“Ottae?” tanya lelaki dengan rambut belah tengah yang baru keluar dari ruang coba pakaian. Janeul, yang sedari tadi sibuk membalas pesan di handphonenya, mendongak dan menatap sang magnae yang tengah memamerkan tubuhnya berbalut kemeja berwarna dasar putih. Tanpa mau menjawab, Janeul mengangkat kedua jempolnya ke Taehyun yang tengah mengangkat kedua alis.
Lelaki itu mengangguk dan kembali memilih aksesoris untuk kemejanya itu.“Nuna illiwa,” panggil Taehyun di salah satu kloset yang dipenuhi beberapa jaket kulit. Janeul mau tak mau berdiri dan mendekati sang anak asuhnya itu.“Apa ini keren?” tanya Taehyun mengeluarkan jaket kulit hitam dengan gantungan baju menahannya.
Janeul menopang dagu dengan tangan kanannya lalu menggeleng.“Kau terlalu banyak mengumpulkan jaket kulit Namtae,” ujar Janeul sambil berjalan melewatinya. Perempuan dengan beanie itu berjalan ke arah pelayan toko. Setelah memesan baju yang dipakai Taehyun, sosok lelaki itu kembali ke dalam ruang ganti untuk berganti pakaian.
“Kita makan dulu kan?” tanya Taehyun saat kedua sosok itu sudah keluar dari toko baju yang sudah didatangi dari 1 jam yang lalu. Perempuan disampingnya mengangguk dan menghentikan langkah saat melihat satu restoran Bingsu.“Aku mau Patbingsu,” ucapnya setelah menatap sang anak asuh yang menatapnya bingung.
Taehyun memutar kedua bola matanya malas, mendengar permintaan sang manager utama yang terdengar seperti anak kecil.“Jebal Taehyun~ah,” Janeul memasang tampang sedih untuk menarik simpati Taehyun.“Arraseo arraseo. Kita akan makan Patbingsu,” ujar Taehyun kesal. Keduanya berjalan memasuki restoran tersebut dan memesan satu porsi Patbingsu.
“Haah~ aku tak menyangka bisa berbelanja dengan sosokmu,” ucap Taehyun sesaat setelah sang pelayan restoran meninggalkan meja mereka. Janeul hanya terkekeh kecil dan membuka jaketnya yang sedari tadi memerangkap tubuhnya.“Apa kami jadi debut di Jepang setelah Mino selesai dengan SMTM?” tanya Taehyun ingin tahu.
Janeul menelan air mineral yang baru saja diminumnya dan menatap Taehyun yang tengah membulatkan mata.“O. aku sedang mengusahakannya,” jawab Janeul sembari tersenyum kecil. Taehyun tersenyum lebar mendapatkan jawaban yang dia inginkan.“Yoksi! Uri manager Park memang hebat dalam meluluhkan hati Sajangnim,” puji Taehyun cepat.
Perempuan di depannya hanya dapat menggeleng dan tertawa kecil mendengar kicauan sang magnae.“Apa kami akan bisa seterkenal pacarmu itu nuna?” tanya Taehyun dengan memandang meja diantara keduanya. Janeul membulatkan matanya mendengar pertanyaan Taehyun yang tiba-tiba.“Aku iri melihat keterkenalan mereka. Rasanya ingin merasakan seperti apa punya banyak fans sebanyak mereka, bahkan di Jepang mereka juga terkenal bukan?” tanya Taehyun lagi.
“Tentu saja bisa. Selama aku manager utama kalian, maka kalian akan terkenal.” Jawab Janeul sembari tersenyum kecil. Taehyun menuangkan air mineral ke gelas miliknya dan meminumnya sekali tegak.“Aku serius nuna,” sosok itu menatap sang manager utama malas.
“Aku benar-benar ingin merasakan ada di posisi mereka. Dengan banyak fans menunggu di seluruh penjuru dunia. Bukankah itu keren?” ucap Taehyun berandai. Janeul menyenderkan punggungnya di sandaran bangku dan menatap Taehyun yang tengah berada di alam bawah sadar.“Makanya aku bersikap aneh saat di konser mereka, bukan?” tanya Taehyun tiba-tiba menatap Janeul.
Perempuan di hadapannya hanya mampu mengerjap bingung.“Aku bersikap seolah aku tidak tertarik ada disana, namun pada dasarnya aku iri melihat mereka yang sudah seperti superstar.” Jelas Taehyun akhirnya. Janeul menatap bersalah pada sosok Taehyun yang juga tengah menatapnya.“Mianhe Taehyun~ah tak seharusnya aku mengajakmu kesana,” ucap Janeul meminta maaf.
Magnae itu menggeleng dan tersenyum lebar sembari menghela nafas.“Kau tak perlu meminta maaf nuna. Malah aku berterima kasih, karena kau mengajakku kesana aku semakin bersemangat setelahnya,” sanggah Taehyun cepat. Janeul kembali menegapkan badan yang sebelumnya bersender.“Untuk itu aku menerima drama baru ini setelah menyelesaikan web drama yang kemarin. Aku ingin membuat Inner Circle bertambah banyak nuna,” tambah Taehyun sembari menatap Janeul dengan kedua matanya yang penuh impian.
Janeul tersenyum kecil melihat ekspresi Taehyun yang sedang bersemangat.“Aku berjanji akan membuat konser yang lebih besar daripada mereka nantinya,” kedua tangannya saling menggenggam di atas meja makan.“Konser untuk semua yang menunggu WINNER. Untuk Inner Circle, keluarga kami, para manager dan terutama kau nuna. Yang selalu setia membantu kami dari mulai hingga sekarang,” tambah Taehyun dan menggenggam tangan sang manager utama.
Manager utama WINNER itu menatap Taehyun kaget, karena ucapannya.“Kami bukan apa-apa tanpa bantuan kalian,” ujar Taehyun meyakinkan. Janeul menggigit bibir bawahnya berusaha menahan airmata yang menggenang di pelupuk matanya.“Terima kasih dan… teruslah bersama kami,” pinta Taehyun sembari mengeratkan genggaman tangan mereka.
“Arraseo magnae. Sekarang lepaskan tanganku, karena pesanan kita sudah datang.” Ucap Janeul mencairkan suasana. Pelayan yang tadi mencatat pesanan mereka datang dengan semangkuk Patbingsu yang terlihat enak.“Aku akan ke kamar mandi sebentar, ne?” pamit Janeul. Setelah mendapat anggukkan dari Taehyun, sosoknya keluar dari restoran dan mencari toilet terdekat. Satu pemandangan dari suatu toko baju ibu hamil, menarik perhatiannya.
Perempuan dengan beanie itu berjalan cepat mendekati satu sosok yang tengah memilih baju di salah satu closet.“Anyeong Kim~sshi,” panggil Janeul sesaat dirinya telah berdiri di samping sosok perempuan berambut panjang itu. Sosok itu menoleh dan segera memeluk Janeul yang hampir kehilangan keseimbangan.
“Ya kau benar-benar merindukanku ya?” ledek Janeul sesaat Shin sudah melepas pelukannya. Shinneul yang masih menaruh kedua tangan di kedua bahu Janeul, mengangguk antusias.“Nomu bogoshipo! Jinjja bogoshipo,” ujar Shinneul cepat. Janeul hanya terkekeh mendengar manager EXO itu mendeskripsikan kerinduannya.
Janeul mengedarkan pandangan, berusaha mencari seseorang yang mestinya berada di samping Shinneul.“Ah kau mencarinya? Dia sedang sibuk di rumah sakit.” Jawab Shinneul seakan bisa membaca pikiran Janeul. Perempuan berbeanie itu menganggukkan kepala tanda mendengarkan ucapan rekan kerjanya itu.“Kudengar dari Seungyoon kau sedang sibuk sekarang?” tanya Shin sembari berjalan berdampingan dengan Janeul.
Perempuan yang masih menjabat sebagai manager utama WINNER itu menoleh dan menatap Shin penuh selidik.“Kau masih berhubungan dengan Seungyoon?” tanya Janeul kaget. Shin tertawa kecil, berusaha menghapus kekagetannya karena diserang oleh Janeul.“Ah.. geunyang. Ya! Kau harus menjawab pertanyaanku,” dengan cepat, Shin menghapus prasangka Janeul.
“Sibuk? Geurom. Aku sedang mempersiapkan debut WINNER di Jepang dan kepindah..” Janeul menghentikan ucapannya mengingat dengan siapa dia berbicara. Shinneul menarik lengan kiri Janeul dan membuat sosoknya menghadap manager EXO tersebut.“Kepindah? Kepindahan kemana?” tanya Shinneul ingin tahu.
Janeul menggeleng sembari mengibaskan tangannya.“Ani maksudku kepindahan sementara WINNER dan para managernya ke Jepang untuk persiapan debut,” jawab Janeul cepat. Shinneul menganggukkan kepala dan kembali memilih baju yang tergantung di departemen store tersebut. Perempuan dengan kemeja panjang tak terkancing itu memperhatikan bentuk tubuh Shinneul yang terlihat berisi.
“Kau sudah hamil?” tanya Janeul tiba-tiba membuat Shinneul menatapnya kaget. Shinneul menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan Janeul.“Sudah berapa minggu?” tanya Janeul antusias. Shin menggigit bibir bawahnya, berusaha mencari jawaban yang tepat untuk teman kerjanya itu. Janeul membulatkan mata, menunggu jawaban dari sosok di hadapannya.
Tanpa mau mengeluarkan suara, Shin segera memperlihatkan tiga jari kanannya pada Janeul.“Tiga minggu?” terka Janeul cepat. Shin menggelengkan kepalanya, menampik tebakan Janeul. Janeul menganggukkan kepala sembari berpikir dalam menebak usia kandungan Shin.“3 hari?” terkanya lagi yang kembali disanggah si ibu hamil.
“3 bulan. Aku hamil 3 bulan,” jawab Shin pada akhirnya membuat Janeul melongo parah mendengar jawabannya. Shin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menatap Janeul bersalah.“Chakkaman. Kau kan baru saja menikah 2 minggu lalu,” ujar Janeul tak mengerti dengan jawaban dari Shin yang berkata bahwa usia kandungannya memasuki bulan ketiga.
Kedua mata Janeul yang terlapisi softlens berwarna beni itu membulat sembari tangannya menutup mulut.“Kau? Kau hamil diluar nikah?” tanya Janeul tak percaya. Shinneul menganggukkan kepalanya pelan. Sedang Janeul menggeleng tak percaya dengan kabar yang baru saja diterimanya.“Daebak! Woah! Woo Jiho jinjja daebak.” Ujar Janeul sembari bertepuk tangan kecil.
“Sasileun.. ayah dari anak ini bukan suamiku, Janeul~ah.” Sanggah Shinneul sesaat Janeul berhenti bertepuk tangan. Janeul segera menatap Shin yang masih menatapnya. Sosok didepannya itu mengalihkan pandangan, berusaha menjauhi pandangan mata Janeul.“Hoksi.. Kang Seungyoon?” terka Janeul antara percaya dan tak percaya.
Dengan kecepatan kilat, Shinneul menganggukkan kepala. Janeul segera memegang belakang tengkuknya yang terasa tertarik mendengar kabar dari Shinneul.“Jinjja? Jongmal?” tanya Janeul lagi tak percaya.“O. mianhae Janeul~ah,” ucap Shinneul merasa bersalah. Janeul memijat belakang tengkuknya agar peredaran darahnya tak terhenti.
“Jinjja Kang Seungyoon! Aku akan memukulnya hingga tewas nanti!” kesal Janeul sembari memukulkan kepalan tangan kanannya ke tangan kirinya. Shinneul menggeleng sembari tertawa kecil.“Andwe. Aku tak mau anakku lahir tanpa ayah,” ujar Shin dengan senyum lebar. Janeul hanya dapat menggeleng tak percaya.“Kalian benar-benar gila,” ucap perempuan berbeanie itu. Tak lama sosok Janeul segera beranjak pergi dengan Shinneul mengejar untuk mengikutinya.
-Manager Park-
“Cheers! Untuk selesainya SMTM dan konser Jepang kita,” sosok bertopi itu mengangkat gelas berisi bir di tangannya ke udara. Tak lama beberapa gelas juga ikut terangkat dan saling bertemu hingga menimbulkan suara benturan antar gelas kaca.“Mianhe Janeul~ah aku tak bisa memenangkannya,” Mino menunduk sedih saat dia sudah kembali duduk disamping Janeul yang tengah meneguk segelas sake.
Perempuan dengan kuncir kuda itu menoleh dan menepuk pundak Mino pelan.“Yang terpenting kau sudah menunjukkan padaku seperti apa itu sosok Song Mino rapper underground.” Sanggah Janeul sembari tersenyum lebar pada sang anak asuh. Lelaki dengan topi dan kacamata baca bulat itu menganggukkan kepala dan meminum bir dalam gelasnya.
Show Me The Money 4 baru saja berakhir kemarin malam dan malam ini mereka sudah berada di Jepang.“Janeul nuna!” satu teriakan dari si magnae, membuat Janeul yang tengah mengambil snack di tengah meja menatap sumber suara. Taehyun tersenyum lebar pada sosoknya lalu mengacungkan kedua jempol tangan.“Nunna jjang! Kau bisa mewujudkan mimpiku untuk debut di Jepang,” ucapnya diakhiri tawa yang membuat Janeul sadar bahwa anak asuh paling mudanya itu telah mabuk oleh sekaleng bir kosong dan sake di depannya.
“Kau mabuk Namtae~ya,” Janeul menggelengkan kepalanya tak percaya dan meneguk segelas sake berikutnya. Taehyun menggeleng sembari terpejam dan mengibaskan tangannya, menampik bahwa dirinya masih berada di alam sadarnya.“Aniya~ aku tidak bisa mabuk hanya dengan…” ucapannya tak terlanjutkan karena sosoknya yang kehilangan kesadaran dan tertidur.
Janeul tertawa kecil melihat sosok sang magnae yang kini tertidur dengan kepala yang beristirahat di atas meja. Satu sosok lelaki dengan sweater hitam berdiri dan beranjak keluar dari kamar Jinwoo di hotel tersebut.“Wae? Kim Shin?” tanya Janeul mengikuti langkah Seungyoon yang membawa sekaleng bir. Seungyoon menoleh, baru menyadari bahwa sang manager utama mengikuti langkahnya ke balkon kamar hotel.
Leader WINNER itu tak menjawab, sosoknya lebih memilih duduk disalah bangku balkon yang kosong dan meneguk birnya. Janeul ikut beranjak dari pintu balkon dan duduk bersila disamping Kang Seungyoon.“Aku masih merasa semuanya seperti mimpi,” Seungyoon memulai percakapan masih menatap barisan bintang di langit malam Jepang.
“Pacarku meninggalkanku untuk menikah dengan lelaki lain. Dan aku disibukkan dengan berbagai macam schedule yang mestinya bisa membuatku melupakannya,” dia menghela nafas lalu menatap kaleng bir di tangannya. Janeul merangkul pundak sang leader yang terlihat memikul beban berat.“Tapi disetiap malam sebelum aku tertidur, kenanganku bersamanya selalu terputar nuna. Dadaku sakit dan terasa sesak setiap mengingatnya,” tambahnya lalu menatap Janeul sedih.
Melihat sosok sang manager utama yang terlihat khawatir membuat Seungyoon tersenyum kecil.“Namun bayangan kalian yang selalu mengkhawatirkanku akan selalu muncul dan menggantikan kenanganku dengannya,” lelaki itu melepas rangkulan Janeul dan segera merangkul leher Janeul erat.“Terima kasih nuna. Sudah selalu ada disaat kami berlima membutuhkan bantuan,”
Janeul tertawa kecil lalu mengacak rambut Seungyoon.“Aku yang harusnya berterima kasih karena kalian sudah mau mendengarkanku,” ujarnya sembari tersenyum pada sosok Seungyoon yang kembali melihat jejeran bintang di langit hitam. Tak lama sebuah tangan menarik rangkulan Seungyoon pada leher Janeul.
Keduanya menoleh dan mendapati satu sosok dengan snapback yang senada dengan warna mukanya, merah.“Ya Kang Seungyoon! Jangan ganggu Park Janeul,” ucapnya sembari berpegangan pada pagar balkon. Seungyoon dan Janeul tertawa kecil melihat sosok Mino yang sudah dipastikan mabuk itu. Lelaki yang lebih muda itu berdiri dari bangku balkon dan menuntun hyungnya untuk duduk menggantikan posisinya tadi.
“Kau mabuk Song Mino,” ucap Janeul saat Mino berusaha membuka matanya yang sebelumnya terpejam. Seungyoon yang tak mau ambil pusing segera masuk ke dalam kamar Jinwoo, meninggalkan sepasang manager utama dan anak asuh itu.“O? ige nugujiii~?” tanya Mino saat sudah bisa melihat Janeul yang duduk disampingnya.
Tak lama terdengar tawa dari mulut Mino yang Janeul juga tak tahu karena apa.“Janeul~ah.. na jinjja musowo~,” ujar Mino setelah menghentikan tawanya. Janeul menoleh dan mendapati Mino yang tengah terpejam dan menunduk.“Aku.. tidak bisa bertemu dengan sajangnim karena kalah di SMTM kan?” tanya Mino masih tak menatap Janeul.
Perempuan itu menatap lurus ke depan, ke jejeran lampu-lampu gedung yang seakan mewarnai gelapnya malam itu.“Apa pernah sajangnim menyuruhmu untuk menang di ajang itu?” tanya Janeul pada sunyinya balkon itu.“Dia hanya ingin kau melakukan apa yang ingin kau lakukan Song Mino. Dan kau telah melakukannya,” tambah Janeul lalu menepuk bahu Mino. Sosok yang ditepuk terlonjak kaget dan menoleh, berusaha melihat siapa yang menepuknya.
Janeul membenarkan posisinya agar menghadap kepada Mino sepenuhnya.“Dengarkan aku Song Mino.” Suruh Janeul sembari menangkup kedua pipi Mino yang masih belum sadar. Setelah mendapatkan kedua kelopak mata Mino terbuka, Janeul menahan agar kedua mata itu terus menatapnya.“Kau tak pernah terlihat kalah di mataku. You’re the WINNER.. for me,” ujar Janeul membuat Mino mengedipkan kedua matanya.
Kedua tangan Mino terangkat dan ikut menangkup kedua pipi sang manager utama. Janeul mengernyitkan kedua alisnya bingung.“Gomawo.. Park Janeul..” ucap Mino dengan senyum kecil. Tak tunggu lama, Mino menahan kepala Janeul dan mendekatkan wajahnya. Janeul hanya dapat membulatkan kedua mata tak percaya, saat lidahnya bisa mengecap rasa bir yang tidak dia minum malam ini.
-Manager Park-
Janeul menggigit bibir bawahnya, merasa terintimidasi dengan pandangan kelima anak asuh dan dua manager bawahannya.“Waeyo?” tanya Jinwoo yang duduk di sofa hitam, persis disampingnya. Perempuan itu tersenyum kecil dan menatap Byungyung sekilas, berharap lelaki yang mengetahui tentang masalahnya itu bisa membantunya.
“Aku membelikan kalian hadiah saat di Jepang kemarin,” ujar Janeul pada akhirnya. Kelima member dan Seho segera saling bertukar pandang dan bertepuk tangan riuh. Janeul mengambil sesuatu dari tas karton yang tadi dia bawa. Sebuah kotak berwarna biru muda dengan pita biru tua itu diberikan kepada Jinwoo yang menatapnya bahagia.
Member tertua itu menggoyangkan kotak yang baru saja diberikan oleh manager utama tersebut. Tak tunggu lama, lelaki dengan kupluk hoodie menutup bagian rambutnya itu membuka kotak yang diberikan oleh Janeul. Kedua mata deer itu membulat kaget, melihat isi dari kotak tersebut. Sebuah miniature kapal nelayan yang berada di dalam sebuah botol berukuran besar.
Lelaki itu mengambil secarik kertas yang telah dilipat rapih.“Untuk Jinwoo oppa. Kau berjanji akan mengajakku menaiki kapal ayahmu bukan? Sampai saat ini aku masih terus mengingatnya. Dan aku akan menagih janji itu suatu saat nanti,” ucap Jinwoo membaca rentetan kalimat yang ada di kertas tersebut.
Janeul menundukkan kepala, malu mendengar tulisannya yang terdengar seperti anak kecil.“Gomawo Janeul~ah. Aku akan membayar janjiku suatu saat nanti,” ujar Jinwoo mengelus pucuk kepala Janeul sayang. Perempuan itu menganggukkan kepala dan mengambil kotak lain dari dalam kertas karton yang berada di dekat kakinya.
Sebuah kotak berlapis kertas bungkus kado bergambar beruang itu disodorkan Janeul kepada Seunghoon yang duduk di hadapannya dengan terhalang meja. Dengan cepat, kedua tangan Seunghoon menyambar sodoran Janeul tersebut dan segera merobek kertas kado yang dibentuk Janeul. Si pemberi kado hanya dapat menggeleng melihat kelakuan Seunghoon yang tak sabaran.
“Wuah sepatu!!” teriak Mino yang berada disamping Seunghoon. Lelaki bermata sipit itu tersenyum lebar dan membuka kotak sepatu tersebut. Dua buah pasang sepatu berwarna biru metallic mulai terlihat sesaat Seunghoon mengambil secarik kertas yang menutupinya.“Untuk Seunghoon oppa. Walau kau tak pernah menunjukkan rasa sakit kepadaku, tapi aku tahu bahwa kakimu masih sering terasa sakit.” Ujar Seunghoon membaca surat di secarik kertas tadi.
“Jika nanti akan ada sebuah sepatu yang bisa memijat kaki si penggunanya, maka aku berjanji akan membelikannya untukmu. Himnae uri machine dance, Lee Seunghoon,” tambah Seunghoon mengakhiri pembacaan surat tersebut. Janeul hanya dapat tersenyum kecil dan segera mengambil kotak berukuran sedang di kertas karton lainnya.
Kotak sedang berwarna hitam dengan pita merah itu diberikan kepada Mino yang tampak antusias. Tak tunggu lama, setelah kotak tersebut berada di genggaman tangan, Mino segera melepas pita berwarna merah itu. Matanya membulat dan menatap Janeul dengan berkedip. Tiga buah snapback dan tiga buah beanie dengan merek yang sama berada dalam kotak tersebut.
Mino mengambil secarik kertas putih yang terlipat di atas tumpukan beanie tersebut.“Uri Hugeboy! Aku masih merasa aneh melihat kepala botakmu. Jadi aku menghadiahkan ini untukmu,” ujar Mino sesekali membenarkan letak kacamata bacanya. Janeul mengambil sebuah kotak lain, yang akan disodorkan kepada Seungyoon.
“Untuk SMTM 4, walau kau tak memenangkannya tapi kau tetap pemenang untukku. Terima kasih sudah menunjukkan seperti apa itu Song Mino sang rapper underground padaku, tetap semangat Song Mino.” Lanjut Mino dengan memberi nada semangat di kata-kata terakhir. Keenam lelaki disana terkekeh mendengar nada ucapan Mino. Seungyoon menunjuk dirinya sendiri, dikala Janeul menyodorkan kotak lumayan besar yang berada di tangan sang manager utama itu.
Tangan sang leader dengan cepat membuka ikatan pita berwarna baby blue itu dan membuka tutup kotak tersebut. Sebuah ukulele dan dua kaus kaki anak bayi terdapat didalamnya, Seungyoon menatap Janeul takut.“Aku tidak mengirimu surat! Karena aku akan memarahimu sekarang,” ujar Janeul sambil melipat tangan di depan dada.
Perempuan itu menghela nafas berat.“Ya Kang Seungyoon! Berani-beraninya kau menghamili istri orang,” teriak Janeul kesal. Seungyoon hanya dapat menunduk, berusaha menjauhi tatapan mematikan sang manager utama.“Kau harus bertanggung jawab. Dan aku akan mengirimimu baju bayi nanti. Jadi kau harus kabari aku apa jenis kelamin anakmu,” tambah Janeul dengan suara yang tidak lagi mengandung amarah.
Seungyoon hanya mampu mengangguk dan masih tak berani menatap Janeul yang masih menatapnya sengit. Mengalihkan pandang, Janeul mengambil kotak terakhir berwarna merah marun dan pita sapphire blue. Sang magnae yang sudah menunggu itu, menadahkan tangan menunggu sang manager utama menaruh kotak tersebut dikedua tangannya.
Taehyun segera membuka ikatan pita tersebut dan membuka tutup kotak tersebut. Sebuah headphone dengan merk kesukaan Taehyun terdapat di dalam kotak tersebut.“Nuna,” panggil Taehyun tak percaya. Janeul tersenyum lebar melihat ekspresi Taehyun yang seakan tak percaya. Lelaki dengan rambut yang baru saja dipotong rapih itu mengeluarkan kertas putih yang terlipat.
“Untuk magnae, uri Namtae. Aku membelikanmu headphone baru, karena milikmu sudah sangat usang dan perlu diganti,” ujar Taehyun membaca rangkaian kata yang dituliskan langsung oleh Janeul.“Kuharap dengan headphone ini, kau akan dapat menyiptakan banyak lagu yang bisa membuat para Inner Circles merindukanmu. Ah, semangat untuk aktingmu Actor Namtae!” tambahnya lagi, membaca rangkaian kata yang sebelumnya tak terbaca.
Janeul menghembuskan nafas panjang dan mengeluarkan tab yang berisi jadwal WINNER selama ini. Matanya memandang Seho yang belum menatapnya.“Seho oppa,” panggil Janeul tiba-tiba. Keenam pasang mata diruangan itu menoleh dan menatap sosoknya. Janeul menyodorkan tab ditangannya kepada Seho yang dengan wajah bingung menerima sodoran tersebut.
“Ige mwoya?” tanya Seungyoon merasa ada yang aneh dengan situasi di ruang tengah dorm WINNER tersebut. Mengetahui sesuatu, Byungyung hanya dapat menghela nafas berat dan mengalihkan pandangan. Janeul menggigit bibir bawahnya, berusaha mengeluarkan kata-kata yang sudah dipersiapkannya dari lama.“Sasileun na..”
“Hoksi.. kau akan keluar dari manager utama?” tebak Taehyun memotong ucapan Janeul. Semua pandang mata kini memandang Taehyun dengan wajah kesal karena asal berbicara.“Ya! Tidak mungkin Jan..” ucapan Mino terhenti saat kedua matanya memandang Janeul. Perempuan yang tengah menunduk itu menganggukan kepalanya.
Kelima lelaki selain Byungyung itu menatap Janeul tak percaya.“Terhitung mulai besok. Aku akan berhenti menjadi manager utama kalian,” jelas Janeul setelah mendongak dan menatap satu persatu anak asuhnya. Seho mengangkat tab yang baru saja diberikan Janeul.“O oppa. Kau akan menjadi manager pembantu Byungyung oppa,” tambah Janeul lagi.
Seho menggeleng tak percaya dan mengusap wajahnya kasar.“Kau sudah mengetahuinya kan hyung?” tanya Seho menatap Byungyung. Lelaki yang tengah menjadi perhatian dari kelima pasang mata lain itu mengangguk.“Itu salahku. Aku yang meminta Byungyung oppa untuk merahasiakannya dari kalian. Bagaimanapun juga, dialah yang akan menjadi manager utama kalian.” Sanggah Janeul membela sosok sunbaenimnya itu.
Lelaki dengan kacamata baca bulat itu, hanya mampu menatap Janeul kesal dan berdiri meninggalkan ruang tengah. Suara bantingan pintu terdengar menggema, membuat 4 personil lainnya hanya mampu menunduk.“Mino hyung pasti kecewa denganmu nuna,” ucap Taehyun menatap Janeul kasihan. Lelaki itu berdiri dan menghadap Janeul sepenuhnya.
“Bahkan aku yang baru merasa dekatmu menilai kau sangat mengecewakan. Apalagi Mino hyung,” tambahnya dan berjalan ke arah dapur. Janeul menunduk, tak membayangkan Mino akan berlaku seperti ini.“Mino akan mengerti jika kau jelaskan dengan rinci, Janeul~ah.” Ujar satu sosok yang berada di sampingnya itu.
Perempuan itu menoleh dan mendapati Jinwoo yang tengah tersenyum lebar padanya.“Kau tidak kecewa padaku?” tanya Janeul pada sosok tersebut. Jinwoo mengangguk namun masih dengan senyumannya yang lebar.“Tentu aku kecewa padamu. Tapi aku tahu bahwa hal ini akan terjadi karena staff manager di YG amatlah sedikit,” jawab Jinwoo menatap Janeul.
Janeul tersenyum lega mendengar penjelasan sang member tertua tersebut.“Aku dan Seunghoon juga berpikiran sama seperti Jinwoo hyung. Tapi Mino berbeda, kau tau itu kan nuna?” tanya Seungyoon menatap sang manager utama. Janeul menganggukkan kepala dan menyenderkan punggung disofa hitam tersebut.
“Masuklah dan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi,” ucap Seunghoon meyakinkan. Janeul memainkan kesepuluh jari tangannya, bingung dalam memilih keputusan. Namun melihat ekspresi para lelaki disekitarnya itu, membuat sosok itu berdiri dan mendekati pintu kamar Mino. Tiga buah ketukan, didaratkan Janeul pada pintu kamar tersebut.
Tak mendapat jawaban, Janeul dengan perlahan membuka pintu tersebut. Menampilkan sosok Mino yang tengah duduk di kursi meja kerjanya dengan punggung yang membelakangi sosok Janeul. Perempuan itu melangkah mendekat dan memilih duduk di pinggir kasur Mino yang masih terlihat berantakan.“Mino~ya,” panggil Janeul dengan suara yang cukup terdengar pelan.
Sosok yang tengah memejamkan mata itu tak bergerak satu inchi pun, membuat Janeul menjadi merasa bersalah.“Aku minta maaf tak mengabarimu terlebih dahulu. Tapi aku hanya tak mau menjadi beban pikiranmu,” ujar Janeul akhirnya memulai pembicaraan. Lelaki itu membuka kedua matanya, namun masih tak mau menatap Janeul.
“Jika kau merasa aneh karena aku punya rasa padamu, kau tak perlu sampai mengundurkan diri dari manager utama WINNER, kan?” tanya Mino dengan nada datar. Janeul menghembuskan nafas panjang, berusaha mengontrol emosinya.“Aku keluar dari jabatan manager utama WINNER bukan karena hal itu, Mino~ya.” Jawab Janeul cepat, sebelum Mino menarik kesimpulan lain.
Lelaki itu menoleh dan menatap Janeul tajam, seakan meminta kejelasan dari pengunduran dirinya sebagai manager WINNER.“Terlalu banyak masalah yang tak bisa kuselesaikan disaat menjadi manager utama kalian. Untuk itu, sajangnim memintaku melepas statusku sebagai manager utama kalian,” jelas Janeul pada akhirnya.
Mino membuka mulut, bermaksud mengeluarkan pendapatnya, namun Janeul lebih cepat untuk memotong ucapannya.“Aniya Song Mino, ini memang kesepakatanku dengan sajangnim. Aku mau kita semua belajar, kalian belajar lebih mandiri tanpa sosokku dan aku juga belajar menjadi lebih baik tanpa kalian.” Tambah Janeul memasang senyum kecil di bibirnya.
Lelaki dengan topi itu menunduk, berusaha kembali mendengarkan celotehan dari sang manager utama.“Selama kurang lebih 2 tahun ini, aku meminta maaf jika pernah melakukan kesalahan kepadamu. Dan aku berterima kasih karena kau dengan ramahnya menerimaku sebagai manager utamamu,” ucap Janeul menggenggam kedua tangan Mino yang saling bertaut.
“Menjadi manager utama adalah impianku. Dan merasakannya bersama kalian untuk pertama kalinya benar-benar menjadi pembelajaran yang tak akan kulupakan.” Lanjutnya semakin mengeratkan genggaman tangannya. Mino mendongak, menatap Janeul yang tengah menatapnya berkaca-kaca.“Untuk itu aku harap kita bisa bertemu lagi dan aku bisa kembali menjadi manager utama kalian di lain waktu. Arraseo?” tanya Janeul meyakinkan.
Mino melepaskan genggaman tangan Janeul, lelaki itu beranjak untuk duduk disamping Janeul. Kedua tangannya menangkup wajah kecil sang manager utama.“Ingat janjiku ini Park Janeul. Aku akan berusaha menjadi lebih terkenal dan menjadikanmu personal managerku. Yaksok!” ujar Mino mengaitkan jari kelingking kanannya ke jari kelingking Janeul.
Janeul menunduk dan melihat kaitan kedua kelingking di atas paha Mino. Perempuan itu menganggukkan kepalanya dan menatap sang anak asuh.“Geurae. Jadilah lebih terkenal dan mintalah pada sajangnim bahwa kau memilihku untuk menjadi personal managermu,” ucap Janeul mengulang janji yang telah dikatakan Mino. Kedua manusia dengan tahun kelahiran yang sama itu tersenyum, sebagai tanda perpisahan, bahwa keduanya tak akan bertemu sesering biasanya.