home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hello, Manager Kim

Hello, Manager Kim

Share:
Author : larasatityass
Published : 01 Apr 2015, Updated : 31 Mar 2016
Cast : EXO Member | EXO Manager | Kim Shin Neul (OC) | WINNER member | Park Janeul (OC) | Woo Jiho aka Zico
Tags :
Status : Complete
4 Subscribes |26282 Views |11 Loves
Hello, Manager Kim
CHAPTER 9 : Oh Sehun Lover

“Oh Sehun!,”aku menarik lengannya, berhasil membuat tubuhnya berbalik sebelum masuk ke dalam kamar. Layar telepon genggam yang masih menyajikan pemandangan kontak ‘Manager WINNER Park Janeul’ kuarahkan ke wajahnya yang menatap seakan tak tahu apa-apa. “Ya! kau kan yang terakhir memegang ponselku tadi. Ini kenapa nomornya...,”aku berhenti bicara melihat tingkahnya yang hanya mengangkat bahu dengan wajah tengalnya, ‘percuma Shin kau berargumen dengannya’. Aku menghela nafas, kemudian mencoba berbicara lagi dengannya. “Kalau orang ini tidak suka bagaimana?”

“Ani,”dia menggeleng dengan pede-nya. “Siapa yang berani menolak Oh Sehun,”perkataannya sungguh membuatku mual, bahkan tiba-tiba aku terkena vertigo.

 “Lihat! Dia belum membalas pesanku. Pasti dia marah,”aku memperlihatkan sekilas pesan yang aku kirim kepada Janeul sejak tadi.

To: Manager WINNER Park Janeul

Janeul-ah, mian. apa ada anak EXO yang menghubungimu? Sepertinya ada yang mengambil nomormu dari ponselku.

 

“Ya! Nunna! Kenapa kau jadi memarahiku? Pesanku saja belum ia balas. Jangan-jangan kau salah simpan nomor, lalu ternyata itu nomor fansku, dan ia sekarang sedang menunjukkan pada EXO-L lain...,”racaunya terus tanpa henti.

“Ya! kenapa jadi aku yang salah?,”aku menghentakkan kaki, tak terima dengan dugaannya yang sama sekali salah. Suara notifikasi pesan masuk membuyarkan perdebatan kami, sekilas tertulis nama Janeul di layar ponselku, membuat Sehun juga ikut mengintip. “Lihat apa kau?,”aku segera menarik ponselku dan membaca balasan dari Janeul.

From: Manager WINNER Park Janeul

O. Maaf aku baru cek ponselku. Kurasa anak asuhmu salah menghubungi orang.

“Lihat,”aku menyodorkan bukti balasannya yang tidak ditanggap baik oleh Janeul, memoles senyum senang di wajahku, namun segera terganti saat mimik Sehun mengatakan sesuatu yang membuatku panik.

“Apa kau sudah merasa enakan? Mau kumainkan lagu lagi? Kang Seungyoon,”tawa Sehun meledak, ‘Dia membaca pesanku? Ada yang baru masuk?,’ sebuah notifikasi masuk benar ada, pesannya berhasil membuatku berpikir sejenak, ‘Ige mowya?’.

+82 12 XXX XXXX

 Apa kau sudah merasa enakan? Mau kumainkan lagu lagi?

-Kang Seungyoon

Selesai membaca pesan singkat itu, tangan Sehun berhasil meraih ponselku dan melayangkannya di udara. Membuatku melompat untuk meraih ponselku yang ia pegang dengan tangan panjangnya. Ia berlari menuju kamar Youngjun sunbae, menggoyang-goyangkan dan tersenyum menggoda. “Mau aku beritau Youngjun hyung, atau kau bantu aku mendekati manager Park,”tanpa berpikir panjang, aku segera mengangguk dan mendapatkan ponselku. “Anak baik,”goda Sehun lagi, kali ini dengan elusan di kepala bak anak anjing yang menurut.

“Ya!,”teriakku dengan perlakuannya yang tak tau sopan santun.

“Anyeonghasaeyo,”sapa seorang perempuan dari arah belakang kami.

“O? Kau kan yang tadi bilang managerku menarik?,”aku menatap heran ke arah Sehun, mendengar pernyataan lelaki yang berdampingan dengan Janeul. Manager utama itu pun langsung menoleh ke arah sang rapper WINNER, ia menganggukkan kepala, memastikan kepada Janeul bahwa benar Sehun yang berkata seperti itu.  “Benar, dia tadi bilang saat kami bertemu di atas panggung,”aku kembali menatap Sehun dengan tatapan murka, sedang Janeul menatap Sehun dengan tatapan bingung. Laki-laki bernama Minho itu terkekeh dibelakang Janeul, membuat Janeul tak mampu meraih wajah anak asuhnya, kemudian berubah seakan tak mengenal Sehun sesaat Janeul menatapnya lagi. Namun secara jelas aku dapat meraih wajahnya yang tengah menggoda sang manager.

“Y...Ya!,”bentak Sehun seakan tertangkap basah. Mino tampak terkekeh tanpa suara di belakang Janeul. “Ah,”Sehun merenggangkan tubuhnya. “Aku lelah manager Kim. O, Anyeong,”Sehun berjalan cepat menuju kamarnya sedangkan aku mengangkat bahu dengan senyum canggung.

“Jinja Janeul-ah,”Janeul menatap tajam Mino yang terus memberi penjelasan. “Dia benar berkata seperti itu. kau tidak percaya padaku?,”tambahnya bersikeras meskipun tubuhnya dipaksa masuk ke dalam kamar oleh Janeul. “Wuah! Kau benar-benar. Ya! Park janeul!,”suara teriakan Minho terdengar sesaat pintu kamar akan tertutup, dan masih berlanjut, membuat Janeul menatapku canggung. Aku pun juga hanya bisa mengusap tengkuk leherku, karena tak tahu apa yang harus aku katakan.

Kaki kiri Janeul menendang pintu yang masih terdengar suara teriakan dari dalam kamar, seakan menyuruh untuk berhenti meneriakkan namanya, “Maaf, kurasa Mino kebanyakan minum sake tadi,”ucap Janeul yang terlihat sangat kikuk. “Aku ke kamar dulu ne manager Kim~,”Janeul membungkuk sempurna dihadapanku, kemudian meraih knop pintu disebelahnya dengan segera. “Ya! Song Minho!,”suara teriakan Janeul dari dalam kamar yang tadi dimasuki Minho berhasil membuatku sedikit terlonjak dan segera berlari menuju kamar, tak ingin mendengar perdebatan managemen lain.

-Hello, Manager Kim-

Ponsel yang kini bergetar hanya mampu kuputar-putar menggunakan tangan kanan, sedang tangan kiriku menopang dagu, menatap lurus dapur yang sedang sibuk karena kehadiran Kyungsoo. Aroma sedap makanan dan uap yang mengepul di depan wajahku berhasil membuat lamunan terhenti. “Kau masih tidak enak badan?,”tanya Kyungsoo yang kini sudah duduk di sebelahku, membawa dua mangkuk bubur yang ia buat. Aku menjawabnya dengan gelengan kepala, namun ponsel yang masih menyala mengalihkan pandangan Kyungsoo. “Omo!,”ia menutup mulutnya, kemudian menatapku penuh pertanyaan. “Kau berhubungan dengannya? Sejak kapan?,”lanjutnya. “Benar apa kataku, kau pasti akan memiliki pacar seorang idol,”kata Kyungsoo enteng sambil melahap bubur dan makanan berkuah yang baru saja ia buat.

“Ani,”aku mengambil sendok yang tadi juga disediakan Kyungsoo. “Kami belum pacaran Kyungsoo-ah,”jelasku yang akan menyendok buliran nasi halus ini, namun segera kuurungkan niat dan sedikit membantingnya kembali di atas meja. “Ah molla,”lanjutku dengan tubuh seakan meronta, kemudia menatap Kyungsoo yang lahap memakan masakannya. “Aku balas?,”tanyaku yang ragu, apakah aku harus membalas pesan dari leader WINNER ini atau membiarkannya saja.

“Terserah kau,”bahunya terangkat, menelan sisa makanan yang tadi masih ada di mulutnya. “Selama kau tidak terkena masalah lagi dengan Youngjun hyung, kenapa tidak untuk membalas pesannya?,”tambahnya, lalu menyodorkan kimchi ke mulutku, yang langsung kusambut. “Makanlah dulu, tubuhmu harus segera pulih manager Kim, kita akan sibuk sebentar lagi,”pinta Kyungsoo, yang berhasil mengingatkanku akan jadwal akhir tahun mereka yang padat.

WINNER Kang Seungyoon

Mian, baru membalas pesanmu. Aku sudah lebih baik sekarang, mereka mengurusku dengan baik.

Aku meletakkan ponsel setelah (akhirnya) membalas pesan dari Kang Seungyoon yang sempat aku abaikan. Helaan nafas lega keluar dari mulutku, membuat Kyungsoo menatapku dengan senyum khasnya, lebih tepatnya senyum meledek. Di tengah-tengah makan malam yang khidmat, suara bell pintu berdering intens, membuatku mendengus kesal karena menganggu selera makanku yang lebih baik.

“Nunna,”lelaki ini langsung masuk tanpa permisi, menatapku dengan kesal namun juga memohon. “Kau kan janji padaku untuk membantu mendekati manager Park, tapi sampai sekarang dia tidak membalas pesanku. Nunna...,”aku menutup mulutnya yang tidak berhenti bicara, menunjuk seseorang yang tengah duduk di kursi pantry, menatap laki-laki ini dengan tatapan tak percaya.

“Nugu,”Kyungsoo mengendikkan dagunya menatap laki-laki yang mulutnya sudah tak lagi kubekap.

“Ah molla, yang jelas kau harus membantuku. Kau sudah berjanji nunna, atau...,”ucapan laki-laki ini terpotong oleh kalimat Kyungsoo yang menebak dengan tepat.

“Atau kau akan memberitau Youngjun hyung bahwa dia dekat dengan Seungyoon,”kalimat Kyungsoo berhasil membuat magnae Oh Sehun ini menjentikkan tangan. “Jangan berbuat jahat lagi padanya, manager Kim sudah banyak menderita karena kita,”lanjut Kyungsoo membuat kepalaku mengangguk di depan Sehun yang sama sekali tak terpikirkan akan hal itu.

“Ah molla,”ia menggeleng. “Ini sudah dua hari sejak kepulangan kita dari Hongkong, tapi tidak ada balasan darinya,”Sehun berjalan menuju satu kursi pantry yang tersisa. Akupun mengoker dibelakangnya dan kembali ke tempat dudukku semula.

“Aku usahakan ya,”jawabku singkat sambil menatap ponsel yang belum kembali berdering.

Kututup pintu flat setelah melihat kedua lelaki itu berjalan masuk ke dalam dorm. Setelah merasa sesak karena perut yang terisi penuh berkat masakan Kyungsoo, aku kembali merebahkan diri di atas sofa, menatap layar ponsel yang menampilkan nama Janeul. Ku tepuk-tepuk ponsel itu di dahiku, kembali merasa dilema karena harus melakukan hal nakal demi anak asuh yang dijaga ketat oleh manager utamanya. “Ah, molla,”aku menelungkupkan kepalaku dengan bantal.

“Mian, menganggumu malam-malam,”ucapku pada akhirnya, setelah berhasil tersambung ke manager utama WINNER, Park Janeul. “Sebenarnya tidak ada yang penting,”aku menatap langit-langit kamar, membuat suara di seberang hanya menjawab singkat sambil menunggu kalimatku selanjutnya. “Kau bisa bantu aku,”lanjutku, dengan jeda menelan ludah yang terasa amat berat. “Bantu aku untuk membalas pesan dari Sehun. Dia bilang kau tidak membalas pesan darinya?,”ucapku pada akhirnya dengan helaan nafas setelah memaparkan permintaan yang mungkin menurutnya sangat tidak penting.

“O. Ne,”jawabnya singkat, membuatku justru lebih tak enak hati menedengar jawabannya. “Bilang maaf kepada anak asuhmu. Pesannya mungkin tergeser oleh pesan-pesan lain,”tambahnya, yang diikuti helaan nafas lega.

 “Mian, menganggu malamu hanya untuk mengatakan hal itu,”balasku kembali, setelah mendengar penjelasannya.

“Gwenchana, aku juga sedang tidak sibuk dan belum sampai rumah. Ah, mian Seungyoon belum sempat membalas pesanmu, dia sedang latihan,”jelasnya yang dengan cepat membuat aliran darahku memopa jantung dengan cepatnya, merasakan panas di pipi. ‘Mwoya? Ada apa denganku, mendengar namanya saja membuatku seperti ini’. “Shin? Kau masih disana?,”suara Janeul membuyarkan lamunanku.

“Ne ne,”jawabku segera, takut ia menutup sambungan komunikasi kami. “Ye, gwenchana,”ucapku terbata, tidak tau harus memberi pernyataan atau pertanyaan apa lagi.

“Mian, aku harus kembali ke ruang latihan. Anyeong,”katanya seakan segera menutup telepon kami, aku pun membalas salamnya dan menganggukan kepala yang tak bisa ia lihat.

-Hello, Manager Kim-

 “Hmm,”aku menjawab telepon yang baru saja masuk di ponselku, mengapitnya dengan bahu dan kepala yang kumiringkan ke kanan agar tak terjatuh. “Ani, aku di China sekarang,” kataku yang menjawab pertanyaan tentang keberadaanku saat ini. “Kami langsung pulang malam ini,”tangan kananku kini kembali meraih ponsel yang kuapit tadi saat membawa dua bungkus makanan dengan kedua tanganku. Suara riuh lelaki yang bahagia kedatangan makanan membuatku segera melarikan diri ke tempat yang lebih sepi.  “Ye. Anyeong,”tutupku seteleh mendengarnya harus segera menutup perbincangan singkat kami.

“Tidak usah tersenyum seperti itu manager Kim,”ucap seseorang yang datang dari arah berlawanan sambil menyeruput bubble tea kesenangannya. Aku segera menyelipkan ponselku ke dalam saku celana.

“Urus saja perempuan pujaanmu, Oh Sehun,”balasku dengan penekanan pada namanya, membuatnya melotot menatapku yang berlalu dari hadapannya.

“Ya! itu juga urusanmu, manager Kim!,”teriaknya yang mendapatiku semakin menjauh. Aku hanya tersenyum senang mendengar racauannya yang seperti biasa.

Hampir dua seminggu kami menjalani komunikasi yang intens, aku dan Kang Seungyoon, leader WINNER. Hanya sebatas mengirim pesan singkat, dan terkadang ia meneleponku di kala tidak sibuk. Ani, aku tidak pernah meneleponnya terlebih dahulu, karena aku tidak mau menganggu waktu sibuknya untuk berkarir, beda denganku yang diharuskan stand by mengangkat telepon dari manager utama dan manager lainnya, apalagi para member yang penuh dengan request beraneka ragam.

Aku kembali menatap rentetan lampu kota Hongkong yang semakin indah, apalagi di kala jatuh cinta seperti ini, ‘Jatuh cinta? Apa akau yakin Kim Shin Neul, bahwa itu cinta? Bisa jadi kau hanya kagum’,dua suara di kepalaku seakan mengusik malam syahduku yang baru saja mendapat telepon dari Seungyoon. 

Helaan nafas berhasil membuat kepulan asap dari mulutku, dan kembali menyibakkan senyum yang entah kenapa selalu otomatis tersulam saaat aku mengingat nama itu, ya hanya mampu mengingat namanya karena kami belum sempat dipertemukan kembali sejak dari Hongkong. “Simpan senyummu Shin-ah, akan habis sia-sia jika tidak membaginya pada orang lain,”suara Minseok menyadarkanku, membuat senyumku segera terlipat. “Gwiyomnae,”ia memberantaki rambutku pelan, dan menyodorkan segelas kopi hangat yang biasanya ia buat sendiri. “Kau sedang jatuh cinta?,”Minseok menatapku  yang tengah menyeruput kopi panas darinya, membuatku sedikit terbatuk mendengar ucapannya. “Semua sudah tau, tidak usah kau tutup-tutupi,”ia menyenggol lenganku, menggoda sosok manager yang kini tersipu.

“Pasti Oh Sehun pelakunya,”terka-ku, yang segera disambut anggukan darinya. “Kau juga tau bahwa dia...,”aku melirik matanya yang seakan menyimpan jawaban atas kalimatku.

“Manager Park? Manager utama WINNER? Jadi kalian saling bertukar ya?,”goda Minseok dengan senyum khasnya. “Aku mendukungmu Shin-ah. Asal kau bahagia bersamanya, kau terlihat tersiksa bersama kami,”lanjut Minseok, kutanggapi dengan gelengan kepala.

“Aniyo oppa, kalian yang terbaik,”aku memeluk Minseok dari samping kanan tubuhnya, membuat Minseok ikut menepuk-nepuk pundakku seraya menyambut pelukanku. Getaran ponselku memisahkan pelukan kami, menyibakkan nama Kang Seungyoon, untuk kedua kalinya pada malam ini. Minseok-pun menyuruhku untuk segera mengangkat telepon, diikuti langkahnya yang menjauh.

Aku kembali menatap layar ponsel yang masih menyala, kembali mengatur nafas yang selalu tertahan jika harus berhadapan dengannya. Aku segera menggeser tanda hijau yang telah menyambung komunikas kami berdua, “Kau tidak se...,”ucapanku terhenti saat hanya terdengar suara dentingan suara piano dari seberang sana. Aku kembali menatap layar ponsel yang menayangkan namanya, berpikir bahwa bisa jadi ponselnya tidak sengaja menekan namaku dan kini malah menghubungiku.

“Neoui ireumboda oneureun
Ireoke neol bureulge
My love my love my love
Yojeum na isanghada
Ireon ge an eosaekhada
Neon jeomjeom nal bakkugo isseo”

Aku menyimak lagu yang ia bawakan, memastikan bahwa ini bukan lagu milik WINNER, apalagi YG. ‘Sedang apa dia membawakan lagu ini? Dia akan tampil di SBS Gayodaejun dengan lagu ini?’,pikirku, yang kemudian mengubah detak jantungku menjadi degupan kencang saat lagunya terus belanjut.

“Eottae nae moksori
Ttwineun gaseumsori neoege daheumyeon
Nae mam jom arajura
Neoege michyeoganeun nal
Heongkeureojin meori kkeuteomneun jansori
Geu modeun geotdeuldo saranghal su isseo
Neon geuraedo gyeolguk yeppeul geonikka

My love, my love
I’ve given all my soul”

“Shin-ah, kau mau menjadi pacarku,”angin malam menerpaku saat kalimat itu ia ucapkan. Darahku seakan mendesir cepat ke seluruh penjuru tubuh, aku dapat merasakan panas di dalam tubuhku, serta hentakkan jantung yang seakan ingin meledak. Aku segera memutus sambungan teleponnya tanpa berpikir, aku hanya tak mampu berpikir jernih sekarang. Aku segera mengatur nafas yang terengah karena jantungku berdegup kencang. ‘Dia sedang latihan akting?,’aku menggelengkan kepala, menepis bahwa apa yang aku dengar adalah nyata dan ditujukan untukku.

“Shin-ah, kau masih merasa tak enak badan?,”Kyungsoo melihatku yang tengah bersandar pada tiang pembatas yang menyajikan pemandangan Hongkong. Aku segera menggeleng dan kembali masuk ke dalam ruangan diikuti Kyungsoo yang mengekor dibelakangku.

-Hello, Manager Kim-

Sudah pukul tiga pagi aku masih terjaga, membolak-balikan kertas perjanjian yang aku tanda-tangani dengan pihak SM terkait kontrakku selama satu tahu. Dengan teliti aku membaca satu-per-satu point perjanjian, yang belum sampai pada apa yang aku cari. Disana masih tertulis perjanjian-perjanjian biasa yang sering aku temui sebelum bekerja di SM Entertinment, sampai akhirnya aku menemukan point tersebut. “Mwoya? Aku juga mendapatkan perjanjian seperti ini?,”ucapku yang kecewa dengan apa yang aku baca.

Point tersebut tertulis, “Pegawai SM Entertianment dilarang menjalin hubungan emosional dengan artis atau pegawai SM Entertainment selama masa kontrak. Juga tidak diperkenankan menjalin hubungan emosional dengan artis di luar SM Entertainment yang dapat merugikan nama baik SM Entertianment,”aku menjentikkan jari, ‘Selama tidak merugikan tidak masalah,kan?’,pikirku enteng, merebahkan diri di sofa dan menerawang jauh tentang hubunganku dengan Seungyoon.

Aku kembali terduduk, memikirkan kalimat yang ada di dalam kontrak. ‘Aku tidak mungkin lolos begitu saja jika mengatakan hal seperti itu, kan?’. “Ah! Micheoso!,”kuhempas lembaran kertas itu dan menenggelankan diri di atas sofa, hingga akhirnya terlelap.

 “Yang lain mana?,”tanya Sehun, mendapati teman-temannya sudah tidak ada di sekitar dormitori.

“Kau yang tadi meminta untuk ditinggal saja,”jelasku membuatnya melongo, berpikir tentang kejadian sebelumnya. “Ayo,”aku menahan pintu yang masih terbuka, menunggunya untuk segera keluar.

“Aku tidak mau hanya berdua denganmu,”ia menggeleng tak bergeming dari tempatnya berdiri tadi. “Kau yang membuatku tak bisa ditraktir Suho hyung lagi,”kemudian duduk di sofa dan menyalakan televisi. Tanganku yang menahan pintu terlepas dari knopnya, berjalan mendekat ke tubuh kurus dengan nafas memburu.

“Ppaliwa!,”aku menarik tangannya, namun berat tubuhnya yang melebihiku tak kunjung bergerak. “Kau mau aku dimarahi lagi oleh Youngjun sunbae?,”sudah pasti dia tidak perduli.

“Belikan aku bubble tea, baru aku mau jalan,”perintahya bang pangeran Korea. Aku melepaskan tangannya yang kini terkulai di atas sofa, menyadari ada yang bergetar dari saku jaket.

“Ne Janeul-ah,”aku menatapnya yang kini terlihat tertarik dengan nama Janeul. “O. Bubble tea? Ne~ nanti akan aku bawakan. Ye, anyeong,”ucapku yang pada kenyataannya tidak ada telepon masuk dari Janeul.

“Kajja,”dengan sigap laki-laki ini berdiri dan menggendong tas ranselnya dengan semangat.

“Jadi aku belikan bubble tea? Kau bisa tunggu dulu di sini,”kataku seraya mengetes kebohonganku tadi.

“Aniya, aku akan membelinya sendiri,”kini Sehun berjalan duluan, bahkan senyum itu membuatku tak mampu menahan tawa. 

Meski begitu, tetap saja dia duduk dengan santai di kursi belakang sambil mendendangkan lagu-lagu khas jatuh cinta. Aku hanya mampu menghelas nafas sabar saat mulutnya tak henti-henti bernyanyi. Mobil milik Seunghwan sunbae yang ia pinjamkan untuk mengantarkan Sehun ke SM Building sudah terparkir di sebuah kedai tempat biasa magnae ini membeli bubble tea kesukaannya. Dengan langkah gembiranya, Sehun keluar mobil tanpa permisi dan segera menghilang di balik pintu kedai tersebut.

Manager WINNER Park Janeul

Aku melihatmu di dalam mobil. Kau sedang apa?

Aku mencari si pengirim pesan yang katanya ada di dekat sini, ‘Ah!’,aku berhasil mendapati Janeul yang melambai ke arahku. Baru saja aku menginjakkan kaki keluar dari mobil, Sehun pun juga keluar dari kedai tersebut, membawa dua bubble tea di tangannya.

“Ah!,”Sehun menatap lurus sosok yang ada di seberang jalan. “Jadi kau benar-benar akan membantuku dekat dengannya ya, manager Kim?,”aku menatap Sehun dan Janeul bergantian, kemudian teringat akan bubble tea yang aku jadikan bahan percobaan membujuk Sehun memakai nama Janeul. “Ayo, temui gadis pujaanku itu,”ia berjalan dengan percaya diri ke arah Janeul yang masih menatap lurus telepon genggamnya. Sedangkan aku  berjalan kikuk, memikirkan reaksi Janeul saat bocah ini memberikannya bubble tea tanpa permisi.

“Anyeong Janeul-ssi,”sapa Sehun, berhasil membuat Janeul menoleh dari telepon genggamnya. Aku pun ikut menyapanya yang menatapku dengan kibasan tangan. “Ini, bubble tea untukmu?,”satu gelas bubble tea Sehun sajikan di sebelah gelas berisi kopi milik Janeul, berhasil membuat perempuan ini menatap Sehun dengan tatapan aneh. “Sudahlah, tidak usah sungkan meminta padaku,”aku tak mampu lagi melihat tatapan Janeul yang tidak dapat aku jelaskan, kepalaku menunduk takut terkena pandangan yang sama dari Janeul, namun sepasang kaki berdiri di sampingku, aku tahu parfume ini.

“Kang Seungyoon,”panggilku dengan nada setengah kaget. Membuat Sehun yang sedari tadi berbicara ngawur menoleh ke arah laki-laki yang berdiri di sebelahku.

“Woah, uri...,”aku segera membekap mulutnya, takut mengatakan hal aneh di depan Seungyoon. Dengan cepat, tangan Sehun melepas tanganku yang melekat di mulutnya dan tersenyum girang. “Mian, uri manager Kim suka aneh di depan laki-laki tampan sepertimu Kang Seungyoon,”goda Sehun yang berhasil mendapatkan death glare dariku atas ucapannya.

“Ah. mian,”aku mengusap tengkuk leherku menatap Janeul dan Seungyoon. “Kami harus segera ke SM,”pamitku dengan bungkukkan tubuh dan berjalan mundur perlahan, diikuti Sehun yang masih menatap Janeul dengan bungkukkan kecil dan senyum yang ia humbar.  

“Chakkaman,”sebuah tangan berhasil menahan langkahku, Sehun menatap si pemilik tangan yang tidak lain Kang Seungyoon. “Kau belum menjawab laguku tadi malam?,”aku menatap Janeul yang tengah heran dengan tindakan anak asuhnya. Aku menatap sekeliling cafe yang hanya ada kami berempat dan satu pramusaji jauh di ujung ruangan dengan mejanya.

“Hmm,”aku menatap Seungyoon seakan mengatakan bahwa jawabanku tidak bisa ditunda. “Aku masih memikirkannya lagi,”lanjutku, membuat Janeul dan Sehun memamerkan wajah yang tengah menebak apa yang kami bicarakan.

“Norae mwoya?,”Janeul memecah ketegangan di antara kami, aku dan Seungyoon. Aku menatap sekeliling sedang Seungyoon dengan tatapannya terus memaksaku untuk menjawab pertanyaannya tadi malam.

“Ne ne,”jawabku singkat dengan mata terpejam saat mengatakannya. Setelah tidak ada tangan yang menjerat lenganku, aku membuka mataku perlahan, menampilkan punggung Seungyoon yang sudah duduk berhadapan dengan Janeul yang menatapnya heran.

“Ne? Mwo ‘ne’?,”Sehun menatapku dan Seungyoon bergantian.

“Kajja,”aku menarik tubuh Sehun untuk segera meninggalkan tempat kejadian tanpa pamit (lagi).  

“Ya! Manager Kim, jangan bilang kalau kalian?,”Sehun kini duduk tepat di sebelahku, menatapku dengan rasa penuh ingin tahu. “Woah! Jinjja micheoso!,”ia mendengus kesal. “Heol! Kau sudah berpacaran, sedangkan aku? Oh Sehun? Belum juga mendapatkan perempuan yang kuincar?,”tambah Sehun dengan kesimpulan dari pikirannya sendiri.

-Hello, Manager Kim-

EXO kembali mempersiapkan diri untuk konser The Lost Planet mereka di Tokyo, tubuh-tubuh yang dari beberapa hari kemarin berkelana dari Hongkong-Fukuoka-hingga Hongkong lagi kini tengah merebahkan diri, menikmati waktu istirahat yang tak lama.

“Latihan yang benar, Oh Sehun,”kataku sambil merebut ponselnya yang sedari tadi berada di genggaman tangannya. Dengan cepat tangan itu ingin meraih kembali ponselnya, namun langkahku lebih cepat untuk segera menghindar.  Sebuah pesan singkat tak sengaja kubaca dari ponsel yang masih menyala, menyajikan percakapan antar dua insan manusia berlawan jenis. Aku menatap tajam ke arah Sehun yang kini sudah berada di hadapanku, “Chagya?,”menunjuk satu kata yang ia tulis untuk seseorang. “Neo micheoso?,”kukembalikan ponselnya sambil menghentakkannya di dada Sehun.

“Lihat dulu,”Sehun menahan langkahku yang akan segera pergi dari hadapannya. Ia menyalakan layar ponsel miliknya, yang kembali menyajikan percakapan antara dirinya dan Janeul. ‘Hari ini, tanggal kita pacaran?’, aku menunjuk seuntai kalimat itu, menatapnya tak percaya. “Lihat lagi,”pinta Sehun dengan bangganya untukku melihat satu kata dari Janeul yang ternyata membuatnya tersipu malu sejak tadi break latihan. “Kita impas kan, manager Kim?,”ia menyenggolku, menggoda sang manager yang beberapa hari lalu sudah meresmikan hubungannya dengan leader-nim WINNER.

“Chukae!,”kataku dengan tepukan di bahu kanannya, namun tanpa ekspresi. Ia hanya mendengus kesal kepadaku yang sudah berlalu dari hadapannya.

 “Shin!,”Kyungsoo melambaikan sebuh ponsel ke arahku, yang kudapati adalah milikku sendiri. Aku segera berjalan cepat untuk menggapai ponsel yang sudah bertuliskan ‘Kang Seungyoon’ itu.

“Gomawo,”aku tersenyum membalas perbuatan baik Kyungsoo tadi, kemudian berjalan ke luar ruang latihan menuju sebuah balkon. “Hmm,”jawabku setelah menggeser kotak berwarna hijau di layar ponsel. “Aku sudah di Korea sekarang, tapi sepertinya tidak bisa malam ini,”ucapku yang ia katakan ingin bertemu denganku malam ini. “Lagi pula, kita pasti akan bertemu di SBS, kan?,”tambahku, membuat suaranya kembali ceria. “Sudah tau kalau...,”aku menatap sekeliling, hingga langit-langit gedung apakah ada yang akan mendengar ucapanku jika aku mengatakan ini.

“Ne ne. Kami sedang berpesta di sini,”jawabnya dengan kekehan tawa. “Makanya aku ingin mengajakmu kesini,”tambah Seungyoon, sekali lagi dengan nada kecewa.

“Mian, mereka sangat sibuk sampai awal tahun. Aku tidak bisa mencuri kesempatan lagi sejak kejadian di Hongkong,”tanpa balasan kata seakan Seungyoon mengerti apa yang aku maksud.

“Seungyoon-ah,”Sehun merebut ponselku begitu saja. “Kau sedang pesta ya. aku jadi tidak enak, hanya karena managermu menjadi pacarku, kalian membuat pesta seperti itu...,”aku segera merebut ponselku dan menatapnya yang tak percaya karena dengan entengnya mengatakan hal itu.

“Ya!,”tatapan tajamku mengarahkan dirinya untuk segera kembali ke ruang latihan. “Kka,”ia menatapku kesal dengan kepalan tangan yang dibuat-buat ingin memukulku. “Mian,”aku kembali menyambung obrolan kami yang sempat terganggu karena kedatangan Sehun. “Kalau begitu nikmati pestanya ya. Sampaikan salamku untuk Janeul, selamat bahagia bersama uri aegi, semoga dia tidak kerepotan,”tutupku.

Jadwal padat di akhir tahun belum usai meski EXO baru saja menyelesaikan konser The Lost Planetnya di Tokyo, bahkan esok hari mereka sudah harus berada di Korea untuk mengisi acara SBS Gayo Daejun 2014. Aku ikut bertepuk tangan bersama penonton sebagai salam perpisahan kepada EXO yang turun panggung, mereka mulai terlihat mendekatiku yang akan kembali ke ruang tunggu dengan ekspresi kelelahan.

“Ada yang masuk, manager Kim,”tanya Sehun saat kuberikan ponselnya yang memang tidak berdering sejak tadi. Aku menggeleng, membuatnya semakin berat mengatur nafas yang terengah. “Jinjja,”ia kembali mengutik ponselnya, seakan menunggu sesuatu yang penting. Aku menyodorkan sebotol air kepadanya, namun segera ia tolak dan kembali terpaku pada beda persegi panjang itu. “Pinjam ponselmu?,”ia menadahkan tangannya, aku hanya mampu mendengus melihat tingkah Sehun layaknya bos. Tanpa berkata satu patah kata pun, aku memberikan benda yang ia minta. “Kuncinya,”Sehun membanting ponsel itu di pangkuanku.

“Oh. Jinjja,”ucapku tak percaya melihat tingkahnya. Beberapa kode angka kumasukkan, setelah itu kembali menyerahkannya kepada Sehun.

“Gomawo. Ne~,”ucapnya kali ini dengan lebih lembut. Aku pun meninggalkannya yang sibuk sendiri, dan lebih memilih untuk membantu member lain yang memanggiku. “Ah jinjja!,”pandangan mata mengarah pada Sehun yang tengah merengek seperti anak kecil. “ia melempar ponselku di atas meja yang berisikan sisa-sisa botol kosong, membuatku segera mengambil ponsel yang masih menyala itu.

Manager WINNER Park Janeul

O, manager Kim. Ada apa?

Aku melirik Sehun yang sedang memejamkan mata namun dengan kerutan di keningnya. Kemudian kembali melihat ponsel yang layarnya masih menyala, bak pahlawan kesiangan aku memblas pesan Janeul, berharap jawabannya sesuai dengan apa yang aku harapkan, agar magnae ini tidak lama-lama memendam mood jeleknya.

Tak lama pesan dari Janeul kembali masuk, aku pun melempar ponselku ke atas tubuh Sehun yang masih pura-pura tertidur. Sehun menatap arah asal ponsel yang melayang tadi, ia mendapatiku untuk segera melihat apa yang tertulis di dalamnya.

Manager WINNER Park Janeul

Mian. Aku sangat sibuk Shin-ah. Sampaikan maafku pada Sehun, aku hanya tak ingin mengganggunya saat konser. Gomawo~

Senyum Sehun kembali mengembang, tubuhnya yang semula seperti tak berdaya tiba-tiba duduk di atas sofa dengan gagahnya.  

-Hello, Manager Kim-

“Kau bisa menghubunginya, manager Kim?,”mood Sehun yang jelek kini kembali lagi setibanya di Korea saat keberangkatan kami menuju SBS untuk rehearsal. Aku menggeleng sambil terus fokus pada jalanan Korea yang akan membawaku bertemu Seungyoon (lagi). “Perempuan ini kenapa susah sekali dihubungi,”Sehun menghempaskan tubuhnya di jok mobil sebelahku.

“Dia manager utama, jelas saja sibuk,”ucapku yang tak di indahkan olehnya, Sehun selalu punya pikiran sendiri jika tentang Janeul. “Dia tidak mungkin selingkuh,”tambahku, membuatnya menoleh ke arahku seakan tak percaya dengan apa yang aku katakan, seperti apa yang dia pikirkan.

Halaman gedung SBS yang sudah dipenuhi manusia menyapa kegiatan kami hari ini, mobil yang tengah kubawa-pun sempat terhenti karena kerumunan manusia yang histeris melihat sosok Sehun dari kaca depan mobil. Sehun hanya tersnyum menyapa para fans yang meneriakkan namanya.

“Manager Kim, tunggu aku,”teriaknya di balik sebuah pintu toilet membuatku segera berhenti untuk melanjutkan langkah masuk ke dalam lift dan menyuruh member lain untuk pergi lebih dulu. Akupun mendekatkan diri pada pintu berlambang laki-laki itu, berjaga-jaga takut ada fans yang tidak senonoh mengambil gambar si magnae.

Tak lama Sehun pun keluar dari toilet setelah selesai menjalankan ‘tugas’nya, pemandangan dua insan manusia berlawanan jenis menyapa kami, aku dengan senangnya menyapa mereka yang tengah sibuk berdua, Janeul dengan tangan cekatannya merapihkan baju dan rambut Minho, sedangkan Minho juga menuruti dengan perlakuan sang manager.

Suasanya terasa canggung saat kami berempat berada dalam lift yang kini terkesan sangat luas.

“Ehem,”suara berdeham Sehun memecah keheningan, aku dapat melihat lirikan matanya dari pantulan kaca di dalam lift, ia menatap lekat-lekat Janeul yang baru ia pacari beberapa hari. Aku pun menyenggol tubuhnya sebagai kode untuk membuat Sehun diam.

Dentingan pintu lift menggema, membuat Janeul dan Minho berlalu dari hadapan kami sambil memberi salam perpisahan, namun langkah Janeul terhenti saat tangannya ditarik Sehun. “Ada yang mau kubicarakan. 15 menit lagi di tangga darurat,”ucapnya tanpa ekspresi, kemudian melepas tangan Janeul yang disambut dengan pintu lift yang menutup.

Aku menatap wajah Sehun yang memendam kekesalan, bahkan ini seperti bukan Sehun dengan rengekannya. Dentingan lift kembali menggema mengantarkan kami pada  lantai yang kami tuju, Sehun seakan memiliki dunianya sendiri sejak bertemu Janeul dan Minho tadi, ia berjalan cepat meninggalkanku di belakangnya.

“Waseo?,”langkahku tertahan saat bertemu laki-laki yang akhirnya dapat kurengkuh lagi wajahnya, ia tersenyum dan ikut menghentikan langkahnya, hingga kami saling berhadapan. “Mian, ada beberapa barang yang harus kuambil,”aku pun berlalu dari hadapannya menuju parkiran mobil untuk mengambil telepon genggam milik Kai yang tertinggal.

EXO sudah menyelesaikan rehearsalnya, selepas itu aku tidak dapat menemukan sosok Sehun. ‘Mungkin dia sedang bertemu dengan Janeul’,pikirku dalam perjalanan menuju lift yang teringat akan ucapan Sehun tadi. “Sehun-ah,”panggilku, melihat dirinya yang sudah rapih dengan setelan jas dan dasi kupu-kupu. “Kau dari mana?,”tanyaku saat kami berdua sudah berada di dalam lift. Ia tak menjawab, tatapan dingin yang terpantul dari pintu lift seakan menyuruhku untuk diam dan tidak menganggunya.

“Tunggu,”suara perempuan membuat tanganku  segera menekan tombol dengan lambang pintu terbuka.

“Ayo masuk,”ucapku pada perempuan yang tidak diindahkan oleh Sehun, laki-laki ini menatap ke lain arah dengan mimik antagonis saat perempuan ini menatapnya. Perempuan itu tersenyum kecil padaku, mengatakan bahwa masih ada barang yang tertinggal dan menyuruh kami itu pergi terlebih dahulu. Tanpa babibu lagi, Sehun menekan tombol lain untuk menutup pintu lift, perilakunya itu berhasil mendapat perhatian dariku. “Waegerae?,”aku menatapnya yang tak bergeming dengan wajah dingin, meski baru kembali bertemu dengan sang pujaan hati.

Dengan tatapannya lurus kedepan dan kedua tangan yang ia sembunyikan di balik kantung celana, Sehun berkata, “Perempuan di dunia ini bukan hanya dia, dan yang menyukaiku banyak bahkan tak terhitung,”suara dentingan lift menutup ucapannya, Sehun segera menghambur ke luar lift meninggalkanku yang masih terperangah dengan ucapan antagonisnya.

-Hello, manager Kim-

“Aaaaahhh,”likukan tubuh seakan berenang di atas kasur yang sudah tidak kutempati selama tiga hari belakangan karena harus ke Osaka untuk konser The Lost Planet EXO. Deringan ponsel mengurungkan niatku untuk kembali memejamkan mata sebelum mengawal EXO di acara Gayo Daejun lainnya di KBS. “Nunna, temani aku sebentar. Jebal,”ucapnya dengan suara berbisik. “Aku mohon,”tambahnya lagi membuatku menyipitkan mata, selalu saja memanggil nunna jika ada maunya. “Aku sudah berada di depan flat-mu. Member lain belum bangun, ppaliwa,”rengek laki-laki ini pada akhirnya.

Aku pun segera membasuh wajah dan menyikat gigiku kilat, mengambil asal coat yang bertengger di gantungan baju yang berada di sebelah lemari.

“Minta tolong apa?,”ucapku saat membuka pintu dan mendapatinya sudah siap dengan topi, kacamata hitam dan masker seperti biasa.

“Antarkan aku ke CM Chungmu Hospital,”pintanya dengan nada memohon, membuatku segera mengunci flat dan berjalan cepat menuju lift yang sebentar lagi mendekati lantai kami.

“Wae? Appo?,”aku segera menempelkan punggung tanganku di keningnya, tapi panas tubuhnya normal. “Perutmu sakit? Atau kau cedera?,”aku menatapnya yang tak memberi jawaban. Ia hanya menepuk-nepuk jantungnya. “Jantungmu sakit?,”akupun semakin khawatir dengan jawaban tidak langsung darinya.

“Hatiku sakit nunna, mendengar mantan kekasihku yang sangat kucintai terluka,”ku dorong tubuhnya yang memasang wajah menyedihkan membuatnya terhuyung saat kami keluar dari lift.

“Ya! Kau membuatku khawatir,”kataku sambil menekan kunci mobil yang otomatis terbuka, namun kembali menatap wajahnya karena mengatakan ‘mantan kekasih’. “Kalian sudah putus? Kapan?,”Sehun tidak menjawab, ia memilih duduk di kursi belakang dan melepas hoodie-nya yang tadi sempat ia tenggerkan di kepala.

“Saat kau bertemu ku di lift SBS. Sebelumnya kami bertengkar,”jelasnya, membuatku menganggung, menatapnya dari bayangan kaca spion bagian tengah yang terlihat menyesal. “Sebelum sampai disana, kau bisa belikan bunga?,”pintanya kini dengan nada lebih lembut, tidak dengan nada merintah seperti yang biasa ia lakukan. “Ini uangnya,”ia mengeluarkan dua lembar 50.000 Won di sebelahku, tempat biasanya menaruh uang.

“O, magnae akhirnya punya uang banyak sekarang,”ucapku dengan nada meledek, tapi tak membuat iar wajah tegangnya berubah. “Simpan saja, aku traktir,”lanjutku, langsung disambut dengan tangannya yang segera kembali mengambil uang miliknya. “Ish.”

Sampailah aku pada salah satu toko bunga yang baru saja buka, si pramuniaga juga masih membereskan bunga-bunga yang akan dipajang di depan toko. “Anyeonghasaeyo,”sapaku kepada perempuan dengan kuncir ekor kuda. Iya membalas sapaanku, diikuti dengan pertanyaan, “Ada yang bisa kubantu.” Aku segera melangkahkan kaki masuk ke dalam toko yang tidak begitu besar, satu bunga anggrek berwarna putih yang mekar dengan indahnya di atas pot kecil menarik perhatianku. “Kau bisa bungkuskan ini,”kutunjuk bunga tersebut, membuat tangan yang sudah bersahabat dengan flora ini begitu cekatan membungkusnya dengan plastik polos dan pita putih yang terkulai di atas. “Wuah,”pekikku setelah bungkusan bunga itu sudah tersedia, “Kamsahamnida,”ucapku seraya membungkukkan tubuh setelah selesai melakukan transaksi. Aku membuka pintu bagian belakang yang langsung disambut Sehun untuk mengambil bunga tersebut, suara decitan foto terdengar, tetapi saat aku menoleh tidak ada seorang pun yang sedang menatap kami.

“Gomawo ne, nunna,”ucap Sehun setelah aku sudah kembali ke kursi kemudi. “Yeppota,”pekik Sehun menatap bunga anggrek berwarna putih itu.

Aku kembali membawa mobil ini menuju rumah sakit yang dituju, memarkirkannya di halaman parkir yang berada di basement. “Mau bertemu dimana?,”aku menatap Sehun dengan ponsel yang sedari tadi ia amati.

“Kita disini saja,”jawabnya singkat. Memecah kebosanan, aku pun memutar lagu dengan menekan tombol play pada DVD player yang berada di tengah dashboard, melantunkan lagu Lucky yang langsung terputar. “Hmmm,”Sehun kembali bersuara saat layar ponselnya kembali menyala, memintaku untuk berpindah tempat parkir, membuatku segera menurunkan lagi rem tangan dan menjalankan mobil ini pada sasaran yang dituju. “Igon igon,”ia menunjuk sebuah mobil sedan berwarna hitam dengan lambang Subaru, aku segera membelokkan tuas mobil membuatnya terparkir tepat di samping mobil tersebut. “Chakkaman,”Sehun segera masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah terbuka, sedang Mino menggantikan posisi Sehun di belakangku.

“Anyeonghasaeyo,”sapa Mino yang kusambut terlebih dahulu. “Mian merepotkanmu agassi,”tambahnya yang kujawab untuk tidak memanggilku agassi. “Ah, Seungyoon masih tertidur di apartemen,”lanjutnya saat aku menatap pintu mobil sedan itu kini tertutup rapat.

“Jinja?,”tubuhku berbalik merespon informasi yang Mino berikan.

“Tidak ada yang tahu kalau Janeul cedera,”ungkapnya dengan anggukan di kepalaku. “Jadi jangan katakan hal ini pasa Seungyoon ne,”pinta Mino dengan suara beratnya yang khas. “Kalian benar baru sampai dari Jepang tadi malam?,”Mino merespon mulutku yang menguap karena masih menahan lelah yang harus dikesampingkan.

“Ne,”aku mengangguk di atas stir mobil. “Mian, aku tidak meresponmu dengan baik ya?,”kataku setelah sadar bahwa sedari tadi aku menjawab pertanyaannya sangat singkat. “Bagaimana kabarmu? Baik? Schedule kalian apakah menjemukan?”

“Kau menanyakan itu benar untukku atau untuk Seungyoon,”jelasnya dengan senyum medelek. “Hahaha mian,”senyumnya berubah menjadi tawa. “Yang jelas jadwal kami tidak sepadat EXO. Kau tidak kasihan terus meninggalkan Seungyoon dengan sepuluh laki-laki? Apa kau tidak tergoda dengan salah satu dari mereka?,”aku menggaruk kepalaku yang tiba-tiba gatal mendengar pertanyaannya, menyibakkan bahu yang terangkat.

“Seharusnya kau tanyakan itu pada Seungyoon terlebih dahulu. Apa tidak tergoda dengan fans perempuan yang selalu membajiri sekitarnya saat kalian melintas? Aku hanya sepuluh pria, kalian punya ratusan, ribuan, mungkin jutaan fans di seluruh dunia,”jelasku panjang lebar, membuatnya mengangguk paham.

“Tapi aku serius bertanya, apa kau benar-benar tidak tertarik dengansalah satu dari mereka? apa semua manager perempuan seperti itu? Karena sudah tau perilaku asli mereka yang sesungguhnya sehingga tidak ada ketertarikan,”aku memutar bola mata, memikirkan jawaban yang ingin kukatakan dengan jujur.

“Aku hanya merasa nyaman saja, tidak sampai tertarik. Mungkin seperti kau dan Janeul,”kini Mino kembali berpikir, kemudian menganggukkan kepala.

Pergerakan mobil di sebelah kiri kami mulai terlihat, pintunya pun kini sudah terbuka dan menampakkan sosok Sehun yang wajahnya tertutup masker. Pintu disebelah Mino pun segera kubuka otomatis dari kursi kemudi, kedua lelaki ini berpelukan singkat dengan seuntai kata, “Gomawo, ”dari mulut Sehun.

“Sudah tuan?,”aku menatap Sehun yang sudah kembali di kursinya, masker hitam yang melekat di wajahnya terganti dengan senyum merekah.

“Aku akan memanggilmu nunna sejak hari ini, dan aku akan membuat Kai percaya padamu bahwa kau bukan sasaeng,”aku menatapnya heran dengan perkataan yang ia utarakan. “Eish, jangan begitu,”senyumnya yang tengal itu kembali setelah beberapa hari tersimpan di ‘dunia nyata’, membuatku ikut tersenyum menatapnya. “ Sonmul, karena kau sudah banyak membantuku,”tutupnya, membuatku berpikir bahwa hadiah tak berbentuk ini rupanya lebih istimewa. 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK