Donghae menyesap kopinya dalam khidmat. Siang itu dia sengaja pergi makan siang di Grill5 Taco. Selain untuk bertemu dengan Hyukjae, dia juga lebih senang makan makanan produksi kedainya sendiri.
Donghae sedang duduk di dekat jendela yang menyuguhkan suasana kota pada saat itu, ramai dan sibuk. Dia bisa melihat banyak orang berlalu lalang di jalanan sana. Dia tesenyum dan bersyukur karena masih bisa makan dengan tenang dan nyaman.
“Kau terlambat,” Komentarnya ketika Hyukjae baru saja duduk.
“Aku belum mendaratkan bokongku pada kursi ini saja kau sudah mengomel, dasar Donghaek.” Protes Hyukjae tidak terima. “Aku ini ‘kan sibuk, kau tahu itu.”
“Sibuk apa, huh?” Cibirnya. “Aku heran, kenapa kau mau bekerja menjadi biro jodoh padahal kau sendiri belum mendapatkan jodohmu. Seharusnya kau menerima tawaran untuk bekerja di perusahaanku saja.”
“Hey, Donghaek. Jangan meremehkan pekerjaanku.” Katanya sambil mengembat taco yang ada di piring Donghae. “Banyak orang di luar sana yang berterima kasih karena diriku.”
Menghela nafas dalam, Donghae mengabaikan sahabatnya itu. Dia mengalihkan pandangannya dari Hyukjae yang tiba-tiba saja merebut makan siangnya ke jendela, lalu mematung di tempatnya karena syok.
“Lihat, betapa cantiknya wanita itu!” Seru Donghae kagum saat matanya menangkap sesosok wanita karir melewati trotoar dengan pakaian kantornya.
“Hihat, hau hemhutuhan hasa hiro hodohu.” Lihat, kau membutuhkan jasa biro jodohku. Hyukjae berkata di sambil menguyah taconya.
“Kau ini bicara apa, sih?” Dengus Donghae, matanya masih memperhatikan gerak-gerik wanita cantik itu. “Ini berbeda, dia wanita idaman para lelaki.”
Penasaran, Hyukjae membuang pandangannya ke samping untuk dapat melihat apa yang Donghae lihat. Matanya membulat, mulutnya ternganga—terlepas dari kenyataan bahwa dia sedang berusaha menelan taco—sehingga menumpahkan isi mulutnya ke meja.
“Sial, Hyuk! Kau ini sangat jorok!” Donghae menggerutu kesal, lalu ekspresinya berubah saat melihat Hyukjae menatap nanar sosok wanita di seberang sana. “Ada apa?” Tanyanya cemas.
“Katakan padaku kalau aku sedang tidak berkhayal, Haek.” Hyukjae menampar pipinya sendiri dengan cukup kencang, sampai Donghae mau tidak mau harus menghentikan aksi bodoh sahabatnya itu.
“Kau tidak mengkhayal. Itu benar-benar wanita yang sangat rupawan.” Terang Donghae. “Aku berani bertaruh bahwa ini adalah kali pertama kau melihat wanita secantik itu, iya, ‘kan?”
Hyukjae menggelengkan kepalanya. “Haek, ini adalah kesekian kalinya.”
Donghae mengernyit. “Huh?”
“Aku sudah pernah melihatnya,” Hyukjae mengaku. “Dialah sosok halusinasiku, dialah Kim Hyuriku.”
~END~