“Mwohaneun goya?” tanya Janeul sesaat dirinya sampai di ruang tengah dorm WINNER. Matanya membulat, memperhatikan Mino yang tengah membawa barang-barangnya. Mino hanya menatapnya sekilas lalu kembali sibuk membawa barang-barang miliknya masuk ke dalam kamar sang anak asuh.“Kau tidur di kamarku mulai malam ini. Aku tidak tega melihat kau meringkuk di sofa 5 hari ini,” ucap Mino sesaat dia kembali ke ruang tengah.
Janeul, yang sedari tadi masih mengeringkan rambut sebahu miliknya dengan handuk kecil, menelengkan kepala mendengar jawaban dari sang anak asuh.“Mino akan tidur di kamarku,” jawab satu sosok yang muncul dari arah dapur. Perempuan satu-satunya di dorm itu menoleh dan mendapati Seunghoon yang tengah menggenggam satu cangkir yang diyakini Janeul berisi teh hijau.“Mianhe. Merepotkan kalian,” ujar Janeul merasa tak enak.
Mino hanya tersenyum kecil dan merangkulnya.“Kau selalu kami terima disini. Dan jangan pernah merasa tak enak dengan kami. Arra?” tanya Mino sembari mengeratkan rangkulannya di leher sang manager utama. Janeul yang merasa sesak itu memaksakan agar dapat mengangguk dan berusaha agar Mino segera melepas rangkulannya.
Setelah lepas dari rangkulan sang anak asuh, perempuan itu segera mencemberutkan bibirnya kesal.“Nuna anja! Aku membuat ramyun,” panggil satu sosok yang sedang berjalan keluar dari dapur membawa sebuah panci yang tertutup. Janeul mencari si pemanggil dan tersenyum sumringah melihat Taehyun yang membawa satu panci dari dapur. Dengan segera perempuan itu melangkah dan duduk di bangku meja makan.
Taehyun menaruh panci itu di tengah meja makan yang sudah dilingkari oleh Seunghoon, Mino dan juga Janeul. Tanpa babibu, Taehyun membuka tutup panci tersebut. Kepulan uap, yang membawa harum ramyun tersebut, memenuhi indera penciuman manusia-manusia yang berada di sekitar meja makan.“Jalmokeutseubnida!” teriak tiga orang yang sudah memegang sumpit masing-masing itu.
Si magnae hanya dapat menggeleng setelah melihat ketiga pasang sumpit itu berada di dalam panci yang berisi ramyun tersebut. Pandangannya jatuh pada sang manager utama yang tengah menyeruput ramyun dari piring kecil di tangan kiri Janeul.“Nuna,” panggil Taehyun tiba-tiba. Janeul menoleh dan menatap Taehyun seakan bertanya ada-apa-?.
Lelaki dengan rambut belah tengah itu menggerakkan kedua bibirnya, berusaha membuat kalimat yang ingin dia lontarkan. Kedua lelaki yang berada di ruangan itu segera menghentikan pergerakan mereka dalam memakan ramyun dan menatap sang dongsaeng yang seakan kehabisan kata-kata. Mengerti akan gerakan sang magnae, Janeul tersenyum kecil dan menaruh sumpit yang sebelumnya berada di tangan kanannya.
Dia menggenggam kedua tangan Taehyun yang sudah lebih dulu saling menggenggam bingung.“Na arra. Ini semua bukan kesalahanmu Namtae,” ucap Janeul dengan tersenyum kecil. Sosok yang tadi menunduk itu mendongak dan menatap sang manager utama merasa bersalah.“Aku tau aku tidak bersalah. Tapi melihatmu yang seperti ini entah kenapa membuatku menyalahkan diriku sendiri.” Jelas Taehyun kesal.
Janeul mengeratkan genggaman tangan pada si magnae yang tengah mengalihkan pandangan, tak berani menatapnya.“Geurae. Aku akan kembali menjadi manager Park yang seperti biasa,” ujar Janeul pada akhirnya. Taehyun menatap sang manager utama dan mengangkat kedua alisnya.“Yaksok? Kau janji tak akan memasang wajah sedih seperti itu lagi?” tanya Taehyun sambil mengacungkan jari kelingking kanannya.
Perempuan yang duduk disampingnya itu tersenyum dan mengangguk. Setelah melepas genggaman tangannya, perempuan itu mengaitkan kelingking kanannya ke kelingking kanan sang magnae.“Kau harus hidup bahagia tanpa masalah dari kami Janeul~ah,” ucap satu sosok yang berada di hadapan Janeul. Janeul mengalihkan pandangan, menatap Seunghoon yang sudah lebih dulu menatapnya.
“Menjadi manager dari 5 anak seperti kami memang sangat melelahkan dan aku tak mau ada yang menambah bebanmu, terutama pacarmu.” Tambahnya menatap Janeul dalam. Janeul melepaskan kaitan jarinya dengan Taehyun dan menghadap Seunghoon sepenuhnya.“Jika menurutmu kalian semua melelahkan tak bisakah kalian tak membuat masalah, huh?” ledek Janeul berusaha mencairkan suasana di ruang makan tersebut.
“Ya! Kau benar-benar!” kesal Mino yang segera mengangkat sumpitnya, bertindak seakan ingin memukul kepala Janeul. Tak lama suara tawa memenuhi ruang makan tersebut dan setelahnya ketiga lelaki itu saling berebut mengambil ramyun yang masih ada di dalam panci tersebut. Janeul menatap ketiga anak asuhnya tersebut lalu menghela nafas berat.
Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air yang telah menggenang di pelupuk matanya.“Aku akan tidur duluan. Kalian segera tidur setelah ini, arra?” suruh Janeul menatap satu per satu wajah sang anak asuh. Dengan segera, sosoknya berdiri dan melangkah memasuki kamar Mino yang akan menjadi kamarnya selama berada disini.
Matanya yang tak terlapisi softlens itu menatap ponsel miliknya yang berada di atas meja kerja Mino. Janeul duduk di bangku tempat Mino biasa membuat karya tersebut. Kau masih tak kembali ke apartemenmu? Kapan kita bisa bertemu? Helaan nafas keluar begitu saja dari mulutnya saat membaca rentetan kata yang dikirimkan sang kekasih, Oh Sehun.
Aku sibuk. Akan kuhubungi nanti. Setelah mengirimkan balasan tersebut, Janeul mematikan ponselnya agar tak kembali merasa diganggu oleh magnae EXO yang tengah dia jauhi tersebut. Ponsel bercase mickey mouse itu kembali tergeletak di samping laptop milik Mino. Merasa tertarik, Janeul mengambil satu buku yang berada di atas meja tersebut.
Sebuah sketchbook milik Mino yang sebelumnya sering dilihat Janeul itu, kini kembali berada di genggamannya. Sebuah senyum tertera di bibirnya sesaat melihat sebuah sketsa Taehyun yang dibuat oleh Mino. Satu sosok dengan belah tengah, kedua alis menukik dan kedua mata sipit adalah cara Mino menggambarkan sang magnae. Tangannya kembali membalik kertas di sketchbook tersebut dan mendapati gambar yang diyakini Janeul adalah Jinwoo, si member tertua. Dua buah deer eyes yang digambarkan Mino menjadi alasan Janeul bahwa gambar tersebut adalah sang member tertua.
Kertas selanjutnya berisi gambar seorang lelaki dengan topi fedora, yang Janeul anggap adalah sang leader yang masih belum kembali ke dorm karena harus melakukan syuting. Mata sipit dan senyum sumringah di kertas selanjutnya adalah penggambaran Mino terhadap Seunghoon yang selalu terlihat ceria. Janeul tersenyum lebar melihat gambar yang sekarang memenuhi indera penglihatannya.
Mata perempuan itu membulat melihat gambar yang berada di kertas selanjutnya. Seorang perempuan dengan rambut sebahu yang dikuncir setengah itu membuatnya tertegun. Sosok perempuan yang digambar dengan tampak samping itu adalah dirinya. Mino menggambar dirinya dengan benar-benar nyata, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Matanya berkaca-kaca melihat sebuah senyum yang terdapat di wajah gambar itu.
Sebuah tulisan disamping gambar itu membuat airmata itu mengalir membasahi pipinya.’Uri Park Janeul, himnae! Always with WINNER, forever.’ Janeul menundukkan kepalanya, membuat tetesan airmata itu kembali mengalir dan membasahi kedua tangannya yang menutup wajahnya. Pintu kamar Mino terbuka sedikit, menampilkan satu sosok lelaki yang baru saja akan memasuki kamar mengurungkan niat. Mata sipit yang biasa terlihat ceria itu memandang sang manager utama, khawatir.
- Manager Park –
Dentuman music yang memenuhi ruang latihan itu tak membuat mata Janeul, yang terlapisi lensa kacamata, beralih. Kedua matanya masih memandangi pergerakan kedua anak asuhnya yang mengikuti gerakan sang instruktur dance, Parris Goebel. Dua lelaki yang masih terus menggerakan badan dengan keringat membasahi tubuh mereka membuat Janeul dapat melihat wajah letih mereka.
Sesaat setelah sang instruktur menghentikan gerakan dance mereka, Seunghoon segera mematikan lagu yang masih memekakan telinga manusia-manusia yang berada di ruang latihan tersebut.“Good job all! Especially you Lee Seunghoon.” Ujar sang instruktur dance ditengah nafasnya yang masih tak beraturan. Seunghoon menundukkan badannya, berterima kasih karena pujian sang instruktur.
Perempuan berambut panjang itu mendekati Janeul yang telah berdiri dan tersenyum padanya.“Jinwoo make some progress and I appreciate it,” ujarnya setelah duduk di tempat Janeul duduk tadi. Janeul tersenyum lebar dan mengangguk senang, menatap si anak asuh yang tengah dibicarakan.“I will go. See you tomorrow,” pamitnya sembari menepuk bahu Janeul.
Janeul tersenyum dan mengangguk, menatap kepergian sang instruktur dance dengan beberapa dancer yang ingin makan malam di cafeteria.“Woa… kalian benar-benar membanggakan!” ujar Janeul mendekati kedua anak asuhnya yang tengah terlentang di atas lantai ruang latihan. Perempuan itu berjongkok di samping Jinwoo dan memberikan handuk kepada sang anak asuh.
Setelah Jinwoo mengambil handuk yang disodorkan, Janeul kembali melangkah mendekati Seunghoon yang menutup wajah dengan snapback yang sedari tadi dia pakai.“Ya Lee dancer! Kkaja kita makan malam,” ucap Janeul menggoyangkan pundak Seunghoon. Merasa terganggu, lelaki itu membuka snapback yang menutup wajahnya dan menatap sang manager utama dibalik kedua mata sipitnya.
“Aku haus,” ujarnya dengan suara lemah. Janeul tersenyum dan menyodorkan sebotol air mineral yang sedari tadi berada di tangannya. Dengan cepat tangan Seunghoon mengambil sodoran botol mineral dari Janeul. Janeul tersenyum kecil melihat air dalam botol mineral itu mulai berkurang karena masuk ke dalam tenggorokan Seunghoon.
Seunghoon menghela nafas panjang sesaat dia menghabiskan air dalam botol mineral tersebut.“Kkaja kita makan,” ajak Janeul lagi. Seunghoon menatap sang manager utama dan menggeleng pelan.“Aku masih harus latihan lagi. Aku akan menyusul,” jawab Seunghoon cepat. Janeul menatap anak asuhnya tersebut sambil menggeleng.
“Kau benar-benar ambisius Lee Seunghoon,” ujar Janeul lelah. Setiap waktu mereka ada latihan dance, maka Seunghoon-lah orang terakhir yang akan ikut makan malam. Dia tak pernah bisa untuk bilang tidak untuk berlatih dance dan hal itulah yang selalu dikhawatirkan Janeul.“Geunyang kka, aku akan menyusul nanti. Kau tahu aku kan?” ujar Seunghoon dengan tersenyum kecil.
Janeul menggigit bibir bawahnya, bingung dalam mengambil tindakan saat ini. Sebuah rangkulan diterima sang manager utama dari samping kirinya.“Kkaja. Aku sudah sangat lapar,” ucap Jinwoo sembari memegang perutnya. Janeul menatap si member tertua, yang merengut lapar, lalu menanggukkan kepalanya.“Aku beri waktu 15 menit, setelah itu kau harus makan. Arrayo oppa?” ujar Janeul memicingkan mata.
Lelaki yang masih duduk bersila di depannya itu menganggukkan kepala dan mengacungkan jempol kirinya, tanda bahwa dia setuju. Setelahnya perempuan yang mengenakan kemeja tak dikancing itu berlalu bersama Jinwoo yang masih setia merangkulnya.“Janeul~ah. Kau sedang memikirkan apa akhir-akhir ini?” tanya Jinwoo tiba-tiba.
Perempuan disampingnya itu menoleh dan menggeleng. Jinwoo memicingkan matanya dalam menatap Janeul.“Gotjimal. Aku tahu saat kau berbohong Park Janeul,” ujar Jinwoo lagi dengan penekanan dalam memanggil nama sang manager utama. Janeul melepaskan rangkulan Jinwoo dan menghentikan langkahnya ke cafeteria.
“Na midoyo oppa. Aku akan memberi tahumu semua masalahku. Mungkin sekarang bukan waktunya, tapi nanti jika tiba saatnya aku akan memberi tahu kalian semua,” jawab Janeul akhirnya. Jinwoo menatap Janeul lalu kembali merangkul perempuan yang sudah dia anggap adiknya itu.“Dan asal kau tahu. Aku selalu menunggu waktu yang tepat supaya kau bisa bercerita!” ujar Jinwoo sembari memberantaki rambut Janeul.
Janeul hanya bisa menggerutu, karena rambutnya yang berantakan disaat memasuki cafeteria YG. Antrian panjang yang menjadi rutinitas kala makan siang pun membuat langkah keduanya berhenti.“Oppa… kau mau makan diluar?” ajak Janeul tiba-tiba. Jinwoo menoleh dan mengendurkan rangkulan di leher Janeul.
Kedua mata deer itu mengerjap, merasa tertarik dengan ajakan Janeul. Tak lama sebuah senyum hadir di wajah si member tertua dan anggukkan kepala antusias menjadi jawaban dari ajakan Janeul.”Geurom! Aku akan kembali ke ruang latihan untuk memberi tahu Seunghoon,” ucap Janeul setelah mendapat kesepakatan dengan Jinwoo.
Setelah lepas dari rangkulan Jinwoo, Janeul melangkah kembali ke ruang latihan dance WINNER. Dentuman music terdengar sesaat dia membuka sedikit pintu yang transparan itu. Seorang lelaki bertopi, yang tengah focus menatap pantulan diri di kaca di hadapannya itu, masih asyik dengan gerakannya dalam meliukkan tubuh.
Perempuan yang memakai kacamata minusnya itu tersenyum kecil melihat keseriusan di wajah Seunghoon yang tak menghiraukan kehadirannya.“Ack..” tubuh yang sedari tadi bergerak seirama dengan music itu terjatuh tiba-tiba. Janeul tertegun, ingin melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam ruang latihan. Namun sosok itu kembali berdiri dan menghentakkan kedua kakinya sebelum kembali menggerakkan badan mengikuti alunan music.
Janeul yang masih berdiri di sela pintu ruang latihan itu hanya bisa menatap sang anak asuh dengan pandangan bersalah. Sedang lelaki bertopi di dalam masih terus meliukkan badan, berusaha membuat tubuhnya mengingat tentang apa yang dipelajari hari ini.“Himnae.. Lee Seunghoon,” ucap Janeul pelan.
-Hello, Manager Park-
Perempuan dengan hoodie kebesaran berwarna hitam itu mengorek isi tas ransel hitamnya, mencari satu kertas berisikan jadwal Mino dalam ajang Show Me The Money 4. Sebuah benda berbentuk buku diary membuat dahinya mengernyit dan mengeluarkan benda yang tak pernah dia masukkan ke dalam tas hitamnya itu.
“Ige mwoya?” tanya sosok itu pada kamar Mino yang hanya dihuni oleh dirinya. Kedua mata dibalik kacamata baca itu membulat, mendapati buku diary dari Sehun terdapat pada tangannya saat ini. Dia menaruh buku itu di tempat tidur dan kembali mencari kertas yang dia butuhkan. Namun tak tunggu lama, pandangan matanya kembali jatuh pada buku yang tengah berbaring disampingnya itu.
Setelah menghembuskan nafas kesal, dia mulai membuka buku itu. Dia menarik pita merah yang menjadi pembatas buku diary itu. Halaman terakhir yang dia baca beberapa hari lalu adalah halaman dimana terdapat foto Polaroid Sehun yang tengah memakai masker dan beanie berwarna hitam dengan sebuah bubble tea dengan rasa kesukaan Sehun berada di tangannya.
‘Bubble tea. Akan ada waktu dimana kita akan menghabiskan waktu berdua dengan menghabiskan bubble tea masing-masing. Aku sangat ingin bubble tea sekarang!’ tulisan yang menunjukkan seberapa anak kecil Oh Sehun itu kini mampu membuat Janeul tersenyum kecil. Buku diary yang diberi Sehun saat ke apartemen Janeul waktu itu, berisi halaman-halaman yang menyimpan foto Polaroid dan pesan dari si empunya foto.
Baru saja tangannya akan membalik halaman baru, sebelum satu sosok mengetuk pintu kamarnya. Dengan membalas gumaman kecil, pintu itu terbuka dan menampilkan kepala Seunghoon yang seakan mengintip dibalik pintu.“Wae oppa?” tanya Janeul yang segera menutup diary dari Sehun tersebut.
Seunghoon membuka pintu lebih lebar, menampilkan tali yang berada di tangan kanannya yang berakhir di leher Ihee yang sekarang menggerakkan buntut tak bisa diam.“Aku ijin keluar sebentar. Mau mengajak Ihee untuk jalan-jalan, ya?” izin sosok yang sudah memakai topi tersebut. Janeul melihat jam dinding yang terdapat di kamar Mino dan menganggukkan kepala.
Setelah mendapat persetujuan dari sang manager utama, Seunghoon kembali menutup pintu dan melangkah mendekati pintu utama dorm. Baru saja sosok itu akan memakai sepatu untuk berlarinya, sebelum satu suara menghentikan pergerakannya.“Chamkaman oppa! Aku ingin ikut,” teriak Janeul dari dalam kamar Mino. Dan tak tunggu lama, sosok dengan beanie itu sudah muncul disampingnya.
Dengan cekatan, perempuan itu segera memakai sepatu berwarna cokelat miliknya. Setelahnya dua sosok berbeda tinggi sekitar 10 cm itu berjalan keluar dari apartemen tempat dorm mereka berada. Janeul memasukkan tangannya ke dalam saku hoodienya dan bergidik karena angin sungai Han yang terasa dingin.
“Kau tidak memakai jaket tambahan?” tanya Seunghoon saat menyadari sang manager utama hanya memakai sebuah hoodie. Janeul menggeleng sembari terkekeh kecil, sedang Seunghoon hanya mampu menggeleng tak percaya. Keduanya berjalan beriringan dengan Ihee yang terlihat bahagia karena akhirnya bisa keluar dari dorm.
Janeul menatap kedua kakinya yang tersimpan dalam dua buah sneakers berwarna cokelat itu.“Oppa.. ni gwenchani?” tanya Janeul tiba-tiba. Seunghoon yang tadinya tengah memperhatikan Ihee merubah pandangannya menjadi menatap Janeul. Perempuan yang masih menunduk itu tak juga menatapnya.“Aku melihat kau terjatuh saat latihan dance kemarin. Apa kakimu karena terjatuh di YG concert tahun kemarin masih sering terasa sakit?” tanya Janeul dengan penjelasan mendetail.
Seunghoon tersenyum, mengetahui bahwa sang manager utama khawatir pada sosoknya. Dia menggerakkan tangannya untuk mencubit pipi kiri Janeul.“Nan gwenchani Janeul~ah. Aku masih akan terus latihan, walau dokter berkata bahwa aku tidak boleh menggerakkan kakiku lagi.” Jawab Seunghoon membuat Janeul menoleh dan menatapnya marah.
“Andwe! Kau tidak boleh memaksakan kehendakmu seperti itu oppa!” kesal Janeul tersulut emosi. Langkah mereka berhenti dan saling berhadapan, dengan Janeul yang menatap Seunghoon kesal.“Jika kakimu cedera maka kau harus mengatakannya padaku. Karena kakimu saat ini bukan hanya milikmu, ini milik inner circle juga. Walau ambisimu besar, aku akan lebih memilih memotong kakimu daripada kau melukainya lebih dalam,” tambah Janeul dengan gerakan seakan ingin memotong kaki Seunghoon.
Lelaki dihadapannya tertawa terbahak mendengar penjelasan Janeul yang terdengar lebih seperti anak kecil daripada manager utama.“Wae usso? Ya Lee Seunghoon,”rengek Janeul karena sang anak asuh malah tertawa sembari memeluk perutnya sendiri. Tak mendapat jawaban dari sang anak asuh, Janeul menghentakkan kakinya kesal dan lebih memilih melanjutkan jalan.
Merasa ditinggalkan, Seunghoon mulai meredakan tawanya yang terasa menyakiti perut dan mulai kembali berjalan, mengejar perempuan dengan beanie milik Mino yang sudah berjalan jauh di depannya.“Janeul~ah kau marah, huh?” ledek Seunghoon sesaat dia merangkulkan tangan pada leher sang manager utama.
Si manager utama hanya mampu membuang muka, malas melihat sang anak asuh yang sedari tadi menertawakannya.“Aigoo~ uri dongsaeng! Kau benar-benar terlihat lucu,” tak tahan dengan wajah cemberut sang manager utama, Seunghoon mempererat rangkulannya. Janeul hanya dapat merintih dan berusaha melepaskan rangkulan Seunghoon.
“Ack! Appo oppa,” kesal Janeul saat Seunghoon melepaskan rangkulannya. Sebuah bangku pinggir sungai han yang baru saja ditinggal pergi dua orang yang berpacaran, menggunggah Janeul untuk gantian mendudukinya. Seunghoon ikut duduk disamping Janeul yang tengah menghirup udara segar dari sungai han.
“Bukankah ini kali pertama kita bisa menghabiskan waktu berdua?” tanya Seunghoon tanpa memandang sang manager utama. Perempuan disampingnya menoleh dan menatap sosoknya bingung. Seunghoon tersenyum pada pantulan bulan bulat di aliran sungai Han.“Dari kelima member WINNER bukankah aku yang tidak terlalu dekat denganmu? Bahkan Taehyun sudah terlihat sangat dekat denganmu.” Tambah Seunghoon menjelaskan.
Janeul mengalihkan pandangan dan menganggukkan kepalanya.“Walaupun kau punya sifat yang ceria dan gampang bersosialisi, tapi aku tak pernah merasa dekat denganmu seperti kedekatanku dengan yang lain,” jawab Janeul menatap kedua sneakers di bawah sana. Lalu lalang masyarakat Seoul di depan sana, seakan menjadi backsound dari dua sosok yang kehilangan kata.
“Apa aku membuatmu tak nyaman oppa?” tanya Janeul ragu. Seunghoon tertawa kecil mendengar pertanyaan Janeul dan menggeleng. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya.“Kau adalah manager wanita terbaik yang kukenal Janeul~ah.” Jawab Seunghoon menatap Janeul yang sudah lebih dahulu menatapnya.
Lelaki itu tersenyum lebih lebar, memperlihatkan eyes smile yang biasa Janeul lihat.“Kau mampu membuat anak asuhmu nyaman bersamamu hanya dalam hitungan hari. Itu yang aku suka dari dirimu,” tambah Seunghoon menjelaskan.“Mungkin alasan ketidak-dekatan kita adalah karena kita punya kepribadian yang sama,” ujar Seunghoon mengalihkan pandangan.
Janeul mengaitkan kedua alisnya bingung.“Apa maksudmu oppa?” tanya Janeul bingung. Seunghoon tersenyum kecil, namun Janeul melihatnya sebagai senyuman yang menyimpan suatu kesedihan.“Kau dan aku sama-sama sering menyimpan masalah untuk diri kita sendiri. Kita sama-sama menunjukkan bahwa kita tak apa disaat ada sesuatu yang membuat kita tidak terlihat baik-baik saja,” jawab Seunghoon cepat.
Kedua mata Janeul membulat, kaget. Perempuan itu tak menyangka bahwa Seunghoon menyadari sifat dari dirinya itu.“Kau berusaha kuat walau ada masalah besar menghampirimu. Aku seperti melihat diriku sendiri padamu,” jelas Seunghoon lagi. Seunghoon menggerakkan tangan kanannya untuk mengelus pucuk kepala Janeul.
Helaan nafas terdengar dari sosok lelaki itu.“Kita tak perlu terlihat amat dekat untuk saling mengerti satu sama lain bukan?” tanya Seunghoon memastikan. Janeul menoleh dan menatap sang anak asuh yang masih menatapnya.“Yang perlu kau tahu, aku mengerti dirimu sama seperti member lain mengerti dirimu. Kuharap kau tahu akan hal itu,” jelasnya masih mengusap kepala Janeul.
Perempuan itu menganggukkan kepalanya dan mengalihkan pandangan. Seunghoon menatap sang manager utama yang kali ini tengah memejamkan mata menikmati angin dingin yang berhembus.“Janeul~ah.. neo gwenchani?” tanya Seunghoon tiba-tiba. Janeul membuka kedua matanya dan menoleh, mendapati Seunghoon yang tengah menatapnya dengan ekspresi tak bisa dia tebak.“Naega wae?” tanya balik Janeul, tak mengerti dengan maksud pertanyaan Seunghoon.
“Apa yang kau pikirkan hingga dapat menangis tersedu hanya karena melihat gambar buatan Mino?” tanya Seunghoon dengan to the point. Janeul mengalihkan pandangan, tak berani menatap Seunghoon yang masih menatapnya ingin tahu.“Ani geunyang…” jawab Janeul menatap aliran sungai Han yang terlihat indah karena pantulan sinar bulan.
Seunghoon menyipitkan mata, berusaha menelisik pandangan mata Janeul yang tak berani menatapnya.“Park Janeul?” panggil satu sosok yang tiba-tiba hadir di samping Janeul. Perempuan berbeanie itu menoleh dan membulatkan mata melihat sosok yang setengah wajahnya tertutup oleh masker berwarna hitam.
Lelaki itu menurunkan maskernya, membuat senyum lebar terpatri di wajah Janeul.“Kyungsoo~ah,” panggil Janeul cepat pada sosok yang tengah tersenyum padanya. Satu sosok lelaki berdiri di belakang Kyungsoo dengan membawa tiga anjing dengan masing-masing tali membuat Janeul menyipitkan mata.
Kyungsoo mengikuti arah pandang Janeul dan menarik lelaki dibelakangnya agar berdiri di sampingnya.“Kai. Member EXO,” ujar Kyungsoo memperkenalkan lelaki tersebut. Dengan segera lelaki yang pernah dilihat oleh Janeul itu menundukkan badan, tanda perkenalan.“Kau sedang apa disini?” tanya Kyungsoo ingin tahu, terlihat dari kedua mata bulatnya yang mengerjap lucu.
“Aku menemani Seunghoon dan Ihee,” jawab Janeul menunjuk Seunghoon dan Ihee bergantian. Kyungsoo menganggukkan kepala dan menatap Ihee yang menggerakkan buntutnya senang.“Dia lucu sekali ya Kai?” tanya Kyungsoo sembari berjongkok dan mengelus Ihee. Lelaki yang masih memakai masker berwarna hitam itu menganggukkan kepala tanda setuju.
“Wuah kau memelihara tiga anjing di dorm?” tanya Janeul kali ini. Kai yang merasa diberi pertanyaan menggelengkan kepala, menjawab pertanyaan tersebut.“Mereka tinggal di rumah keluargaku. Kadang anggota keluargaku membawa mereka ke dorm,” jawab Kai dengan singkat. Janeul dan Seunghoon menganggukkan kepala mendengar jawaban Kai.
Tak tunggu lama, kedua pecinta anjing itu mulai sibuk dengan obrolan tentang merawat anjing-anjing mereka. Janeul tersenyum melihat senyum Seunghoon yang terlihat bahagia karena menemukan penyuka anjing lainnya.“Kau masih beragumen dengan Sehun?” tanya Kyungsoo tiba-tiba. Janeul menoleh, mendapati Kyungsoo yang sudah duduk disampingnya.
Janeul hanya dapat memberikan senyuman kecil untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Kyungsoo.“Kurasa kau benar-benar kecewa dengan Sehun ya?” tanya Kyungsoo dengan senyum awkward. Janeul menganggukkan kepalanya dan menatap jauh ke sungai han.“Setiap hubungan pasti akan ada intrik kan, Kyungsoo~ah?” tanya balik Janeul.
Kyungsoo mengangguk, menanggapi pertanyaan manager utama WINNER tersebut.“Sepertinya masalahmu kali ini bukan hanya dengan Sehun.” Tambah Kyungsoo tiba-tiba. Janeul menoleh dan menatap Kyungsoo kaget. Kyungsoo tersenyum melihat ekspresi kaget Janeul.“Ada masalah lain yang membebanimu, na machi?” tanya Kyungsoo dengan senyum kecil.
Perempuan itu mengalihkan pandangan dan menggigit bibir bawahnya.“Himnae Park Janeul! Percaya pada dirimu sendiri dan satu yang mesti kau ketahui, kau tak pernah sendiri. Hehe,” ujar Kyungsoo memecah keheningan. Janeul menoleh dan menghentakkan kakinya kesal, membuat Kyungsoo menatapnya bingung.“Kau benar-benar terlihat menggemaskan!!” ucap Janeul gemas. Tak lama keduanya tertawa karena ucapan Janeul.