home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hello, Manager Kim

Hello, Manager Kim

Share:
Author : larasatityass
Published : 01 Apr 2015, Updated : 31 Mar 2016
Cast : EXO Member | EXO Manager | Kim Shin Neul (OC) | WINNER member | Park Janeul (OC) | Woo Jiho aka Zico
Tags :
Status : Complete
4 Subscribes |26274 Views |11 Loves
Hello, Manager Kim
CHAPTER 7 : Kim Junmyeon’s Black Card In My Hand

“Kalian mau kemana?,”tanya laki-laki yang berhasil menahan langkah kami yang akan pergi (lagi) setelah kembali ke kamar hotel masing-masing, dan memakai beberapa barang a la idol untuk keluar hotel membeli beberapa cemilan. “Aku ikut,”tanpa menunggu jawaban dari kami, ia segera kembali ke kamarnya untuk mengambil jaket dan topi yang akan ia kenakan.

Setelah menunggu magnae itu bersiap dari kamarnya, kami melanjutkan perjalanan menuju mini market yang letaknya tidak jauh dari hotel. “Hyung aku ambil ini,”tangannya terus meraih makanan dan minuman tanpa berpikir panjang, ‘Ah. Ini pasti karena ada Suho, makanya dia mau ikut’, aku memicingkan mata ke arahnya, kami berdua sama-sama saling menatap. “Wae manager Kim?,”tubuhnya yang tinggi menantangku yang menatapnya dengan tajam.

“Ani,”aku menggeleng, berlalu dari hadapannya dan berjalan mendekat ke arah Suho yang sudah selesai memilih makanan untuk member EXO yang lain, terutama untuk Jongdae sebagai penghibur dirinya.

“Sehun, ppaliwa,”teriak Suho yang masih belum menemukan sosok Sehun mendekat ke arah meja kasir. Laki-laki yang berbeda dua tahun denganku itu akhirnya menampakkan wujudnya.

“Seolma,”pekikku, melihat satu keranjang penuh cemilan yang ia beli untuk dirinya sendiri--karena kami sudah membeli cemilan untuk semua member, kecuali Sehun yang ingin memilih sendiri makanan keinginannya. “Kau yakin bisa memakan semuanya?,”ucapku yang masih tak percaya dengan kelakuannya.

“Aku bisa menghabiskannya lain waktu,”jelasnya enteng kemudian meletakkan keranjang yang ia jinjing bersebelahan dengan dua keranjang lain. Aku hanya bisa menggeleng tak percaya dengan apa yang ia katakan, namun ada hal yang lebih membuatku tidak habis pikir.

Setelah semua belanjaan kami terhitung, juga belanjaan individu milik Sehun, Suho juga dengan entengnya mengeluarkan credit card miliknya, tanpa terlebih dulu membiarkan Sehun untuk membayar miliknya sendiri. “Ya!,”aku menatap Sehun yang sudah tersenyum licik, “Bayar sendiri,”kataku dengan nada yang bisa dikatakan kesal, karena ini bukan pertama kali ia belanja banyak, yang akhirnya Suho membayarkan untuk Sehun.

“Ani,”Sehun menggeleng dengan senyum meledek. “Hyung sudah membayarkannya,”Suho mengendikkan dagunya pada transaksi antara Suho dan kasir yang sudah beres.  Aku menatap tajam mata Suho yang mengatakan bahwa ‘tidak apa-apa’. “Hei! Bawa ini,”pekikku yang melihatnya berlalu begitu saja tanpa membawa satupun kantung plastik yang berisikan barang belanja kami, dan dia. “Kau kan manager kami, jadi kau saja yang bawa,”ucapannya membuatku sadar, memang magnae ini tidak ada segannya dengan orang yang lebih tua.

“Ya! Bawa satu,”Suho angkat bicara, saat melihat Sehun akan kembali melangkahkan kaki tanpa membawa satu kantung plastikpun.

“Ne hyung,”Sehun berbalik dan mengambil salah satu kantung yang paling ringan. ‘Wuah! Jinjja’, aku kembali menatapnya tajam yang berlalu di hadapanku. “Wae? Mwo? Aku sudah bawa satu,”Sehun mengangkat kantung plastik yang ia bawa dihadapanku, aku memalingkan wajah dan membawa satu kantung plastik lainnya.  

“Sampai kapan kau akan membiarkan mereka memakai uangmu untuk jajan?,”aku berbisik pada Suho yang melihat Sehun sudah berjalan jauh di depan kami. “Memang kau punya uang berlebih, tapi ...,”aku mengangkat kedua bahuku, tanda tak mampu melanjutkan kata-kataku.

“Aku sempat berpikir seperti itu, tapi aku tidak bisa menahannya,”jelas Suho yang memang tampak tak bisa membiarkan membernya kehilangan keinginan mereka.

-Hello, Manager Kim-

Bersama sepuluh member EXO kami berjalan ke sebuah restaurant yang tersedia di lantai dasar hotel ini, menikmati sarapan bersama artis dan staff lainnya. Youngjun sunbae sibuk bercengkrama dengan manager lainnya dari SM, sedangkan aku sibuk menunggu sepuluh kursi dan meja yang tersedia untuk EXO. “Boleh aku duduk disini?,”seseorag langsung duduk tepat disebelahku tanpa basa-basi, belum sempat aku menyuruhnya untuk minggir, seringai senyum meledek mencuat di wajahnya.

“Ya!,”aku memukul tangannya yang tengah membawa cream soup. “Sana kembali ke duniamu, kau tidak bisa membaca ada garis pembatas bertuliskan ‘SM Entertainment’ di sini,”ledekku seraya melebarkan tangan seakan memang benar ada garis pembatas antar entertainment.

“Oh,”ia mengangguk kemudian kembali berdiri dari tempat duduk yang ia tempati. “Arraseo manager Kim, aku akan kembali ke managemen yang tidak meninggalkanku sendiri di bandara negara orang,”kalimat menohok yang sudah menjadi candaan kami, ia terkekeh sambil berlalu menuju segerombolan artis dari YG.

“Nuguya,”sambil memegang satu piring penuh dengan makanan, Chanyeol mengendikkan kepalanya ke arah perempuan yang sekilas bercengkrama denganku tadi. Aku segera menyingkir dari kursi yang memang tidak ada lebihya, dan membiarkan Chanyeol duduk di kursi yang sebelumnya aku tempati.

“O, manager WINNER,”aku menengok ke arah Janeul yang semakin dekat kepada artis asuhannya.

“Kau kenal manager 2NEI?,”tanya Chanyeol antusias.

“Dia juga,”jawabku mengendikkan dagu ke arah Jaenul yang kini sudah menyantap makan paginya bersama para artis YG. “Tapi dulu,”lanjutku dengan senyum menggoda, membuat raut wajah Chanyeol yang awalnya sumringah berubah datar. “Nikmati makan kalian,”ucapku kepada seluruh member EXO yang sudah menyantap makanannya masing-masing, diikuti langkah kaki yang menjauh menuju meja yang menghidangkan banyak makanan.

Setelah puas mengambil makanan yang menggugah nafsu makanku, aku turut serta bergabung dengan stylish SM yang jauh lebih akrab dibanding dengan para manager yang sudah mengabdikan diri mereka sejak lama di SM, terlebih para stylish lebih banyak perempuan dibanding laki-laki, berbanding terbalik jika aku ikut bergabung dengan para manager, ditambah suasana canggung antara aku dan Youngjun sunbae belum mereda.

Sebuah tepukan mendarat di pundakku, mengalihkan pandanganku dari makanan yang masih menggunung di atas piring polos berwarna putih, senyumnya yang berlalu membawa ke lima personil WINNER seakan mengatakan ‘Aku duluan’, disambut dengan lambaian tangan ke arahnya yang kemudian berbalik. Di seberang meja, mata Sehun menatap kepergian Janeul yang singkat itu, membuatku kembali menoleh ke arah perginya Janeul untuk memastikan siapa yang ia bidik melalui matanya, ‘Ah, mungkin karena WINNER di depannya’,pekikku kembali melanjutkan melahap habis makanan. 

Melihat personil EXO segera bangkit dari kursinya, aku melahap cepat makanan yang kini tersisa beberapa sendok lagi. Dengan mulut yang masih penuh makanan, aku mengawal sepuluh orang ini ke kamarnya masing-masing, kembali beristirahat untuk pertunjukan esok hari.

“Kapan jadwal kami bisa jalan-jalan?,”Chanyeol menatapku yang sepertinya ia tau sedang membaca rentetan jadwal EXO selama di Hongkong. Jariku tertahan pada satu halaman yang tidak bisa digeser lagi ke bawah, lebih tepatnya jadwal EXO hanya sebatas performe, kemudian pulang. “Hmmm,”Chanyeol mengintip ponselku yang membuatku mati kutu.

“Oppseo,”jawabku sambil terus berusaha mendorong layar ponsel ke atas, namun hasilnya masih nihil.

“Jinjja?,”bukan hanya suara Chanyeol yang seakan protes, banyak suara menghantamku yang juga kebingungan. Mereka mengerubungiku di tengah perjalanan, ingin tahu dengan pasti jadwal yang sudah terpampang di layar ponselku. “Ah, micheoso!,”pekik Chanyeol sambil memberantaki rambutnya seperti biasa, setelah mengetahui bahwa aku berkata benar tentang tidak adanya jadwal jalan-jalan mereka di Hongkong.

“Mianhae,”ucapku dengan wajah menyesal. “Sayangnya aku bukan manager utama kalian, jadi aku tidak bisa ikut campur susunan jadwal kalian,”lanjutku, kembali mengarak mereka ke kamar masing-masing.

-Hello, Manager Kim-

Hembusan angin dengan sempurna menerpa rambutku yang terurai, menemani malam ke duaku di Hongkong yang langitnya kembali menghitam, menghantar waktu istirahat setelah berjibaku di waktu sibuk tadi. Suara langkah kaki semakin mendekati diriku yang tengah menikmati suasana Hongkong malam ini, setelah kecewa ditinggal tidur Seorin karena kelelahan melakukan fitting tadi siang.

“Kukira kau sudah ti...,”kalimat ku terhenti saat bukan sosok Seorin yang tengah berjalan ke arahku. “Suho-ya!,”aku mendelik ke arah Seorin yang baru kembali dari kamar mandi dengan muka kusutnya.

“Micheoso! Kau tidak dengar bel dari tadi berbunyi,”umpat Soerin yang harus terbangun dari mimpi indahnya. Aku hanya tersenyum innocent membalas bantuannya.

“Waegeuraseo?,”lanjutku yang sudah mendapatinya ikut bersandar di pagar besi balkon. “Ya ya ya,”aku menggeleng kuat menatapnya yang akan segera memohon. “Andwe leader Suho,”aku kembali menatapnya yang sudah kehabisan kata-kata.

“Ayolah Shin-ah,”benar dugaanku, ia kini mulai memohon. “Ah,”melihatku yang tak membalas permohonannya, Suho merogoh kantung celana jeans berwarna biru dongker itu, mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya, kartu yang biasa ia gunakan untuk berbelanja. “Tolong awasi keuanganku manager Kim. Kau bisa kan?,”kartu berwarna hitam itu dipaksanya untuk kugenggam, membuatku berhasil menatapnya dengan tatapan tak percaya.

“Ige mwoya?,”aku mengibaskan kartu tersebut di depan wajahnya yang seakan belum bisa melepas benda tipis satu ini.

“Apa dengan aku menyerahkan itu, kami bisa jalan-jalan malam ini?,”Ia terus menatapku yang masih ragu. “Ayolah manager Kim. Kau mau ya temani kami pergi malam ini,”Suho menggosok-gosok tangannya seraya memohon. “Lihat, sudah sangat sepi sekarang,”Suho menunjuk area hotel yang sudah tidak ada lagi kepadatan fans seperti tadi siang. “Jebal,”rayuan Suho belum terhenti juga, aku hanya menatapnya lekat-lekat, memikirkan konsekuensi yang aku dapatkan jika ketahuan membiarkan mereka keluar hotel. “Aku yang tanggung jawab! Aku janji,”Suho segera meraih kelingkingku dan melingkarkan dengan kelingkingnya. “Assa! Kkajja,”merasa sudah mendapat persetujuanku dengan janji jari kelingking meskipun belum sepatah katapun aku bicara, Suho dengan seenaknya menarik tubuhku untuk segera keluar, bahkan dengan senang hati ia mengambilkan topi dan coat yang akan aku kenakan.

“Yeay!,”suara yang biasanya akan dikatakan dengan lantang dan riuh, kini hanya terdengar dengan bisikan dan gerakan tubuh yang melambai, sembilan laki-laki ini sudah siap di depan kamar hotelku, rupanya mereka sengaja mengirim sang leader untuk merayu.  Kepalaku menggeleng tak karuan, menatap kelakuan sepuluh laki-laki yang masih haus akan bermain. Akhirnya aku memutuskan untuk memimpin jalan di depan mereka, kali ini dengan langkah yang hati-hati agar tidak menjadi pusat perhatian. 

Urutan angka yang berada di atas pintu lift terus menurun, namun masih jauh dari tempat lantai kami menginap, bahkan semua mulai cemas—termasuk aku—karena siapa yang tidak tertarik dengan sepuluh orang lelaki yang bergerombol di depan lift, meskipun mereka bukan idol juga orang akan penasaran melihat ada sekumpulan orang di dekat mereka. Si leader-lah yang memiliki wajah khawatir, ia berdiri paling belakang terus mengawasi lorong hotel yang semakin sepi.

Helaan nafas berat terdengar di sampingku, matanya mengarah pada angka yang kurang satu lantai menuju tempat kami berdiri. Tak lama, suara pemberitahuan lift sampai dimhadapan kami mulai terdengar, menyibakkan lempengan besi bertahtahkan ornamen khas hotel bintang lima itu, ruangan kecil dengan ukuran wajarnya sebuah lift menyapa kami, mereka semua berhamburan masuk ke dalam, dan kini aku yang berada di urutan paling belakang.

“Yehet!,”teriakan khas si magnae menyambut keberhasilan kami ‘kabur’ dari hotel, bukan hanya Sehun, semuanya teriak lepas—pada akhirnya—setelah tertahan saat mendapatiku mau bersekutu dengan mereka.

“Ya ya! Jagan senang dulu, kau pikir manager utama kalian tidak ada di lantai dasar? Mungkin sedang duduk sambil menyeruput kopi,”kataku dengan mata menggoda menatap semua member yang sejenak terdiam.

“Ani. Dia sudah tidur, aku tadi mampir melihat keadaannya di kamar,”jelas Minseok yang tak ku sangka akan melakukan hal seperti itu.

“Wohoooo!,”suara gaduh kembali terdengar lagi, aku hanya mampu mengembangkan senyum melihat ekspresi mereka yang sangat jarang kulihat. ‘Kalian bosan, huh? Karena terus dikejar jadwal yang padat’. Kemudian aku ingat sesuatu hal yang belum 24 jam berlalu.  “Ya! Kalian tau kan konsekuensi jika ‘sneak out’ ini ketahuan?,”namun tak satupun orang yang mendengar ke-kawatiranku, mereka hanya akan tau jika saat kegiatan ilegal ini ketahuan, aku sudah tidak menjadi pegawai SM lagi.

“Tenanglah dongsaeng-i. Aku...,”kepalanya menggeleng. “Kami, akan membelamu di garis depan,”Minseok menyenggol tubuhku yang terpaku pada ke-khawatiranku sendiri, senyuman khas-nya selalu bisa membuat pikiran buruk di kepalaku menghilang begitu saja seperti asap.

-Hello, Manager Kim-

Setelah keluar hotel, semua tampak tak sabar untuk mengelilingi Hongkong di malam hari. Lay dan Tao memasang diri sebagai si empunya rumah dengan jalan di depan kami, para turisnya. Benar apa yang dikatakan Suho, sekitar hotel memang sudah sangat sepi, bahkan sepertinya tak ada yang bisa kami kunjungi, namun tak begitu lama deretan kedai makanan dengan lampu berwarna-warni menyapa pemandangan kami, semua berhamburan kecuali diriku yang hanya menatap dari kejauhan satu-per-satu perginya mereka agar masih dalam jangkauanku.

Tidak hanya makanan, barang-barang yang berkaitan dengan fashion juga terpajang di sekitar jalan, membuatku goyah untuk ikut bergabung dengan para laki-laki yang sibuk mementingkan penampilannya. “Iliwa,”lambaian tangan Lay membuatku harus mendekatinya. Makanan dengan bentuk bulatan-bulatan kecil yang mengumpul jadi satu sudah ia pegang dengan tangan kanannya, Lay segera menyodorkan makanan ringan itu ke arah mulutku meski dengan kepulan asap di atasnya, “Ini sangat enak saat panas,”jelasnya yang melihatku ragu untuk menggigitnya karena kepulan asap panas di atas kue itu. Akhrinya aku meraih kue yang bertekstur lembut itu dengan satu gigitan besar, “Ottae? Mashita?,”aku mengacungkan dua jempolku setelah merasakan lembutnya kue yang melumer di dalam mulutku. “Egg puff namanya,”jelas Lay yang juga ikut menggigit cemilan khas Hongkong itu.

“Hmmm nunna, kau juga harus coba ini,”kini giliran Tao yang baru saja mengunyah makanan bebentuk hampir sama seperti egg puff, namun kali ini lebih mirip jajanan odeng di Korea. “Kau harus coba yang ini,”Tao menunjuk bulatan seperti bakso yang ditusuk dengan kayu, “Curry fish ball,”ucapnya menjelaskan nama makanan yang kini ada dihadapanku. Aku segera meraih satu tusuk curry fish ball sambil mencelupkannya ke dalam kuah yang dikatakan Tao adalah kari pedas.

“Hmmm,”aku berdeham merasakan pedas yang terasa di dalam mulut. “Wuah daebak! Ini bakso ikan ya?,”kataku yang telah selesai melahap satu bulatan yang benar adalah bakso ikan. Lay menyodorkan sebotol air mineral yang langsung kuraih karena merasakan panas di kerongkongan karena sedikit tersedak kuah curry fish ball tadi. “Gomawo,”ucapku seraya kembali memberikan botol mineral milik Lay.

‘Wisatawan’ Korea yang lain akhirnya merapat, mereka pun dengan seenaknya mengambil makanan yang tersedia, seakan lupa akan program diet untuk mempersiapkan album baru di awal tahun 2015. Di saat yang lain sibuk menyantap jajanan pinggir jalan Hongkong, sepasang mataku tak menemukan sosok Sehun yang entah mengapa tidak terlihat, padahal dia cukup mencolok meskipun bergerombol seperti ini. ‘Itu dia’,pekikku yang akhirnya menemukan Sehun tengah berlari kecil ke arah kami, bukannya ikut menikmati makanan khas ini, dia malah memilih berbisik kepada Suho yang langsung direspon dengan gelengan dan menatap ke arahku, Sehun pun juga turut menatapku, namun tatapannya berbeda dengan tatapan Suho.

“Manager Kim. Black card,”Sehun menadahkan tangan kanannya ke hadapanku. Helaan nafas membawa kepalaku beralih dari tatapannya dan menatap Suho yang hanya mengangkat kedua bahunya, tanda bahwa aku yang kini berhak atas black card ini akan dipergunakan Sehun atau tidak.

“Manager Kim. Kami ke sana ya,”Minseok memberitahu bahwa ia dan member EXO lain yang tadi sibuk mengunyah itu kini sudah menjauh untuk melanjutkan wisata mereka.

“O! Hati-hati,”teriakku kepada mereka, melupakan tadahan sebuah tangan yang menunggu black card milik leader-nya.

“Ppaliwa,”mataku memicing ke arahnya yang merengek. Aku menggeleng dengan tangan terlipat di depan dada. “Wae?,”kakinya menghentak seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh ibunya.

“Kau ada card-mu sendiri kan? Pakailah,”jelasku yang berhasil merubah tatapan manjanya kini menjadi tatapan kesal.

“Hyung! Sejak kapan kau biarkan manager Kim memegang kartumu? Kau tidak takut dia akan memakainya, huh?,”tingkahnya kini seperti mengadu kepada sang ayah karena tidak dibelikan mainan oleh ibunya. “Ya! lagipula kau ini siapa? Kau baru dua bulan bersama kami,”ucapannya itu sungguh menohok, aku hanya bisa menatapnya yang kesal karena tidak bisa mendapatkan apa keinginannya seperti biasa.

“Ya! kau tidak sopan bicara seperti itu Oh Sehun!,”Suho meninggikan nada suaranya mendengar kalimat terakhir yang Sehun lontarkan untukku. “Dia tidak akan berani melakukannya Oh Sehun,”lanjut Suho dengan penekanan pada kata ‘Oh Sehun’. Mendengar tak ada yang membelanya, Sehun segera berlalu menghampiri teman-temannya yang sudah jauh di depan, dan Suho mengejarkan untuk menjelaskan apa alasannya memberikan black card ini padaku. ‘Aigo, Kim Shin Neul, kau mencari musuh baru’, aku memegang kepalaku yang terasa berdenyut melihat tingkah Sehun.

“O. Mereka kemana?,”Chanyeol menampakkan diri dari balik pintu kedai tempat kami membeli jajanan tadi. “Aku tadi ke kamar mandi,”jelasnya sambil mengarahkan jempol ke arah belakang.

“Mereka sudah duluan, ayo,”aku mengendikkan kepala ke arah jalan yang sama mereka lalui.

“Bagimana jika kita jalan berdua saja, Shin-ah,”Chanyeol menyeringai, menyodorkan lingkaran tangannya untuk segera kurangkul.

-Hello, Manager Kim-

Di persimpangan jalan kami bertemu, sembilan laki-laki yang tadi entah telah melakukan perjalan ke mana saja. Tubuh-tubuh yang awalnya sangat bersemangat ini, kini tampak layu dan menyerah, apalagi mengingat mereka harus mengisi tenanga untuk pertunjukan esok hari. Memasuki lift aku baru menyadari bahwa ada sesuatu yang seharusnya kubeli sebagai pengantar tidur mereka.

“Kalian duluan ya. aku harus membeli vitamin,”tubuhku langsung berlalu dari hadapan sepuluh lelaki yang sudah berada di dalam lift. Mengingat sudah sangat sepi, aku mempercepat langkahku menuju mini market terdekat yang kemarin aku sambangi bersama Suho dan Sehun. “Anyeonghasaeyo,”sapaku pada seorang perempuan yang sibuk di meja kasir. “Sendiri?,”tanyaku yang tidak melihat satupun sosok di dekatnya.

“Seungyoon, seperti biasa,”Janeul mengendikkan kepalanya ke arah belakangnya. “Ya! Kang Seungyoon, ppaliwa,”teriak Janeul dengan senyum menandakan permohonan maaf karena terlihat 'kejam'. “Aku sudah sangat lelah, jadi jangan mengulur waktu hanya untuk memilih makanan,”lanjutnya lagi. “O. Kau sendiri? Selalu sendiri?,”tanya Janeul meledek.

“Kau hanya tidak melihatku saat sedang tidak bersama mereka. Arra,”jawabku dengan bangga.

“Itu,”Janeul menunjuk jauh di belakangku, membuat tubuhku berbalik mencari sesuatu yang ia tunjuk.

“Minseok oppa,”pekikku tak percaya dengan kedatangannya yang setengah terengah. “Kyungsoo juga?,”melihat Kyungsoo yang ada tak jauh di belakag Minseok yang tengah melambai ke arahku.

“Woah. Aku kalah sekarang, manager kesayangan EXO, ne~,”Janeul, perempuan ini benar-benar tidak ada habisnya menggodaku.

“Anyeonghasaeyo, Kyungsoo imnida”

“Anyeonghasaeyo, Minseok imnida”

Sapaan mereka membuatku tak mampu berkata, seperti seorang ibu yang bangga bahwa anaknya bisa memperkenalkan diri tanpa disuruh, membuat Janeul terperangah, ia hanya mengangguk dan kembali menggodaku dengan senyum. “Ya, manager Kim sungguh berhasil merawat mereka,”tangan yang akan memukul lengannya segera terhenti saat melihat sosok Seungyoon mendekati kami dengan membungkukkan badannya sekilas, yang juga disambut dengan sapaan dari Minseok dan Kyungsoo.

“Ah, pertemuan denganmu selalu membuatku tak bisa konsentrasi Janeul-ssi,”aku menepuk pundaknya dan pergi menuju sebuah rak yang menyajikan berbagai macam minuman.

“Manager Kim, kami duluan,”teriak Janeul yang sudah selesai dengan transaksinya, teriakan kata mengiyakan keluar dari mulutku, membuatnya dan Seungyoon kembali ke hotel.

“Manager WINNER?,”tanya Kyungsoo yang menatap perginya Janeul dan Seungyoon. “Asisten manager sepertimu?,”Kyungsoo beralih dan membantu membawa beberapa botol vitamin di tangannya.

“Ani,”aku menggeleng kemudian berjalan menuju kasir, meletakkan empat botol yang berada di genggaman tanganku, dan kembali mengambil empat botol lagi. “Dia manager utama,”jelasku yang berhasil membuat Kyungsoo melengkingkan suara tanda tak percaya.

“Seolma,”Minseok juga ikut berpekspresi tak percaya. “Kukira semua manager utama itu laki-laki,”tambah Minseok yang hanya kurespon dengan bahu yang terangkat.

“Kalau begitu, kau bisa menjadi manager utama Shin-ah,”Kyungsoo menjentikan tangannya, seperti menemukan ide bagus, padahal terdengar sangat mustahil bagiku.

“Jernihkan pikiranmu Do Kyungsoo,”aku menjentikkan jemariku di atas dahinya, berhasil membuat Kyungsoo meringis kesakitan. “Tidak bisa selama sasaeng fans kalian masih sangat brutal,”jelasku sambil melihat  kasir meletakkan botol-botol berisi cairan berwarna jingga itu ke dalam kantung belanja. Kyungsoo mengangguk, diikuti Minseok yang juga mengiyakan perkataannya, bahwa sasaeng fans SM memang tidak terlalu bisa dikendalikan dengan sangat baik.

20 botol miuman bervitamin telah berada di genggaman kami bertiga yang berjalan menuju kamar masing-masing. Aku dibantu dengan Minseok dan Kyungsoo berputar memberikan empat botol pada masing-masing kamar yang hampir sudah tidak ada aktivitas karena kelelahan.

“Sebelum tidur, minum ini dulu untuk bantu jaga stamina kalian,”aku memberikan empat botol tersebut kepada Suho yang menyambutku di depan pintu kamarnya. “Ada satu lagi,”lanjutku yang melihatnya akan menutup pintu. “Kau taruh dulu minumannya,”pintaku, membuatnya berjalan masuk ke dalam kamar dan meletakkan botol-botol tersebut di atas meja kosong. “Ini,”aku menyerahkan black card miliknya, namun tidak ada satu anggota tubuhnya yang memberikan reaksi, Suho hanya menatapku. “Wae? Ambillah, aku mau istirahat,”tangan kananku mendorong black card itu ke tubuhnya.

“Aniya,”Suho mengeleng diikuti langkahnya yang mundur karena aku mendesak untuk segera mengambil kartu berwarna hitam itu. “Kau yang akan memegagnya sampai batas waktu yang tidak ditentukan, sampai aku sudah bisa menahan diri untuk tidak boros,”tambah Suho. “Sudahlah manager Kim, aku lelah. Boleh aku istirahat?,”Suho menahan mulutku yang akan segera melontarkan sepatah kata. “Ne.Anyeong,”lelaki itu menutup pintu kamarnya sebelum aku kembali berdalih.

Aku segera berbalik setelah mendapat hentakan pintu yang tertutup, dan berhasil mendapati sosok lelaki yang tengah menatapku sebelum ia dibukakan pintu oleh seseorang dari dalam kamarnya, aku hanya memberikan salam dengan membungkukan tubuh sekilas yang juga dibalasnya dengan hal serupa sebelum akhirnya pintu miliknya tertutup.    

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK