home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > A Sacrifice

A Sacrifice

Share:
Author : nanda18
Published : 07 Apr 2015, Updated : 23 Apr 2015
Cast : #Jungkook bts #Suga#Irene redvelvet
Tags :
Status : Ongoing
2 Subscribes |5300 Views |1 Loves
A Sacrifice
CHAPTER 5 : Over The TopJungkook berkunjung ke kampus Jimin yang dia ingin tempati, tapi apalah daya mungkin tahun depan dia baru bisa masuk ke universitas itu. Dia menyambar tas yang tergeletak diatas kursi dan berangkat menujuh kampus Jimin. Didalam perjalanan yang dia lalui dengan sepeda dia melihat gadis berambut panjang hitam pekat,kulitnya agak kecoklatan,matanya bulat besar dan sepertinya bukan orang dari negaranya. Dia berhenti sejenak melihat gerak-gerik gadis itu yang masuk pada sebuah toko swlayan lalu tiba-tiba berganti pakaian menjadi pegawai kasir. Gadis itu semakin kurus sejak terakhir kali dia melihatnya di caffe. Jungkook masuk kedalam toko mencoba berbicara dengan gadis yang dia perhatikan sejak dia sadar beberapa waktu yang lalu. Jungkook membeli susu kedelai dan beberapa snack kedelai. Dia sudah berada didepan gadis yang dia perhatikan selama ini. “Sepertinya kau bukan orang dari negara Ini.” JungKook curiga. Gadis itu menatap Jungkook. “5.000 won tuan.” Ucap gadis itu tak menanggapi perkataan Jungkook. “Oh,bisa kau menambahkan susu kedelai lagi ? aku lupa membelikan untuk temanku.” Jungkook meminta beberapa botol susu lagi. Gadis itu langsung reflek memberikanya untuk Jungkook. “Terima kasih.” Jungkook mengucapkannya dengan bahasa Indonesia dan membuat gadis itu tercengang. Jungkook keluar dari toko dan tersenyum. Sementara gadis itu hanya terpatung melihat punggung Jungkook yang makin lama-makin berlalu. *** Irene baru saja pulang dari pekerjaannya menjadi kasir disebuah supermarket. Dia masih berfikir tentang pria yang dia temui tadi yang mengucapkan terima kasih dengan fasih. Dia teringat tentang negaranya,dia ingin pulang tapi dia masih berharap untuk bertemu Stefan. Karena bebrapa minggu ini dia hanya fokus dengan pekerjaannya dan juga membantu Yoongi dalam filmnya. Irene menghela nafas kasar dia membuak ponselnya. Menbuka situs rumah sakit paling canggi di korea. Dimanapun didaerah korea. Setelah selesai Irene menarik langkahnya dan pergi begitu saja. Dia menaiki kereta, juga berbagai kendaraan lain hanya untuk mncari stefan pada malam itu juga. Memasuki berbagai rumah sakit baik besar maupun kecil terdekat didaerahnya. Disisi lain Yoongi melihat jam didinding mengingat Irene belum juga pulang membuatnya sangat kesal. “Bisa tidak dia tidak datang terambat ataupun sibuk dengan kegiatannya,dia tidak kuliah juga tidak membuat film tapi selalu saja ada yang dia lakukan.” Gerutunya. Yoongi melihat ponselnya mencari nomor kontak Irene dan menelponenya tapi tidak ada seorangpun diujung sana yang mengakatnya, membuat Yoongi semakin kesal. Dia memutuskan untuk keluar menunggu Irene diluar. Irene masih berkutat dengan rumah sakit terdekat dia menaiki kereta dan bertemu dengan seorang pria berpakaian rapi. Didadanya tertulis sebuah nama “Kim Nam Joon” dia berdiri didalam kereta disamping Irene. “Permisi ahjusshi, apa kau seorang dokter?” tanya Irene. Pria itu melihat Iren dari ujung kaki sampai rambut. “Iya,kenapa ?” tanyanya balik. “Kau tau rumah sakit terbaik disini?” Irene mendekati pria itu pelan. “Iya, rumah sakitku bekerja di Seoul,apa kau terluka?” “Apa ada nama pasienmu yang bernama Stefanus William?” “Apa yang kau katakan...” tiba-tiba leher pria itu seakan tercekik, seraya mengingat sesuatu. “Aku rasa aku pernah mendengar nama itu.” Lanjutnya berbicara. Mata Irene membulat dia merapatkan kedua telapak tanganya. “Tapi aku tidak yakin dia masih hidup,karena seingatku dia mengalami kecelakaan hebat dan wajahnya hancur berantakan itu adalah wajah yang terluka paling mengerikan yang pernah aku lihat.” Dokter itu kembali berbicara lagi. Mata Irene berkaca-kaca berharap pria yang dicintainya itu masih hidup. “Bisa kau berikan aku alamat rumah sakitmu?” pinta Irene. Dokter itu memberikan alamat tempat dia bekerja. Irene pulang dengan hati yang legah. Irene melihat jam tanganya ini sudah hampir tengah malam. Dia masih berada d jalan kota yang masih sibuk dengan dunia malam. Irene agak takut berjalan sendirian. Tak lama dia merasa ada seseorang yang mendekatinya. Irene berjalan dengan cepet menambah kecepatannya berjalan tapi terlambat dari belakang orang itu menepuk bahunya dan membuat Irene terkejut. Dia tidak tau haruskah dia menoleh kebelakang atau tidak. “Senang bertemu denganmu disini.” Ucap seorang pria yang sedang berdiri disampingnya. Ternyata itu Jimin, dia tersenyum tulus. “Apa yang kau lakukan sendiri di tengah malam yang dingin ini?” tanyanya. Irene mengerutkan dahinya, menghela nafas kasar. Dia lega kalau itu adalah orang yang pernah dia lihat tapi dia juga kesal karena orang yang dia lihat adalah orang yang ingin mencelakai film Yoongi “Yoongi bilang aku tidak boleh berbicara dengan orang asing.” Jawab Irene melepaskan tangan Jimin dari bahunya dan berjalan kedepan. Jimin tersenyum miring. “Apa Min Yoongi itu ayahmu?” Jimin mengikuti langkah kaki Irene. “Berhentilah mengikutiku!” pinta Irene jengkel. “Ya!aku bukan orang asing, aku juga teman Yoongi atau Yoonnie.” “Ah,sok akrab.” Irene mempercepat langkahnya. Dia ingin cepat-cepat sampai dirumah agar telepas dari pengutit pria bernama Park Jimin itu. Sepanjang jalan Jimin bertanya macam-macam darimana Irene berasal,mengapa dia ada disini bahkan mengapa Irene membantu Yoongi membuat film. Irene hanya berpura-pura tidak mendengarkan. Rumah Yoongi ada didepan mata. Jimin telah mengetahui batang hidung Yoongi yang terlihat dari jauh. Mereka semakin dekat dengan rumah Yoongi. “Kau mencari Stefanus William? sudah menemukannya?” ucapan Jimin sukses membuat langkah Irene terhenti dan membalikkan badannya ke arah Jimin berdiri. Yoongi melihat dari jauh seorang gadis berdiri bersama dengan Pria disisi lain. Dia yakin kalau itu adalah Irene. Batin Irene berdecak mencaci. Astaga! mengapa pria ini mengetahui segalanya tentang Irene. Jimin melihat ekspresi wajah Irene yang terkejut. Dia berjalan mendekati Irene. “Kau tau dia berada dimana?sudah menemukannya?” Jimin berjalan maju kedepan. Yoongi yang melihat Jimin semakin mendekati Irene berlari dan mencaci dalam hatinya kenapa Irene tidak kunjung pergi dari hadapan Jimin? Apa yang mereka bicarakan?. Jimin mempercepat langkahnya. “Kau akan tau besok, selamat malam. “ Jimin mengecup kening Irene yang membuat Irene terkejut setengah mati. Kecupan itu sangat cepat sehingga Irene tidak bisa berlari dari kecupan Jimin. Yoongi yang melihat adegan itu langsung menghentikan langkahnya,kakinya gemetaran, terasa perih dalam dadanya. Menyebalkan!Park Jimin sangat menjengkelkan! Cacinya dalam hati tapi sekeras apaun yang dia katakan dalam hatinya tetap saja tidak bisa menutupi luka yang dirasakan oleh Yoongi dan gadis yang dia cintai sudah ternoda oleh bibir Jimin. Jimin meninggalkan Irene yang masih mematung dihadapannya. Irene diam dan membalikkan tubuhnya mendapati Yoongi yang terlihat berkaca-kaca melihatnya. Irene berjalan mendekati Yoongi. Irene merasa kalau Yoongi pasti melihat apa yang terjadi. Entah kenapa perasaan Irene tidak enak tapi dia mencoba bersikap biasa. Dia melewati Yoongi begitu saja menambah perih hati Yoongi, Irene pun dapat merasakan hal dirasakan oleh Yoongi tapi dia bertahan tak melihat Yoongi. Sesampainya didalam rumah Irene melepas sepatunya disusul oleh Yoongi yang tanpa menyapa masuk begitu saja kedalam rumah menujuh tangga. “Yoongi-sshi.” Panggil Irene tapi Yoongi tidak menoleh malah membanting pintu kamarnya dengan keras. *** Seorang pria sedang menunggu seseorang yang berjanji datang dengannya di sebuah caffe ternama. Dia mengenakan jas hitam pekat beserta setelan yang rapi. Dia meneguk kopi panasnya. Cukup panas hingga bisa membakar bibirnya. Beberapa menit kemudian seorang wanita memakai blazer rapi menghadap tepat ditempat duduk kosong yang ada di depan pria yang sedang menikamti kopinya. “Stefan masih hidupkan ?” tanya pria itu membuka pembicaraan. “Iya.” Jawab wanita itu singkat. Dia adalah Ibunda Stefan. Ayah Irene ingin mengklarifikasi sekaligus mengintrogasi. Ayah Irene menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. “Putrimu tidak akan pernah bertemu dengan putraku.” Tambah Ibunda Stefan. “Putriku mencarinya hingga ke korea, meninggalkan Universitas yang aku pilih demi pria yang meninggalkanya, semenatar di Korea dia tinggal terkatung-katung dengan Pria berkebangasaan Korea, tinggal satu rumah dan aku tidak tau apa anakku masih perawan atau tidak.” Ayah Irene mempertemukan kedua telapak tangannya. “Mungkin dia sama murahannya dengan Ibunya diwaktu muda dulu.” Tanggap Ibunda Stefan. “Dengar, ini untuk kedua anak kita, aku tidak mau mereka saling bertemu apapun yang tejadi, jika benar Stefan masih hidup dan dia masih mendekati Irene aku akan tetap memisahkannya. Karena aku tidak mau berususan denganmu.” Ibunda Stefan diam tak menanggapi dan berlalu begitu saja tidak peduli tentang pembicaraan omong kosong yang dilakukan oleh Ayah Irene. Ayah Irene dan Ibu Stefan memilik hubungan yang buruk semenjak remaja. Sebelumnya mereka merupan pasnagan kekasih, tapi karena penghianatan sau sama lain mereka berpisah dan mulai bersaing dalam dunia bisnis. Ibunda Stefan tidak mau Stefan menjalin hubngan dengan Irene karena selain dia anak mantan kekashnya yang kejam, Irene juga anak hasil dari hubungan terlarang ayahnya dengan wanita lain. Dia tidak mau nama perusahaannya jatuh hanya kerena mendengar kalau anaknya Stefan menjalin hbungan dengan anak haram. *** Yoongi mendiamkan Irene beberapa hari,dia tidak mau makan bersama Irene maupun berbicara dengan Irene. Tidak ada komunikasi yang terjadi antara mereka berdua. “Apa kau marah ?” Irene bertanya pada Yoongi yang berjalan dihadapannya. Yoongi menoleh kebelakang. “Untuk apa aku marah padamu ?” Yoongi bertanya kembali. Irene hanya diam. Jungkook mengelilingi kampus Jimin dengan sepeda dan melihat seorang gadis yang dia lihat di supermarket beberapa hari yang lalu. Dia turun dari sepedanya mengambil gambar gadis yang sedang duduk dibawah pohon. Sementara Irene masih saja duduk berdiam diri tidak melakukan apapun kecuali memikirkan ekspresi Yoongi beberapa hari yang lalu saat Jimin mencium keningnya. Bola mata Irene berputar melihat sekelilingnya,anehnya tidak ada Jessica yang dia harapkan untuk muncul padahal Irene sering sekali datang ke Universitasnya tapi tak kunjung bertemu dengan Jessica. Saat Irene berbalik, dia melihat mata lensa kamera sejengkal jari dekat dengan wajahnya. Itu adalah pria yang menggunakan bahasa Indonesia kemarin yang dia temui di supermarket. “Apa yang kau lakukan ?” tanya Irene. “Mengambil gambarmu.” Jawab Jungkook. “Mana mungkin mengambil gambar sedekat ini, ini namanya mengambil gambar bulu hidungku.”Irene mendorong lensa kamera yang ada dihadapannya. Jungkook tertawa geli. Yoongi melihat aktivitas kedua orang yang sedang duduk dibawah pohon itu. Dia hanya bisa mengelus dada dan pergi untuk menyelamatkan hatinya. Jungkook masih duduk bersama dengan Irene. Mereka duduk bersama becanda tawa tapi tidak mau mengenalkan diri satu sama lain. JungKook beralasan tidak penting mengetahui namanya sementara Irene beralasan tidak penting mengetahui namanya karena dia tidak akan lama tinggal disini. “Aku rasa kau tidak perlu mengetahui namaku, karena aku tidak akan lama berada disini. Setelah proyek temanku selesai dan orang yang aku cari tetap tidak ada. Aku akan kembali kenegaraku.” “Kau mencari seseorang?” Jungkook ragu-ragu bertanya. Irene hanya mengangukkan kepalanya. Jungkook menatap wajah Irene yang terlihat sedih tapi berusaha untuk tegar. “Apa orang itu sangat penting bagimu ?” tanya Jungkook lagi. “Tentu saja, ada yang bilang dia sudah ada di surga Tapi aku tidak percaya kalau dia sudah berada di Surga, aku yakin dia masih hidup dan menepati janjinya untukku, karena itu aku datang kemari,mencarinya,hanya untuk mencarinya, jika benar dia telah berada disurga aku ingin melihat dengan jelas mayatnya.” Sesaat Jungkook hanyut dalam cerita Irene dan tanpa sadar menteskan air mata tapi dia cepat-cepat mengusap airmatanya dan berpura-pura baik-baik saja dihadapan Irene. Gadis itu menatap mata kecoklatan Jungkook membuatnya mengingat akan seseorang yang dia kenal, seseorang yang dia cinta tapi Irene segera menyadarkan dirinya kembali dengan mengalihkan matanya kearah lain. “Alasanku, aku tidak ingin memberi tahu namaku karena usiaku tidak lama lagi.” Jungkook menahan airmatanya yang hampir saja tumpah. Irene hanya memandanginya diam tanpa ekspresi. Sangat mengejutkan bertemu dengan seorang pria yang usianya tidak lama lagi. Irene mengalihkan pandangannya dari wajah pria yang baru saja dia temui. “Wah, senang bertemu denganmu, sangat mengejutkan sekali.” Gadis itu mengangguk paham “Aku bertengkar dengan temanku, apa aku harus meminta maaf?” tanya Irene. “Tentu saja jika kau merasa itu salah.” Tanggap Jungkook. Irene beranjak dari tempat duduknya,dia memutuskan untuk memulai berbicara dengan Yoongi. “Terima kasih,aku tidak tau namamu, juga tidak pernah betemu dengamu sebelum hanya ketika ditempatku bekerja tapi aku rasa aku sangat nyaman berada didekatmu dan aku merasa aku sudah kenal lama dengamu.” Irene berpamitan pergi. Jungkook hanya melihat gadis itu berlalu. Setelah bayangan gadis itu pergi, Jungkook tidak tahan menahan kesedihan yang dia rasakan dia menengelamkan wajahnya didalam lututnya yang ditekuk. Sepasang mata melihat Jungkook yang sedang menegelamkan kepalanya. Sepasang mata itu menghela nafas kasar,berusaha berfikir apa yang harus dia lakukan untuk teman dekatnya itu. *** Irene berjalan menujuh Yoongi yang sedang berada di basecamp membaca skenario dan berfikir tentang pengambilan gambar yang baik seperti apa. “Yoongi-sshi.” Panggil Irene. Yoongi mendengar panggilan itu hanya diam dan memunggungi Irene. “Mianhe-yo, aku sering pulang terlambat tapi saat digereja sudah aku katakan padamu bahwa aku mencari seseorang. Aku tidak ada hubungan apaun dengan Jimin sungguh, aku juga tidak akan mebocorkan apapun tentang skrip kita.” Jelas Irene. Yoongi mentup skenario yang bru saja dia baca. “Terserah apa katamu aku tidak peduli.” Yoongi pergi dari hadapan Irene membuat hatinya semakin terluka. Irene selalu tidak senang ketika Yoongi tidak mempedulikannya tapi dia juga merasa aneh kalau Yoongi terus-terusan memperhatikannya. Yoongi keluar dari basecampnya berjalan di lorong Universitas dan berpapapasan dengan Jimin. Keduanya saling memandangi satu sama lain. “Berhentilah menyiksa Irene, pergilah dari hadapannya karena telah ada orang yang memilikinya.” Jimin membuka pembicaraan yang kaku. Semakin kaku saat kedua pria itu saling memandangi dengan wajah yang tidak ramah. “Telah ? tidak mengejutkan pasti itu adalah kau. Kau sama halnya dengan kakakmu Park Chanyeol. Sesuka hati memainkan hati wanita, sesuka hati merebut seseorang yang aku sukai. ” Ujar Yoongi. “Kakakku tidak pernah mengambil apa-apa darimu, kau terlau lemah untu wanita berusia 29 tahum.” Sangakal Jimin membuat Yoongi semakin jengkel. Yoongi mengepalkan tangannya, sementara Jimin masih menatapnya dengan tatapan yang tajam. Ingin sekali Yoongi memukul Jimin tapi dia menahan perasaannya,karena ini saat yang tidak tepat baginya. Pria bermarga Min itu akhirnya berlalu pergi. Yoongi mengandeng tangan Irene dan mengajaknya keluar. Irene yang tidak tau apa-apa hanya diam saja saat Yoongi mengandeng tanganya. Yoongi kembali lagi melewati Jimin kali ini Yoongi mengalungkan lenganya di leher Irene, membuat Irene sesak nafas dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada Yoongi sesaat dia terlihat kasar,sesaat terlihat lembut, sesaat telihat sangat melindunginya. Mereka berjalan keluar kampus lama kelaman Yoongi melepaskan tangannya dari leher Irene. “Ayo pulang.” Yoongi mengajak Irene pulang. Baru hari ini dia melakukan hal yang tidak pernah dialakukan pulang bersama. Ditengah perjalannan Irene sedang membolak-balik naskanya. Mata bulatnya berkeliling membaca huruf korea yang ada dalam teks. “Selama ini syuting berjalan dengan lancarkan ?” tanya Irene , Yoongi hanya mengangguk diam. “Bagian akhir agak aneh.” Sepertinya Yoongi sudah mau untuk berbicara dengan Irene. “Kenapa keduanya tidak boleh bersama ?dan tidak ada kata aku mencintaimu.” Lanjut Yoongi memasukkan tangannya di kantung jaketnya. “Bukan begitu, mereka bersama tetap menjadi temankan? Ah, aku benci-benci-benci.” Timpal Yoongi seakan tidak ingin mengetahui apa yang ingin ditulis oleh irene dalam naskah “Apa orang yang mencintai harus selalu bersama ?” tanya Irene. “Tentu saja.” Tangapnya singkat. “Kau ini kekanak-kanakan.” Ejek Irene. “Hey,hey,hey siapa yang anak kecil disini bukankah kau lebih muda dariku 3 tahun? Harusnya kau memanggilku Oppa.” Balas Yoongi. “Ayo cepat lakukan, Oppaaa?” pinta Yoongi. Irene tersenyum mengejek. “Ya!ya! apa yang baru saja kau lakukan?” Yoongi menaikan nada bicarannya. “Aku tidak mau melakukannya terlalu imut,harusnya aku memanggilmu dengan sebutan Eonni.” “Eonni?” Yoongi mengerutkan dahinya memandangi gadis yang ada dihadapannya dengan tidak senang. Gadis itu mengambil topi Yoongi lalu berlari terlebih dahulu dengan wajah yang menegejek. “Kau ingin mati ya!” teriak Yoongi menarik langhaknya untuk berlari mengejar gadis berkulit kecoklatan dan memiliki tinggi 162 itu. Hari itu perasaan Yoongi yang kaku,perasaan Yoongi yang sakit ataupun kekhawatirannya akan sebuah Film yang belum dia selesaikan ditambah para krunya yang di ambil Jimin dengan cara sabotase. Seperti keajaiban hilang, yang ada hanyalah perasaan bahagia bersama dengan gadis yang baru dia kenal bebrapa waktu lalu tinggal bersamanya,merawatnya dan membantunya untuk tetap percaya pada dirinya sendiri.
POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK