home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hello, Manager Kim

Hello, Manager Kim

Share:
Author : larasatityass
Published : 01 Apr 2015, Updated : 31 Mar 2016
Cast : EXO Member | EXO Manager | Kim Shin Neul (OC) | WINNER member | Park Janeul (OC) | Woo Jiho aka Zico
Tags :
Status : Complete
4 Subscribes |26274 Views |11 Loves
Hello, Manager Kim
CHAPTER 4 : Long Time No See

“Jadi, apa kabar manager Park Janeul?,”aku menyambut keduanya, sosok perempuan yang menjadi manager utama WINNER bersama salah satu anak asuhnya yang ku ketahui bernama Kang Seungyoon. Perempuan yang sudah akrab ku pangil Janeul itu mengangguk meledek dan segera menempati kursi tepat di hadapanku, begitupun dengan Seungyoon yang turut bergabung bersama kami.

Melihat Janeul ada dihadapanku, membuat mulut ini tak mampu untuk terkunci, ia bagaikan buku diary yang sebelumnya pernah kumiliki saat masih duduk di sekolah dasar, hanya kepadanya aku mampu meluapkan semua perasaanku, keluh-kesah, senang, sedih, dan lelah dalam pekerjaan yang baru aku jalani selama satu bulan.

“Ya,”Janeul melirik ke arah Seungyoon, memberi ungkapan melalui kedua matanya, ‘Apa tak apa-apa membicarakan EXO di depan artis lain? Kau mau dipecat?’. Aku membungkam mulutku sesaat, menyeruput perlahan cokelat panas yang masih menghembuskan kepulan asap di atasnya. “Kang Seungyoon, perkenalkan dirimu,”senggol Janeul, yang tersdar belum mengenalkan sosok leader WINNER ini kepadaku.

“Kang Seungyoon imnida,”ucapnya seraya membungkukkan badan, aku pun memperkenalkan diri sama persisi seperti yang dia lakukan, singkat, padat.

Aku kembali melirik Janeul setelah beberapa saat kami terdiam karena kehadiran Seungyoon, bukan karena tidak suka, tapi memang akan canggung jika aku membocorkan banyak keluh-kesahku di depan artis lain di luar management SM. Jujur saja, mulutku benar-benar ‘gatal’ ingin mengeluh pada Janeul, tak apalah, semoga saja setelah ini Janeul melakukan hipnotis untuk menghilangkan ingatan Seungyoon dengan apa yang akan aku katakan.

“Micheoso,”keluhku berhasil membuat Seungyoon yang sibuk dengan ponselnya kini melirik ke arahku, begitupun Janeul yang sudah siap dengan telinganya untuk mendengarkan ceritaku. “Aku benar-benar tidak bisa menahan mulutku. Mianhae So Man sajangnim,”umpatku sendiri. “Aku masih tidak tahu harus bagaimana menangani Kai, sepertinya dia masih tidak menerima kehadiranku. Ah Micheoso jeongmal,”awal ceritaku dimulai.

“Memang kau pikir aku bisa dengan mudah dekat dengan semua member WINNER. Bahkan sampai sekarang masih ada satu member yang tidak suka dengan kehadiranku,”Janeul melirik Seungyoon yang menampakkan senyum simpul, kemudian menopang kepalanya dengan tangan kanan, menghadap ke sisi kiri menatap Janeul.  “Nam Taehyun. Woah, aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran anak itu,”keluh Janeul yang ditanggapi seringai senyum Seungyoon menahan tawa.

“Ya. Kau hanya punya lima. Sedangkan aku sepuluh,”kini aku memberikan argumen lain, tak ingin kalah dengan keluhan Janeul. “Bahkan dari sepuluh itu, belum satupun yang benar-benar dekat denganku. Hanya beberapa yang menaruh perhatian, mungkin tiga atau empat, entahlah,”aku menerawang langit-langit mencoba membayangkan perlakuan baik apa saja yang sudah member EXO berikan kepadaku.

“Kim Shin Neul, jelas saja mereka begitu. Bahkan kau baru sebulan bergabung di SM, itu pun masih kontrak satu tahun,”Janeul meledek, ia tertawa terkekeh dengan perbandingannya denganku. “Aku sudah sejak awal bersama Bigbang, kemudian dengan 2NE1, dan dia (Nam Taehun) bersikap seperti itu. Dia benar-benar tidak tahu diri,”umpat Janeul lagi mengingat nama Nam Taehyun.

“Ya, kenapa kau yang curhat?,”aku meledeknya lagi. Cerita kami berlanjut, aku mulai menceritakan satu per-satu member secara detail, memberikan rincian yang tak bisa aku ceritakan jika kami mengirim pesan.

Dimulai dari Suho atau yang bernama asli Kim Jun Myeon, leader EXO-K. Suho merupakan pribadi yang lebih serius dibanding member lain, dia lebih tua dariku, sehingga aku bersikap enggan dengannya, tetapi aku tidak melihat sikap enggan itu di antara member EXO yang lain, membuatku sedikit mengasihani Suho yang sudah berjuang keras untuk member lain, apalagi ia rela menguras kartu-nya untuk dipakai member lain. Ya, dia benar-benar tidak akan membiarkan member lain menderita karena menginginkan sesuatu, tapi bagaimana aku bisa mengatakan bahwa hal itu tidak baik, disaat aku belum bisa berkomunikasi baik dengannya.

Kemudian Byun Baekhyun, sebenarnya dia bukan orang yang sombong, kami pernah menghabiskan waktu bersama dan dia sangat menyenangkan, tapi sepertinya kami belum cocok bila dibiarkan berdua, kecanggungan di antara kami hilang jika ada pihak ketiga. Baekhyun layaknya siswa populer yang tidak bisa langsung dekat dengan seseorang, dan memilih dengan siapa dia mau berinteraksi, jika dia belum menemuimu lebih dulu, maka jangan harap kau bisa masuk dalam golongan ‘populer’ dalam lingkarannya.

Park Chanyeol, dialah salah satu member EXO yang memberikan perhatian kepadaku, aku tidak merasakan sesuatu yang janggal kenapa dia bersikap seperti itu, mungkin karena kami lahir di tahun yang sama, dan senang jika bertemu seorang ‘teman’ baru. Tidak ada masalah yang berarti antara aku denganku, tapi kami belum bisa menghabiskan waktu berdua untuk lebih dekat, padahal sepertinya kami sangat ingin melakukan hal itu.

D.O atau yang bernama lengkap Do Kyungsoo, dia yang terbaik menurutku. Entahlah aku sangat senang berada di sisinya, aku akan merasa nyaman jika ada dia di antara kami, seakan semua kecanggungan runtuh.

Kim Jongin atau Kai, sudah tidak perlu aku jelaskan kau pasti mengerti Janeul, dia lah sumber kecangunganku. Setiap ada dia aku tidak bisa bernafas lega, aku masih tak mengerti mengapa dia masih menaruh pikiran buruk terhadapku, aku memang bukan fans Kpop seutuhnya, bahkan aku baru mengenal lagu EXO dan beberapa artis terkenal lainnya beberapa minggu sebelum aku melamar pekerjaan, jadi aku tidak sempat mencari informasi apa yang tengah terjadi antara dia dengan sasaeng fans.

Oh Sehun, kami bahkan belum pernah berinteraksi langsung. Aku melihat Sehun memiliki kedekatan dengan Kai, mungkin karena mereka lahir di tahun yang sama, sehingga aku sulit untuk berinteraksi dengannya.

Xiumin atau yang bernama lengkap Kim Minseok, apa? Apa yang harus aku beri komentar tentangnya? Yang jelas dia sangat baik, ramah, dan seperti kakakku sendiri, sama seperti Kyungsoo, aku nyaman saat berada di sisinya, tapi dia lebih banyak bicara saat kami hanya berdua, jika sedang ramai dengan sembilan member lain, dia lebih memilih mendengarkan lainnya berbicara denganku daripada ikut masuk dalam obrolan.

Lay atau bernama lengkap Zhang Yixing, dia asli dari Cina, sebenernya  beberapa kali ia terlihat sangat penasaran denganku, tapi keterbatasan bahasa atau bisa dikatakan ia belum lancar betul menggunakan bahasa Korea, ia selalu mengurungkan niat untuk berbicara denganku, padahal aku bisa merasakan bahwa ia sangat ingin banyak bertanya, tapi selalu tak kesampaian.

Bernama lengkap Kim Jongdae , Chen juga salah satu member yang seumuran denganku.  Aku jarang bertemu dengannya, hanya bertemu jika kami satu mobil atau di ruang tunggu, dia lebih suka menghabiskan waktu di ruang latihan, sepertinya dia sangat terobsesi masalah vokal.

Terakhir Huang Zitao, atau yang biasa dikenal dengan nama Tao, kali ini bukan dia yang bermasalah denganku, tapi aku yang bermasalah dengannya, wajahnya seperti salah satu member gang yang siap membunuhmu kapan saja, ah abaikan, tapi aku sedikit takut di dekatnya, apalagi lingkaran hitam di bawah matanya cukup memberikan kesan jahat, tapi pada kenyataanna dia hanya terlampau manly meskipun mudah menangis.

Diikuti ceritaku yang habis, Janeul juga berhasil menghabiskan satu cup minumannya. Aku tertawa meledek diriku sendiri, yang berubah menjadi pribadi cerewet setelah lepas dari sepuluh anak EXO.

“Ya, apa kau aslinya seperti ini?,”Janeul menatapku bingung dengan cerita panjang lebarku, ditambah dengan cerita para manager lainnya. “Kau cerewet sekali,”tak sengaja aku menatap Seungyoon yang sedari tadi hanya menunduk dengan telepon genggamnya ikut mengangguk, mengiyakan ucapan Janeul bahwa aku cerewet. “Percaya padaku, kau akan punya waktu berdua dengan seluruh member, semua akan ada waktunya, hanya saja kau tidak sabar,”ucap Janeul yang melahap satu cake brownies miliku yang sedari tadi  tak kusentuh. Aku mengangguk, mengiyakan bahwa benar semua ada waktunya. “Himnae manager Kim!,”Janeul melayangkan kepalan tangan kanannya ke udara, seakan memercikan semangat kepadaku yang akan memulai petualangan baru di hari esok. “Ah, sudah jam delapan malam, kami harus kembali. Aku lupa, Minho menitipkan ini,”Janeul mengangkat kotak berisikan cupcake-kurasa-yang baru saja dibeli sejak dua jam lalu-sepertinya.

“O. Kka,”usirku diiringi tawa dari kami berdua, Seungyoon pun tak segan membungkuk dan melambaikan tangan. “Anyeong,”lambaian tanganku menghantar kepergian mereka yang sudah di ujung pintu.

Setelah keduanya pergi aku kembali menatap jalan malam yang makin ramai, maklumlah ini hari Minggu, banyak yang akan menghabiskan malam weekend sebelum akhirnya kembali bekerja besok. ‘Drrrtt... Drrttt...’ telepon genggamku menari di atas meja, menyibakkan kilasan lampu yang menandakan bahwa ada pesan masuk.

 

+82 12 XXX XXXX

Shin Neul-ssi kau sedang apa merenung sendiri begitu? Cepat keluar, aku ingin membelikan sesuatu untukmu.

Aku menyipitkan mata, menebak siapa kira-kira teman yang akan mengajakku keluar, seingatku teman dekatku kini sudah berada di luar kota Seoul karena meneruskan kuliah dan bekerja. ‘Ah, apa mereka sedang mengerjaiku ya?’. Aku menoleh ke penjuru jalan, namun tidak ada satupun orang yang aku kenal, tapi....

“Ya! Kau cari mati ya malam-malam begini keluar rumah?,”aku dengan gemas memukul lengannya. Dia benar-benar happy virus, tidak ada takutnya. “Ayo pulang,”aku menarik tangannya ke lain arah, sedangkan tubuh tinggi besarnya tak bergerak sedikitpun, justru ia yang berhasil menarik diriku menyusuri jalan yang ia mau. “Yeol-ah,”pekikku mengikuti langkah kakinya yang entah akan membawaku kemana.

“Ya, kau berisik sekali. Apa ini dirimu sebenarnya. Berisik,”ungkap Chanyeol, diikuti anggukan kepalaku yang tidak ia lihat. “Aku tau, kau menghilangkan topi dariku kan?,”Chanyeol berbalik menelisik mataku, mencari kebenaran tentang riwayat topinya yang tidak pernah ia lihat lagi. Aku mengusap tengkuk leherku, menghindari tatapan Chanyeol yang menghardik. “Hah!,”jentikan jari mendarat di keningku, meninggalkan panas dan perih karena ulah Chanyeol.

“Ya! Kau berani sekali. Aku masih lebih tua denganku satu bulan,”ucapku yang tak ia acuhkan.

Kami berdua kembali menyusuri jalan, menunggu kapan Chanyeol lelah berjalan atau menemukan tempat yang ia tuju. “Igon...,”dengan pasrah aku menjadi model tanpa bayaran, mencoba semua topi yang ia pikir bagus. Ya, kami sudah berada di sebuah toko yang menjual banyak topi, entahlah dia terlalu menggilai topi, padahal dia sudah punya satu rak penuh topi, tapi sepertinya kecintaannya akan topi tidak ada habisnya. “Ottae?,”Chanyeol menggeser diriku ke depan kaca. “Kyeopta,”Chayeol kegirangan sendiri melihat topi yang sedari tadi ia coba kenakan kepadaku. ‘Ayolah Chanyeol, kau tidak lelah?’,ungkapku dalam hati, bukan karena aku tidak suka jalan berdua dengannya, tapi semakin lama kita di tempat ini, maka semakin banyak pula orang yang sadar akan keberadaanmu.

“Yeol-ah. Apa belum selesai?,”aku mulai gusar.

“Chakkaman ne,”Chanyeol mengeluarkan dompet miliknya, menenteng satu kantung besar. “Kkaja,”tanpa segan ia merangkul pundakku, tak terlihat seperti sepasang kekasih, tapi lebih kepada rangkulan seorang teman. “Shine Neul-ssi,”ia kembali buka suara setelah kami berada di jalan yang mulai sepi.

“Hmmm,”responku kemudian menoleh ke arahnya yang menjulang di sebelah kananku. “Hey. Ya. Kenapa kau terus memanggilku Shin Neul-ssi,”aku menggertak, baru sadar bahwa ia tidak pernah memanggil namaku dengan lebih akrab.

“O. Agar kau tetap kupandang anggun di depanku,”Chanyeol tersenyum. ‘Anggun katanya?’ aku meliriknya penuh tanya, apa hubungannya antara panggilan formal dan informal sehingga akan terlihat lebih anggun(?). “Hahaha,”Chanyeol mulai tertawa melihat tatapanku yang penuh tanya. “Awalnya aku berpikir untuk terus memanggilmu Shin Neul-ssi agar kau dipandang berwibawa olehku dan member lain, karena kau manager kami. Aku hanya ingin menghormatimu saja, agar kami, terutama aku tidak semena-mena memperlakukanmu karena kau masih muda,”jelasnya panjang lebar menatap lurus ke depan sambil menenteng satu kantung besar yang entah berisikan apa saja. “Ottae? Aku kerena kan?,”aku yang sudah terkesan dengan ucapannya buru-buru memalingkan wajah kesal.

“Ya!,”pukulan keras melayang di lengannya, membuat Chanyeol mulai berlari menghindariku.

-Hello, Manager Kim-

“Shin-ah!,”dentuman keras di pintu dan bunyi bell berhasil membangunkanku yang tersadar bahwa semalam aku terjaga bersama Chanyeol menonton  film. ‘Hah!,’aku menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

“Ne!,”aku segera membuka pintu, mendapati Minseok sudah menyapaku dengan senyum merekahnya.

“Kau akan telat jika terus tidur,”ucap Minseok, mengingatkan bahwa aku harus membawa member EXO ke SM Building untuk latihan.

“Gomawo oppa, ayo masuk,”aku mempersilahkan Minseok masuk dengan wajah berantakan karena bangun dengan kaget. “Chanyeol masih tidur?,”tanyaku sambil menuangkan air mineral ke dalam dua gelas dan menaruh salah satunya di depan Minseok. Ia menggeleng mendengar pertanyaanku, kemudian meminum air yang sudah aku sediakan. “Semalaman aku bersamanya menonton film disini. Sepertinya aku ketiduran, saat aku bangun dia sudah tidak ada,”jelasku yang masih kebingungan tak menemukan sosok Chanyeol.

“Dia sudah bangun dari tadi,”jawabnya kini dengan satu kalimat, aku hanya mengerutkan dahi, seakan belum puas dengan jawaban Minseok. “Tenang saja, mereka semua sudah bangun. Sudah tampan-tampan,”lanjut Minseok seakan mengetahui bahwa aku masih memikirkan bagaimana cara membangunakn mereka.

“Daebak,”aku menggeleng tak percaya, sambil menarik handuk yang ada di sebuah jemuran dekat jendela. “Kau mau menunggu disini? Aku akan mandi dulu,”Minseok mengangguk.

Aku meninggalkan Minseok sendiri, sedangkan aku sibuk membersihkan diri di kamar mandi. Anehya aku tidak merasa was-was ada laki-laki di kamarku saat aku mandi, sudah ku katakan bahwa dia lah salah satu yang membuatku nyaman, jadi tidak ada perasaan aneh, bahkan saat aku sedang mandi. Apakah kali ini aku yang mulai aneh?

“Kka...,”ucapanku terhenti saat sudah kudapati makanan berhamburan di lantai bersama dengan Minseok, Kyungsoo, dan Chanyeol. “Kalian sedang apa? Kenapa hanya bertiga? Yang lain sudah sarapan?,”baru keluar kamar mandi, aku lagsung memberikan serangan pertanyaan kepada tiga orang yang tak ku ketahui kapan datangnya. “Sudah hampir jam sepuluh, kalian bisa telat,”aku duduk di antara mereka.

“Sudahlah, makan dulu,”pinta Chanyeol yang langsung menyodorkan satu suapan nasi besar ke mulutku. “Liat uri manager bahkan lebih kurus dari kami. Kau mau kami dikira menyiksamu karena terlalu kurus,”ledek Chanyeol yang mengangkat tanganku dan memperlihatkan lengan kecil milikku. “Woah, dia bahkan lebih kurus dari SNSD,”lanjut Chanyeol berlebihan.

“Arra, aku akan makan,”hanya itu cara agar Chanyeol berhenti meracau, membuatku dipermalukan di depan teman-temannya yang lain.

“Kau berpacaran dengan Seungyoon? Meminta bantuan pada managernya sebagai pihak ketiga?,”aku melotot mendengar pernyataan Kyungsoo yang entah datang dari mana.

“Ya”aku hampir melemparnya dengan sumpit. “Kau berkata yang benar saja. Mana mungkin aku pacaran dengannya saat sepuluh laki-laki sangat merepotkanku. Tidak ada waktu,”aku menggeleng sambil menyeruput teh hijau yang entah disediakan oleh siapa. “Aku memang bertemu dengannya. Tidak sengaja. Aku mengenal managernya, bukan Seungyoon,”jelasku seperti artis-artis yang terkena rumor. “Kau tau dari mana?,”aku memicingkan mata menatap Kyungsoo. “Ya! Kau keluar ya? Tanpa sepengetahuanku? Seolma! Ih,”Kyungsoo menggeleng namun juga tersenyum, menyibakkan banyak persepsi di kepalaku. “Iya kan?,”aku kembali menekannya, dan kini ia mengangguk. “Jangan lakukan itu lagi sendiri. Kalian harus pergi keluar denganku mulai saat ini. Dilarang pergi sendiri,”hardikku kepada tiga orang di hadapanku.

“Hanya kami bertiga,”Minseok menekankan kembali.

“Ani, kalian semua. Bersepuluh,”tegasku.

Setelah kami selesai mengisi perut untuk aktivitas hari ini, lima member lain yang masih berada di dormitori segera mengikuti langkahku menuju mobil yang terparkir di basement.

“Sedang apa kau?,”aku melirik Suho yang sudah duduk tepat di sampingku yang tengah menyalakan mesin mobil.

“Duduk,”jawabnya singkat kemudian memasang sitbelt. “Ternyata lebih nyaman begini, daripada berdesakan di kursi belakang,”lanjutnya karena tatapanku yang seakan menyuruhnya untuk pindah.

“Ah. Shin-ah kau belum melihat topi yang aku belikan?,”Chanyeol mulai membuka perbincangan saat kami baru saja keluar dari gedung yang disambut teriakan fans.

“Belum,”aku menggeleng, melanjutkan konsentrasiku menyetir setelah suara klakson tak mampu membiarkan para fans menjauh. “Sepulang dari sini akan aku buka. Ne~,”ucapku dengan penekanan kata ‘ne’ dengan nada manja.

“Ne,”sahut Chanyeol, diikuti dengan kegaduhan yang dibuatnya untuk segera diputarkan lagu.

-Hello, Manager Kim-

“Oraenmanhae,”suara itu tidak asing, ya aku sering mendengar suara itu sebelumnya. Aku ingin menoleh, namun hatiku enggan untuk melihat wajahnya lagi. Tak melihat bayangan apapun di dekatku, aku memberanikan diri untuk menoleh, laki-laki itu benar ada disana, bertemu seorang perempuan yang cara berpakaiannya jauh lebih baik denganku. ‘Ah’,aku kembali mengeratkan syal yang melingkar di leher, menutup separuh wajahku agar tidak dikenali orang, terutama dirinya. Satu gelas buble tea yang disodorkan pramu saji menghantarkan lamunanku melayang, tubuhku kembali ke alam nyata, aku segera meraih minuman dingin yang menjadi pesanan Sehun, berbalik arah tanpa menatap laki-laki yang tengah duduk di sudut ruangan.

Sepasang tangan menyapa kedua lenganku, berhasil menahan langkah kaki yang hampir menabrak seseorang di hadapanku. ‘Jebal, jangan biarkan dia ada dihadapanku’,pekikku dalam hati, menundukkan kepala seraya berkata, “Jeosunghamnida,”kemudian berlalu tanpa memastikan siapa orang yang menghalangi jalanku, namun tangannya tak kunjung melepaskan kedua lenganku. ‘Ottae?’

“Ya. Kim Shin Neul, kau baik-baik saja,”aku segera menatap sumber suara, kemudian menoleh ke arah lain yang kini sudah menatapku dengan penuh rasa ingin tahu. ‘Sial, sekarang malah dia menyadari akan kehadiranku’.

“O. Gwenchana. Kau sedang apa di sini?,”aku segera menarik laki-laki yang biasa dipanggil Lay itu keluar dari kedai minuman yang jaraknya tak jauh dari SM Building.

“Menemuimu. Kau susah dihubungi,”ungkapnya yang membuat tanganku segera merogoh ponsel yang berada di kantung jaket, sudah ada dua miss called dari Seunghwan sunbaenim.

“Ah, mian. Kalian sudah mau pulang ya,”tanpa menoleh lagi ke dalam kedai, untuk mengetahui apakah lak-laki itu masih memperdulikanku, aku segera berjalan menjauh diikuti Lay yang juga turut berjalan berdampingan denganku.

“Nugu?,”Lay menoleh, sepertinya ada orang yang terus memanggilku. ‘Ah, hanya perasaanku saja’. “Manager Kim, dia terus memanggilmu,”Lay menatapku yang tak acuh dan terus berjalan, bahkan aku juga mengacuhkan pemberitahuan Lay. “Kau marah denganku? Kenapa kau diam saja,”Lay meraih mataku.

“Aniya,”aku menggeleng dengan senyum. “Anggap saja kau tidak mendengar suara apapun. Aku tidak mengenal orang yang sedang memanggilku itu,”aku meraih lengan Lay dan mempercepat langkahku sambil merangkul lengannya.

“Ya,”tubuhku berhasil berbalik, mendapati sosok laki-laki yang sudah aku hindari selama satu tahun. “Kau menghindariku?,”nafasnya tersengal menatapku yang berhasil ia raih. “Oraenmanhae Kim Shin Neul,”senyumnya mengembang, sebuah uluran tangannya seakan berharap aku gapai, namun suara panggilan gadisnya mengalihkan pandangan kami.

“Chagya kau sedang apa?,”perempuan itu merengek di depan pintu, mata laki-laki yang dulu juga sempat ku panggil chagya itu nampak bingung, memilih di antara dua perempuan yang menghimpitnya. “O. Lay EXO,”pekik perempuan itu yang menyadari masih ada Lay di sampingku.

“Kkaja,”aku kembali menarik tubuh Lay untuk segera menjauh dengan langkah seribu. Lay yang berada tepat disampingku tak bergeming, mungkin dia ingin menanyakan banyak sesuatu tentang apa yang ia lihat, namun masih memikirkan kata-kata yang tepat agar tidak menyinggungku.

“Hmmm waseo?,”aku menatap kumpulan orang yang sudah duduk rapih di kursi mobil.

“Mian. Ada sedikit kesalahan teknis,”Lay angkat bicara, seakan meneruskan ucapanku yang memang akan kuucapkan setelah memberikan bubble tea kepada Sehun yang sudah duduk tenang bak raja di kursi penumpang.

Aku kembali menjalankan mobil, sedang yang satu sebelumnya sudah berada jauh di depan kami bersama Seunghwan sunbaenim, mengantar sepuluh anak ini kembali ke dormitori untuk istirahat. Suara jalan di luar menjadi pengantar tidur empat laki-laki di belakangku dan Lay, sambil menatap jalan dengan seksama aku kembali menyusun kegiatan yang akan aku lakukan seusai sampai dormitori. Ya, aku masih bertanggung jawab penuh atas kebersihan dormitori EXO, oleh sebab itu aku jarang bisa bertemu Janeul, ditambah jadwal promosi artis kami masing-masing yang tidak selalu sama.

“Chogyo,”sebelah kananku mulai bergeming, rupanya Lay tidak ikut tertidur. “Kau tidak apa-apa?,”sepertinya ia sedari tadi mengamatiku yang tengah berpikir keras untuk melupakan kejadian tadi dengan memikirkan rentetan tugas yang akan aku kerjakan di dormitori.

“O. Nan gwenchanseumnika,”ucapku diiringi senyum. “Kau tidak ikut tertidur seperti yang lain? Kau tidak merasa lelah?,”aku balik bertanya pada sosok yang masih betah memandang jalanan kota Seoul yang ramai.

“Animnida,”jawabnya mengikuti bahasa formal yang aku gunakan terlebih dulu, mendengarnya mengundangan tawa di antara kami berdua.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK