Perempuan dengan kacamata baca dan rambut dikuncir kuda itu memainkan garpu pada spaghetti yang berada di piring di depannya. Matanya yang menerawang jauh itu seakan memberi tahu bahwa jiwanya tak berada pada café dengan makanan Italia itu. Satu lelaki duduk di bangku yang terpisah meja kayu yang telah terukir itu. Sosok yang memakai snapback dan kaos berwarna putih ditutupi jaket berwarna biru itu menatap si perempuan dengan tatapan menyelidik.
Senyuman jahil tiba-tiba hadir di bibirnya.“Park Janeul!” panggil sosok itu sembari menggebrak meja yang berisi sepiring spaghetti dan orange juice. Perempuan yang sedari tadi melamun itu terlonjak kaget dan segera menatap kesal si pelaku penggebrakan.“Oppa!” rengek Janeul melihat sosok di hadapannya tertawa geli. Janeul memukul pelan tangan si lelaki yang masih berada di atas meja.
Lelaki yang masih memeluk perutnya sendiri dan tertawa terbahak itu berusaha untuk segera menghentikan tawa. Janeul mencemberutkan bibirnya dan menyedot orange juice yang sedari tadi belum disentuh olehnya.“Ya! Kau jarang sekali melamun seperti itu, sedang memikirkan pacarmu?” ledek sosok itu dengan senyum sumringah. Janeul menatap lelaki di depannya malas dan lebih memilih melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya.
“Sudah selesai latihan? Yang lain?” tanya Janeul tak menjawab ledekkan sosok didepannya. Lelaki itu menganggukkan kepala dengan gerakan yang terlihat lucu di mata Janeul.“Mereka masih di ruang latihan. Aku ditugaskan untuk membeli makanan, karena Taehyun syuting drama.” Jelas sosok itu sembari menopang dagu dengan tangan kanan. Janeul terkekeh pelan mendengar penjelasan anak asuh tertuanya itu.
“Padahal aku adalah member tertua, tapi mereka malah menyuruhku membeli makan karena Byungyung dan Seho hyung pergi,” tambah Jinwoo sembari menggeleng tak percaya. Janeul tersenyum kecil melihat kekesalan yang disimpan oleh Jinwoo karena menjadi suruhan untuk membeli makan malam.“Kau tadi dari kantor?” tanya Jinwoo tiba-tiba. Janeul menatap Jinwoo kaget dan segera mengalihkan pandangan.
Perempuan itu menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan sang anak asuh.“Wae? Apa sajangnim mengatakan sesuatu?” tanya Jinwoo ingin tahu. Mata yang terlihat seperti mata rusa itu mengerjap karena tak sabar. Janeul menatap Jinwoo dan mengangkat bahu sembari tersenyum kecil.“Geunyang.” Jawab Janeul singkat. Jinwoo memukul tangan Janeul yang tengah menggenggam garpu pelan.
“Jangan menyembunyikan sesuatu,” ucap Jinwoo sembari menatap sang manager utama kesal. Janeul terkekeh kecil dan menganggukkan kepala, menanggapi ucapan Jinwoo. Satu getaran dari ponsel bercase mickey mouse di atas meja mengganggu pembicaraan mereka. Setelah urusanku di SM selesai, aku akan ke apartemenmu. Janeul menggigit bibir bawahnya, panic membaca pesan yang dikirim oleh sang kekasih.
“Wae?” tanya Jinwoo yang melihat perubahan ekspresi wajah sang manager utama. Janeul mendongak dan menggeleng sembari tersenyum kecil. Jinwoo yang tidak percaya dengan reaksi dari perempuan di hadapannya, segera mengambil ponsel Janeul.“Kau masih salah paham dengannya?” tanya Jinwoo lagi masih membaca rentetan huruf Hangeul di benda kotak tersebut.
Janeul menggumam, menjawab pertanyaan dari sang anak asuh.“Pesanan anda tuan,” ucap seorang pelayan yang mengantarkan seplastik berisi beberapa kotak makanan. Jinwoo menoleh dan menganggukkan kepala selagi menerima sodoran plastic itu.“Oppa.. bolehkah aku menginap di dorm untuk sementara?” tanya Janeul ragu.
Jinwoo menatap sang manager utama dengan membulatkan mata. Janeul menatap Jinwoo dengan pandangan melas dan menangkupkan kedua tangan.“Geurom. Dorm adalah rumahmu juga, manager Park.” Ucap Jinwoo akhirnya. Perempuan di hadapannya mengangguk ceria dan segera memakai ransel hitam yang sedari tadi duduk disebelahnya.
“Aku akan mengantarmu ke YG, lalu mengambil barang-barangku di apartemen.” Ucap Janeul sembari berdiri dari tempatnya menghabiskan waktu sedari tadi. Keduanya masuk ke dalam mobil Subaru hitam yang terparkir rapih di café bernuansa Italy daerah Cheongdamdong.“Aku akan ikut kau ke apartemenmu.” Ucap Jinwoo sesaat dia telah memakai seatbelt disamping tempat Janeul duduk.
Perempuan disampingnya menoleh dan menatapnya kaget.“Aku akan mengabari yang lain agar bertemu di dorm. Kau butuh teman untuk mengepack barang-barangmu kan?” tanya Jinwoo dengan senyum lebar. Janeul menganggukkan kepalanya senang dan mulai mengendarai mobil miliknya ke apartemennya, yang berada tak jauh dari daerah mereka berada.
Pintu apartemen Janeul terbuka, menampilkan sosok Janeul dan Jinwoo yang memasuki tempat tinggal Janeul selama ini.“Ya.. apartemenmu masih belum berubah Park Janeul. Masih sangat terlihat rapih,” ledek Jinwoo sembari menggeleng tak percaya. Janeul terkekeh di depannya dan mendekati tangga memutar yang berada di dekat kasurnya.
Si empunya apartemen meninggalkan satu sosok lelaki yang memilih duduk di pinggir kasurnya.“Kalau haus ambil minum saja di kulkas oppa. Aku akan mengepack baju terlebih dahulu,” ujar Janeul melongokkan kepala dari lantai atas, tempat baju-bajunya berada. Jinwoo mendongak, menatap sang manager utama dan tersenyum kecil.
Dengan kedua tangan yang berada di saku jaket birunya, Jinwoo beranjak ke dapur apartemen Janeul dan membuka kulkas dua pintu tersebut. Kedua matanya membulat melihat isi kulkas yang kelewat sepi tersebut.“Manghaetsso! Neo jinjja manghaetsso,” ucap Jinwoo tak percaya. Setelah mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas, sosok itu kembali ke ruang tidur Janeul.
“Ya. Kau benar-benar bukan perempuan Janeul~ah.” Ujar Jinwoo mendongak, menunggu sosok Janeul menampilkan wajah. Tak lama wajah yang ditunggu hadir di pagar kayu atas sana.“Wae oppa?” tanya Janeul dengan dahi yang mengernyit. Jinwoo mengedikkan dagunya ke arah dapur.“Kulkasmu hanya berisi botol minuman, beer dan makanan ringan. Aku benar-benar tak mengerti lagi,” jawab Jinwoo sembari menggeleng tak percaya.
“Aku hanya belum membeli makanan bulanan oppa,” sanggah Janeul cepat. Janeul tersenyum kecil pada Jinwoo yang menatapnya tak percaya. Sesaat setelah wajah Janeul kembali menghilang dari pandangannya, Jinwoo berjalan mendekati meja kerja Janeul yang berada tak jauh dari kasur Janeul. Bibirnya melengkukan senyuman, melihat arsip-arsip tentang grupnya yang memenuhi meja kerja manager utama.
Buku-buku yang tertata rapih di pinggir meja menarik Jinwoo untuk melihat judulnya satu persatu. Botol yang tadi berada di tangan kanannya, mendarat dengan pasti diatas meja tersebut. Satu buku yang berada di bawah buku yang diambil Jinwoo, lebih menarik perhatian lelaki kelahiran 1991 itu. Buku berbentuk diary itu berada di dalam genggaman tangan kiri Jinwoo.
“Mwohae oppa?” tanya satu sosok yang tengah menuruni tangga memutar dengan membawa satu koper berwarna hitam itu. Jinwoo menoleh kaget, karena kepergok tengah melihat-lihat barang yang bukan miliknya.“Igo mwoya? Kau masih menulis diary diumurmu sekarang?” tanya Jinwoo sambil menunjukkan buku yang berada di tangannya.
Janeul yang baru sampai di lantai bawah itu menaruh kopernya di dekat kasur dan berjalan mendekat ke meja kerjanya.“Ah.. itu kado dari Sehun. Barang itu tak penting, taruh saja lagi.” Jawab Janeul malas. Jinwoo terkekeh kecil dan memukul kepala perempuan di depannya dengan buku itu pelan.“Ya! Pemberian dari seseorang tak boleh kau bilang tak penting,” jelas Jinwoo lalu berjalan untuk duduk di pinggir kasur Janeul.
Perempuan yang tengah mengusap kepalanya itu hanya dapat mendengus dan kembali memasukkan laptop ke dalam ransel hitam yang sedari tadi berada di punggungnya. Penasaran, akhirnya Jinwoo membuka sampul diary itu dan mendapati satu foto Polaroid berisi satu sosok berbeanie yang tengah tersenyum padanya.‘Annyeong Park Janeul. Neo naekko!’ satu kalimat yang ditulis tangan itu membuat Jinwoo terkekeh kecil.
Tangan lelaki itu kembali membalik kertas-kertas yang berisi foto Polaroid serta pesan yang ditulis tangan di setiap bawah foto.“Oppa kkaja. Aku sudah selesai,” ucap Janeul tiba-tiba. Jinwoo menoleh dan segera menaruh buku diary itu di dalam jaketnya. Janeul menoleh dan menatap aneh Jinwoo yang tengah tersenyum lebar pada sosoknya.
“Geurae? Kau sudah selesai?” tanya Jinwoo dengan mata membulat. Janeul menggumam kecil dan mengangguk. Jinwoo berdiri dari duduknya dan menarik pegangan koper hitam Janeul.“Kkaja. Kita kembali ke dorm,” ucap Jinwoo tersenyum lebar dan merangkul Janeul dengan tangan kanan. Janeul menatap selidik sang anak asuh yang tak menoleh padanya. Senyum Jinwoo perlahan melebar setelah memastikan buku diary itu berada di dalam jaketnya.
-Hello, Manager Park-
Byungyung mendekati van hitam yang terparkir rapih di salah satu site pembuatan web drama Taehyun. Sosok itu menggeser pintu van tersebut dan mendapati Taehyun yang masih membolak-balik script di tangannya. Sebuah tangan yang bertugas men-touch up sosok itu pun berada tepat di wajah sang magnae. Pandangannya jatuh ke sosok yang berada di jok depan.
Lelaki yang baru saja mempunyai anak itu tersenyum miris melihat sosok yang focus pada tab di pangkuannya.“Namtae~ya, ini minumanmu.” Ucap Byungyung sembari menaruh satu botol berisi air oxygen di kantung bangku di hadapan Taehyun. Taehyun tersenyum kecil dan mengangguk. Byungyung dengan segera menutup kembali pintu geser van itu dan membuka pintu yang berada disamping jok depan.
Janeul menoleh sesaat pintu disampingnya terbuka.“Kau belum makan kan? Kajja, makan bersamaku.” Ajak Byungyung tersenyum ramah. Janeul menganggukkan kepalanya dengan senyum yang terlihat dipaksakan. Pandangan Byungyung jatuh pada layar tab yang masih bercahaya di pangkuan Janeul. Wajah lelaki yang lumayan berisi itu terangkat dan menatap Janeul yang menatapnya bersalah.
“Mian oppa. Aku hanya bermaksud.. ah mianhe. Jinjja mianhae,” ucap Janeul merasa bersalah. Byungyung memejamkan mata dan menghela nafas berat.“Arraseo. Sekarang lebih baik kita makan bersama,” ajak Byungyung yang sudah menatapnya. Janeul menanggukkan kepala dan mengeluarkan ‘pencarian’-nya di tab.
Baru saja sosok itu akan keluar dari van, sebelum lagu Different milik WINNER terdengar. Janeul mengambil ponselnya yang berada di saku jaket dan melihat layar yang menunjukkan ‘Kim Jinwoo Calling..’. Janeul mengernyitkan dahi, tak biasanya si member tertua menelponnya.“Yoboseyo? Oppa?” panggil Janeul sesaat dia menjawab panggilan masuk dari Jinwoo.
“Janeul~ah? Na manghaetsso! Jinjja manghaetsso,” ucap Jinwoo dengan nada yang tidak bisa dibilang santai. Janeul keluar dari dalam van, berusaha mencari tempat sepi agar dapat mendengar dengan baik suara sang anak asuh.“Wae? Neo waegure oppa?” tanya Janeul cepat. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, menunggu jawaban sang anak asuh.
“Aku.. aku.. aku kehilangan arah Janeul~ah,” jawab Jinwoo dengan nada bersalah yang terdengar menyedihkan.“Mwo? Kau tersesat bahkan saat kau di tanah kelahiranmu sendiri?” tanya Janeul tak percaya dengan pendengarannya. Jinwoo menggumam kecil membuat Janeul mengusap wajah kasar. Sosok Byungyung mendekat dan menangkat alis seakan bertanya ada-apa.
“Memang kau tidak bersama Seho?” tanya Janeul tak menjawab pertanyaan yang tak dilontarkan Byungyung.“Tadi aku bersamanya, lalu aku turun di tengah jalan. Seho hyung kan harus mengantar Seungyoon shooting. Na ottokhae?” tanya Jinwoo yang terdengar sangat menyedihkan di telinga Janeul.
Janeul menghembuskan nafas lalu menatap kepada Byungyung yang kini menyender pada bagian belakang van hitam WINNER.“Sekarang kau cari jalan raya dan hentikan satu taksi. Suruh dia mengantarkanmu ke tempat kau janjian dengan ayahmu,” jelas Janeul berharap dengan solusi yang dia berikan, semua masalah akan selesai.
Jinwoo terdiam sebentar lalu meminta maaf pada sosok Janeul.“Aku rasa dompetku terjatuh di van tadi. Ottokhae? Baterai ponselku juga lemah,” ucap Jinwoo dengan rasa bersalah. Janeul memijat keningnya yang terasa pusing.“OPPA! Neo jinjja.. Aish.” Gertak Janeul yang mulai kehilangan kesabaran.
“Mian Janeul~ah tadi aku menghindari para fans yang mengenaliku, sehingga aku tak tahu kemana lagi aku sekarang,” ujar Jinwoo memberi keterangan. Janeul menggigit bibir bawahnya dan menatap Byungyung yang kini juga menatapnya.“Arraseo aku akan kesana. Jangan bergerak seinchi pun dari tempatmu sekarang. Arra?” perintah Janeul yang dibalas gumaman dari sosok di seberang sana.
“Waeyo?” tanya Byungyung yang segera menegapkan badan. Janeul menatap ponselnya yang sudah tak terhubung dengan sang anak asuh.“Jinwoo tersesat lagi. Dia tidak membawa uang sama sekali dan ponselnya lowbat,” jelas Janeul mengambil inti dari pembicaraannya dengan Jinwoo tadi.
Byungyung menatap Janeul tak percaya dan menghela nafas kesal mendengar cerita sang manager utama.“Aku titip Taehyun padamu. Aku harus mencari Jinwoo, dia bilang dia bertemu dengan para fans tadi,” jelas Janeul yang disambut anggukkan Byungyung. Dengan gerakan cepat, perempuan itu kembali membuka pintu yang menampilkan jok tempat dia duduk tadi.
Taehyun melongokkan kepala dari sela kedua jok depan, menatap Janeul yang tengah sibuk membereskan barang-barang milik Janeul.“Waeyo?” tanya Taehyun bingung dengan ekspresi wajah Janeul yang terlihat panic. Janeul menatap Taehyun sekilas dan kembali memasukkan barang-barangnya yang berada di dashboard.“Jinwoo oppa tersesat lagi dan aku harus mencarinya. Mian Taehyun~ah aku tak bisa menemanimu syuting hari ini,” ucap Janeul sembari menyampirkan ranselnya ke punggung.
Tanpa mau melihat reaksi Taehyun, perempuan dengan rambut diikat acak itu segera menutup pintu van dan melangkah cepat ke jalan raya di depan sana. Aku ada di daerah Gahoe-Dong. Maafkan aku T__T Satu pesan masuk dari Jinwoo membuat Janeul dengan segera melambaikan tangan sesaat melihat satu taksi mendekat ke arahnya. Tanpa babibu, perempuan itu segera membuka pintu taksi dan masuk ke jok di bagian belakang taksi.
"Oppa!" Panggil Janeul, sesaat kedua matanya menangkap satu sosok yang dia kenal. Sosok yang tengah berdiri resah itu menoleh, mencari sumber suara yang menggema di jalanan sepi itu. Wajah yang sepenuhnya tertutup dan menyisakan kedua mata bulat seperti rusa itu mengerjap bahagia."Ya! Neo jinjja.. Aish!" Umpat Janeul sesaat sosoknya sudah berada tepat di depan Jinwoo.
Lelaki itu menurunkan masker hitamnya dan menatap Janeul terharu."Mianhae Janeul~ah. Jinjja mianhae," Jinwoo menatap Janeul dengan pandangan memelas. Janeul hanya mendecih lalu menatap tubuh sang anak asuh yang tertutup jaket berwarna merah marun itu."Neo gwenchani? Kau tidak terluka kan?" Tanya Janeul khawatir.
Jinwoo tersenyum kecil dan menganggukkan kepala, tanda bahwa sosoknya tidak terluka sama sekali."Aku hanya panik karena tak menemukan dompetku di dalam saku. Dan aku panik melihat segerombolan fans disaat aku sendiri." Jelas Jinwoo dengan meyakinkan. Janeul tersenyum kecil melihat ekspresinya, wajah yang biasanya terlihat ceria itu kini terlihat sangat panik.
Perempuan dengan kemeja panjang tidak terkancing itu hanya menepuk pundak sang anak asuh setelah dia selesai bercerita."Kajja, kau tak ingin membuat ayahmu menunggu lama bukan? Aku tadi sudah menghubunginya untuk menunggumu di YG karena kau akan segera kesana," jelas Janeul tentang kebohongannya kepada ayah Jinwoo. Jinwoo tersenyum dan menggerakan bibirnya mengucap kata 'gomawo' tanpa suara.
Keduanya mulai melangkah menapaki jalanan yang mulai tersiram cahaya matahari senja. Jinwoo menoleh, menatap satu sosok perempuan yang lebih muda darinya itu."Janeul~ah," panggil Jinwoo tiba-tiba. Sosok yang sedari tadi melihat pantulan cahaya di aspal hitam yang tengah dia tapaki itu menoleh dan menatap Jinwoo yang sudah lebih dulu menatapnya.
Janeul mengangkat kedua alisnya, tanda bahwa sosoknya tak mengerti dengan panggilan Jinwoo."Terima kasih sudah menemukanku dan menghawatirkanku," ucap Jinwoo lagi. Kedua matanya kini menatap kedua kakinya yang tertutup dua buah sneakers berwarna merah-hitam."Maaf aku belum bisa membanggakanmu seperti Taehyun, Seungyoon ataupun Mino. Aku hanya selalu bisa merepotkanmu," tambah Jinwoo lagi.
Janeul menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Jinwoo juga ikut menghentikan langkah dan berbalik."Oppa.." panggil Janeul pada sosok Jinwoo yang berbeda jarak semeter dari dirinya. Jinwoo menatap Janeul bingung dan mengerjapkan kedua matanya yang bulat lucu."Kau membanggakan, walau kau tak mengetahuinya. Kau tak perlu ikut drama seperti Taehyun dan Seungyoon. Kau juga tak perlu ikut kontes SMTM seperti Mino. Karena kau sudah membanggakan untukku.. ah ani untuk para member dan juga inner circle," jelas Janeul memberikan senyum kecil.
"Jika ada yang bertanya padaku siapa sosok yang paling ingin kujaga, maka akan kujawab dengan namamu. Jika ada yang bertanya siapa sosok yang membuatku bertahan dengan kalian, maka namamulah yang akan keluar dari mulutku," tambah Janeul dengan meyakinkan. Sosok di depannya menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
"Memang tak banyak yang tahu tentang pengorbananmu selama ini, tapi aku tahu tentang satu sosok yang selalu berlatih hingga dini hari hanya untuk mencapai nada yang diminta oleh Hyongjin oppa. Kau hanya butuh waktu untuk menunjukkannya oppa." Tambah Janeul lagi. Perempuan itu mendekat ke sosok yang masih menatapnya penuh haru.
Dengan satu gerakan, perempuan yang berprofesi sebagai manager utama WINNER itu memeluk erat sang anak asuh tertua.“Na midoyo oppa. Aku akan membuat semua orang tahu dengan semua kerja kerasmu selama ini,” ujar Janeul sembari menepuk punggung Jinwoo pelan. Jinwoo tersenyum kecil dan balas memeluk Janeul.
“Geurae, gomawo nae dongsaeng. Kuharap kau tidak akan meninggalkanku,” pinta Jinwoo yang kini mengusap bagian belakang kepala Janeul sayang. Janeul tersenyum kecil dan menggigit bibir bawahnya, menahan tangis yang akan tumpah mendengar ucapan Jinwoo. Kedua mata yang terlapisi softlens berwarna bening itu menatap pemandangan langit senja diatas sana, berharap dia bisa mengabulkan permintaan Jinwoo.
-Hello, Manager Park-
“Omo? Jadi tadi kau tersesat lagi?” tanya seorang pria paruh baya yang duduk di hadapan Jinwoo. Jinwoo hanya dapat tersenyum kikuk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Aigoo~ uri Jinwoo. Ayahmu tak pernah tersesat di laut sedangkan kau tersesat terus di darat,” ucap pria tersebut lagi sembari menepuk genggaman tangan kanannya dengan tangan kanan sang anak.
Janeul terkekeh kecil dan menepuk pundak Jinwoo yang duduk di sampingnya.“Jinwoo oppa sedang banyak pikiran aboji. Tenang saja aboji, selama ada aku disini tak akan aku biarkan Jinwoo menghilang karena tak tahu arah,” ucap Janeul meyakinkan ayah Jinwoo. Ayah Jinwoo menoleh dan tersenyum kepada Janeul.
Ayah Jinwoo melepas genggaman tangannya dengan sang anak dan menadahkan tangan kanannya kepada Janeul. Janeul menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi bingung. Melihat sang manager utama yang tak juga bergerak, Jinwoo mengarahkan tangan kanan Janeul agar berada di dalam tadahan tangan besar sang ayah.
“Aku sangat berterima kasih kepadamu, Janeul~ah. Kau anak yang baik, sayang kau tidak bisa merasakan kehangatan orang tuamu terlalu lama,” ucap ayah Jinwoo menatap Janeul iba. Janeul mengalihkan pandangan sembari menggigit bibir, salah satu cara supaya airmatanya tak mengalir.“Kau bisa menganggapku sebagai ayahmu dan Jinwoo sebagai kakakmu. Karena kau sudah kuanggap sebagai keluarga,” tambah sosok yang berada terpisah meja dengan Janeul.
Janeul memperlihatkan sebuah senyum kecil kepada sosok di hadapannya itu dan menganggukkan kepalanya. Jinwoo menggerakkan tangannya untuk mengelus punggung kecil sang manager utama.“Jangan pernah merasa sendiri, arraseo? Keluarga para member adalah keluargamu juga,” ujar Jinwoo sesaat Janeul menoleh padanya.
Suasana haru itu melingkupi cafeteria YG yang masih terlihat sepi dikarenakan para manusia lapar yang masih berada di ruang latihan.“Gomawo aboji. Aku akan meninggalkan kalian untuk berbicara lebih intim,” pamit Janeul akhirnya. Ayah Jinwoo menganggukkan kepala dan melepaskan genggaman tangannya dengan Janeul. Setelah berdiri dan membungkukkan badan, Janeul segera beranjak dari cafetaria tersebut, meninggalkan sang anak asuh dengan ayahnya yang ingin melepas rindu.
Perempuan yang masih terbawa suasana itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jinsnya dan berjalan menapaki tangga menuju ruang latihan WINNER di lantai bawah. Pandangan matanya jatuh pada kedua sneakers berwarna hitam yang membungkus kedua kakinya. Dua buah sepatu sneakers berwarna putih di depannya, membuat langkahnya terhenti.
Janeul mendongak dan mendapati satu sosok yang sudah lama tak dia temui berdiri dengan senyum yang biasa dia lihat.“Nuna annyeong~,” sapa sosok yang memperlihatkan kedua bulan sabit di kedua matanya. Janeul tersenyum lebar dan menanggukkan kepala, menjawab sapaan dari Bobby.“Kau sedang memikirkan sesuatu? Sepertinya hanya fisikmu yang berada disini tapi tidak dengan jiwamu,” ucap Bobby sok tahu.
Janeul menggelengkan kepala melihat sikap Bobby yang sok tahu.“Hehe mian nunna, tapi aku selalu ingin tahu apa yang ada di pikiranmu. Hah~ aku tak sabar menunggu bulan depan,” ujarnya menatap Janeul excited. Perempuan di depannya hanya dapat menganggukkan kepala, menjawab ucapan dari sosok yang berbeda dua tahun itu.
“Hyung kachiga!” satu teriakan dari belakang Bobby membuat keduanya menoleh, menatap siapa yang berteriak. Enam lelaki yang berumur lebih muda daripada Janeul itu mulai keluar dari ruang latihan iKON yang tak jauh dari ruang latihan WINNER. Keenam lelaki yang sebelumnya sudah pernah ditemui Janeul itu kembali ke dalam pandangannya.
“O. Anyeong haseyo Manager Park,” sapa salah seorang yang terlihat lebih pendek dari lelaki lain. Janeul tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.“Kau mengenalnya kan nuna? Dia member tertua diantara kami, Kim Jinhwan.” Jelas Bobby sembari menepuk lelaki yang tadi menyapa Janeul. Perempuan di hadapannya hanya dapat membulatkan mulut sembari menganggukkan kepala.
Kedua mata Janeul mulai menyelusuri setiap wajah yang berada di depannya itu, kepalanya seperti berusaha mengingat setiap bentuk wajah setiap member.“Jangan terlalu dipaksakan Manager Park. Kau bisa mengenal kami lagi nanti,” ucap seorang lelaki yang memakai snapback dan tersenyum lebar pada Janeul.
Janeul ikut tersenyum lebar pada sosok itu, satu-satunya sosok yang dia kenali selain Bobby.“Geurom, Hanbin~shi.” Jawab Janeul dengan suara yang terdengar ragu. Bobby dengan cepat berteriak tak percaya dengan pendengarannya.“Kurasa kau benar-benar tengah belajar mengenal kami nuna,” ledek Bobby membuat keenam lelaki lainnya tertawa kecil.