Irene memulai hari-harinya dengan menulis skenario yang dia buat. Taehyun tidak keberatan ketika posisinya digantikan oleh Irene karena dia menyadari kalau dia tidak berbakat bahkan tidak berminat untuk mebuat skenario dia memang lebih berbakat dalam pengeditan film memberi efek desain yang keren. Yoongi melihat Irene yang sedang memberi sebuah nasihat dan juga masukana apa-apa saja yang di perlukan dalam peran permasing-masing tokoh bersama dengan para aktor dan aktrisnya sesekali mereka belajar bersama.
“Coba dengar ada yang kehilangan film ketika deadline telah berada dipuncak.” Seorang pria sedang berbicara menyindir Min Yoongi dan kawan-kawan diatas aula mereka adalah saingan berat Yoongi. Park Jimin dan Kim Seok Jin. Yoongi hanya diam memendam amarah pada kedua pria bersama dengan kawan se klubnya.
“Kalau kalian tidak mampu kenapa tidak bubar saja?” sindir Park Jimin. Sementara para krunya sedang mentertawakan Yoongi dan kawan-kawannya. Irene melihat Park Jimin dan juga Kim Seok Jin yang perlahan melangkah turun menemui Min Yoongi.
“Apa kabar ? ketua dan sutradara?” sapa Kim Seok Jin tertawa mengejek. “menyerahlah,klub filmmu tak akan sebagus klub film kami.” Ejek Jimin kemudian tertawa, tiba-tiba dia diam ketika melihat Irene yang berdiri disamping Yoongi. Wajahnya mengekspreskan ketidak percayaan sekaligus terkejut ketika melihat Irene, Yoongi yang mengetahui pandangan Jimin pun memengang tangan Irene dan menyuruhnya untuk bersembunyi dibalik tubuh tinggi Yoongi. “Pergilah kami sedang sibuk!” Yoongi menatap tajam.
“UUUUUUHH,Takut.” Ejek Seok Jin dan kawan-kawannya, mereka mulai satu persatu pergi kecuali Jimin yang masih berdiri menatap Irene. “Tunggu apa lagi,pergilah!” pinta TaeHyun. Jimin pun mencoba mengalihkan pandangan dan ekspresinya. Dia berjalan lurus mengikuti kawananya meski sedikit menoleh kearah belakang masih memastika apa yang dia lihat.
Semua kru Yoongi yang tadinya merapatkan barisan sekarang mulai bekutat dengan pekerjaan mereka masing-masing. Yoongi membalikkan tubuhnya, masih belum melepaskan tangan Irene. “Kau mengenal Park Jimin?” tanya Yoongi.
“Siapa itu,kenapa ?” Irene menjawab dengan santai. Yoongi masih memandangi Irene, cukup sulit baginya mempercayai seorang terutama seorang wanita. Gara-gara wanita pula proyek klub Yoongi sering kali tertunda sehingga dia terus-terusan memulai dari awal. Irene memandang wajah Yoongi.
“Lepaskan aku, kau hampir menyakiti tanganku.” Irene berusaha melepaskan tangan nya dari tangan Yoongi.
***
Yoongi pergi kesebuah gereja sebelum pulang kerumah,sementara Irene telah dia titipkan pada TaeHyun untuk mengantar Irene pulang. Yoongi duduk dibangku gereja. Tidak berdoa,tidak melakukan apapun hanya duduk mengenang kembali pesta pernikahan terakhir yang dia lihat disini. Tiba-tiba pintu gereja terbuka,terlihat seorang gadis yang nampak melangkahkan kakinya kedalam gereja. Yoongi sangat terkejut melihat yang datang adalah Irene.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Yoongi. “Sedang mencari cemilan,tentu saja berdoa,memangnya gereja punya cemilan?” jawab Irene lalu tidak memperdulikan Yoongi yang sedang duduk. Dia hanya datang menyalakan lilin dan berdoa. Setelah selesai Irene duduk disamping Yoongi.
“Siapa yang menyuruhmu duduk disini ?” tanya Yoongi. Oops Irene lupa kalau Yoongi bukan tipikal yang bersahabat “Aku akan menunggumu disini.” Gadis itu pergi kebangku belakang Yoongi. “Pergilah! kerjakan skenariomu! Buat kita menang!” Yoongi kasar. Irene tidak menangapi,dia terlalu lelah untuk berdebat dan sangat mengerti tempramen Yoongi. Sambil menunggu Yoongi , Irene membuka catatan skenarionya mana saja yang kurang lengkap atau kurang mengena Emosi para penikmat film. Hening itulah yang terjadi karena hampir 1 jam Yoongi tidak melakukan apapun hanya duduk.
“Mianhe.” Satu kata kelur dari mulu Yoongi. Irene terkejut dengan apa yang di katakan oleh Yoongi. “Aku menemukan Cinta pertamaku digereja,kulitnya putih bersih,rambutnya panjang,pipinya merah merona tapi sekarang aku tidak bisa melihat senyumanya lagi...karena dia telah berjalan ke altar dengan pria lain.” Lanjut Yoongi berbicara. Irene hanya memandangi tengkuk leher Yoongi. “AHA!” Teriak Irene, sukses membuat jantung Yoongi copot. Irene mencoret-coret sesuatu diatas kertas skenario. Lalu memandang Yoongi “Itu dia! The magic word,katakan lagi.” Pinta Irena. Yoongi merasa kesal karena Irene tidak memperhatiakn ucapanya malah sibuk menulis skenario dan meminta untuk mengulang kembali kata-kata yang tulus dalam hatinya.
“Kau ini aku sedang bercerita kau malah memperhatikan skenariomu. Aku hanya sedang ingin berkeluh kesah denganmu kenapa kau tidak memahaminya?” Yoongi naik darah. “Kenapa aku harus memahamimu?terlalu banyak bagian dari skenario ini yang harus aku pahami.” Timpal Irene dan kembali menulis sesuatu. Yoongi diam mengerutkan dahinya,Kesal.
“Setidaknya,orang yang kau cintai masih bisa kau lihat,senyumannya,kebahagiaanya dan air mata tulus dalam hatinya,meski dia telah bersama dengan orang lain.” Ucap Irene. Yoongi membalikkan tubuhnya melihat Irene yang tersenyum menyembunyikan kesedihannya. “Orang yang aku cintai sudah berada disana.” Telunjuk Irene mengarah ke langit-langit. Yoongi mengikuti arah jemari tangan Irene lalu tersadar apa yang di maksud oleh Irene. Gadis ini tiba-tiba membuat hatinya terasa tertabrak sesuatu yang tajam dan tak bisa dia jelaskan.
“Tapi aku tidak percaya kalau dia sudah berada disana, aku yakin dia masih hidup dan menepati janjinya untukku, karena itu aku datang kemari,mencarinya,hanya untuk mencarinya, jika benar dia telah berada disurga aku ingin melihat dengan jelas mayatnya.”
“Bagaimana kau tau jiak dia masih hidup? Kau jauh-jauh kesini hanya untuk mencarinya? Dan kenapa kau mencari orang yang tidak pasti datangnya?”
“Karena aku mencintainya.” Jawab Irene dengan lantang. Yoongi merasa Gadis itu terlalu percaya diri atau mungkin gila, tapi ucapan itu membuat Yoongi terdiam sejenak dan merenungi seperti itukah cinta? Atau seperti itukah obsesi? Dia tidak mengerti dengan apa yang dia dengar dan dia cermati. Pada akhirnya Yoongi memilih untuk diam.
***
Jimin berjalan menujuh rumah sakit menjenguk sesorang. Dia berjalan menaiki lift berjalan melalui ruang pengawas lantai 4 dan menyapa semua pegawainya, sepertinya sangat sering Jimin kesini sehingga dia sangat kenal dengan semua orang yang ada didalam rumah sakit itu. Jimin berhenti ruang yang dia tujuh lalu membuak pintu ICU VIP yang ada dihadapannya. Jimin menganti bunga-bunya yang sudah layu dengan bunga baru yang dia bawa. Terlihat seorang pria yag sedang terbaring lemah diatas ranjang. Pria itu sahabatnya. Tiba-tiba pintu terbuka terlihat seorang lelaki jangkung yang datang dengan membawa handuk ditangannya. Jimin berdiri dan membungkuk.
“Gwencana,duduklah.” Pria itu menyuruh Jimin untuk duduk. “Bagaimana kuliahmu ?” tanya Jung Ho Seok.”Akurasa ada berita baik.” Ucap Jimin lalu menjelaskan pada kakak sahabatnya itu. Mata Ho Seok membulat lalu melemparkan pandanganya pada adiknya yang sedang berbaring dan mendekati adiknya yang terlelap.
“Cepatlah ambil kembali apa yang terlepas darimu,jangan hanya diam disini.” Ho Seok mengelus rambut JungKook. Seperti mendengar percakapan yang dibicarakan oleh Kakak dan juga teman dekatnya Jimin,mata pria yang ada diranjang itu terbuka.
“Kau dengar,dia ada disini. Cepatlah pulih.” Ho Seok kembali mengatakan hal yang sama. Hati jungkook semakin mengebu-ngebu untuk cepat pulih.
***
Malam hari terasa dingin dalam ruangan Irene dia melihat ternyata penghangatnya sedang mati. Tengah malam dia kebinggungan mau tidur dimana, akhirnya dia memlih pndah keruang tamu dan menonton TV. Beberapa lama kemudian dia melihat Yoongi keluar dari kamarnya. Irene pura-pura Tidur diatas sofa. Yoongi yang melihat televisi yang menyala menujuh ke ruang tamu dan menemukan Irene sedang terlelap. Yoongi mematikan televisinya dan kembali lagi ke kamar.
Setelah Irene mengira semua aman dia membuka matanya sedikit tapi betapa terkejutnya Irene melihat Yoongi masih berdiri di depannya. “Apa yang kau lakukan ?” tanya Yoongi.
“Aku..aku..” Irene terbata-bata saat berbicara dia tidak tau apa yang harus diakatakan. “Tidurlah di kamarku” tawar Yoongi. Irene hanya mengaruk-garuk telinganya semoga dia tidak salah mendengar kalau Yoongi baru saja menawarkan untuk tidur bersamanya.
“Aku tau penghangat dikamar itu sering mati. Aku tidak mau kau besok kurang istirahat dan sakit dalam menggarap film kita ingat ini semua gara-gara kau.” Timpal Yoongi. Yoongi mengajak Irene ke kamarnya dan malam itu mereka tidur satu ranjang. Hanya tidur tak melakukan apapun selain tidur. Walaupun sering kali Irene mencuri pandangan ke wajah Yoongi karena terasa aneh baginya dan dia takut ditangkap polisi.
“Yoongi-sshi? Apa kita tidak akan ditangkap oleh polisi.” Tanya Irene dengan polosnya. Yoongi tersenyum miring,sangat malas membuka matanya. “Kau ini, biasanya wanita takut ketika tidur bersama seorang pria maka hal yang buruk akan terjadi padanya, seperti sifat natural seorang pria ketika berdekatan dengan wanita yaa 18+, kau malah takut dengan polisi.”
“Sebenarnya aku binggung harus takut pada yang mana dulu.” Tanggap Irene. Yoongi memiringkan tubuhnya memunggungi Irene tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Irene tapi sebenarnya dia terkehkeh mendengar ucapan polos Irene.
Pagi hari alaram Yoongi menyala,dia meraba jam wakernya dan mematikan alaramnya. Yoongi membuka matanya, sedikit terkejut melihat Irene tidur didalam lengannya. Panik tapi dia berusaha untuk tenang melihat wajah Irene begitu dekat dengan wajahnya. “Ottoke?”ucapnya pelan. Dia berusaha mendorong kepala Irene supaya turun dari lengannya tapi tidak bisa. Yoongi hanya membiarkan Irene tertidur sampai dia bangun. Biarkan dia bangun dengan sendirinya agar tidak panik. Tak lama setelah Yoongi bangun Irene ikut bangun dan seperti yang Yoongi duga pasti dia panik.
“Omo!” Irene terkejut melihat dirinya tidur dipelukan Yoongi. “Aah,chinca...” Irene mengigit bibirnya dan segera meninggalkan Yoongi sebelum Yoongi terbangun. Irene lari terbirit-birit. Saat pintu tertutup Yoongi tak kuasa menahan tawanya