah.. nan gwencahana,” jawab Janeul cepat dengan senyum kecil. Mino menganggukkan kepala sebelum mulai mengendarai mobil dan keluar dari parkiran basement rumah sakit tempat Janeul berobat.“Mino~ya. Jinjja gomawo,” ucap Janeul berterima kasih. Mino menatapnya sekilas dan melayangkan satu wink, satu cara Mino untuk membalas ucapan terima kasih.

-Hello, Manager Park-

                Langkah kaki itu terburu mendekati satu pintu apartemen yang sudah hampir 2 minggu tidak dia sambangi. Setelah memasukkan kode, perempuan dengan rambut tergerai itu memasuki apartemen kelima anak asuhnya itu. Menaruh tas hitam yang sedari tadi tersampir di bahu kanannya, langkahnya kembali mendekati satu pintu yang terhubung dengan satu-satunya manusia yang berada di apartemen itu selain dirinya.

                “Oppa!” panggil sosok itu, sesaat setelah dia membuka pintu kamar. Satu sosok lelaki yang tengah menutup mata dengan lengan kanannya itu bergerak, mencoba melihat siapa yang memasuki dan berteriak di kamarnya. Janeul segera duduk di sela kasur yang tengah ditiduri Seunghoon, anak asuhnya yang tidak ikut pergi ke negeri seberang karena badan yang tidak fit.“O? Janeul~ah?” panggil Seunghoon saat akhirnya mengenali sosok yang tengah menatap sosoknya khawatir.

                Janeul segera mengambil thermometer yang berada di meja berkaki di samping kasur Seunghoon dan memasukkan ujungnya ke dalam telinga anak asuhnya. Mata yang sebelumnya terlihat panic itu sedikit lega melihat angka 36,5 berada di layar thermometer tersebut.“Panasmu sudah turun. Kau mau makan nasi atau bubur?” tanya Janeul kembali menatap Seunghoon yang sedang mengerjapkan mata.

                Seunghoon mendudukkan diri dan menatap tangan kiri Janeul yang masih tergips dan ditopang oleh armsling berwarna biru tua.“Kau tidak liburan? Kau sembunyi karena sakit?” tanya balik Seunghoon yang kali ini menatap Janeul intens. Sosok yang tengah diinterogasi itu hanya dapat menundukkan wajah, tak berani menatap sosok Seunghoon yang meminta jawaban.

                “Apa yang terjadi?” tanya Seunghoon kali ini dengan suara yang melembut. Janeul mendongakkan kepala, membuat matanya segera bertemu dengan kedua mata sipit Seunghoon.“Aku terjatuh dari tangga dan tulang tangan kiriku bergeser,” jawab Janeul akhirnya membuat Seunghoon menghembuskan nafas yang masih bersuhu tak normal. Lelaki itu mengalihkan pandangan ke kandang Ihee yang sedang dititipkan dirumah orang tuanya.

                Keheningan berlangsung lumayan lama di kamar itu. Janeul tak berani berkata, dia tahu sosok disampingnya tengah kecewa karena tak mengabari mengenai sakit yang dideritanya.“Hem.. jadi kau mau makan apa oppa?” tanya Janeul pada akhirnya memecah keheningan. Seunghoon menggelengkan kepala, membuat Janeul menatapnya bingung.

                “Bagaimana bisa seorang yang sakit juga mengurus orang sakit?” tanya balik Seunghoon membuat Janeul yang kali ini menghela nafas berat.“Aku akan membuatkan bubur untuk kita berdua,” tambahnya yang segera berdiri dari kasurnya yang berantakan. Baru saja akan melangkah, tubuh itu kembali jatuh terduduk di belakang Janeul.

                Janeul berbalik dan mendapati sang anak asuh tengah memegang kepala yang mungkin terasa berdenyut.“Kau tidak bisa berbuat seperti lelaki cool dalam drama oppa. Sudah biar aku yang memasak dan kau tinggal memakannya,” ucap Janeul segera berdiri dan keluar dari kamar Seunghoon. Perempuan itu melangkah dengan pasti ke dapur. Hanya dengan menggunakan tangan kanan, Janeul dengan cekatan menyiapkan bahan untuk membuat bubur di dapur yang sudah lama tak dia datangi.

                “Akhirnya aku bisa melihat sosok perempuan lagi di dapur itu.” Ledek Seunghoon yang baru keluar dari kamar. Tubuhnya yang kurus terlindungi jaket dan juga celana training yang berwarna senada, hitam. Setengah jam berlalu dengan kedua sosok yang saling sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Janeul dengan peralatan masak, sedang Seunghoon dengan kepalanya yang tetap pusing walau tak memikirkan apapun.

                Satu mangkuk besar dengan uap tebal di atasnya dibawa Janeul dengan menggunakan tangan kanannya. Menyajikan mangkuk berisi bubur itu di meja persis depan Seunghoon. Janeul mengambil satu mangkuk berisi makanan yang sama dan menaruhnya di meja persis depan tempatnya duduk.“Jalmokeutsebnida!” ucap mereka berdua bersamaan lalu mulai menyendok bubur buatan manager utama.

                Getaran yang berasal dari saku jaket Janeul, menghentikan aktifitasnya dalam menikmati bubur yang menjadi sarapan paginya. Kau tidak ikut ke Beijing ya? Baiklah tak apa. Cepat sembuh, agar kita bisa bertemu. Pesan singkat dari Oh Sehun yang berangkat ke Beijing untuk acara GDA, menjadi pesan pertama dari sosoknya untuk Janeul hari ini. Perempuan itu tanpa sadar tersenyum dan membuat balasan dengan jarinya yang lincah di atas layar handphone.

                O. Lagipula hari ini aku harus menjaga salah satu member yang sakit. Janeul menaruh ponselnya di atas meja berwarna cokelat kayu.“Namchin?” tanya seseorang yang baru Janeul ingat keberadaannya. Seunghoon tersenyum meledek membuat Janeul tersenyum kecil.“Padahal dulu kau yang paling malas untuk membalas pesannya. Tapi sekarang? Hah.. bahkan operator juga kalah cepat dalam mengirim pesannya,” ledek Seunghoon membuat Janeul menatapnya malas.

                Satu getaran yang menimbulkan gesekan antara meja berlapis keramik dan ponsel Janeul itu, membuat kedua pasang mata di ruangan itu melihat ke satu arah. Aish! Bagaimana bisa orang sakit juga mengurus orang sakit? Janeul tersenyum melihat balasan Sehun sambil membayangkan wajah sang lelaki yang tengah berada di Beijing itu.

                Baru saja jari-jari Janeul akan mengetik balasan untuk Sehun, sebelum nama ‘SAJANGNIM’ tertera di layar ponselnya. Dia segera menegapkan duduknya dan menjawab telepon masuk dari CEO YG Entertainment itu.“Hem.. aku ingin kau menemuiku. Jigeum,” ucap lelaki itu singkat dan langsung memutus telepon yang baru saja tersambung.

                Janeul mengedipkan mata dan menaruh ponselnya kembali ke atas meja. Seunghoon mengangkat kedua alis, seakan bertanya –ada-apa?-.“Siapa yang menelpon?” tanya Seunghoon akhirnya, karena Janeul tak segera menjawab kode yang dia berikan. Janeul mengalihkan pandangan, wajah Seunghoon yang masih menunggu jawabannya segera menjadi pendaratan pandangannya.

                “Sajangnim. Dia ingin aku menemuinya sekarang,” jawab Janeul pada akhirnya membuat Seunghoon juga memandang kaget sosok manager utama. Setelah alam sadar kembali ditapaki oleh Janeul, sosok itu segera berdiri dan mendekati tas ranselnya yang tergeletak di sofa. Langkahnya yang akan pergi dari dorm, terhenti oleh kata-kata Seunghoon yang mengekori sosoknya.

                “Perkataan sajangnim jangan pernah kau simpan sendiri. Ada kami disini. Arra?” tanya Seunghoon membuat perempuan itu berbalik dan menatapnya.“Gomawo oppa. Cepat sembuh dan kembali bersinar di panggung bersama Inner Circle,” ucap Janeul saat dirinya tengah memakai sepatu yang tadi dipakainya. Janeul menghembuskan nafas berat saat mengingat seberapa serius suara Yang sajangnim di telinganya tadi.“Semuanya akan baik-baik saja,” ujar Seunghoon seakan tahu apa yang dipikirkan oleh sang manager utama.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK