home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Songfict Series Of GFriend's 1st Mini Album "Season Of Glass"

Songfict Series Of GFriend's 1st Mini Album "Season Of Glass"

Share:
Author : BaekMinJi93
Published : 10 Apr 2015, Updated : 12 Apr 2015
Cast : - Park Chanyeol, - Jung Eunbi/Eunha, - Oh Sehun, - Jung Yerin, - Byun Baekhyun, - Choi Yuna/Yuju
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |1658 Views |0 Loves
Songfict Series Of GFriend's 1st Mini Album "Season Of Glass"
CHAPTER 1 : Series #1 - Glass Bead

 

Tittle                : Glass Bead

Author             : BaekMinJi93

Genre              : Romance, School Life, Family, Oneshoot

Ratting                        : PG 15

Main Cast        : - Park Chan Yeol (EXO), - Jung Eun Bi / Eun Ha (GFriend)

Disclaimer       : Cerita ini terinspirasi dari lirik Glass Bead dan hak cipta sepenuhnya ada di tanganku.

 

Summary         :

Meskipun semua orang menggunjing hubungan kita..

Percayalah padaku, aku tidak akan pernah mudah terpengaruh oleh mereka...

 

-I may seem like a clear glass bead
But I won’t break that easily
I love you, only you, it won’t change
I’ll shine on you forever-

#Chanyeol P.O.V

Aku memasuki ruang kelasku dengan malas. Saat ini waktu istirahat telah tiba. Seperti biasa seluruh siswa akan pergi kekantin sedangkan sebagian siswi di kelasku akan berkumpul untuk bergosip ria. Dan aku jamin topik pembicaraannya pasti tentang kekasih mereka atau mereka akan membicarakan tentang aktivitas idola mereka saat ini. Tidak penting sekali.

Aku melanjutkan langkah kakiku menuju bangku ku yang terletak di pojok kanan kelas dekat dengan jendela. Sesampainya disana, aku mendudukkan diriku senyaman mungkin. Setelah itu aku membaca buku catatan seraya memasang headset untuk mendengarkan musik. Mencoba menghiraukan gosip para gadis.

“Apa kalian tahu Eunha?” gadis pertama memulai gosipnya.

Aku menghentikan aktivitas membacaku. Tiba-tiba aku merasa tertarik dengan topik pembicaraan mereka saat ini.

“Bukankah dia itu angkatan dua tahun dibawah kita? Beberapa waktu yang lalu, kudengar dia debut sebagai member dari GFriend. Ada apa dengannya?” dan sekarang gadis kedualah yang menimpali.

“Tidak ada apa-apa. Hanya saja ketika aku melihat salah satu acara televisi pagi tadi, Eunha mengatakan bahwa ia akan membintangi film romance. Oh! Bahkan rumornya ia juga akan menjadi pemeran utama di film itu.”

“Benarkah? Jika benar ia menjadi pemeran utama di film itu, berarti ada peluang besar ia akan berciuman dengan pemeran utama pria, bukan?”

Gadis lainnya pun mengangguk menyetujuinya. Entah kenapa ketika aku mendengar ucapan terakhir para gadis itu, hatiku terasa sakit. Namun aku segera kembali menghilangkan pikiran negatifku dan kembali melanjutkan aktivitasku sebelumnya.

“Tapi bukankah Eunha sudah memiliki kekasih. Dan kudengar dia ada di kelas ini. Bahkan dari gosip-gosip yang kudapat dari siswi-siswi kelas lain, penampilan kekasihnya sangat berbanding terbalik dengannya. Seperti ‘beauty and the beast’.

Okay. Saat ini aku sangat paham dengan apa yang dimaksud dengan ungkapan beauty and the beast, seperti yang gadis itu ucapkan tadi.

“Memang kekasihnya berpenampilan seperti buruk rupa? Misalnya, memakai kacamata dan bertingkah seperti nerd?”

Oh! Bahkan saat ini fokusku benar-benar beralih pada pembicaraan gadis itu daripada buku catatanku.

“Kau benar sekali. Memang apa yang sedang dipikirkan oleh Eunha sehingga ia memilih pria seperti itu. Bukankah ia termasuk jajaran para siswi tercantik di sekolah kita? Di sekolah ini juga banyak siswa tampan yang mengincarnya. Bodoh sekali dirinya.”

Urggh... umpatan itu lagi.

“Memang siapa kekasihnya?”

Salah satu dari para gadis itu bertanya penasaran.

“Dia adalah Park Chanyeol.”

***

-Did I look weak?
Were you worried about me?
Just like the sparkling dew under the moon
Did it seem like I’d disappear?-

Sesampainya di apartement, aku segera merebahkan tubuhku diatas ranjang. Moodku sangat buruk hari ini. Tanpa berniat untuk melepas seragam sekolahku terlebih dahulu, aku memejamkan mataku mencoba untuk tidur.

“Memang kekasihnya berpenampilan seperti buruk rupa? Misalnya, memakai kacamata dan bertingkah seperti nerd?”

“Kau benar sekali. Memang apa yang sedang dipikirkan oleh Eunha sehingga ia memilih pria seperti itu. Bukankah ia termasuk jajaran para siswi tercantik di sekolah kita? Di sekolah ini juga banyak siswa tampan yang mengincarnya. Bodoh sekali dirinya.”

Huh... kata-kata itu lagi kembali terngiang di pikiranku. Aku sangat benci ketika mengingat hal itu.

Baiklah. Aku akan mengaku sekarang. Aku adalah PARK CHANYEOL. Kekasih dari seorang Jung Eun Bi atau yang sering kalian panggil Eunha. Pria berkacamata dan bertingkah sebagai seorang... nerd. Bukankah kalian sudah menebak hal itu sebelumnya?

Selama ini aku sudah sering mendengar berbagai hujatan seperti itu. Mendengar umpatan dan perbandingan antara aku dan Eunha. Eunha adalah gadis bergelar ‘Most Wanted’ di sekolah, sedangkan aku? Nothing. Aku tidak ada apa-apanya jika disandingkan dengan para siswa tampan yang mengantri untuk mendapatkan kekasihku tersebut. Namun seharusnya aku bersyukur bisa menjadi satu-satunya pilihan Eunha untuk menjadi kekasihnya.

Terkadang aku merasa minder jika berjalan bersamanya dan bahkan aku juga sering mengatakan hal ini pada Eunha, namun Eunha selalu mengatakan padaku bahwa cinta tidak memandang penampilan. Dan itu benar, pada kenyataannya kami bisa menjalani ini dua tahun lamanya. Lama bukan?

Tiba-tiba rasa rindu pada Eunha datang menderaku. Beberapa hari ini Eunha tidak masuk sekolah. Aku tahu ia sangat sibuk dengan karirnya sekarang. Tapi biasanya ia bisa mengabariku di sela-sela waktu senganggnya. Tapi sekarang... nihil. Apa benar dia sekarang... berubah? Apa sekarang ia sedang bersama pria lain? Ah, aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Sebaiknya aku segera meneleponnya sekarang.

Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa  sesaat lagi.

Benar seperti dugaanku, handphonenya tidak aktif saat ini. Ha-ya, where are you? Nan bogoshipeo-yo.

Sesaat sebelum aku memejamkan mata, terdengar suara ketukan pintu apartemenku. Aku berjalan gontai menuju pintu utama. Sudah kubilang, moodku saat ini sedang buruk.

Saat aku membuka pintu, kulihat seorang gadis menyangga kue tart di kedua tangannya. Gadis itu tersenyum lebar menyambutku. Mau tak mau aku ikut tertular virus bahagianya.

Oppa... Happy Birthday and I love you...

***

-Don’t be nervous, does it seem like a dream?
I am shining for you
I’ll hold your trembling hand
I’ll warmly hold you-

#Eunha P.O.V

Oppa. Happy 23rd birthday. Aku berharap kau bisa bersamaku selamanya. Semoga kau lebih daripada tahun-tahun sebelumnya. I love you. Kajja, make a wish now.”

Aku terus mengoceh sejak Chanyeol oppa mengajakku masuk ke dalam apartemennya. Kulihat Chanyeol oppa menautkan kedua tangannya dan mulai memejamkan matanya untuk membuat harapan. Untuk tahap terakhir, Chanyeol oppa membuka matanya dan meniup lilin yang sedang menyala. Aku bertepuk tangan keras.

“Yaaayy. Kau berharap apa, oppa?” tanyaku penasaran.

Chanyeol oppa memutar matanya seolah berpikir keras. “Aku berharap kita selalu bersama meskipun semua orang menggunjing hubungan kita. Hanya itu.”

Aku terdiam mendengar ucapan Chanyeol oppa barusan. Aku mengerti arah pembicaraan Chanyeol oppa sekarang. Lagi-lagi membahas hal ini. Sudah kukatakan aku tidak ingin mempermasalahkan ini lagi.

Oppa..” ucapku lirih. “Bukankah kita sudah membicarakan ini sebelumnya? Aku akan selalu-...”

“Kau akan bermain film romance, bukan?” potong Chanyeol oppa dingin.

Aku terkejut mendengarnya. Bagaimana Chanyeol oppa bisa tahu? Bukankah aku belum memberitahunya.

“Kau pasti berpikir bagaimana aku bisa tahu?” tebaknya. “Semua siswi di sekolah kita lah yang membicarakannya,” lanjutnya.

Lagi-lagi aku terdiam dan hanya bisa menundukkan kepala. Memang aku akan bermain film tersebut dan kupikir Chanyeol oppa merasa kecewa karena aku terlambat memberitahunya. Kuakui saat ini aku lah yang salah.

“Dan kau akan menjadi pemeran utamanya?” tanya Chanyeol oppa lagi.

Sungguh aku takut jika ia sudah seperti ini. Aku masih terdiam tidak berani membuka mulutku untuk menjawab. Aku takut jika aku menjawab ia akan semakin marah.

“Kenapa kau tidak menjawab? Aku bertanya padamu, JUNG EUN BI!”

Emosinya benar-benar memuncak sekarang. Aku sangat takut saat ini.

“Y-ya. O-oppa benar,” sahutku lirih.

Kudengar ia mendecih. Lalu kembali bersuara. “Kau tahu apa artinya jika kau menjadi pemeran utamanya? KAU AKAN BERCIUMAN DENGAN PRIA LAIN SELAIN DIRIKU!”

Air mataku menetes ketika mendengar ia membentakku. Aku sangat takut jika ia sedang marah seperti ini. “Ta-tapi...” ucapku terbata.

“Tapi apa?”

“Ti-tidak ada adegan kiss scene di film itu,” terangku masih dengan nada yang terbata.

Chanyeol oppa kembali mendecih. “Ck, benarkah? Bukankah tidak ada ceritanya jika film romance tidak ada adegan kiss scene?”

Aku mendongakkan kepalaku, memberanikan diri menatap wajahnya. Kugenggam kedua telapak tangannya erat. Kulihat dari raut wajahnya, ia seperti orang yang sedang frustasi.

“Sungguh. Film ini memang akan bergenre romance, namun aku janji padamu. Tidak akan ada kiss scene dalam film ini. Oppa bisa memegang janjiku dan jika aku melanggarnya, oppa.. oppa bisa...”

Aku tidak bisa melanjutkan kalimatku. Tangisku semakin pecah. Aku takut jika mengatakannya, itu akan benar-benar terjadi. Jujur saja, aku sangat takut kehilangannya. Aku mencintainya. Sangat mencintainya.

Chanyeol oppa merengkuh tubuhku. Ia membenamkan kepalaku di dada bidangnya dan mengelus rambutku dengan sayang. “Baiklah aku percaya padamu. Aku sungguh takut kehilanganmu, jadi aku bertingkah seperti ini. Maafkan aku.”

Aku terus terisak. “Tidak, aku yang salah. Maafkan aku, oppa.”

***

-There’s no reason it won’t be fulfilled
If you’re here
In my heart that was once dark
Shine a bright sunlight until always-

Entah kenapa, aku berjalan di tempat yang serba putih dan bersinar. Kuedarkan pandanganku di seluruh sudut tempat ini, mencoba mencari seseorang selain diriku. Namun yang kulihat saat ini sangat berbeda dengan apa yang kuharapkan. Tiba-tiba sebuah kesimpulan tercatat dalam otakku. Aku sendirian disini. Tidak ada seorangpun yang menemaniku.

Aku berjalan cepat menyusuri tempat ini. Aku takut. Aku ada dimana sekarang? Aku terus melangkah lurus dan aku tidak bisa menghentikannya. Rasanya seperti ada yang menunjukkan sebuah jalur padaku. Tiba-tiba aku mendapati sebuah sesosok wanita dari kejauhan. Sosok itu berdiri membelakangiku dan sangat familiar bagiku. Dia adalah...

Ibu?!

Benarkah itu ibu? Tapi bukankah ibu sudah...

Eomma...” gumamku tanpa sadar.

Merasa ada yang berbicara padanya, wanita itu membalikkan badannya. Wanita itu tersenyum padaku. Omo! Itu benar-benar ibu. Aku mematung di tempat. Antara percaya dan tidak. Sungguh aku senang dapat bertemu dengannya kembali, tapi aku juga ragu bahwa ini hanyalah mimpiku belaka.

Wanita itu masih berdiri di tempatnya dengan senyuman mengembangnya. “Ha-ya, kemarilah.”

Wanita itu melambaikan tangannya seolah memanggilku untuk mendekatinya. Aku melangkah ragu. Namun tatapanku tak bisa lepas darinya. Semakin lama, jarak kami semakin menipis.

Eomma. Benarkah ini eomma?” tanyaku ketika aku sudah berdiri di hadapannya.

Wanita paruh baya itu mengangguk. Penampilan dan paras cantiknya masih sama seperti terakhir aku bertemu dengannya. Aku menghambur di pelukannya. Tangisku pecah seketika.

Eomma... nan bogoshipeo-yo. Eomma pergi kemana saja? Hidup Eunha hampa tanpa eomma. Eomma kembalilah.”

Wanita itu membalas pelukanku dan mengusap rambutku dengan sayang. “Nado bogoshipeo-yo. Eomma saat ini sudah tinggal di tempat yang sangat jauh dengan Eunha. Eomma tidak bisa kembali seperti dulu lagi.”

Aku melepas pelukanku dan menatapnya dengan mata sembab. “Tapi eomma, eomma harus kembali. Eunha sangat merindukan eomma. Jika tidak, bisakah Eunha ikut bersama eomma saat ini juga?”

Ibu menggeleng pelan. “Tidak bisa. Eunha tidak bisa ikut eomma saat ini. Eunha harus tetap disini.”

“Tapi eomma, Eunha ingin-...”

“Tidak bisa, Ha-ya. Eunha harus tetap disini. Apa Eunha tidak kasihan dengan semua orang yang menyayangi Eunha menjadi sedih jika Eunha pergi meninggalkan mereka?”

Aku mengangguk pelan. Aku menundukkan kepalaku. “Tapi, Eunha sungguh ingin ikut dengan eomma. Lalu kapan Eunha harus menyusul eomma agar bisa tinggal bersama eomma? Seminggu lagi?  Dua hari lagi? Atau... besok?”

Eomma tetap menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaanku. “Tidak untuk seminggu lagi, atau dua hari lagi, dan bahkan besok. Eomma tidak bisa berjanji denganmu. Yang terpenting, Eunha harus tetap disini bersama appa, Chanyeol, dan semua orang yang menyayangi Eunha. Jika Eunha pergi, mereka akan bersedih. Eunha mau jika mereka bersedih karena Eunha?”

Aku menggeleng. “Kalau begitu, jangan pernah sekali-kali pernah berpikir untuk menyusul eomma. Eomma sudah bahagia disini. Jadi, Eunha tidak perlu khawatir dengan eomma. Eunha mau berjanji dengan eomma?”

Ibu mengacungkan jari kelingkingnya di depan wajahku. Dengan perlahan aku membalasnya. “Eunha berjanji.”

Ibu tersenyum lagi mendengar jawaban yakinku. “Anak pintar. Baiklah, eomma tidak bisa berlama-lama disini. Eomma harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik, Ha-ya. Sampaikan salam eomma kepada appa dan Chanyeol. Eomma menyayangi kalian semua. Selamat tinggal.”

Perlahan setelah ibu selesai mengatakan hal itu, genggaman tangan ibu terhadapku perlahan terlepas. Ibu juga sedikit demi sedikit mulai menjauhiku. Aku terus mencoba menahannya. Tangisku kembali pecah.

“Tidak eomma. Tolong jangan pergi. Eomma aku ingin ikut denganmu.”

Terlambat. Sosok ibu perlahan menghilang dari pandanganku dan kini aku sendirian lagi disini bersama tangisan kerasku. Aku terus menangis seperti bayi. Aku tidak peduli dengan tangisan kerasku. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah satu, yaitu IBU.

EOMMAAA...”

***

#Chanyeol P.O.V

EOMMAAA...”

Aku berlari menuju kamarnya ketika mendengar pekikan keras dari Eunha. Saat ini posisi Eunha sedang terduduk. Padahal seingatku ketika terakhir kali melihat gadis itu, posisinya berbaring nyaman diatas ranjangku tak lama setelah gadis itu mengatakan bahwa ia sangat mengantuk hari ini. Aku berlari menghampiri Eunha dan memeluk gadis itu mencoba menenangkannya.

“Ada apa, chagi? Apa kau bermimpi buruk lagi?”

Gadis itu melepaskan pelukanku dan mengangguk pelan. Napasnya terlihat terengah-engah. Pelipisnya dipenuhi dengan keringat bercucuran. Sungguh keadaannya kacau saat ini.

Eomma... Aku bermimpi tentang eomma, oppa. Hiks.. Aku bermimpi tentangnya. Aku sungguh merindukannya.Oppa, bisakah aku menyusulnya? Hiks.. sungguh aku sangat merindukannya saat ini.”

Aku kembali merengkuhnya ke dalam pelukanku. Hatiku sangat sakit ketika kembali melihatnya kacau seperti ini. Ia sering sekali mendapat mimpi buruk tentang ibunya. Gadis ini belum bisa menerima kematian sang ibu sejak enam bulan yang lalu dan sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat sejak saat itu. Memang orang yang tidak mengenalnya akan berpikir jika gadis ini baik-baik saja, namun kenyataannya sungguh terbalik. Karena sebab itu, aku selalu bersikap overprotective terhadapnya.

“Ssst... kau tidak boleh berbicara seperti itu. Lalu jika kau pergi, kau tidak kasihan padaku dan Jung ahjussi? Kami tersiksa tanpa kehadiranmu.”

Ia tidak menjawab pertanyaanku. Ia terus melanjutkan tangisannya. Aku semakin mengeratkan pelukannku. Tiba-tiba ia melepaskan pelukanku.

Oppa, kau mau berjanji sesuatu padaku?” tanyanya pelan.

Aku mengangguk antusias. “Apapun itu, Lovely. Asalkan kau bahagia.”

Benar, aku akan melakukan apa saja untuknya agar ia bisa kembali seperti dulu.

“Tetaplah disisiku. Dengan begitu, keadaan hatiku yang semula gelap akan selalu bersinar karenamu. Kau mau, oppa?”

Aku mengangguk mantap menyetujuinya. Aku mencium sekilas bibirnya sekedar untuk menenangkannya. Kulihat pipinya bersemu merah karena ulahku yang tiba-tiba.

“Tentu saja aku mau. Tapi kau juga harus berjanji padaku.”

Ia menatapku dengan wajah imutnya. “Apa itu, oppa?”

“Tolong kembalilah seperti Eunha yang aku kenal dulu. Aku tersiksa jika terus melihatmu seperti ini,” ucapku dengan tatapan memohon.

Ia kembali menghambur kedalam pelukanku. Gadis itu menangis lagi. “Maka dari itu tolong bantu aku, oppa.”

Aku mengecup puncak kepalanya dan meletakkan kepalaku diatas kepalanya. Aku mengusap rambutnya sayang. “Dengan senang hati, Lovely.”

***

-Your pounding heart
Tells me how you feel
I’ll hold your trembling shoulders now
I’ll warmly hold you-

#Author P.O.V

Hari ini Chanyeol mengajak Eunha berkencan dan kebetulan juga hari ini adalah hari perdana penayangan film yang Eunha bintangi. Jadi mereka pergi ke gedung bioskop dan melihat film tersebut. Sebenarnya Eunha sudah melarang Chanyeol untuk melihat film ini, tapi Chanyeol terus bersikeras. Mau tak mau Eunha harus mengalah.

Selama film berlangsung, tidak ada komentar apapun yang keluar dari bibir manis milik Chanyeol. Ia terus menatap film tersebut dengan tatapan datar dan serius. Eunha yang melihat ‘expressionless’ Chanyeol, menggigit jarinya gemetar. Ia berpikir Chanyeol akan marah setelah ini. Tiba-tiba sebuah tangan memegang jarinya.

“Jangan seperti itu, nanti kau akan merasa sakit,” ucap Chanyeol lembut.

Eunha melepas gigitannya ragu dan menatap Chanyeol takut. “O-oppa. Apa kau marah? Please don’t worry about this. This is just a movie, right?!”

Mendengar itu, Chanyeol hanya mengangguk sekilas dan kembali menatap layar besar dihadapannya.

Di pertengahan film, ada sebuah adegan yang menampilkan bahwa Eunha dan lawan mainnya seolah-olah akan berciuman, namun hal itu tidak terjadi karena ada seseorang yang memanggil salah satu dari mereka. Dan hal itu seketika membuat Chanyeol menghela napas lega. Pada kenyataannya ucapan Eunha tempo hari yang lalu memang tidak membohonginya.

Tanpa terasa dua jam telah berlalu, filmpun berakhir sudah. Eunha dan Chanyeol melanjutkan acara kencannya dengan makan malam di salah satu restaurant yang berada di sekitar gedung bioskop tersebut. Ketika sudah berada di dalam restaurant, Chanyeol masih membungkam mulutnya. Chanyeol akan membuka mulutnya jika ia diajak bicara terlebih dahulu, itu saja hanya dengan jawaban yang sangat singkat. Contohnya saja saat ia memilih menu, setelah itu ia kembali bungkam. Melihat reaksi Chanyeol yang masih saja seperti itu, Eunha kembali ketakutan.

Oppa, katakanlah sesuatu. Jangan seperti ini!” Eunha mencoba merengek untuk mencari perhatian Chanyeol kembali.

“Mengatakan apa? Aku tidak ada topik pembicaraan hari ini.”

Eunha mengerucutkan bibirnya kesal. “Terserah. Apapun yang bisa memecahkan suasana canggung ini.”

“Sudah ku-...”

Perkataan Chanyeol seketika terputus ketika mendengar sebuah suara berat yang memanggil nama salah satu dari mereka.

“Eunha-ya!”

Merasa dipanggil, Eunha menoleh dan tersenyum manis.

“Eoh.. Kai!”

Seseorang yang dipanggil Kai oleh Eunha berlari mendekat ke arah meja mereka. Kai adalah pria tinggi berkulit tan dan berkharisma. Chanyeol mengakui itu. Senyum di wajahnya menambah kesan manis dalam dirinya. Sepertinya ia dekat dengan Eunha.

Chanyeol terus menatap apapun yang dilakukan oleh Kai. Ia menyipitkan matanya dan berpikir bahwa ia pernah melihat Kai sebelumnya. Tetapi, dimana? 

“Hm... Chanyeol oppa,” panggil Eunha pada Chanyeol yang masih memandangi Kai dengan serius.

Chanyeol seperti tersadar dari lamunannya. “Ne?!”

Eunha tersenyum melihat tingkah Chanyeol yang gelagapan. “Kenalkan. Ini Kim Jong In. Dia adalah lawan mainku di film yang baru saja kita tonton tadi..”

Pantas saja aku pernah melihatnya. Aiish, dasar pelupa!, rutuk Chanyeol dalam hati. Chanyeol mengeluarkan senyumnya untuk basa-basi.

“Kai. Ini Chanyeol oppa. Dia adalah...”

Eunha menghentikan ucapannya mendadak. Ia masih ragu untuk mengakui ini. Sedangkan Chanyeol hanya menatapnya dengan tatapan antara berharap dan ragu. Pria ini berpikir bahwa Eunha tidak akan mengakuinya sebagai kekasih karena kepentingan karirnya. Jadi ia mencoba untuk mengambil alih pembicaraan ini.

“Hai.. namaku Park Chanyeol. Aku adalah-...”

Namun belum sempat Chanyeol mencapai tujuannya, Eunha bergelut manja di lengan Chanyeol. “Chanyeol oppa adalah kekasihku.”

Chanyeol merasa tidak percaya dengan pendengarannya barusan. Ia menatap Eunha dengan tatapan seolah mengatakan, ‘Apa kau yakin tidak apa-apa?!’. Namun Eunha semakin mengeratkan lengannya di Chanyeol dan tersenyum manis. Chanyeol lega akhirnya ia tidak perlu susah-susah untuk berbohong dihadapan Kai. Tidak hanya bisa bernapas lega, namun hal itu juga membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

Kai tersenyum melihat kemesraan kedua insan dihadapannya ini. “Wah benarkah?! Aku tidak menyangka kau sudah mempunyai kekasih, Eunha-ya. Dan coba kutebak, pasti kalian sempat bertengkar gara-gara film ini, bukan?”

Mereka bertiga tertawa karena lelucon yang sebenarnya sudah terjadi pada Chanyeol dan Eunha.

***

-I don’t need sweet words
I’m happy every day with the same dream (can you hear me)
I’ll fill up with all your beautiful smiles
Protect me so I won’t break, until always-

Setelah selesai makan malam, Chanyeol dan Eunha berpamitan pulang pada Kai. Namun dalam perjalanan mengantar Eunha pulang, Chanyeol memberhentikan mobilnya sejenak di depan sebuah taman bermain.

Oppa kenapa berhenti disini?” tanya Eunha bingung.

Namun Chanyeol tidak menjawabnya, melainkan malah tersenyum dan menatapnya. “Kau ingat tempat ini?”

Eunha mengerutkan dahinya dan mengalihkan pandangannya ke arah luar mobil, tepatnya kearah taman bermain tersebut. Ia berpikir sejenak. Ia mencoba berpikir kembali untuk  mengingat sesuatu. Sedangkan Chanyeol masih menatap gadis itu dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya.

Lama menunggu Eunha yang tak kunjung menjawabnya, Chanyeol mencubit hidung gadis itu dengan gemas. “Ini tempat kita pertama kali bertemu, Lovely. Apa kau sungguh tidak ingat?”

Eunha menggeleng pelan dan terkekeh seperti tanpa dosa. “Hehe.. maafkan aku. Aku benar-benar lupa.”

Chanyeol mengacak rambutnya sekilas, setelah itu melepas seatbeltnya dan beranjak keluar dari mobil. Pria itu berlari memutar dan membuka pintu penumpang –tempat Eunha duduk saat ini–. Chanyeol mengulurkan tangannya.

“Mau berkeliling sebentar?”

Sang gadispun menyambut tangannya dengan senang hati, “Tentu saja.”

Akhirnya merekapun berkeliling di sekitar taman bermain tersebut. Terakhir kali mereka pergi ke taman ini sekitar satu tahun yang lalu, tepatnya ketika mereka merayakan hari jadi mereka ke satu tahun. Keadaan tamanpun tidak berubah seperti yang ada pada ingatan keduanya saat ini. Di pinggiran taman bermain tersebut dipenuhi oleh aneka bunga yang melingkarinya. Di tengah taman terdapat sebuah kolam air mancur yang pada saat malam hari berwarna-warni karena sorotan lampu di dasar kolam. Dan jangan lupakan beberapa bangku taman untuk menikmati indahnya taman ini.

Malam semakin larut, pengunjungpun semakin bertambah. Moyoritas pengunjung adalah pasangan-pasangan muda yang sedang memadu kasih, Eunha dan Chanyeol pun termasuk di dalamnya.

Oppa. Apa oppa masih ingat waktu oppa menyatakan perasaan oppa kepadaku dulu?”

Eunha menyandarkan kepalanya di bahu bidang milik Chanyeol. Sedangkan Chanyeol membalasnya dengan menaruh kepalanya diatas puncak kepala gadisnya. Sudah lama mereka tidak seperti ini dan ini saatnya bagi mereka untuk memanfaatkan waktu kebersamaannya dengan sebaik mungkin.

“Tentu saja. Bahkan kau meninggalkanku begitu saja dengan ekspresi bodoh karena mengharapkan jawabanmu.”

Eunha mengangkat kepalanya cepat dan memasang wajah kesal. “Aku tidak tahu bahwa kau saat itu sedang menyatakan perasaanmu padaku. Karena ucapanmu sangat berbeda dengan apa yang diucapkan oleh para aktor yang bermain di film ataupun drama. Mereka sangat puitis dalam mengungkapkan isi hatinya. Sedangkan oppa? Kaku sekali.”

Chanyeol mencubit hidung Eunha dengan erat. Tidak mau kalah, ia pun membalasnya. “Bukankah kau sendiri tahu, jika aku tidak pandai berpuitis. Bahkan nilai bahasaku sangat rendah dibanding nilai mata pelajaran lainnya.”

Eunha tertawa mengejek. “Hahaha.. benarkah? Wah, padahal aku sangat berharap lebih saat itu. Aku berharap bahwa cinta pertamaku akan menyatakan perasaanya dengan kata-kata yang sangat puitis. Dan kupikir itu sangatlah manis jika dikenang.”

Chanyeol menundukkan kepalanya ketika mengingat kebodohannya dalam merangkai kata-kata. “Benarkah. Kalau begitu, maaf-..”

Bahkan Chanyeol belum selesai berucap, Eunha kembali melanjutkan kalimatnya. “Tapi aku sangat bahagia karena memilikimu saat ini. Kalau boleh jujur, aku tidak butuh kata-kata manis yang terucap dari bibir manis oppa, namun aku hanya perlu sikap kasih sayang oppa yang oppa berikan padaku. Jika aku mengingat semua cerita teman-temanku, hari ini mereka akan dipuji dengan berbagai kata-kata manis oleh kekasih mereka. Namun tanpa disangka, keesokan harinya mereka kembali datang kepadaku dan bercerita bahwa ia mendapati kekasih mereka sedang berdua dengan gadis lain.”

“Benarkah?!”

Chanyeol membelalakan matanya tidak percaya. Bukannya apa-apa, hanya saja ia tidak menyangka bahwa akan ada orang yang setega itu terhadap kekasihnya sendiri.

Eunha mengangguk mantap. “Ya. Sangat disayangkan, bukan?”

Kali ini Chanyeol lah yang mengangguk menyetujuinya. Tetapi belum sampai Chanyeol membalasnya, Eunha kembali melanjutkan –sepertinya gadis itu akan sangat cerewet hari ini–, “Maka dari itu aku sangat bersyukur memiliki kekasih seperti oppa. Meskipun oppa tidak pandai dalam merangkai kata-kata, tetapi sikap dan kasih sayang yang oppa berikan padaku sudah membuktikan bahwa oppa benar-benar mencintaiku. Aku mohon, teruslah bersikap seperti itu dan jagalah aku, maka aku tidak akan berpaling pada pria lain.”

“Apa?! Berpaling pada pria lain?! Kau berencana seperti itu?!”

“Ani. Itu hanya perumpamaan saja. Oppa percaya padaku, bukan? Saranghae, oppa.”

Chanyeol tersenyum bahagia mendengar penuturan panjang dari gadisnya yang cerewet ini. Hatinya sangat lega, karena ia sudah dapat membuktikan bahwa gadisnya ini benar-benar tidak berbohong. Chanyeol merengkuh badan kecil      Eunha dan menyandarkan kepala gadis itu di bahu kanannya. Ia mengecup puncak kepala gadis itu.

“Tentu saja oppa percaya padamu, chagi. Nado saranghae.

***

-You’re so precious. I love you more than anyone else
An unbelievable miracle has come
I love you, only you, it won’t change
I’ll shine on you (forever, I’ll shine on you)-

#Flashback On

Seorang gadis kecil membenamkan kepalanya di sela kedua kakinya. Bahunya naik turun dan napasnya juga tersengal. Sepertinya ia sedang menangis.

“Ya! Uljima! Mereka sudah pergi. Tenang saja mereka tidak akan menganggumu lagi.”

Gadis kecil itu mengangkat wajahnya dan mendapati seorang anak laki-laki berparas tinggi berdiri dihadapannya. Anak itu mengulurkan tangan kanannya dan tersenyum manis.

“Berdirilah,” ujarnya.

Gadis itu menuruti perkataannya dan menerima uluran tangan itu. Mereka berdiri berhadapan saat ini. Gadis itu mencoba menghentikan tangisnya seraya mengamati secara cermat lelaki didepannya. Ia merasa bahwa ia tidak pernah melihat lelaki itu sebelumnya. Seperti mengerti apa yang ada di pikiran gadis itu, anak itu berdeham kecil.

“Annyeong. Jeoneun Park Chanyeol imnida. Aku dan keluargaku baru saja pindah rumah di sekitar daerah sini. Dan kau teman pertamaku disini. Salam kenal dan semoga kita menjadi teman baik.”

Gadis itu menganga lebar ketika mendengarnya. Ia tidak menyangka bahwa akan ada seseorang yang akan mengajaknya bicara –oh, bahkan berharap untuk menjadi teman baiknya–. Namun sedetik kemudian ia mengatupkan mulutnya. Gadis itu membungkukkan badannya canggung.

A-annyeong. Jeo-jeoneun Jung Eun Bi imnida.”

Anak lelaki yang bernama Park Chanyeol tersebut mengangguk pelan. Tak lama kemudian ia kembali tersenyum. “Jung Eun Bi. Nama yang bagus. Lalu aku harus memanggilmu apa? Jungie atau Eun Bi?”

Gadis itu menggeleng pelan, tidak setuju dengan apa yang dikatakan Chanyeol barusan. “Semua nama yang kau sebutkan tadi salah, Chanyeol-ssi. Kau bisa memanggilku dengan nama Eunha.”

***

Sejak sesi perkenalan di taman bermain, Chanyeol dan Eunha menjadi lebih dekat satu sama lain. Dan Chanyeol tahu, sejak kecil Eunha sudah memiliki daya tarik yang luar biasa karena kecantikannya. Semua teman lelaki yang disekitarnya seperti bersaing untuk mendapatkan perhatian darinya –termasuk Chanyeol sendiri–. Dan hal itu membuat Chanyeol merasa minder untuk mendekati Eunha. Bayangkan saja, Chanyeol yang penampilannya berkacamata dan penyendiri dihadapkan dengan gadis tercantik di seluruh kompleks rumahnya. Sungguh seperti Bumi dan Langit, bukan?

Tanpa terasa waktupun berlalu dengan cepat, begitu juga dengan pertumbuhan Chanyeol dan Eunha. Semua terasa cepat dan tanpa ada kehendak dari mereka berdua sebelumnya. Semakin usia bertambah, semakin pula tingkat kematangan emosi mereka semakin tinggi. Contohnya saja seperti perasaan Chanyeol pada Eunha saat ini. Pria itu semakin menyadari bahwa perasaan bersaing untuk mendapat perhatian Eunha kini telah berganti dengan perasaan ingin menjaga gadis itu lebih dalam lagi –atau bisa disebut, Chanyeol sudah mulai menyukai Eunha–. Semua yang ada pada diri Eunha saat ini adalah candu baginya. Ia merasa terus ingin bersama gadis itu dimanapun dan kapanpun.

28 Oktober 2012

Hari ini mereka kembali membuat janji untuk bertemu di taman bermain tempat pertama kali mereka bertemu. Chanyeol sudah menyiapkan semua yang ingin dikatakan pada Eunha, dan bahkan ia sudah menulis kalimatnya di secarik kertas. Kalimatnya kira-kira berbunyi seperti ini.

Setelah sekian lama kita jauh mengenal satu sama lain. Akupun mulai menyadari perasaanku padamu. Perasaan yang awalnya hanyalah sebuah perasaan ingin bersaing, perlahan kian berubah menjadi perasaan menyukai. Eunha-ya.. jujur dari hati terdalamku aku ingin mengatakan sesuatu yang selama ini terpendam di diriku. Eunha-ya... Will you be my girlfriend?

Sangat puitis, bukan?

Namun yang terjadi sangatlah berbanding jauh dari perkiraan. Yaitu seperti ini.

Eunha-ya, kumohon jadilah kekasihku.

Huh, singkat sekali. Salahkan saja pikiran Chanyeol yang hilang begitu saja ketika berhadapan dengan Eunha. Dan seperti sudah direncanakan sebelumnya, Chanyeol merasa lebih bodoh lagi ketika Eunha berlari pulang meninggalkannya begitu saja tanpa mengatakan apapun sebagai jawabannya. Dan saat itu, Chanyeol hampir dibuat putus asa oleh Eunha.

***

Seperti sebuah keajaiban tak terduga yang datang pada pria itu. Di sore hari selanjutnya, Chanyeol kembali pergi ke taman bermain. Entah kenapa ia mendapat feeling bahwa ia akan mendapat kebahagiaan hari ini. Dan yang benar saja, ia mendapati Eunha sudah duduk dengan tenang di salah satu bangku taman itu. Tubuhnya membelakanginya, secara otomatis Eunha tidak tahu bahwa Chanyeol juga datang kesini.

Tanpa ia kehendaki, Chanyeol melangkah perlahan menuju tempat Eunha duduk saat ini. Semakin dekat... semakin dekat... dan akhirnya ia tepat berada di belakang Eunha duduk saat ini.

“Eunha-ya.” panggil Chanyeol lirih.

Merasa dipanggil, Eunha menoleh ke arah sumber suara. Eunha beranjak dari duduknya, ia berjalan mendekati Chanyeol.

Oppa. Maafkan aku.”

Chanyeol hanya tersenyum pahit mendengarnya. Ia sudah menduga ini sebelumnya. “Ya. aku sudah tahu jawabanmu. Kau akan-...”

“Aku menerimamu, oppa,” potong Eunha.

Chanyeol membelalakan matanya tidak percaya. “Tidak mungkin. Kau jangan bercanda, Eunha-ya. Katakan padaku bahwa kau sedang bercanda saat ini.”

Namun Eunha malah tertawa geli melihat reaksi Chanyeol. “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, oppa. Oh... atau kau ingin aku menolakmu hari ini?”

Dengan polosnya, Chanyeol menggeleng keras. Pria itu menarik Eunha  ke dalam pelukannya. “Terima kasih kau sudah mau menerimaku, Ha-ya. Kau sangat berharga bagiku. Dan aku sangat mencintaimu.”

Eunha tersenyum di dalam pelukan Chanyeol. “Aku juga sangat mencintai, oppa. Saranghae.”

Lama mereka berpelukan seperti itu, sampai akhirnya Eunha ingin melepaskan diri. Namun Chanyeol malah mengeratkan pelukannya. Semakin gadis itu berontak, semakin erat pula pelukan yang Chanyeol berikan.

Oppa... Lepaskan aku! Aku tidak bisa bernapas.”

“Tunggu sampai satu jam kemudian, baru aku akan melepaskanmu.”

“Ya! Apa kau gila?!”

“Aku gila karenamu, chagi.”

Eunha memukul dada Chanyeol keras. “Ish, berlebihan.”

“Tetapi itu memang kenyataannya. I love you.”

I love you too...”

Dan di detik selanjutnya, Chanyeol melepaskan pelukannya dan menarik tengkuk Eunha. Mereka berciuman. Ciuman pertama yang manis bagi mereka berdua di bawah indahnya sinar senja.

--FIN--

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK