“Aku tidak bisa meneruskan lagi, aku ingin pergi, aku tidak bisa bertahan lagi.” Seorang pria berkebangsaan indonesia setengah Australia mengengam tangan Irene. Membuat Irene meneteskan airmata. “Aku tidak mau kau pergi,tolong jangan pergi Stefan, tolong..” pinta Irene tapi Stefan tidak mengengar kan ucapannya dia memungungi wajah Irene dan terus berjalan,terus sampai bayanganya hilang.
Irene membuka matanya,menyadari bahwa itu hanyalah mimpi. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Ada perasaan sakit dan sesak yang tertinggal di dadanya mengingat kembali pria yang ada dalam mimpinya. Irene mengusap wajahnya lalu pandanganya beralih melihat Jessica telah tertidur pulas. Dia menyelimuti tubuh Jessica dan membersihkan sampah tisu yang dibuat oleh Jessica. Jam menunjukan pukul 6. Irene mulai bersiap untuk pergi dan meninggalkan sepucuk surat pada teman baru sekamar dan sesukunya, atau sahabat barunya yang baru dia kenal dalam waktu dua hari.
Irene melangkahkan kaki keluar asrama. Dia memakai topi hangat juga syal yang berwarna senada. Berharap hari ini dia bisa bertemu dengan Min Yoongi dan menerima permintaan bekerja sama dengannya. Irene menunggu di depan Universitas bersama dengan koper yang dia bawa. Sekitar pukul 11 setelah hampir 4 jam Irene menunggu akhirnya Min Yoongi yang dia tunggu-tunggu datang juga.
“Min Yoongi-sshi.” Sapa Irene pada pria itu tapi Min Yoongi pura-pura tidak melihatnya malah memilih bersembunyi dibalik craftnya. Tanpa Irene sadari dua pasang mata telah memandanginya dari tadi. Dua pasanga mata itu memandang Irene yang tertatih-tatih membawa barang-barangnya. Irene cukup sedih dengan penolakan Min Yoongi. Dia hanya bisa menarik nafas dan mengeluarkannya dengan kasar tapi dia tetap gigih mengikuti Min Yoongi yang sedang sibuk dengan dirinya sendiri. Dia mengkuti tepat dibelakang Min Yoongi tak lupa membawa kopernya. Min Yoongi masuk kedalam ruangan sementara Irene menunggu diluar. Sekitar 3 jam Irene menunggu, Min Yoongi dan kawan-kawan keluar.
Yoongi sangat terkejut melihat Irene yang berada di depan pintu begitupulah TaeHyun tapi tetap saja meskipun Irene tersenyum lebar dia tetap ditolak oleh Yoongi. TaeHyun menatap Irene Lirih dan melihat tas koper yang dia bawa semakin dia merasa lirih seperti ada panah tajam yang menusuk hatinya.
“Kau yang kemarin kan ?” tanya TaeHyun. Irene melempar pandangannya pada sumber suara. “Ne, annyeonghasseo. ” Irene membungkuk sopan.
“Kemarilah akan aku beri kau pekerjaan.” TaeHyun menyuruhnya untuk masuk kedalam ruangan. Dia menyuruh Irene untuk menaruh kopernya sementara didalam bascam clubnya. Lalu menyuruh Irene untuk mengangkat beberapa tripot yang ada untuk membawanya kedalam mobil. Irene mengikuti proses pengambilan gambar meskipun tidak seperti dia bayangkan dia hanya bisa menjadi pembantu umum, bersih-bersih mencarikan makanan, Membuatkan kopi,Meski demikian Yoongi tidak pernah meminta apapun padanya. Dia hanya diam sibuk dengan apa yang dia kerjakan.
“Apa kau haus? Aku ambilkan minum? Kau lapar?” pertanyaan itu sudah hampir 10 kali di ucapkan oleh Irene setiap 30 menit sekali. Selama satu hari penuh Irene membantu proses syuting. Badannya pegal-pegal. Dia mengangkat apapun yang bisa dia angkat dan melakukan apapun yang bisa membantu kru yang lain. Akhirnya senja pun tiba. Pengambilan gambar telah selesai. Irene mengambil barangnya di basecamp tempat dimana dia meninggalkan kopernya, tapi dia binggung sekarang dia harus pergi kemana? Dia tidak tau tempat apa ini ditambah kebutuhan uangnya yang mungkin dalam beberapa minggu kedepan akan menipis dia butuh pekerjaan dan tempat tinggal. Irene duduk di kursi Basecamp. Memukul-mukul kaki dan bahunya yang kelelahan. Tiba-tiba Yoongi datang tanpa disadari oleh Irene. Dia melihat Irene beserta tas kopernya. Yoongi ingin mengacuhkan Irene tapi dia ingat sesuatu tentang kemarin kalau program yang dia ikuti sudah dicabut dan tidak bisa masuk ke asrama lagi. Lalu dimana Irene tinggal? Yoongi menghela nafas, batinnya berkata jika kali ini dia akan menemukan masalah baru.
“Pulanglah denganku.” Ucap Yoongi membuat Irene mendongak ke arahnya, Irene hanya terkejut saja mendengar ucapan Yoongi tapi tidak menanggapi apa yang dikatakan olehnya. Irene terlalu lelah untuk berbicara. Yoongi menarik koper Irene. Semoga ini adalah keputusananya yang tepat bagi Yoongi.
“Tunggu.” Tahan Irene memegangi kopernya. “Mana mungkin,dinegaraku pria dan wanita yang tinggal bersama dalam satu rumah tanpa status akan ditangkap oleh polisi.”
Yoongi tersenyum miring. “Di negaraku , pria dan wanita yang tinggal bersama dalam satu rumah tanpa status itu tidak masalah. Kajja!” Yoongi mencoba menggeret koper Irene, tapi Irene tetap memeganginya.
“Aku tidak akan melakukan hal yang macam-macam. Kajja!” kali ini Yoongi menyuruh Irene berdiri dan mendorongnya keluar basecamp.
***
Mereka menaiki Bus bersama, tanpa ada sepetah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Yoongi sibuk dengan pemandagan di jendela begitupula Irene yang memilih duduk dibelakang Yoongi.
“Kita Sudah sampai.” Yoongi melihat kebelakang memandangi Irene yang sudah tertidur pulas. Yoongi menghela nafas kasar dan mencoba membangunkan Irene. Meski berhasil membangunkan Irene, dia tetap kesulitan membuka mata sehingga Yoongi harus memeganginya dalam perjalanan. Saat sampai diapartement Yoongi, Irene masih enggan membuka matanya hingga Yoongi Harus menunduk mencopot sepatunya.
“Kau tau, kau wanita pertama yang membuatku mencopot sepatumu, dan kau benar-benar bukan seleraku.” Gerutunya pada Irene. Yoongi mengantar Irene ke kamarnya. “Tidurlah, aku tidur diiat...”
“BRUUK ..” Irene sudah terjun diatas kasur tak peduli dengan omongan Yoongi. Lalu Yoongi membenarkan posisi tidur Irene,dan meninggalkannya. Yoogi memandangi wajah Irene, dia cukup cantik untuk menjadi orang korea. Kulitnya sawo matang kecoklatan seperti Hyorin SISTAR, rambutnya ikalnya sangat cocok untuknya. Bibir irene juga sangat mungli dan manis. “Deg” jantung Yoongi berdegup dengan cepat. Yoongi langsung mengalihkan pandangannya langsung pergi menujuh pintu. Dia berjalan menujuh kamarnya yang ada dilantai atas tak jauh dari kamar Irene. Matanya berkeliling melihat rumahnya lalu berangkat untuk tidur.
***
Pagi hari Yoongi sudah bersiap-siap rapi, tapi belum tau bagaimana keadaan Irene. Dia turun dari tangga melihat Irene sudah menyiapkan sarapan pagi pancake. Yoongi berjalan ke meja makan lalu duduk diikuti oleh Irene tanpa mengatakan apapun mereka makan bersama.
“Terima kasih sudah menampungku.” Irene mengawali pembicaraan. Yoongi hanya diam memandangi Irene sambil memainkan makanannya. “Siapa namamu?” tanya Yoongi.
“Irene.” Jawabnya. “Kau berasal dari mana?” tanya Yoongi lagi. Irene hanya diam dan memberi senyuman. “Aku dari Indonesia.”
“Oh,aku pikir kau orang Thailand.” Celtuk Yoongi
“Baiklah apa yang akan kita lakukan hari ini?” tanya Irene bersemangat.
“Pulanglah.” Jawab Yoongi sontak membuat Irene terkejut. Yoongi sama sekali tidak memikirkan perasaan Irene,dia melakukan ini untuk Yoongi tapi Yoongi selalu tidak memandangnya. Irene tertunduk, dia melaukan hal ini karena merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Meskipun dia mengganti laptop TaeHyun, gambar yang telah diambil tidak akan pernah kembali jika Irene tidak membantu Yoongi. Irene diam “Baiklah, aku akan pergi.” Irene mendongak menatap Yoongi. “Tapi beri aku waktu sebentar saja,aku ingin pergi ke suatu tempat.”
“Baiklah, tapi aku tidak akan menemanimu.”
“Okey.”
***
Ditempat yang berbeda seorang wanita memakai blazer berwarna hijau zambrud duduk bersama dengan berbagai macam dokumen yang haru dia selesaikan di hari itu juga. Dia menyilakan kakinya bersama dengan kedua tanganya lalu meletakkan punggungnya pada sandaran kursi. Dia memandangi foto yang ada di meja kerjanya. Tiba-tiba seseorang datang.
“Aku telah menemukannya.” Pria itu memberi beberapa lembar foto. Wanita itu hanya tersenyum sinis melihat seorang gadis yang ada dalam foto membawa koper berada di negara yang belum dia kenali. “Terima kasih Pak Budi, apa dia mencari sesorang disana?” tanyanya.
“Sejauh ini dia hanya pergi ke Universitas dan juga membantu jalannya syuting film kegiatan salah seorang mahasiswa? Baguslah,katakan pada pengawas agar terus mengawasi anak itu jangan sampai dia bertemu dengan Stefan.”
“Baiklah Nyonya.” Pria itu membalikkan badanya dan tiba-tiba berhenti ketika dia teringat sesuatu. “Pengawasku bilang dia dicopot dari program yang dia ikuti ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Dia akan kembali ke Indonesia atau pergi menemui stefan.”
Mata wanita itu terbelalak, mendengarnya tapi sesaat kemudian menjadi tengan kembali dan tersenyum sinis. “Apapun yang dia lakukan awasi saja,aku tidak yakin daia akan bertemu dengan Stefan secepat itu.”
“Baiklah.”
Wanita itu masih memandangi foto yang dia pegang kadang terasa sangt skit mengingat kembali masa lalu yang dia rasakan. “Aku tidak ingin kau merasakan sebuah cinta ataupun kasih sayang dari orang-orang terdekatmu. Apapun yang terjadi.” Ucapnya sambil memeras foto tersebut dan membakarnya.
***
“Dimana rumah sakit tebaik disini?” tanya Irene sambil membereskan piring makanan.
“Kenapa ? kau sakit?” tanya Yoongi datar.
“Anniyo, katakan saja aku harus lewat mana ?” jawab Irene. Yoongi pun memberikan petunjuk pada Irene bagaimana cara pergi kesana. Meski begitu Irene juga masih tetap harus bertanya pada orang-orang disekitarnya.
Ketika Irene berangkat Yoongi masih ada didalam rumah dia menuangkan kopi kedalam cangkir berusaha membaca skenario yang dibuat oleh TaeHyun tapi hatinya resah ketika mengingat Irene pergi ke rumah sakit dia takut Irene tersesat atapun dia sakit parah tapi dia tidak memberi tahunya lalu di tengah jalan Irene pingsan. Dia mengambil jaket yang berada di dekat tempat duduknya,menyusul Irene menggunakan bus yang hampir saja meninggalkannya untungnya dia sempat berlari dan mengebrak pintu bus sehingga dia masih bisa naik.
Irene telah sampai dirumah sakit terbaik di Korea Selatan mulai bertanya pada pegawai yang ada dirumah sakit. “Annyeonghasseo, ada pasien yang bernama Stefanus William ?”
“Akan saya cek.” Pegawai itu mengngotak-atik mousenya mencoba mencari daftar nama pasien yang bernama Stefanus William. Dalam hati dia berharap sekali Stefan ada disini. “Mohon maaf , tidak ada pasien yang bernama Stefanus William disini.”
Jawaban itu membuat Irene agak kecewa tapi mau bagaimana lagi. Irene berusaha bertanya mengecek apakah memang ada anak yang yang bernama Stefanus William lagi di ruang ICU,atau VIP ICU ataupun di ruang biasa, dokumen para pasien bebrapa tahun yang lalu juga Irene meminta agar para pegawai itu mencarikanya tapi jawaban sang pegawaipun tetap tidak ada. Irene tertunduk semakin kecewa. Dia datang untuk mencari Stefan. Short programnya sudah di cabut, semua rencana awalnya musnah dalam 2 hari. Gadis berambut hitam pekat itu berjalan menujuh lorong rumah sakit yang mengarah ke pintu utama rumah sakit.
Dia menatap jedela besar yang ada di rumah sakit, melihat salah satu ruangan anak-anak yang dirawat di rumah sakit tertawa bersama melihat badut yang melakukan sebuah permainan. Permainan itu membuatnya sedikit tersenyum tingkah laku sang badut sangatlah lucu. Sesaat dia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Saat Irene melihat kearah samping kanannya ada seorang pria yang memandanginya dari jauh,matanya berkaca-kaca,sedikit membuat Irene binggung. Gadis itu mengaruk tengkuk lehernya. Dia mencoba menoleh kanan-kiri-belakangnya barang kali pria itu melihat orang lain, tapi dia salah tidak ada seorangpun selainnya. Dia langsung segera menarik langkah keluar dari rumah sakit,saat sampai di depan dia melihat Yoongi yang berlari terengah-engah bediri dihadapannya.
“Apa yang kau lakukan Yoongi-sshi?” tanya Irene. Yoongi menatap Irene mencoba menata nafasnya untuk berbicara. “Aku lupa memberi tahu nama busnya.”
“Bukankah kau sudah memberi tahuku tadi ?”
“Benarkah ?” Yoongi tidak mengerti apa yang dia lakukan disini yang jelas dia hanya khawatir dengan keadaan Irene tapi tidak mau mengataknya langsung. Irene merasa ada orang melihatnya dia menenggok kebelakang ternyata pria yang sama memandanginya lewat jendela. Irene berbalik menghadap Yoongi. Memayungi wajahnya dengan kedua tangannya. “Kajja!” Ajak Irene terburu-buru. Mereka pergi dari rumah sakit,sementara pria itu melihat Irene dari jendela masih enggan beranjak dari tempatnya.
***
“Jung Jungkook-sshi, kau tidak boleh berada diluar ruangan.” Ucap seorang dokter yang sudah mencarinya kemana-mana. Pria yang dipanggilnya Jung Jungkook itu hanya diam memandangi sesuatu diluar jendela,seakan tidak mau beranjak. Jari-jarinya menyentuh bayangan tubuh seorang gadis yang berlalu,seakan dia ingin meraih gadis yang semakin lama bayanganya menghilang dari depan kaca. Sang dokter menatap kearah pandangan Jungkook,dia melihat seorang gadis sedang berjalan dengan seorang pria. Sang dokter tersenyum.
“Oh,kau ingin jalan-jalan bersama dengan kekasihmu ? nanti setelah pengobatan ini kau akan sehat dan bertemu dengan kekasihmu lagi,kau bisa berjalan-jalan sesuka hatimu.” Dokter itu menuntun Jungkook pergi kedalam kamarnya meski pandangan Jungkook masih berada di luar jendela. Dia masih tetap ingin berada diluar berlari dan bergembira seperti remaja seusiannya. Setelah sampai di kamarnya Jungkook berbaring diatas ranjangnya,membiarkan semua orang berseragam putih itu memeriksa dirinya, menusukkan berbagai jarum pada tubuhnya dan memberikan dia makan beserta obat-obatannya,setelah selesai semua pasukan putih itu pergi dan hanya ada sesorang yang tinggal bersamanya sekertarisnya. Jungkook masih tetap terdiam dan tanpa sengaja menitihkan airmatanya. Berharap hidupnya berubah,dia ingin bebas seperti anak remaja lain yang dengan senang hati bermain tanpa harus melihat dirinya ditusuk oleh berbagai macam jarum dan obat yang setiap hari dia minum.
“Apa aku bisa hidup dokter?” Tanya Jungkook. Dokter Kim Namjoon memandangi pasiennya lirih. Lalu merubah ekspresi wajahnya dengan senyumman. “Tentu.”
***
Min Yoongi masih berjalan bersama dengan seorang gadis gila asal indonesia. Mereka kembali pulang kerumah Min Yoongi. Irene langsung pergi kekamarnya dan mengemasi barang-barangnya. Saat dia kembali menghadap Min Yoongi dia telah siap dengan kopernya. Irene menarik nafas panjang mengumpulkan kebranian untuk melepas segala hal yang memang selalu enak dia rasakan di jakarta sekarang berbanding terbalik selama bebarapa jam terakhir dia harus mengangkat kopernya pergi ketempat lain. Yoongi sedang mengangkat telpon dia sengan sibuk dengan dunianya sementara Irene duduk memandangi sebuah skenario yang ada di atas meja,disamping gelas kopi sisa Yoongi minum, selagi dia bosan menunggu Yoongi yang sedang mengangkat telepon dia membaca skenario, lalu dia melihat pembuatnya adalah TaeHyun anak yang dia tabrak kapan lalu. Sesaat Irene larut dalam skenario yang dia baca. Yoongi masih menempelkan telpon gangamnya di telinga kanannya ,dia mendapati Irene membaca skenario buatan TaeHyun. Lalu segera menutup teleponnya, mengambil skenario yang ada di tangan Irene.
“Apa yang kau lakukan ?” tanya Yoongi.
“Aku rasa penulis kurang memberikan karakter yang jelas pada kisah percintaan tokohnya, aku tau itu sad story tapi kenapa sad story harus membuat mereka bersama.”
“Apa maksudmu?”
“Akan lebih menarik ketika mereka hanya saling memandangi satu sama lain di cahaya bulan di musim dingin menari bersama dengan lampu-lampu taman,dan biarkan meraka saling merasakan kebahagiaan didekat orang yang dia cintai tanpa harus mengatakan aku mecintaimu. Skenario itu harus senatural mungkin. Cobalah apa yang aku sarankan. Aku pamit dulu ya.”
Irene mengangkat kopernya. Yoongi hanya diam mencerna apa yang dikatakan oleh Irene.
“Tunggu.” Cegah Yoongi. Langkah gadis itu terhenti sejenak,dan menoleh kearah Pria berwajah oriental tak jauh dari tubuhnya. “Aku rasa kau benar,aku membutuhkanmu.” Lanjut Yoongi berkata. Irene tersenyum tipis.