Janeul menyampirkan ransel hitam di kedua bahunya. Setelah memakai sepatu sneaker berwarna biru gelap, perempuan itu segera keluar dari pintu utama apartemennya.“Kkamchakiya!” kagetnya sesaat melihat satu sosok yang tengah bersandar menyamping di tembok samping pintu apartemennya.“Mwohaneun goya?” tanya Janeul sambil menutup pintu apartemennya dan menghadap sang lelaki yang sudah kembali berdiri tegap itu.
Sehun, sosok yang tadi menyender, memasukkan kedua tangan kedalam saku jaket cokelatnya.“Odiga?” tanyanya singkat sambil menghadap Janeul. Perempuan itu mengedipkan kedua matanya tak percaya mendengar pertanyaan sang kekasih.“Bukankah sudah kuberi tahu hari ini aku dapat libur karena Taehyun?” tanya Janeul. Sehun menganggukan kepala, respon menjawab pertanyaan Janeul.
“Apa harus pergi sepagi ini?” tanya Sehun lagi sembari mengekori Janeul yang berjalan di depannya. Janeul menganggukkan kepala antusias lalu menekan tombol lift yang segera membuat kedua pintu besi itu terbuka dan menampilkan balok besi yang kosong.“Ada banyak list yang harus kukejar dari pagi, hehe. Kau sendiri apa yang kau lakukan disini? Merindukanku, heh?” ledek Janeul membuat pria yang berdiri disampingnya itu segera mengalihkan pandangan.
“Geunyang..” Jawab Sehun sembari membenarkan letak pegangan ransel di kedua bahunya. Lift berdenting dan pintu yang sedari tadi tertutup itu terbuka, menampilkan lorong sepi yang berujung parkiran basement. Kedua sosok itu kembali melangkah dengan Sehun yang berada di belakang Janeul. Perempuan berambut sebahu itu menghentikan langkah dan menoleh, menatap sosok di belakangnya yang juga ikut terhenti.
Janeul mengedarkan pandangan, mencari van hitam yang biasa menjemput sosokSehun yang kini berada dihadapannya.“Kau dijemput dimana?” tanya Janeul saat tak mendapati mobil van hitam yang biasanya dikendarai Shinneul. Sehun segera membalikkan badan Janeul lalu mengarahkan perempuan itu menuju mobil Subaru hitam yang terparkir rapih di sudut basement.“Ya~ ige mwoya?” tanya Janeul saat sosoknya dipaksa hingga berdiri di samping pintu bagian penumpang persis samping jok supir.
“Beri aku kunci mobilmu. Ppaliwa,” ucap Sehun tak sabar sambil menengadahkan tangannya. Janeul mengangkat kedua alisnya tak mengerti, melihat wajah Sehun yang tertutup masker dan topi. Dengan cepat lelaki itu mengambil kunci mobil dari saku kanan jaket yang tengah dipakai Janeul. Sehun segera memutari mobil tersebut dan masuk ke dalam mobil persis di belakang kemudi.
Perempuan yang masih terdiam di samping mobil miliknya itu membulatkan matatak percaya. Kaca di hadapannya turun, menampilkan sosok Sehun yang sudah menurunkan masker dan memperlihatkan wajahnya.“Mwoya? Cepat masuk,” suruh Sehun lalu membuka pintu mobil dari dalam. Perempuan yang masih dalam kebingungan itu menggerakkan badannya untuk masuk dan duduk di jok di samping Sehun yang tengah duduk.
Setelah menutup jendela disamping Janeul, Sehun segera menyalakan mesin mobil dan mengendarai mobil Janeul keluar dari basement parkiran apartemen perempuan tersebut.“Neo micheosso?” tanya Janeul saat mobil Subaru tersebut sudah berada di jalanan yang masih diterangi lampu jalan karena matahari yang masih malu-malu menampilkan sosoknya pagi ini. Sehun hanya tersenyum kecil dan mengangkat bahu.
Lagu Different dari WINNER yang tiba-tiba terdengar itu membuat Janeul segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaket.“Yoboseyo?” ucap Janeul sesaat dia menggeser warna hijau yang ada di layar ponselnya.“O nuna? Kau sudah bangun?” tanya satu sosok yang mulai Janeul hapal suaranya. Perempuan itu menganggukkan kepala sambil menggumam kecil, menjawab pertanyaan Taehyun.
“Apa supir yang kupesan sudah sampai?” tanyanya lagi membuat Janeul menoleh dan menatap Sehun yang masih focus dengan jalanan di depannya.“Ya Nam Taehyun! Kau benar-benar.. aish,” kesal Janeul membuat Sehun menoleh dan tertawa kecil. Tawa terdengar dari ponsel yang masih menempel di sisi kiri wajah Janeul.“Waeyo nuna? Kau tidak suka hadiah yang sudah kuberikan?” ledek Taehyun membuat Janeul merengut kesal.
Mobil yang sedari tadi melaju itu berhenti karena lampu merah, membuat supir disamping Janeul itu membuka masker yang masih berada di dagunya dan membalikkan topi hitam yang sedari tadi menutup sebagian wajahnya.“Kau benar-benar ingin membuatku dipecat, huh?” tanya Janeul lagi, kali ini mengalihkan pandangan, karena sosok disampingnya yang tiba-tiba membuatnya tak focus.
“Aniyo. Aku hanya memberi hadiah untuk manager yang tak pernah sejalan denganku, hehe.” Jawab Taehyun membuat Janeul memutar matanya malas. Sebuah suara terdengar tiba-tiba sesaat Taehyun berteriak kesal.“Janeul~ah apa benar kau pergi berdua dengan neo namchin?” tanya sebuah suara berat yang Janeul kenali bernama Mino itu.
Janeul mengusap wajahnya frustasi karena berita dia melakukan liburan bersama dengan Sehun sudah terdengar sampai ke anak asuhnya yang satu itu.“Woah daebak! Kau benar-benar ingin merasakan liburan ya?” ledek Mino diikuti suara tawanya yang terdengar menjengkelkan di telinga Janeul.“Ya Song Mino. Kau ingin mati ya?” kesal Janeul membuat tawa Mino semakin menggelegar di seberang sana.
Dengan gerakan cepat, ponsel yang tadinya masih berada di genggaman si empunya berpindah tangan ke genggaman Sehun. Janeul menatap Sehun yang masih focus mengendarai mobilnya dan juga menjawab teleponnya dengan Mino.“Ya hyung. Jangan buat pacarku kehilangan moodnya. Hari ini kami akan melakukan hal-hal yang romantic,” ucap Sehun dengan senyum lebarnya. Janeul mengernyitkan alisnya lalu memukul lengan Sehun pelan.
“Mwoya!” teriak Janeul kesal membuat Sehun tertawa bahagia bersama dengan tawa Mino yang juga terdengar sampai ke telinga Janeul.“Ye hyung. Kau tenang saja, percaya pada Oh Sehun.” Tambahnya dan menyodorkan ponsel bercase mickey mouse itu kembali pada sang pemilik. Janeul hanya bisa menggerutu kesal sambil menerima ponselnya dan menaruh tas, yang sedari tadi berada di punggungnya, ke jok belakang.
Setelah memakai seatbelt yang sedari tadi terlupakan, sosok itu mengetik tujuannya di layar GPS di tengah dashboard.“Mwoya? Chuncheon?” tanya Sehun kaget sembari menoleh menatap Janeul yang tersenyum lebar.“Kau supir yang sudah disewa jadi antarkan penumpangmu dengan selamat, arra?” tanya Janeul sembari mencubit pipi kanan Sehun yang sudah kembali focus pada jalanan di hadapannya.
Sehun menggelengkan kepalanya tak percaya, namun tetap menginjak gas dan mengikuti arahan dari suara perempuan di GPS. Shin~ah, maaf aku tidak tahu kalau anak asuhku meminta Sehun menemaniku hari ini. Jinjja Mianhae T_T Janeul yang merasa tak enak karena ‘menculik’ anak asuh Shin itu segera membuat pesan untuk manager Kim. Sinar matahari mulai muncul dan menerangi mobil Subaru milik Janeul yang masih terus melaju menuju Chuncheon.
“Siapa yang mau kau temui disana?” tanya Sehun tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan di yang tengah dilewati. Janeul menoleh menatap sang kekasih dan tersenyum kecil.“Bumonim. Nae bumonim,” jawab Janeul dengan mata yang menerawang jauh. Sehun menoleh kaget dan menatap baju yang dipakainya saat ini. Teringat sedang mengendarai mobil, pandangannya kembali jatuh pada jalanan yang mulai ramai di depannya.
“Heol. Bagaimana bisa aku menemui mereka dengan baju seperti ini?” tanya Sehun tak percaya tanpa menatap Janeul yang tengah tertawa kecil. Dia kembali menatap keluar dari jendela di samping kanannya.“Gwenchana. Tanpa kau harus memakai jas, mereka pasti menyukaimu.” Jawab Janeul masih menikmati pemandangan mobil-mobil yang melaju berlawanan arah dengan tujuannya.
Sehun menoleh sekilas, memastikan Janeul benar menjawab pertanyaannya. Janeul mengalihkan pandangannya dan menatap sang kekasih yang masih focus menggerakkan setir mobil miliknya.“Lagipula aku lebih suka melihatmu berpenampilan seperti ini. Dibanding dengan setelan jas dan rambut yang tertata rapih,” puji Janeul sembari melihat penampilan Sehun hari ini. Mendengar ucapan perempuan disampingnya, lelaki yang dikenal narsis itu tersenyum bangga. Janeul tertawa kecil melihat reaksi dari Sehun yang menyukai pujiannya.
-Hello, Manager Park-
Mobil Subaru hitam itu terparkir rapih di salah satu gedung yang mempunyai lahan luas, tempat banyak manusia beristirahat untuk terakhir kalinya. Setelah melepas seatbelt, Janeul keluar dari mobil hitam miliknya dan menguncir rambutnya yang sedari tadi tergerai. Tak lama, satu sosok yang sedari tadi berada di belakang kemudi keluar dengan masker yang sudah menutup sebagian wajahnya.“Kupikir kita akan langsung menemui orang tuamu,” ucap Sehun dibalik masker hitamnya.
Janeul menoleh dan tersenyum, kemudian melangkah menelusuri jalan setapak menuju lahan yang dipenuhi kotak-kotak bertuliskan Hangeul dan angka itu. Sehun ikut melangkahkan kakinya, berusaha menyamakan langkah dengan perempuan yang tengah menghirup udara bersih yang jauh dari polusi perkotaan. Sehun membiarkan rambutnya yang tak lagi tertutup topi itu tertiup oleh angin dingin yang berhembus.
Perempuan dengan rambutkuncir kuda itu menghentikan langkahnya di depan satu nisan yang berisi dua nama.“Omma, appa. Na wasso,” ucap Janeul sembari berjongkok dan membersihkan debu yang berada diatas kotak dari batu marmer itu. Sehun menatap sosok perempuan di hadapannya dan menurunkan masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya itu. Matanya menangkap foto dua sosok paruh baya yang berada di dalam kaca, di bawah kedua nama yang dipahat di batu nisan tersebut.
Janeul menangkupkan kedua tangannya, berdoa demi ketenangan kedua orang tuanya yang sudah lama tiada. Kedua mata yang terpejam itu terbuka dan menampilkan mata Janeul yang dilapisi oleh softlens bening. Perempuan itu meraba foto dua sosok paruh baya yang tersenyum kepadanya.“Omma appa. Apa kalian juga sebahagia ini disana?” tanyanya sambil tersenyum lebar melihat senyum yang sudah lama tak menghiasi hidupnya.
Suara deheman dari belakang mengingatkannya akan sosok Sehun yang sedari tadi berdiri canggung. Janeul menoleh dan menggerakkan tangannya, menyuruh Sehun mendekat padanya. Perempuan itu mendirikan badansesaat Sehun sudah berada di sampingnya.“Omma appa. Hari ini aku dapat teman untuk bertemu kalian,” ucap Janeul sembari memegang lengan kanan Sehun yang ikut menatap nisan didepannya.
“Anyeong haseyo. Oh Sehun imnida geurigo.. na Janeul namchin. Bukan temannya,” ucap Sehun sembari menundukkan badan dan membuat Janeul tertawa kecil. Sehun menoleh, menatap sang kekasih yang masih tertawa melihat kelakuannya. Dia tersenyum tipis dan merangkul leher Janeul. Yang dirangkul langsung menatap tangan Sehun yang berada di bahunya sengit.“Aku akan menjaga sosoknya, omonim dan abonim. Tak akan kubiarkan dia terluka lagi, olehku dan apapun itu,” ucap Sehun membuat Janeul menoleh dan menatapnya.
Sehun yang juga tengah menatap Janeul itu tersenyum kecil.“Aku berjanji pada kalian untuk selalu berada di sisinya. Akan kupaksa dia untuk selalu bersender padaku jika dia lelah dan kubiarkan dia tetap mengejar mimpinya menjadi manager utama,” tambah Sehun kali ini menatap nisan di depannya, seakan tengah berbicara langsung dengan kedua orang tua Janeul.
Janeul menghembuskan nafas dan menengadahkan kepala, menahan airmata yang sudah tergenang di pelupuk matanya. Sehun mengeratkan rangkulannya saat tahu perempuan itu tengah menahan tangis.“Omma, appa, aku pamit pulang. Kurasa Sehun mulai kehilangan akal sehatnya.” Ucap Janeul kembali menatap nisan abu-abu di depannya. Sehun menoleh tak suka dan ikut menundukkan kepalanya tanda pamit pada batu marmer abu-abu itu.
Perempuan yang sudah lepas dari rangkulan Sehun itu melangkahkan kaki, menyusuri jalan yang tadi telah dia lewati. Angin yang masih membawa hawa dingin itu berhembus, membuatnya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Satu gerakan dari sosok disampingnya membuat tangan kanannya tak masuk dalam saku jaketnya melainkan saku jaket Sehun.“Ya Oh Sehun!” ucap Janeul menatap Sehun yang masih tak mau menoleh padanya.
“Diamlah. Hari ini aku akan menjadi kekasih yang romantic,” ucapnya masih menggenggam tangan kanan Janeul di dalam saku jaketnya. Janeul hanya menggeleng mendengar jawaban Sehun dan membiarkan tangannya merasakan kehangatan dari tangan Sehun.“Kapan mereka meninggal?” tanya Sehun memecah keheningan yang terjadi antara mereka.
Janeul menghembuskan nafas panjang, berusaha mengingat kejadian di masa silam.“Saat aku kelas 2 SMA. Kecelakaan mobil,” jawab Janeul yang disanggupi anggukan dari Sehun yang kembali memasang masker untuk menutupi wajahnya. Lelaki berambut hitam kecoklatan itu mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Janeul.“Kau melewati masa berat sendirian?” tanyanya lagi kali ini sambil menatap sosok yang tengah menundukkan wajahnya.
Janeul menggelengkan kepala dan menatap Sehun yang juga masih menatapnya.“Ani. Kyung menemaniku saat itu, aku dan dia sepasang kekasih sewaktu SMA.” Jawab Janeul enteng. Sehun dengan segera menghentikan langkah dan menatap sang kekasih dengan mata membulat. Lelaki itu melepas genggaman tangannya pada Janeul, membuat perempuan itu mengangkat alis dan menatapnya bingung.
“Ya! Apa semudah itu kau menceritakan mantan kekasihmu dihadapan kekasihmu yang baru?” tanyanya sambil menunjuk-nunjuk Janeul tak suka. Sosok yang ditunjuk hanya bisa mengedipkan kedua kelopak mata bingung.“Waeyo? Yang terpenting aku dan Kyung sudah tidak ada hubungan percintaan lagi,” jawab Janeul tak terima, karena kekasihnya yang menyalahkannya.
“Tapi tetap saja kau.. aish! Jinjja. Ah molla!” ujar Sehun sambil mengibaskan kedua tangannya kesal dan kembali melangkah. Janeul yang masih menatap punggung Sehun yang berjalan jauh di depannya dengan tatapan tak percaya. Sambil tersenyum kecil, Janeul mengikuti sosok yang tengah menggelengkan kepala.“Karena kau telah menghancurkan moodku, kau yang bawa saja sekarang.” Ujar Sehun sesaat sebelum dia melempar kunci mobil pada Janeul yang dengan sigap mengambilnya.
Lelaki yang tengah kesal itu masuk ke dalam mobil, tempat Janeul duduk tadi. Janeul yang sudah duduk rapih di belakang kemudi, menoleh dan melihat Sehun yang tengah memasang seatbeltnya. Setelah mesin mobil menyala, lelaki yang sedari tadi melipat kedua tangannya di depan dada itu mengetikkan tujuan berikutnya di layar GPS di tengah dashboard.“Mwohaneun goya?” tanya Janeul kesal, karena mestinya hari ini menjadi hari liburnya.
“Karena kau telah membuat moodku hancur. Tujuan selanjutnya adalah pilihanku,” jawabnya lalu menurunkan sandaran jok yang tengah dia tempati sehingga sosoknya dapat tertidur dengan nyaman. Janeul menghela nafas kesal dan menggerakan tangannya untuk memukul kekasihnya yang dengan mudahnya menghancurkan plannya hari ini.“Bangunkan aku jika sudah sampai,” ingat Sehun sebelum menutup wajahnya dengan topi yang tadi pagi dipakainya.
Tanpa menjawab, Janeul segera menurunkan rem tangan dan mulai mengendarai mobilnya mengikuti arahan dari GPS. Senyum kembali tertera di wajahnya setelah melihat aliran sungai Soyang yang berada di samping jalanan yang tengah dia lewati. Kembali ke tempatnya lahir dan tumbuh adalah tujuan liburannya hari ini. Chuncheon, yang dia tempati sedari lahir sampai lulus Elementary School, mempunyai kenangan tersendiri untuk sosoknya.
Suara dengkuran halus yang menjadi backsound dari suara operator GPS, membuat perempuan itu menoleh sekilas dan mendapati sumber suara yang masih melipat tangan di depan dada. Kali ini perjalanannya tak lagi sendiri. Ada satu sosok yang berjanji untuk menemani sosoknya mulai saat ini dan dia amat berterima kasih untuk hal itu. Masalah-masalah yang biasa dia lewati sendiri, kali ini bisa dia bagi pada sosok disampingnya.
Walau dia tak pernah bercerita tentang masalah yang sedang dia alami, sosok disampingnya punya cara sendiri supaya sosoknya tak lagi memikirkan masalah itu.“Gomawo Oh Sehun,” ucap Janeul pelan berharap sang kekasih dapat mendengarnya. Sekitar 30 menit berlalu dengan Janeul yang focus mengendarai dan Sehun yang juga sedang berkelana di alam mimpi.
Mata Janeul membulat, melihat plang Rail Park berada sekitar 20 meter dari tempatnya berada sekarang.“Ige mwoya?” tanyanya dengan suara keras dan menggerakan tangan kanannya untuk membangunkan Sehun. Tubuh yang diguncang itu bergerak dan menyingkirkan topi yang menutup wajahnya. Sosok itu mendudukkan diri dan membenarkan sandaran jok agar kembali seperti semula. Setelah mengusap wajah dan memakai topi, Sehun tersenyum mengetahui dirinya sudah sampai di tempat yang diinginkannya.
“Aku sudah lama ingin menghabiskan waktu disini. Dan saat tahu kita ke Chuncheon aku langsung berpikir untuk kemari,” jawabnya sambil mengedarkan pandangannya ke tempat yang terlihat sepi. Janeul menarik rem tangan mobilnya dan menoleh, menghadap lelaki yang masih tersenyum senang karena bisa mewujudkan impiannya.“Bagaimana kalau kita ketahuan lagi Oh Sehun?” tanya Janeul menatap Sehun dengan tatapan kesal.
Sehun menoleh dan menatap Janeul sambil menggerakan bibirnya ragu.“Gwenchanayo. Aku akan memastikan bahwa kita tak akan ketahuan. Na mideoyo,” ujarnya lalu mengaitkan kelingking tangan kanannya dengan milik Janeul. Janeul membanting tubuhnya di sandaran jok, tak tahu harus melakukan apa pada sosok mengesalkan disampingnya itu.“Kau jangan keluar dari mobil dulu. Aku akan membeli tiketnya, arra?” perintah Janeul yang langsung ditanggapi anggukkan antusias dari Sehun.
Setelah memakai tas ransel hitamnya, Janeul keluar dari mobil dan melangkah ke loket tiket yang masih sepi. Mungkin karena masih jam 11 pagi dan hari ini bukan hari libur, maka tanpa antrian panjang Janeul mendapatkan tiketnya dengan mudah. Janeul mengetuk kaca mobil tempat Sehun duduk sembari menunjukkan tiket yang sudah dia beli. Pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Sehun yang sudah memakai topi dan masker, membuat sosoknya benar-benar tertutup.
Keduanya melangkah mendekati stasiun awal, tempat mereka akan mengendarai rail bike dengan kapasitas dua orang. Angin dingin yang berhembus membuat Janeul dengan segera mempercepat langkahnya menuruni tangga kayu. Janeul memberikan tiket yang baru saja dibelinya kepada sang operator.“Dua orang?” tanya sang operator mengangkat alisnya menatap Janeul bingung. Janeul yang tengah menggerakkan kakinya berusaha menghilangkan hawa dingin itu menganggukkan kepala dengan cepat.
“Kau kuat mengendarainya sendirian?” tanya operator berusia paruh baya itu dan sukses membuat Janeul melongo kaget. Perempuan itu membalikkan badan dan tak mendapati sosok Sehun di belakangnya. Kepalanya segera bergerak mencari sosok yang mestinya berada didekatnya. Janeul menggigit bibir bawahnya, panic karena takut Sehun bertemu dengan fansnya. Baru saja kakinya akan melangkah mencari Sehun, sebelum sosok itu muncul dengan sebuah benda di tangannya.
Sang operator segera menuntun mereka mendekati satu rail bike dengan jok untuk dua orang itu. Sehun mengedikkan bahunya, menyuruh Janeul untuk duduk di bagian kiri. Sosok lelaki itu segera membuka selimut yang dia sewa tadi untuk menutupi kaki Janeul yang hanya tertutup celana jeans. Perempuan dikuncir kuda itu melongo sesaat dan menoleh kepada sang kekasih yang sudah duduk di jok sampingnya.
“Wae? Kau tersentuh?” ucapnya dengan menampilkan smirk tipis. Janeul tersenyum kecil lalu mulai mengayuh rail bike tersebut. Rail bike itu mulai berjalan sesuai dengan kayuhan antara Sehun dan Janeul.“Woah daebak!” ujar Sehun sesaat melihat pemandangan yang ada setelah mereka menjauhi stasiun utama. Bunyi jepretan foto segera terdengar saat Sehun dengan tingkah anak kecilnya mengabadikan pemandangan tersebut.
Janeul hanya menggeleng melihat kelakuan sang kekasih yang sekarang memilih mengirimkan foto-foto tersebut kepada membernya yang lain.“Ah matta! Kita belum punya foto berdua,” ucap Sehun sambil menjentikkan jarinya. Janeul menoleh dan menatap Sehun yang mendekatkan diri kepada sosoknya. Lelaki itu menurunkan masker yang dipakainya dan merangkul Janeul agar menempel pada sosoknya.
Setelah memastikan kamera ponselnya berada di posisi yang benar, bunyi jepretan terdengar kembali.“Akhirnya aku bisa menunjukkan pada mereka bahwa aku tengah liburan dengan pacarku,” ujarnya lalu kembali sibuk mengirimkan foto tersebut.“Apa Kyungsoo juga kau kirimkan gambar itu?” tanya Janeul yang langsung mendapatkan perhatian Sehun.
“Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentangnya?” tanya Sehun dengan pandangan penuh selidik. Janeul mengalihkan pandangan berusaha menghindar dari tatapan Sehun yang seakan menguliti.“Aku menyukai suaranya. Dan aktingnya juga bagus,” jawab Janeul gugup dan kembali menatap Sehun yang sekarang menatapnya tak suka.
Dengan cepat, Sehun segera menarik zipper jaket Janeul hingga ujungnya. Membuat jaket itu menutup mulut Janeul. Tak lupa, lelaki itu memakaikan kupluk jaket biru gelap yang dipakai Janeul, membuat wajah Janeul hanya terlihat mata dan juga hidungnya.“Ige mwohaneun goya,” gerutu Janeul menggerakkan tangan untuk melepas kupluk dan menurunkan zipper jaketnya. Tapi tangan Sehun jauh lebih cepat dan menahan kedua tangannya untuk tetap di dalam saku jaketnya.
Wajah Sehun yang berjarak dekat dengan wajahnya membuat Janeul terdiam kaku.“Kkaman isso. Aku tak mau kau merusak moodku lagi,” ucap Sehun yang hanya ditanggapi kedipan dari kedua kelopak mata Janeul yang membulat. Sehun tersenyum kecil melihat Janeul yang tengah memasang wajah panic. Dia menoleh sekilas, melihat terowongan yang berada 1 meter dari tempat mereka berada.
Sosok itu kembali menoleh pada Janeul yang masih menatapnya dengan mata membulat.“Berhenti menatapku seperti itu, kau membuatku.. Aish jinjja,” ucap Sehun menurunkan zipper jaket Janeul sehingga wajah sang kekasih kembali terlihat. Sesaat sebelum rail bike mereka memasuki terowongan, Sehun menempelkan bibirnya ke bibir sang kekasih yang membulatkan mata kaget.
-Hello, Manager Park-
Janeul tersenyum menatap punggung Sehun yang tengah mencuci piring di wastafel dapur rumahnya di Chuncheon.“Berhenti menatapku atau kau akan jatuh cinta lebih dalam pada sosokku,” ucap Sehun yang masih membelakangi sosok Janeul. Janeul mendecih lalu berjalan meninggalkan sosok dengan sweater merah maroon dan topi dibalik itu. Perempuan itu mendudukkan tubuhnya di sofa yang berada di ruang tengah.
Meja yang dipenuhi album fotonya semasih kecil itu membuatnya tersenyum melihat perubahan pada tubuhnya sepanjang 21 tahun hidup. Beberapa foto yang berserakan di samping album foto-foto nostalgianya menarik perhatiannya. Tangannya mengambil foto-foto yang baru saja di print oleh Sehun. Senyumnya melebar melihat sosoknya dan Sehun yang juga tengah tersenyum dalam foto tersebut.
Satu pergerakan dari sampingnya, membuatnya menoleh dan mendapati Sehun yang tengah membanting diri di sandaran sofa.“Kau letih? Tidurlah dulu. Kita pulang nanti malam,” ujar Janeul menaruh kembali foto-foto di tangannya ke atas meja. Sehun membuka matanya dan menatap sang kekasih yang sibuk membereskan album yang tadi dilihatnya.
“Kau benar-benar terlihat seperti manager sekarang,” gerutu Sehun dengan gelengan tak percaya sedang Janeul hanya tertawa kecil mendengar gerutuan Sehun. Setelah tersenyum kecil, lelaki yang lebih muda 1 tahun dari Janeul itu menidurkan tubuhnya di sofa tersebut dan menaruh kepalanya di kedua paha Janeul.
Perempuan dengan rambut sebahu tergerai itu menatap Sehun yang tengah memejamkan mata di pangkuannya.“Neo mwohae?” tanya Janeul menatap Sehun kesal. Lelaki itu terkekeh kecil dan membuka mata kedua matanya.“Kau yang berkata bahwa aku harus tidur, jadi tidak ada salahnya aku tidur disini bukan?” tanya Sehun mencubit kedua pipi Janeul.
Janeul menarik kedua tangan Sehun yang membuat pipinya terasa nyeri.“Ya! Aku bilang tidur di sofa bukan disni,” kesal Janeul menjentikkan jari di dahi sang kekasih. Sehun segera meringis kesakitan dan mendudukkan badannya kembali ke sofa. Perempuan itu segera berdiri dari sofa dan menatap Sehun yang juga tengah menatapnya.“Sekarang kau bisa tidur di sofa,” ucap Janeul yang segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar yang sudah lama tak dia tempati.
Rumah peninggalan kedua orang tuanya itu diurus oleh bibinya yang tinggal di sebelah rumah, sedang dia memilih untuk tinggal di Seoul. Perempuan itu menidurkan diri di single bed miliknya yang masih mencakup tubuhnya sedari kecil. Matanya yang baru saja terpejam kembali terbuka sesaat dia mendengar pintu kamarnya yang terbuka. Sang kekasih yang tadi dia tinggalkan muncul dan mendekati tempatnya tidur.
Janeul mendudukkan badannya dan menatap Sehun seakan bertanya apa-yang-kau-lakukan.“Nomu chupda. Aku tidak kuat dingin,” ujarnya lalu menaruh topi yang dipakainya di meja samping kasur Janeul. Setelahnya sosok itu masuk ke dalam selimut hijau lumut Janeul, membuat perempuan itu menggeser tubuhnya karena dorongan sang kekasih. Janeul mencemberutkan bibirnya kesal melihat kelakuan Sehun.
“Geurae. Aku yang akan tidur diluar,” ucap Janeul menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Baru saja sosoknya akan menuruni kasur sebelum Sehun, yang sudah mendudukkan diri, menahan tangannya.“Kita tidur disini. Kau dan aku,” ucap Sehun lalu memakaikan selimut kembali pada badan Janeul yang dia paksa untuk berbaring. Janeul melongo parah melihat kelakuan Sehun yang sekarang ikut berbaring di sampingnya.
Sehun menahan kepalanya dengan tangan kirinya, wajahnya menghadap kepada Janeul yang sekarang menatapnya kesal.“Yehet~ hari ini aku benar-benar mendapat liburan setelah mempersiapkan comeback,” ucapnya lalu meluruskan tangan kirinya ke arah Janeul. Dengan tangan kanannya, Sehun membawa kepala Janeul agar berbaring di lengan kirinya.“Ya! Ige mw..”
“Shh! Jangan merusak moodku lagi, arra?” Sehun dengan segera memotong ucapan Janeul yang tak jadi memberontak mendengar ucapannya. Sehun mendekatkan kepala Janeul agar menempel pada dada bidangnya.“Bahkan aku merasa sedang bermimpi saat ini,” ucap Sehun memejamkan kedua matanya sembari mengusap belakang kepala Janeul dengan tangan kanannya.
Janeul tersenyum kecil karena dapat merasakan detak jantung Sehun yang berdetak cepat.“Gomawo. Oh Sehun.” Ucap Janeul yang melingkarkan kedua tangan untuk memeluk tubuh yang juga memeluknya. Sehun tersenyum kecil merasakan gerakan sang kekasih.“Nado gomawo. Telah mengenalkanku lebih dekat pada dirimu hari ini,” jawab Sehun masih mengusap rambut Janeul yang tergerai.
Dengan perlahan, Sehun mendekatkan bibirnya pada pucuk kepala Janeul dan menciumnya singkat.“Jalja. Mimpikan aku yang membuatmu terus jatuh cinta. Arra?” ucap Sehun menunduk, menatap Janeul yang juga tengah menengadahkan kepala menatapnya. Janeul hanya dapat mendengus dan menyamankan diri di pelukan Sehun. Tak butuh waktu lama, hingga kedua insan itu kembali menjelajah di dunia mimpi.