home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Pseudo-Romance

Pseudo-Romance

Share:
Author : izzevil
Published : 16 Apr 2015, Updated : 16 Apr 2015
Cast : Eunhyuk (Super Junior), Donghae (Super Junior), Kim Hyuri (OC)
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |8279 Views |0 Loves
Pseudo-Romance
CHAPTER 2 : Delusion

“Kemari,”

Hyukjae menuntun tangan Hyuri, menggiring wanita menuju tempat yang dia inginkan. Awalnya mereka memasuki sebuah gedung perkantoran yang sempat Hyuri kira adalah tempat Hyukjae bekerja, ternyata bukan. Mereka hanya numpang lewat, karena Hyukjae membawa mereka ke lantai paling atas. Ruang terbuka di lantai tertinggi di gedung itu.

“Woah!” Seru Hyuri dalam kekaguman.

Hyukjae membawa wanita itu ke gedung tertinggi di Seoul untuk memperlihatkan pemandangan kota pada malam hari. “Ini adalah tempat favoritku.” Ujarnya.

“Kukira kau bekerja di sini.” Hyuri berkata, suaranya agak serak karena masih begitu terkejut dengan pemandangan yang disuguhkan di sekitarnya.

Lampu kota dan gedung-gedung menjulang tinggi. Sangat memanjakan mata, membuatmu rileks.

“Tadinya, ya. Tidak lagi sepeninggal Sora Eonni dan Ibu.” Tutur Hyukjae. Dia membentangkan tangannya lebar-lebar, kemudian menghirup dalam-dalam udara malam itu ke dalam paru-parunya. “Bagaimana menurutmu?”

“Indah, sangat indah.” Hyuri melangkah mendekati Hyukjae. Berdiri di samping Hyukjae, dia mengikuti gerakan pria itu tapi sambil memejamkan mata.

Hyukjae menatap lekat makhluk lembut di sebelahnya. Dia begitu takjub dan begitu kagum. Bukan pada pemandangan di luar sana, tetapi pada wanita ini. Jika tadinya dia tidak percaya cinta pada pandangan pertama, maka sekarang dia percaya. Hatinya berdegup dan menarikan tarian aneh, itu tidak pernah ada di sana sebelumnya. Namun sekarang tiba-tiba saja muncul dan dia langsung menyadarinya saat itu juga.

“Ya, sangat indah.” Gumamnya sangat pelan.

Saat Hyuri membuka mata dan menemukan Hyukjae sedang menatapnya intens, dia tersenyum. “Kau mengatakan sesuatu?”

Merogoh sakunya, Hyukjae mengeluarkan sebuah cincin yang terbuat dari emas putih dengan aksen permata putih kecil di tengahnya. Itu adalah cincin pernikahan sang Ibu yang selalu dia bawa, kemana pun dia pergi. Kini, saatnya cincin itu berpindah tangan.

“Maukah kau memakai ini?” Tanya Hyukjae, suaranya parau. Dia hampir tidak dapat menahan emosi yang membuncah di dalam hatinya. Emosi yang jarang sekali mampir dan tiba-tiba saja terbentuk di sana.

“Hyuk—” Hyuri terbata, matanya bepindah dari Hyukjae ke cincin itu berulang kali. “Kenapa?”

Hyukjae terkekeh seraya menggaruk kepalanya menggunakan sebelah tangan. “Haruskah kau bertanya?” Dia tersenyum sambil mengedikkan bahu. “Karena kurasa aku jatuh cinta padamu, Kim Hyuri. Jika kau mau menjadi milikku, pakailah ini.”

Hyuri memeluk Hyukjae saat itu juga. “Aku akan senang memakainya, Hyukkie Oppa.” Saat dia melepas pelukannya, bibirnya mendarat singkat di pipi Hyukjae. “Terima kasih untuk semua ini.”

***

“Kau pulang larut.”

Hyukjae terlonjak mundur mendapati sahabatnya telah duduk dengan posisi seperti biasa di atas ranjangnya. “Donghaek!” Serunya. Sambil menghampiri sang sahabat, dia memukul lengan pria itu. “Kau mengagetkanku.”

“Bagus, ‘kan? Artinya jantungmu masih berfungsi dengan baik.”

“Aish.” Gerutu Hyukjae. “Kenapa akhir-akhir ini aku sering mendapatimu di tempatku? Bukankah kau punya rumah sendiri?”

Mengangkat kepala, Donghae melemparnya dengan tatapan sinis. “Harusnya aku yang heran, Myeolchi. Kau sering pulang larut akhir-akhir ini, dan apa itu? Tidak biasanya kau mengenakan jas.”

“Seperti tidak mengerti anak muda jaman sekarang saja.” Hyukjae duduk di sofa panjang yang terletak tepat  di seberang ranjang. Menyender ke belakang, dia menghela nafas dalam-dalam sambil berusaha melepas dasinya.

“Kau ini sudah tidak muda, bro.” Donghae menekankan. “Jadi ini kencan, huh?”

“Ya, kau bisa mengatakannya seperti itu.” Hyukjae tersenyum, kemudian ekspresinya berubah seperti baru ingat akan suatu hal. “Kurasa aku perlu mengenalkanmu pada Hyuri. Bagaimana menurutmu?”

“Akan kupikirkan.”

“Hei, ayolah!” Hyukjae menepis kaki Donghae yang tak jauh darinya. “Jangan berpura-pura sibuk seperti itu, kau ini ‘kan CEO.”

“Ya dan kau seorang pengangguran yang hanya bisa meminjam uangku.” Donghae meliriknya tajam. “Lagipula, apa kaitannya dengan statusku sebagai CEO?”

“Jangan pelit.” Cibir Hyukjae. “Kau punya lebih banyak waktu luang daripada seorang karyawan biasa. Kau harus bertemu dengannya, aku yakin kau akan sangat menyukainya.”

***

Hyukjae mengulurkan tangannya di depan Hyuri, senyuman nakal memenuhi wajahnya. Hyuri merengut padanya, memanyunkan bibirnya dengan cara yang Hyukjae anggap begitu menggemaskan. Rasanya dia ingin mencium bibir mungil itu. Tapi tidak, ini adalah waktu yang tepat untuk membuat kagum gadisnya. Bukan untuk merusak suasana.

Ice skating?” Hyuri mengernyit. Dia menunduk untuk memperhatikan sepatu luncurnya, naik dan meneliti baju hangatnya kemudian kembali menatap Hyukjae.

Hyukjae mengangguk sambil merentangkan kedua tangannya, dia berdiri begitu tegap di tengah lantai es yang luas. “Jangan bilang kau tidak bisa berseluncur di es.” Ejeknya.

Sontak Hyuri memukul pundak Hyukjae, membuatnya mengaduh kesakitan. Tentu saja Hyuri tidak terima dibilang seperti itu, karena gadis ini sangat ahli bermain ice skating. “Mau taruhan?” Tantang gadis itu.

Tersenyum sombong, Hyukjae melipat kedua tangan di depan dadanya. “Jangan bercanda. Kau berani melawanku?”

“Kejar aku kalau begitu!” Serunya sambil tertawa keras, dia sudah melesat jauh menghindari Hyukjae.

“Awas kau Kim Hyuri!”

Misi pengejaran pun dimulai. Keduanya tampak begitu riang, yang satu mencoba untuk menangkap dan yang lain mencoba untuk menghindar. Sungguh seperti sedang menangkap seekor anak kucing.

Hyuri meluncur sangat mulus, semakin menjauh dari jangkauan Hyukjae. Pria itu membiarkan gadisnya melakukan apapun yang disukainya. Hyuri bahkan sempat menoleh ke arah Hyukjae sambil terus meluncur, dia menjulurkan lidahnya ke arah pria itu tapi tidak memerhatikan di depannya. Sampai dia lepas kendali dan menubruk orang hingga tubuhnya jatuh terduduk.

“Aw!”

Hyukjae sedang tersenyum lebar ketika dia menyadari bahwa Hyuri terjatuh. Dia segera melesat untuk menghampiri Hyuri. Heran, sangat heran. Bodoh atau apa sih? Jelas-jelas orang yang menabrak Hyuri melihat dengan jelas siapa yang belari ke arahnya, tapi kenapa  orang itu tetap tidak menghindar dan malah berdiri di sana seperti orang tolol? Kesal dan amarah membutakan Hyukjae.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Hyukjae cemas seraya mengusap pipi gadisnya, sementara Hyuri hanya mengangguk lemas. Tiba-tiba saja dia berdiri tegap, suaranya lantang saat berteriak. “Hey, kau!”

Seorang pria bertubuh dua kali lebih besar dari Hyukjae menoleh, menampak wajah datarnya. Dahinya berkerut, tapi Hyukjae tidak gentar. Berkacak pinggang, Hyukjae menatap kesal pria di hadapannya.

“Aku?” Tanya pria itu.

“Ya, kau!” Bentak Hyukjae. “Kau melihatnya meluncur ke arahmu tapi kau sama sekali tidak menghindar. Lihat, dia terjatuh karenamu!”

Pria itu mengenyit heran, alisnya terangkat satu. “Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti.”

“Jangan main-main denganku, kekasihku terjatuh dengan sangat keras!” Hyukjae menunjuk Hyuri yang masih duduk di lantai es.

Pria itu bukannya meminta maaf tapi malah terkekeh geli. “Kau sedang mabuk ya?” Dia melirik Hyuri, lalu menggeleng pelan dan mulai meluncur pergi.

“Hey!” Hyukjae mencoba memanggil pria itu lagi, tapi sia-sia.

“Hyukkie Oppa, sudahlah.” Hyuri menarik lengan Hyukjae. “Aku tidak apa-apa.”

Hyukjae mendesah kesal. “Jika saja pria itu lebih kecil dariku, aku akan berlari ke arahnya dan menumbangkannya.”

Hyuri terkikik mendengar penuturan konyol dari Hyukjae. “Kau ini luar biasa, Oppa.” Dia bangkit, meskipun harus di bantu Hyukjae. Tangannya melingkar sempurna di leher Hyukjae, dia tersenyum sambil berbisik di telinga pria itu yang membuatnya memelototkan mata dalam kekagetan. “Kurasa aku mulai mencintaimu, Oppa.”

***

“Apa katamu?” Donghae menaikkan suaranya satu oktaf, antara terkejut dan marah. “Kau yakin? Kalau tidak, aku akan memecatmu sekarang juga.”

Pegawai Donghae yang merupakan seorang pelayan dari restoran mewah milik pria itu kini hanya bisa mengangguk takut-takut.

“Benar, Tuan. Dia datang ke sini memesan menu spagetti andalan kita, dua porsi dan dua gelas wine. Tapi dia tidak membawa teman kencan seperti yang Tuan katakan tadi.” Si pelayan menjelaskan lagi, kepalanya masih tertunduk. “Tidak hanya saya, tetapi yang lain juga tahu betul apa yang Tuan Lee Hyukjae lakukan di sini.”

Donghae sempat menghela nafas dalam-dalam kemudian memejamkan mata rapat-rapat, mencoba mencerna baik-baik pengakuan pegawainya. Tidak masuk akal. Kemarin malam Hyukjae bilang padanya bahwa dia berkencan dengan wanita bernama Hyuri, tapi nyatanya pegawainya berkata bahwa pria itu datang sendiri.

Apakah Hyukjae telah membohonginya?

Kenapa dia harus melakukan itu?

Pasti ada yang salah. Donghae merasa dia harus menemukan sesuatu yang salah itu. Cepat atau lambat.

***

Donghae menanti kedatangan Hyukjae beserta kekasih barunya di Grill5 Taco, sebuah restoran miliknya yang menyediakan berbagai macam jenis taco. Mereka janji bertemu pukul 9, tapi sekarang sudah mendekati pukul 10. Donghae resah menunggu.

Pada pukul 10.15, Hyukjae datang mengenakan pakaian santai. Dia datang dengan sebuah senyum memenuhi bibirnya. Ada yang senang rupanya. Pikir Donghae.

“Hai, Donghaek.” Sapa Hyukjae dengan riangnya. Pria itu menarik dua buah kursi, tapi meninggalkan satu kursi yang berada di hadapan Donghae dan malah duduk di kursi yang lain. “Maaf aku terlambat.”

“Tidak masalah.” Donghae berkata sambil mengernyitkan dahi dalam keheranan. Ada yang aneh. “Mana kekasihmu?”

Hyukjae menatap bingung ke arah Donghae, kemudian tertawa keras tapi canggung. “Kau ini tidak lucu sama sekali.” Komentarnya. “Hyuri, perkenalkan, ini adalah sahabatku Lee Donghae. Dan Donghae, ini Kim Hyuri.” Dia mengerling kursi di sebelahnya.

Dahi donghae mengerut lebih dalam, dia tidak mengerti permainan apa yang sedang Hyukjae lakukan. Dia sama sekali tidak menganggap ini lucu. Tidak ada seorang pun di Grill5 pada jam seperti ini kecuali Donghwa, kakaknya, dia sendiri, dan Hyukjae. Jadi, yang mana yang dia panggil Hyuri? “Hyuk, jangan main-main denganku.”

“Kau tidak menjabat tangan Hyuri?” Hyukjae melirik kursi kosong di sampingnya kemudian pada Donghae secara bergantian. “Kalian ini ada apa?”

Habis sudah kesabaran Donghae. Di saat seperti ini, dia tidak ingin bercanda. Sama sekali tidak. Hari ini sudah cukup melelahkan, ditambah dengan kelakukan konyol sahabatnya tidak membuat suasana hatinya membaik. Hyukjae baru saja memancing amarahnya.

Donghae memukul meja dengan telapak tangannya, sekuat tenaga meredam amarah yang melua-luap dan siap menyembur. “Lee Hyukjae,” Dia menekankan setiap kata. “seharusnya aku yang bertanya, ada apa dengan otakmu?”

“Apa maksudmu?”

“Ini tidak lucu.”

Ekspresi Hyukjae yang tadinya berbinar dan penuh keceriaan, kini berubah menjadi sangat serius, bahkan berbahaya. “Donghae, aku membawa Hyuri ke hadapanmu dan sekarang kau menganggap aku sedang bercanda?” Tanyanya kesal.

Donghae menggeleng, bukan dalam sangkalan. Hanya saja dia tidak menyangka bahwa sahabatnya akan bertingkah kekanakan seperti ini.“Kemarin malam, kau datang ke restoran sendirian, ‘kan?” Dia memastikan. “Kau berbohong padaku, lalu sekarang kau bertingkah seolah-olah aku ini anak kecil yang mudah ditipu. Kau tidak perlu mengarang cerita tentang seorang wanita yang kau kencani, Hyuk.”

Hyukjae mengernyit. “Apa yang bicarakan, Donghae?”

“Pegawaiku mengatakan bahwa kau pergi ke sana seorang diri.”

“Demi Tuhan! Aku ke sana bersama Hyuri!” Hyukjae bangkit dari bangkunya, amarah mulai membayanginya. “Aku tidak percaya kau meragukan sahabatmu sendiri.”

“Tapi pegawaiku tidak mungkin berbohong—”

“Hyuri, ayo kita pergi.” Sela Hyukjae cepat-cepat.

Donghae memicingkan matanya saat dia melihat tangan Hyujae bergerak seperti meraih lengan seseorang, tapi tidak ada siapapun di sana. Apakah dia meraih angin? Batin Donghae.

“Kau sudah gila ya?” Donghae menggeram tertahan, Hyukjae berbalik dan menatapnya heran. Suara Donghae pecah ketika dia membentak, “Tidak ada seorang pun di sebelahmu!”

***

Hyukjae duduk di atas karpet, punggungnya bersandar pada sofanya. Matanya memandang dengan cermat setiap ekspresi yang Hyuri tampakkan. Tangan kirinya membelai kepala Hyuri yang berada di pangkuannya, sementara tangan yang lain menggenggam tangan Hyuri.

“Kau tahu,” Dia memulai. “aku sangat marah dengan sikap Donghae.” Tuturnya pelan.

“Kurasa Donghae hanya kesal dengan keterlambatan kita tadi.” Simpul Hyuri

“Ya, kurasa.” Dia terhenti. “Tapi perkataannya sungguh keterlaluan. Jelas-jelas kau duduk di sana di sampingku, tega sekali dia menganggapmu tidak ada. Juga para pelayan restoran itu, mereka buta atau apa? Kau di sana malam itu, makan malam denganku. Kau sangat cantik dengan gaunmu, mereka bahkan tidak menyadari itu? Sangat disayangkan.” Dia berdecak.

Hyuri terkekeh, disusul dengan Hyukjae yang ikut tertawa.

Untuk beberapa saat, kesunyian menyelimuti mereka. Hanya ada suara angin dari jendela, kencang tapi tidak terlalu kencang. Hanya cukup untuk membuka dan menutup jendela dengan sendirinya. Di luar semakin gelap, tanda bahwa malam semakin larut.

Hyuri mendesah sebelum dia sempat membuka mulutnya untuk membuka pembicaraan lagi. “Oppa,”

“Hmm?”

“Apakah aku cukup nyata bagimu?” Tanya gadis itu dengan polosnya.

Hyukjae bergeser, membetulkan posisinya, sehingga keduanya kini duduk dan saling menatap satu sama lain. “Apa maksudmu?”

Hyuri tersenyum. “Maafkan dia.” Hyuri berkata lembut, “Aku tidak ingin menjadi sumber masalah di antara kalian. Karena bagaimanapun, Donghae adalah sahabatmu. Dia hanya kesal, perkataannya jangan dimasukkan ke hati.”

Saat itu, Hyukjae baru sadar betapa murah hatinya sang kekasih. Seharusnya dia yang berkata seperti itu kepada Hyuri, bukan malah sebaliknya. Tapi di sini lah dia menemukan sang kekasih menyuruhnya untuk tidak membenci sahabatnya sendiri. Bagaimana dia bisa tidak semakin cinta pada gadis ini?

Pria itu tersenyum, sedetik kemudian memeluk Hyuri dengan sangat erat sambil berbisik. “Aku tahu...”

 

Two
POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK