home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hello, Manager Kim

Hello, Manager Kim

Share:
Author : larasatityass
Published : 01 Apr 2015, Updated : 31 Mar 2016
Cast : EXO Member | EXO Manager | Kim Shin Neul (OC) | WINNER member | Park Janeul (OC) | Woo Jiho aka Zico
Tags :
Status : Complete
4 Subscribes |26282 Views |11 Loves
Hello, Manager Kim
CHAPTER 17 : Busy

“Anyeonghasaeyo,”sapaku membungkukkan sedikit badan pada tiga lelaki yang sudah duduk di sebuah ruangan penuh dengan poster artis-artis SM Entertainment. Ketiganya membalas sapaan dengan senyum ramah dan anggukan di kepala, menyuruhku untuk menempati salah satu kursi yang tersedia.

Ya, untuk pertama kalinya aku menghadiri rapat bersama manager EXO yang lain, setelah hampir lima bulan aku bekerja dengan mereka. Aku pun memilih duduk di sebelah Hyunkyun sunbae yang kini sedang sibuk dengan telepon genggamnya, melakukan ‘deal’ sesuatu.

“Ya. Kim Shin Neul,”bisik lelaki yang marganya sama denganku, Kim Minwook. Ia mencondongkan tubuhnya ke arahku yang terbatas meja kaca di antara kami. “Kau sudah terima gaji?,”aku mengangguk dengan wajah datar, namun teringat akan ucapan Woobin tentang saham yang appa tanamkan kepada EXO.

“Woah. Daebak! Kau sudah melihatnya sunbae?,”pekikku mengacungkan jempol, melihat ekspresi puas dari Minwook sunbaenim, sepertinya aktingku berhasil terkait gaji yang naik beberapa ratus won.

Minwook sunbae mengangguk dengan bibir mengerucut dan dahi yang mengerut, kedua tangannya juga melipat di atas dada. “Ya...,”ia kembali menyondongkan tubuhnya lagi ke arahku. “Aku dengar ada orang yang menanamkan sahamnya di EXO. Makanya kita naik gaji,”aku mendekatkan diri mendengar bisikannya, senyum seringai tanpa sadar memoles wajahnya, tetapi cepat terganti saat kami kembali ke posisi duduk normal.

“O...,”aku berdecak kagum dengan membenturkan kedua telapak tanganku tanpa suara. Belum selesai aku meneruskan aktingku, pintu kaca yang berada di ujung sudut ruangan terbuka. Menampakkan tiga manager lainnya masuk ke dalam ruangan, Youngjun sunbae tentunya tak bisa lepas dari ponsel yang bertengger di telinganya, sampai tubuhnya kini berada di ujung meja, meletakkan beberapa barang bawaan dan ponsel tanpa ber-case itu akhirnya lepas dari telinga kanannya.

“Sudah datang semua?,”Youngjun sunbae menyapa enam orang yang berada di hadapannya, namun tatapannya masih fokus pada layar ponsel berukuran 6 inchi. “O Shin. Selamat datang kembali, semoga kau sudah sembuh total,”tuturnya sambil menatapku dengan senyum singkat dan akhirnya menaruh ponsel tersebut di atas meja. Pandanganya kembali mengedar kepada seluruh manager EXO. “Siapa yang ingin melaporkannya terlebih dahulu?,”singkat Youngjun pada inti pembicaraan terkait comeback EXO yang tinggal beberapa minggu lagi.

“Ne hyung. Persiapan konser EXO Planet 2, The EXO’luXion sudah fix 100%. EXO akan menggelar konser ini sebanyak lima kali di Seoul Olympic Park Gymnastics Stadium. Persiapan sudah sesuai rencana. Kita tinggal menghitung mundur konser tersebut berlangsung mulai akhir minggu ini,”jelas Seunghwan sunbaenim dengan gelaran konser pre-release album EXODUS.

“Oke,”Youngjun sunbae mengangguk sambil mencatat sesuatu di dalam tablaet yang kini sudah tersedia di hadapannya. “Jika perihal album dan comeback EXO sudah tuntas semua. Lalu ada laporan apa lagi selain ini,”lanjut Youngjun sunbae sambil menyenderkan tubuhnya, namun masih menatap ke arah kami, atau lebih tepatnya mereka yang sibuk dengan barang elektronik mereka yang sudah mengerjakan pekerjaannya.

“Hyung,”panggil Jaehyuk sunbae. Ia menyodorkan tumpukan kertas ke arah Youngjun sunbae. “Ada empat penawaran film untuk EXO dan satu drama,”ungkapnya yang mendapat perhatian lebih dari Youngjun sunbae dengan segera meraih tumpukan kertas tersebut. “Mereka membuka casting untuk EXO, kemungkinan besar akan mudah lolos,”lanjut Jaehyun sunbae, membuat Youngjun sunbae menganggukan kepala sembari menatap tumpukan kertas tersebut.

“Ah,”Youngjun menyenderkan tubuhnya pada badan meja dengan tangan bertumpuk. “Shinneul,”panggil Youngjun sunbae menatapku. “Kau akan menemani Kyungsoo ke Macau pada tanggal 25 mendatang. Kau bisa urus keberangkatanmu  ke pihak administrasi setelah rapat ini,”perintah Youngjun sunbae yang langsung kurespon dengan anggukan. “Sekaligus keberangkatanmu untuk SM Town di Taiwan. Aku lupa memasukkan namanu,”tambah Youngjun sunbae. “Lalu bagaimana dengan Minseok? Dia jadi ikut Crime Scene season2?,”tanya Youngjun sunbae sambil mengendikkan dagu ke arah Hyunkyun.

“Ne hyung. Akhir April mendatang Minseok sudah mulai syuting episode pertamanya di Crime Scene season 2,”yakin Hyunkyun mengingat member tertua di EXO saat ini akan memulai variety show pertamanya tanpa member EXO yang lain. 

“Baiklah,”Youngjun sunbae menegapkan tubuhnya kembali setelah tadi sempat bersandar pada kursi. “Sepertinya untuk persiapan comeback EXO sudah terencana dengan baik. Kita tinggal menunggu eksekusinya di lapangan. Siapkan tenaga kalian,”tutup Youngjun sunbae setelah membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai penanda meeting singkat ini telah usai.

Youngjun sunbae dengan berbagai macam bawaannya di atas tangan melintas di belakangku menuju pintu untuk keluar ruangan, namun langkahnya terhenti saat kami hendak mengikutinya keluar dari ruangan. Ia berbalik dan menatapku yang  masih betah duduk di atas kursi.

“Shin,”panggilnya, akupun menatap Youngjun sunbae yang tengah mengingat sesuatu. “Satu tugas wajib untukmu. Kau harus mengawasi EXO dengan benar, jangan sampai kejadian tempo lalu kembali terlihat oleh sajangnim. Arra?,”perintah Youngjun sunbae tanpa bantahan. Aku pun hanya mengangguk dan mengungkapkan kata ‘ne’ sebelum akhirnya ia beserta beberapa manager lain keluar ruangan.

“Tidak usah terlalu dipikirkan. Hampir semua manager pembantu akan berbuat nakal untuk artisnya,”bisik Yongmin sunbae yang menyamakan langkahnya denganku saat hendak keluar ruangan. “Oke,”bulatan dari bentukan ibu jari dan telunjuknya ia arahkan kepadaku dengan senyum riangnya. “Hwaiting manager Kim,”Yongmin sunbae menerkam kedua bahuku sembari kami jalan menelusuri SM Building. 

-Hello, Manager Kim-

Waktu istirahat siang datang, setelah menyelesaikan serangkaian latihan untuk persiapan konser EXO Planet 2, The EXO’luXion, sembilan member EXO berhamburan di atas lantai tari bercorak kayu ini. Tao tampak bosan dengan hanya memainkan ponselnya selama latihan berlangsung, cedera yang dialami di pergelangan kakinya belum juga membaik, namun comeback EXO akan semakin dekat.

“Wae?,”aku menempelkan botol dingin ke pipinya. Tao pun menggidik mendapatkan sensasi dingin di pipinya. “Cepat pulih, agar kau bisa kembali bersama mereka di atas panggung,”ucapku menyamakan posisi dengan menjongkon di sampingnya. “Arra?,”aku memberantaki rambutnya setelah berhasil mendapatkan anggukan dan senyum tipis Tao. “Kau mau makan apa? Aku mau membeli makan siang untuk kalian,”tatapku kembali pada si kepala yang masih setia menunduk.

“Terserah nunna. Aku tidak berhak me-request makanan saat yang lain lebih lelah daripada aku,”ucapnya dengan nada penuh penyesalan.

“Eish, anak ini,”aku pun beranjak dari tubuhku yang tadi berjongkok. Kemudian meneriakkan menu apa yang ingin mereka makan siang ini. Setelah mendapatkan jawaban satu suara, aku pun beranjak pergi untuk membeli makan siang mereka yang letaknya tak jauh dari SM Building.

“Nunna!,”panggil Sehun sesaat aku baru saja keluar dari ruang latihan. “Kau ingin bertemu Janeul kan hari ini? Aku titip,”ia menyodorkan CD EXODUS dengan cover wajahnya dan satu amplop putih dengan lambang SM. “Eish jangan dibuka,”tahan Sehun saat tanganku ingin membuka isi dari amplop yang perekatnya tidak ia tempelkan. “Berikan saja pada Janeul. Huh? Gomawo nunna,”ucap Sehun sembari menepuk bahu kananku dan kembali masuk. Kalau tidak diingatkan Sehun mungkin aku akan lupa bertemu Janeul siang ini, kami sudah berjanji semalam bahwa ada sesuatu yang ingin ia berikan.

Setelah memasukkan amplop tersebut ke dalam tas kecil yang biasa kubawa, langkahku kembali berlanjut meninggalkan ruang latihan yang mulai terdengar suara tawa mereka. Namum langkahku kembali terhenti saat seseorang memanggil namaku, dengan helaan nafas panjang aku membalikkan tubuh dan menatap Kyungsoo yang sudah menahan langkahnya yang setengah berlari dengan senyum sumringah. “Mian Shin,”ucapnya dengan kekehan di akhir kalimat. “Aku mau ikut denganmu,”pinta Kyungsoo yang sudah berada di sebelahku untuk mensejajarkan langkahku dengan langkahnya.

“Wae? Tumben sekali ingin keluar?,”aku menatap bingung Kyungsoo dan menekan tombol lift. Lead vocal ini dengan bangganya hanya memamerkan jejeran giginya ke hadapanku. “Wae? Kau menyembunyikan sesuatu ya?,”terkaku melihat senyumnya yang aneh. “Malhae,”pintaku dengan tawa kecil karena melihat mimik wajahnya yang tak berubah sedari tadi. “Ya! Do Kyungsoo, jangan memasang wajah seperti itu,”aku memukul lengannya, berhasil merubah mimik Kyungsoo yang sempat aneh tadi.

Pintu lift terbuka, aku dan Kyungsoo pun masuk ke dalam kubus tersebut dan meluncur ke ground floor. Beruntung tak banyak fasn di sekitar SM Building, kami bisa dengan leluasa berjalan mencari makan untuk EXO member dan staff lainnya.

“Shin. Kau tidak trauma melihat halaman gedung SM Building?,”Kyungsoo mengendikkan kepalanya ke arah belakang, melewati crime scene-ku sebulan lalu. Aku mengendikan kedua bahuku sambil terus berjalan tanpa menghiraukan kejadian yang bahkan terekam sangat cepat pada saat itu.

“Aku ingin bertemu dengan manager WINNER. Apa kau tidak masalah?,”tawarku pada sosok Kyungsoo yang mengenakan jaket dan topi hitam mliknya. Ia mengangguk dan mengikuti langkahku menuju café tempat kami janjian.

 “Shin~ah!”panggil Janeul saat aku dan Kyungsoo baru saja masuk ke dalam café tersebut. Sosok perempuan dengan jaket hitamnya itu sudah duduk tenang di pojok dekat jendela, ia tampak senang melihat keberadaan Kyungsoo yang berada di sebelahku.

“Mian, aku membawa dia ke sini,”ucapku setelah duduk di hadapan Janeul sambil membuka scarf tebak berwarna merah yang tadi menutupi sebagian wajahku. Janeul menggeleng, ia mengatup bibirnya seakan menahan sesuatu yang membuatnya ingin berteriak.

“Anyeonghasaeo manager park,”sapa Kyungsoo dengan senyum khasnya yang menampilkan barisan gigi. Sapaan itu berhasil membuat Janeul tersipu malu.

“Jinjja kwiyeomnae~,”pekik Janeul menatap Kyungsoo dan aku bergantian. “Boleh kami memiliki satu seperti ini di YG,”tutur Janeul dengan muka memelasnya, berhasil membuat ketawa garing Kyungsoo keluar. “Panggil aku Park Janeul. Kita seumuran,”jelas Janeul sambil menyesap cokelat hangat yang masih menghasilkan kepulan asap yang menari-nari di atasnya.

“Ooohhh,”angguk Kyungsoo takjub. “Daebak,”lanjutnya dengan dua jempol yang diarahkan kepada Janeul. “Sebentar lagi Shin juga akan menjadi manager utama. Ne?”ledek Kyungsoo yang mengarah padaku, membuatku tersedak saat baru saja menyesap cappucino hangat yang tadi disodorkan Janeul.

“Jangan percaya omongan anak ini. Dia benar-benar terobsesi padaku untuk menjadi manager utama,”aku mengibaskan tanganku cepat ke arah Janeul agar tak percaya omongan mengada-ada dari Kyungsoo. Sedangkan lelaki yang kini duduk berada di sampingku ini hanya terkekeh dengan candaannya. “Mian, aku agak terlambat menemuimu. Jadwal EXO sangat gila padatnya, bahkan untuk bernafas saja sulit,”ucapku menatap Janeul dengan mimik sedih. Janeul tersenyum kecil dan kembali menyesap cokelat hangat yang berada di cangkir di depan cangkir miliku.

“Geuraso mwo? Kau memang harus menjalaninya Shin~ah,” ujar Janeul sambil mengangkat bahu. Ucapan Janeul membuatku segera menundukkan badan karena tak mendapat jawaban yang dia inginkan. “Semua pengorbananmu akan terbayar nanti. Saat mereka sudah benar-benar tampil comeback stage,”tambah Janeul dan Kyungsoo yang mengangguk menyetujui ucapan sang manager uatama WINNER. 

“Jinjja? Ah tapi aku sudah berniat untuk tidur di kamarku saat mereka melakukan comeback stage,” ucapku diikuti tawa kecil. Membuat sosok lelaki di sebelahku menatap dengan mata membulat seakan mengancam. Janeul menggeleng kecil mendengar perkataanku  yang kelewat berandai. “Aku selalu bingung bagaimana kau melewati masa 5 tahun sebagai manager pembantu Janeul~ah,” tanyaku kali ini menatap gumpalan busa di cangkir berisi cappucinonya.

Janeul memainkan jarinya di pinggiran cangkir, mengingat perjuangannya sebagai manager pembantu selama 5 tahun.“Geunyang. Karena aku harus menunjukkan pada manager utamaku bahwa aku bisa menjadi manager utama nantinya,”jawab Janeul masih menatap jari telunjuknya yang berada di pinggiran cangkir.

Aku mendongak, menatap Janeul yang tak menatapku.“Aku memang berkepribadian seperti itu, hehe. Aku harus mempunyai dendam kepada seseorang untuk punya kemauan besar,” tambah Janeul lagi sembari menggaruk lehernya yang tak gatal. Janeul menatapku yang menatap sosoknya kaget.

"Aku baru tau kalau kau mempunyai sifat seperti ini,” ujarku dengan gelengan tak percaya. Janeul mengangkat bahunya dan kembali menyenderkan badan di sandaran bangku kayu yang tengah dia dudukki. “Ah matta! Kau benar Janeul~ah,”ucapku lagi kali ini dengan jentikkan jari.

Janeul mengangkat kedua alisnya, tak mengerti dengan maksudku tadi.“Kau pernah bilang padaku, bahwa dekat dengan semua member butuh waktu. Dan kau benar, kali ini aku sudah dekat dengan semua member tanpa terkecuali,”jelasku akhirnya dan menyenggol lengan Kyungsoo, penanda bahwa dia salah satunya yang paling dekat denganku. Janeul menegapkan badannya dan menatap Shinneul yang menatapnya dengan ekspresi meyakinkan.

“Jalhaesso uri Shinneul,”puji Janeul membuatku tersenyum bangga. Aku pun merogoh kantung coat berwarna cokelat ini untuk mengeluarkan ponsel mlilikku.

“Lihat ini. Bahkan member yang dulu tak dekat padaku sekarang selalu mengirimiku pesan,”ucapku sembari memperlihatkan conversation antara aku dan Kai yang bahkan kini terkesan lebih dekat daripada Chanyeol.

Janeul mendekatkan dirinya dan membaca sederet pesan yang berada di dalam layar ponsel ponselku. Mimik wajahnya yang akan berkomentar tertahan, “O. Mesiji,”pekik Janeul melihat satu pesan masuk ke dalam ponselku. “Sini biar aku balas,”tangan Janeul dengan cekatan mengambil ponsel yang baru kubaca dari Oh Sehun. “Anak ini harus diberi pelajari agar lebih hormat dengan orang yang lebih tua,”kesal janeul mengetik di atas layar ponselku dengan nafas memburu. “Kkeut,”ia mengembalikan ponselku dengan layar yang menampilkan rentetan chat anatar aku dan Sehun. ‘Nunna! Jangan lupa berikan yang aku titipkan. Dan jangan terlalu lama disana, kami lapar’. Tulis Sehun yang kemudian dibalas oleh Janeul. ‘Kalau tak mau lama, kau beli saja sendiri!’.

Membaca dua baris conversation tersebut membuatku dan Kyungsoo terkekeh di hadapan Janeul. “Janeul-ssi. Aku tidak bisa membayangkan kau bisa bertahan dengan Sehun. Apa benar kau menyukainya?,”tanya Kyungsoo dengan senyum merekah menahan tawa.

“Molla,”Janeul mengendikkan bahuku. “Kau buru-buru kan? Biar aku serahkan ini sekarang agar tidak lupa,” Janeul mengambil sesuatu dari dalam tas ransel hitamnya. Sebuah tempat CD yang bertuliskan ‘For Kim Shin Neul’ itu, disodorkan Janeul kepadaku yang terlihat ingin tahu. “Eeiy~ kau benar-benar menyukai Kang Seungyoon ya?”ucap Janeul melihatku yang masih terpaku pada hadiah Seungyoon ditangannya.

“Eiish,”pekikku yang terlihat memalukan karena ketahuan sangat ingin tahu apa yang diberikan Seungyoon padaku. “Hmmm, ini juga ada titipan dari Sehun,”aku pun mengeluarkan secarik ampolop dari dalam tasku. “Entahlah, kau buka saja sendiri,”seakan sedang melakukan barter, CD Janeul berikan segera kumasukkan ke dalam tas, begitu juga dengan amplop yang aku sodrokan tadi juga langsung ia masukkan ke dalam tas.

Kajja. Kau kan harus kembali mengurus sepuluh anak kesayanganmu,”ajak Janeul sesaat setelah dia menghabiskan cokelat panas miliknya.

“O. Chakkaman,”tahan Kyungsoo saat aku dan Janeul mulai beranjak dari tempat duduk kami masing-masing. Kyungsoo ikut berdiri namun, tangannya merogoh ke dalam saku jaket yang ia kenakan. “Aku juga ada hadiah untukmu. Yang sudah menyukai suaraku. Terima kasih Janeul...ah,”panggil Kyungsoo mengikuti mimik Janeul mengatakan ‘ah’ dibelakangnya saat ia akan menyebut nama Janeul.

“Charraseo,”Janeul menepuk pundak Kyungsoo. “Jangan panggil aku agasi lagi,”pintanya yang diikuti anggukan dari Kyungsoo. “Gomawo untuk ini,”lanjut Janeul mengambil secarik amplop yang sama seperti diberikan Sehun kepadaku. “Sepertinya aku mendapat dua tiket gratis,”ledek Janeul menyenggol tubuhku saat kami hendak keluar dari cafe tersebut.

“Manager Park?”panggil satu sosok di hadapan Janeul. Janeul menghentikan langkahnya dan menatap kaget sosok didepannya. Lelaki berkacamata itu menganggukkan kepalanya, membuat Janeul yang tersenyum lebar itu bergerak memeluk singkat lelaki di hadapannya.

“Mian Janeul-ah, aku duluan. Aku belum membeli makanan untuk mereka. Anyeong,”pamitku kepada Janeul yang tengah berbicara entah dengan siapa, akupun turut membungkuk di hadapan lelaki ini, begitu juga dengan Kyungsoo yang sudah dikenali oleh lelaki yang mengajak Janeul berbicara tadi.

-Hello, Manager Kim-

Hampir setengah venue mulai terisi fans yang menyebut diri mereka sebagai EXO-L. Ruang tunggu pun terlihat chaos karena pertunjukan terakhir The EXO’luXion di bulan ini akan segera mulai sekitar satu jam lagi. “Nunna, sudah ada kabar dari Janeul?,”tanya Sehun menatapku dari pantulan kaca. Aku yang sedang duduk di sofa hitam, memandang pantulan wajahnya di kaca, menggelengkan kepala menjawab pertanyaannya secara verbal.

Melihat jawabanku, Sehun kembali memandang pantulan dirinya di cermin dan merapihkan helaian rambut yang baru saja ditata sang penata rias. “Illiwa,”panggilku seraya menggerakan telapak tanganku, agar orang yang kumaksud mendekat ke arahku. Ia terlihat kewalahan dengan dasi yang sedang dipasangnya sendiri. Sehun bangkit dari kursi rias, berjalan mendekat ke arahku karena perintah yang aku berikan. “Igon...,”tubuhku bangkit dari sebelumnya duduk menemani Tao yang terlihat murung karena untuk kesekian kalinya, ia absent mengikuti rangkaian konser EXO. Tanganku meraih dasi yang sudah berapit di bawah kerah kemeja hitamnya, meliukkan benda tipis panjang itu menjadi satu bentukan dasi yang sempurna. Tarikan ke atas buntelan berbentuk segitiga terbalik  itu menjadi sentuhan terakhir yang membuat sehelai dasi itu menjuntai di atas dada Sehun.

“O, gomawo nunna,”ucapnya sambil mencubit kedua pipiku gemas. “Janeul telepon,”tunjuk Sehun pada ponselku yang berkelap-kelip di atas sofa sebelah tao. “Ppaliwa, jemput tuan putriku,”perintahnya mendorong tubuhku agar segera mengangkat telepon dari Janeul.

Belum sempat aku mengangkat telepon dari kekasih magnae itu, sambungan teleponnya terputus. Aku pun segera bergegas menuju parkir outdoor yang berada cukup jauh dari venue tempat konser berlangsung.

Diterpa angin sisa musim dingin, pandanganku mengedar pada mobil Subaru yang dimiliki Janeul. Merasa putus asa, akhirnya aku menghubunginya untuk mengetahui keberadaan Janeul sekarang, agar mereka bisa cepat masuk ke dalam venue karena konser akan segera berlangsung.

“Yoboseyo? Odiga?,”tanyaku setelah sambungan telepon ke Janeul akhirnya mendapat jawaban.

“Yoboseyo,”ucap Janeul dari seberang, membuatku kembali berjalan mengitari parkir mobil yang  cukup luas ini, mencari keberadaan si manager utama WINNER. “O, aku sudah ada di tempat parkir. Kau tahu mobilku kan?” tambah Janeul lagi.

Tubuhku berbalik saat mendengar suara klakson yang berasal dari belakangku, disana mobil Janeul sudah terparkir, ia terlihat duduk berdampingan dengan seorang lelaki yang tampaknya tidak seperti Seungyoon. Aku pun melangkahkan cepat menuju mobil sedan berwarna hitam itu, tak lama setelah aku sampai di depan pintu mobil yang ditumpangi Janeul, perempuan dengan kuncir rambut setengah itu menurunkan kaca mobil disamping kanannya. “Mian Shin~ah merepotkanmu,”ucap Janeul merasa bersalah, membalas ketidak enakannnya aku hanya membalas dengan senyuman dan gelengan kepala.

Aku pun menelisik sosok sebelah Janeul yang belum berhasil kuraih dengan sempurna. ‘Ya, bukan Seungyoon rupanya’, pekikku dalam hati. “Seungyoon tidak jadi menemaniku. Dia harus menyetor lagu pada tutornya,”ujar Janeul sembari menggigit bibir, membuatku tersadar bahwa secara tidak sengaja aku sudah memasang wajah kecewa.

“Aniya. Gwenchana Janeul~ah, lagipula aku memang tak mengundangnya kemari bukan? Hehe,”ucapku dengan tawa yang agak dipaksakan, karena ini pertama kalinya aku bertemu dengan magnae WINNER yang sering dikatakan Janeul sebagai mahluk yang menyebalkan.

Dan ya, sifat menyebalkannya sudah mulai terlihat, bahkan di depan mata manager artis lain, meski gelap di dalam mobil aku bisa melihat Taehyun memutar bola matanya malas dan melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.“Bisakah kita cepat ke dalam? Bukankah satu jam lagi konsernya mulai?” tanya Taehyun pada akhirnya.

Janeul membalik badan dan menatap Taehyun dengan pandangan kesal, karena mengganggu pembicaraannya denganku.“Ah matta! Kajja Janeul~ah, Sehun juga sudah menunggumu.”ingatku dengan nada yang dipaksa ceria, ‘Ah kenapa aku mulai jengkel dengan anak ini’. untuk beberapa detik Janeul dan Taehyun saling bertemu pandang, aku pun bisa melihat intensitas tatapan mereka seperti ada aliran listrik di antaranya. Janeul akhirnya keluar dari mobil, membuatku sedikit menyingkir dari hadapannya agar ia bisa berjalan keluar, setelah menutup pintu yang tadi dibuka, ia kembali membuka pintu belakangnya untuk mengambil kotak kue yang berada di dalam plastik dan ransel hitam yang sudah sering aku lihat sebelumnya.

Setelah Janel sudah terlihat sangat siap, sosok Taehyun pun keluar juga keluar dari mobil Subaru milik Janeul dengan gerakan yang terlihat malas. Dengan melangkah lebih dulu, dan membiarkan dua anak YG itu berada di belakangku, kami mulai berjalan menuju pintu backstage yang dijaga oleh beberapa orang bertubuh kekar. Dengan ID Card yang menggantung di leher aku pun ‘membuka’ otomatis pagar manusia yang menjaga pintu tersebut, membiarkan Janeul dan taehyun masuk terlebih dahulu.

“Kau baru pertama kali datang ke konser idol lain?”tanyaku basi-basi kepada Taehyun yang dari sorotan matanya terlihat tidak menikmati suasana ini. Taehyun menjawab pertanyaanku hanya  dengan gumaman kecil, membuatku ingin sekali memukul kepalanya, tapi sepertinya itu tugas Janeul yang kini sedang melototi Taehyun karena sikapnya.

“Shin~ah!”panggil seseorang dari depan kami. Ketiga sosok itu menghentikan langkah dan menatapku yang kini kembali berada di depan Janeul dan Taehyun.

“O Kyungsoo~ya,”ucapku saat sosok lelaki itu sudah berdiri dihadapannya. Sedangkan dua orang lainnya kembali berjalan menuju ruang tunggu yang tak jauh dari belokan di kanan depan kami.

Mata yang biasanya terlihat bulat itu semakin membulat mendapati wajah Janeul ada disana. “Kau datang Janeul~ah?” tanya Kyungsoo ramah setelah mendapati perempuan bermasker tadi sudah menurunkan masker yang menutupi setengah wajahnya. Janeul menganggukkan kepalanya antusias melihat wajah sumringah Kyungsoo.

Kyungsoo mengalihkan pandangan pada  satu sosok yang tak menatapnya. Janeul mengikuti arah pandang Kyungsoo dan segera berdiri di samping Taehyun. Dengan cepat Janeul memaksakan badan Taehyun agar menunduk pada Kyungsoo.“Ige mwo...”pekik Taehyun saat tubuhnya menunduk di depan Kyungsoo.

“Dia magnae WINNER. Dia menemaniku untuk menonton kalian, hehe”ucap Janeul cepat memotong ucapan Taehyun. Janeul menoleh dan mendapati mata Taehyun yang menatapnya kesal. Manager utama WINNER itu menggerakan bibirnya, menyuruh Taehyun untuk memperkenalkan diri. Taehyun memutar kedua bola matanya malas dan segera menurunkan masker yang menutup sebagian wajahnya.

“Magnae WINNER, Nam Taehyun imnida,”ujarnya pada akhirnya. Janeul tersenyum kaku padaku dan Kyungsoo yang kini tersenyum lebar.

“Anyeong, Do Kyungsoo imnida. Kau bisa memanggilku D.O atau Kyungsoo,”ucap Kyungsoo ramah. Taehyun menganggukkan kepalanya dan mengalihkan pandangan, tak mau berlama menatap sosok tersebut. Aku pun menatap Kyungsoo yang juga menatapku, mengendikkan bahu karena ‘keramahan’ yang diberikan Taehyun.

 “Kau membawa kue?” tanya Kyungsoo tiba-tiba menatap bungkusan kotak kue yang berada di tangan kanan Janeul. Janeul menoleh ke arah mata Kyungsoo dan menganggukkan kepala menjawab pertanyaan lelaki yang seumuran dengannya.

“Jinjja? Kalau begitu, ayo cepat kita ke ruang tunggu,”ajakku kembali melangkah bersama Kyungsoo yang kudorong tubuhnya pelan untuk jalan lebih dulu ke dalam ruangan bertuliskan ‘EXO’. Semua pasang mata yang sebelumnya terpaku pada layar ponsel ditangan masing-masing itu segera menatap kedua sosok yang terlihat asing di belakangku dan Kyungsoo.

“Ah. Anyeong haseyo. Manager WINNER, Park Janeul imnida,”ucap Janeul memperkenalkan diri. Pandangan matanya beralih ke satu sosok disampingnya yang masih mengedarkan pandangan.“Magnae WINNER, Nam Taehyun imnida,”ucap Taehyun pada akhirnya memperkenalkan diri, membuatku secara tak sadar memutar bola mata malas.

"Assa. Kau datang juga,” teriak Sehun dari pojok sofa. Janeul menoleh dan tersenyum menatap Sehun yang juga tengah tersenyum dan berjalan mendekat kepadanya.

“Wow sekarang kau sudah berani membawa kekasihmu kemari magnae?”tanya Baekhyun yang kini mendapat perhatian dari Janeul. 

Janeul menoleh dan menatap Sehun yang merangkul tubuhnya agar mendekat pada sosok sang kekasih.“Geurom. Aku bangga mempunyainya sebagai kekasih,”ucap Sehun bangga. Taehyun menatap adegan disebelahnya dengan pandangan malas.

“Ah aku membawakan ini untuk kalian. Maaf tidak bisa membawakan yang lain,”ucap Janeul merasa bersalah.

Satu sosok tinggi yang berdiri disampingku segera beranjak dan mengambil sekotak karton yang disodorkan Janeul.“Park Chanyeol. Kau bisa memanggilku Chanyeol,” ucapnya memperkenalkan diri. Janeul menatap sosok tinggi dihadapannya bingung. Setelah mengerti apa maksud dari Chanyeol, Janeul segera menganggukkan kepalanya kikuk.

“Taehyun~shi aku adalah fans dari Song Mino,”ucap Tao dengan mata yang terlihat berbinar saat memandang kedatangan mereka. 

“Ye? Ah Mino hyung?” tanya Taehyun lagi. Lelaki dengan mata yang terlihat besar dari orang Korea kebanyakan itu menganggukkan kepalanya.

“Jangan berlebihan menatap artis agensi lain. kau juga hebat Tao-ya,”bisikku menyadarkan Tao yang membuka setengah mulutnya, dan kembali menatapku.

“Eiish, aniya nunna. Aku hanya terkejut. Kau sendiri juga lebih memilih anak YG daripada SM untuk kau pacari,”ujar Tao dengan kekehan tawa di ujung kalimat karena raut wajahku yang tampak kaget. 

Semua pasang mata segera menatap sosok Sehun yang terlihat merengut.“Mwoya ige? Kyungsoo~ya kau mau merebut pacar Sehun?”tanya Lay yang mampu membuatku kami menoleh ke arah sumber suara.

“Ani ani, kalian salah paham. Waktu itu Shin bilang Janeul menyukai suaraku, jadi saat bertemu dengannya aku berpikir untuk memberikan tiket. Ya Shin, bantu aku,”jelas Kyungsoo berusaha menampik pikiran membernya yang di luar batas. 

“Majayo, manager Park memang menyukai suara Kyungsoo,”tambahku berusaha membela Kyungsoo. “Lagipula kau kan sudah tau Oh Sehun,”tambahku saat melihat anggukkan Sehun.“Wah ini benar-benar enak. Gomawo, magnae yeochin,”ucap Minseok tiba-tiba bersama Chanyeol yang sudah membuka kotak berisikan kue pemberian Janeul. Seketika, Tubuh-tubuh yang akan siap dalam hitungan 20 menit itu berhambur di depan meja untuk menyicip kue berbentuk bulat itu.

“Aaaa,”pinta Chanyeol saat sesendok kue itu ia layangkan di depan mulutku, aku pun segera menerimanya sebelum kue yang menjulat di atas sendok itu terjatuh ke lantai.

“Ya! Kalian sedang apa? 20 menit lagi acara mulai,”teriak seseorang dari arah pintu, manager Youngjun terdiam sejenak melihat sosok Janeul dan Taehyun yang berada di hadapannya. “O. Anyeong haseyo. Kau tidak ke tempat duduk?” tanya manager Tak dengan nada ramah. Kemudian menatapku tajam, karena menganggap  mengapa-kekasih-Sehun-ada-disini.

 “Aku akan ke tempat duduk, Oh Sehun,”pamit Janeul tersenyum kecil. Sehun menoleh dan menatap Janeul dengan ekspresi yang tak bisa ditebak.

“Arraso. Nikmati pertunjukkanku ya,”ucap Sehun menggenggam tangan kanan Janeul, yang kembali membuat tatapan Youngjun sunbae seakan ingin melelehkan genggaman tangan itu. Setelah kepergian Youngjun sunbae dan Taehyun di depan pintu, Janeul yang awalnya akan segera melangkah mengikuti dua lelaki didepannya kembali membalikkan badan,

“Chogi. Kuharap konser kalian berjalan dengan lancar. Fighting!”ucap Janeul menyemangati para member EXO. Kesembilan lelaki itu menoleh dan menganggukkan kepala bersemangat.“Gomawo Sehun yeochin!”teriak mereka bersamaan.

“Nunna,”panggil Sehun saat aku tengah mengecek jadwal EXO yang baru saja dikirim oleh Youngjun sunbae. Kepalaku mendongak ke atas, meraih wajahnya yang sudah berada di hadapanku. “Kau bisa katakan kepada Janeul untuk tidak pulang di tengah pertunjukan? Aku ingin dia melihat performe solo ku nanti,”mohon Sehun dengan nada bicara yang dibuat manja.

“Ne, nanti aku beritau,”jawabku singkat kembali menatap rentetan jadwal EXO di layar telepon 5 inchi ini.

“Ya nunna, sekarang,”paksa Sehun seraya membanting tubuhnya disampingku yang tengah duduk di atas sofa. “Huh? Kka...Kka...,”dorong Sehun yang sudah meraih kedua pundakku.

“Ya!,”aku menatap kelakuan Sehun yang kekanak-kanakan. “Aku bisa mengirimkan dia pesan, Oh Sehun. Kenapa harus aku susul?,”tatapku tajam pada lelaki yang sudah melepaskan jeratan tangannya di kedua pundakku.

“Majjayo Hun-ah, atau kau bisa kirimkan dia pesan dengan emote mesra,”sambar Tao yang berada di sisi kiriku.

“Eish!”pekik Sehun merasa tak suka karena tidak ada yang mendukung permintaannya kepadaku. “Molla, aku hanya punya feeling kalau Janeul akan pergi sebelum konser selesai. Ah,”ia mendengkus kesal saat ingin melanjutkan ucapanya. “Kenapa dia membawa Taehyun kemari? Kau juga Kyungsoo hyung, harusnya tidak usah memberi Janeul tiket,”bad mood Sehun pun merambat ke member lainnya. Kyungsoo dengan wajah innocent-nya menunjuk dirinya sendiri karena merasa tak bersalah.

“Geumanhaera!,”ujarku dengan nada sedikit tinggi. “Oke, aku akan menemui Janeul sekarang. Jadi kau jangan lagi menyalahkan siapapun. Arra?,”telunjukku menunjuk Sehun yang akhirnya berhenti mengumpat. Tubuhku beranjak dari posisi duduk yang nyaman. “Ya kalian! Jangan makan terlalu banyak kuenya, kalian akan performe sebentar lagi”teriakku pada delapan orang lelaki yang masih betah di depan kue pemberian Janeul.

Aku pun menelusuri lorong gedung yang ramai dilalui orang berlalu–lalang karena acara akan segera mulai, tak jauh dari ruang tunggu EXO disana ada pintu menuju backstage dan aku sudah menemukan sosok Janeul dengan Taehyun yang akan segera masuk ke dalam venue.

"Janeul,"dengan nafas terengah aku menahan langkah Janeul. Tubuhnya berbalik merasa ada tangan yang menepuk pundaknya dari arah belakang. "Kalau kau merasa bosan. Ani," aku menggeleng dan mengendik ke arah Taehyun yang sedang melipat kedua tangannya di atas dada, namun menatap ke arah lain. "Anak asuhmu bosan, bisa kau tinggalkan konser setelah performe solo Sehun. Huh? Jebal,"mohonku kepada Janeul sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannku di hadapannya. “Kalau tidak, dia akan merengek padaku semalam suntuk,”lanjutku dengan tampang memelas.

"Aaahh,"Janeul menerawang, kepalanya menatap Taehyun yang air wajahnya tak bisa dibaca karena kembali memakai masker. "Arraseo Shin. Aku akan berusaha agar anak ini tidak bosan,"tambah Janeul.

"Baiklah...,"aku menepuk bahu Janeul, "Butakkdeurimnida,"kepalaku naik turun. "Selamat menikmati pertunjukan ne Janeul, Taehyun,"ucapku menatap Taehyun yang menatap ke arah lain, namun ia merespon ucapanku dengan anggukan. Sedangkan Janeul menggaruk tengkuk lehernya karena merasa tak enak denganku. 

"Ne Shin, hwaiting!,"kepalan tangan Janeul melayang di udara memberikan semangat kepadaku yang namanya sudah dipanggil melalui walkie talkie yang aku selipkan di kantung celana. 
Tangan kananku melambai ke arah Janeul dan Taehyun yang kembali melangkah ke dalam venue yang kini semakin padat. "Kim Shin Neul,"panggil lagi dari suara yang berasal dari walkie talkie. 

"Ne sunbae. Aku di venue sekarang,”aku segera kembali melangkah masuk ke dalam backstage. Seorang perempuan tersentak saat mendapati pintu yang ada dihadapannya terbuka karena ku dorong. "O. Anyeonghasaeyo...,"sapaku sembari membungkukkan badan kepada perempuan berambut gelombang itu. Ia tampak bingung dengan sapaanku. "Aku manager EXO. Kim Shin Neul imnida, kau mau ke venue sekarang? Bisa lewat sini...,"tanganku menahan pintu yang langsung mengarah ke dalam venue. Perempuan itu menggeleng, dengan mimik ragu-ragu, ia mulai membuka mulutnya.

"Chogyo, bisa antar aku ke ruang tunggu EXO? Aku tidak lama-lama di sini,”pintanya yang langsung kusambut dengan senyum ramah dan mengajaknya untuk mengikuti langkahku. “Kau benar manager EXO? Kenapa aku jarang melihatmu di SM Building?,”tanya perempuan ini disela perjalanan menuju ruang tunggu EXO.

“Ne, beberapa bulan ini memang aku hanya mengurus dorm dan antar jemput EXO. Baru bulan ini aku aktif juga mengatur jadwal mereka, mian kalau agak membingungkanmu,”jawabku yang langsung disambut gelengan dari kepalanya. “Kita sudah sampai,”aku menatap pintu yang tertutup dengan tulisan ‘EXO’ di depannya. Satu doronganan kuat membuat satu pintu pasangan itu terbuka, “Baekhyun! Seseorang mencarimu,”teriakanku yang langsung disambut bungkukan tubuh sepuluh anak-anak ini, tak terkecuali Tao yang setia duduk di atas sofa. Perempuan yang awalnya berada di balik punggungku, keluar sambil memukul pelan punggungku karena berhasil membuatnya malu.

“Nunna, anyeonghasaeyo,”sapa mereka yang tak percaya dengan kedatangan salah satu member SNSD ini. “Nunna, kau sedang apa di sini?,”tanya Baekhyun yang langsung menyambut sang kekasih. Aku pun mengendik kepada sembilan laki-laki di belakang Baekhyun agar mereka mulai berjalan ke belekang panggung.

“Mian, onni,”aku menepuk pundak perempuan bernama Taeyeon ini pelan. “Baekhyun harus segera ke backstage. Kau bisa menunggu mereka di sini,”pintaku menginterupsi perbincangan sepasang kekasih yang singkat ini.

“O. Gwenchana manager Kim, aku juga tidak bisa lama karena harus latihan. Aku hanya mau memberikan ini,”jelasnya dengan senyum ramah, dan sebuah bungkusan ia sodorkan padaku agar aku meraihnya. “Geurom... Na kkalkae,”ucap Taeyeon pada Baekhyun setelah aku menerima bungkusan yang nampak seperti makanan itu.

“Hmmm nunna, chalgarra,”ucap Baekhyun dengan lambaian tangan kuat saat sosok leader SNSD itu menoleh kepadanya sesaat berjalan menuju pintu keluar. Aku hanya bisa terkekeh di sebelahnya yang nampak sangat senang dikunjungi oleh sang kekasih.

“Jadi konser sangat adalah moment yang membahagiakan ya untung kalian,”aku mengikuti arah pandang Bakehyun yang masih menatap punggung Taeyeon yang semakin menjauh. Ia menjintak kepalaku pelan dan dilanjutkan dengan merangkul pundakku agar kami berdua berjalan menuju backstage. “Machi? Selain kau bertemu dengan fans, rupanya konser menjadi moment bertemu dengan kekasih,”lanjutnya berhasil membuatnya tersipu malu.

“Ya Shin! Jangan dilanjutkan,”rangkulan lengannya mencengkram leherku kuat karena ledekan yang aku tuturkan kepada Baekhyun, membuatnya malu setengah mati.

-Hello, Manager Kim-

“Na! Nunna!,”lengkingan suara si magnae berhasil membangunkanku yang ketiduran di atas lantai setelah kami menghabiskan waktu bersama menonton film, atau lebih tepatnya tertidur di tengah-tengah film. Kutatap sekeliling, sepuluh laki-laki ini juga sudah berhamburan di atas lantai sama sepertiku, kecuali duo magnae yang berada di sofa dan Minseok yang entah kemana. “Na!,”kepalaku yang setara dengan dengkulnya terus ia senggol, aku mendengus kesal dan menarik kepalaku agar tak terkena dengkulnya lagi. “Kau mau bertemu kekasihmu tidak? Seungyoon menghubungiku, katanya ponselmu tidak bisa dihubungi. Mereka sudah ada di tempat biasa,”aku menatap jam dinding yang berada lurus didepanku, sudah pukul tiga. “Mau aku temani?,”tanya Sehun atau lebih mirip dengan nada memohon saat melihatku mulai beranjak, ia pasti berpikir untuk mengambil kesempatan bertemu dengan Janeul.

“Aniya,”aku menatap Sehun tajam dengan telunjuk bergoyang kana-kiri seperti ibu yang tengah melarang anaknya, membuat gerakan badan Sehun menggeliat di atas sofa seakan merengek.

“Jebal~. Huh? Aku kan sudah membangunkanmu, kau harusnya berhutang budi padaku,”Sehun mengekor langkahku yang menuju kamar mandi. “Ya! Nunna!,”teriakan Sehun terdengar saat pintu kamar mandi yang aku tempati segera kututup tanpa ada jawaban pasti untuknya.

“Nunna? Odiga?,”Kai menyapaku yang baru keluar kamar mandi dengan muka bantalnya. “Ah,”ia menjentikkan jari, teringat akan apa yang biasa aku lakukan setelah hubunganku dengan Seungyoon ketahuan fans. “Date-eu,”Kai mengeluarkan senyum menggodanya. “Mau aku temani? Aku akan mengambil jaket dan topi sekarang jika kau mau,”Ia menunjuk ke arah belakang.

“Aninde. Kalian tidur saja, ini urusanku. Arra~,”aku memeberantaki rambut Kai yang menatapku kecewa, karena ia terus bersikap baik pasca peristiwa penusukan itu. “Nanti akan kubuatkan kalian sarapan, aku akan membeli bahan-bahannya setelah bertemu dengannya. Kau mau apa?,”tambahku, agar ia tidak merasa kecewa karena kutolak tawarannya.

“Sandwich,”jawabnya . “Apapun isinya terserah kau nunna,”tambah Kai yang terus mengikuti langkahku menuju pintu.

“Oke,”kulemparkan senyum padanya yang juga tengah tersenyum. “Aku pergi dulu ya,”pamitku dengan lambaian tangan, membuatnya juga ikut melambai.

Kurogoh kantung coat yang terasa berat, ternyata aku lupa mengeluarkan ponsel dari dalamnya. Saat memasukkan beberapa angka password, layarnya langsung menyilaukan mataku yang tengah berjalan menuju tempat pertemuan, di sana sudah ada rentetan missed called dan pesan dari Kang Seungyoon.

Tak lama, layar ponselku kembali menyala terang, menampilkan foto Seungyoon bersamaku. “Odiga chagi? Apa kita batalkan saja, aku takut kau kelelahan,”ucapnya setelah kugeser tanda answer.

“Chakkaman, aku sedang berjalan kesana,”jawabku dengan gelengan kepala yang tidak bisa ia lihat, atau mungkin sudah bisa ia lihat karena sosoknya sudah tersedia di hadapanku, berdiri membelakangiku dengan tangan kanan yang tengah memegang ponsel. Aku pun memasukkan kembali ponselku ke dalam saku coat, tak mengindahkan suaranya kembali bersuara.

'Akhirnya',pekikku saat mendekat kepada sosok yang tak dapat kugapai secara fisik setelah satu bulan. Aroma tubuh yang sama menghasutku untuk segera memeluk punggungnya yang terasa hangat. Aku dapat merasakan getaran tubuhnya yang kaget dengan sambaran tanpa permisi. “Kim Shin Neul?,”tanyanya yang membuatku terkekeh dan melepaskan pelukanku.

“O,”Seungyoon berbalik, menatapku dengan tatapan terharu. Tangan hangatnya merengkuh tubuhku dengan sempurna, memberikan kehangat yang belum kunjung datang di musim Korea. 
"Harusnya saat kau di Macau bersama Kyungsoo, kita bisa bertemu, agar tidak memendam rindu seperti ini, "ucapnya seraya mengelus rambutku dengan lembut, mencium pucuk kepalaku yang terhalang topi pemberian Chanyeol. Aku membalasnya dengan dekapan yang tak kalah erat di balik coat milik Seungyoon, membuatnya menyikapkan coat di balik punggungku, menyembunyikanku dibalik coat layaknya kepompong.

"Hmmm. Jadwal EXO padat sekali Seungyoon, aku tidak bisa menyelinap pergi menemuimu"kataku yang masih sibuk mendengar degup jantung dan menghirup aroma tubuhnya lekat-lekat. 

Kami memisahkan diri, Seungyoon menelisik wajahku yang tampak kelelahan karena baru semalam kami sampai setelah EXO performe Music Bank di Hanoi. “Bagaimana keadaannya?,”tangan Seungyoon mengelus perutku dengan tatapan khawatir. “Baik-baik saja?,”aku mengangguk dengan senyum pasti, membuat Seungyoon ikut tersenyum, namun tubuhnya membungkuk, menyetarakan posisinya dengan perutku, memberikan sekilas kecupan yang berhasil membuat mataku terbuka lebar dengan wajah memanas karena malu.

“Ya! Apa yang kau lakukan,”aku memukul dada Seungyoon yang kini kembali mendekapku ke dalam pelukannya. “Kau pikir itu anakmu? Jangan berlebihan dengan sebuah luka tusuk, Kang Seungyoon. Bahkan ini sudah lewat dari sebulan, sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan,”candaku yang sebenarnya sangat senang dengan perlakuan Seunyoon yang tak terprediksi.

“O,”Seungyoon melepas pelukannya. “Anak-anakku akan berada disana suatu saat nanti,”godanya sambil kembali mengelus perutku yang sudah jauh lebih baik karena kecupan tadi. “Aku serius,”tambah Seungyoon karena melihat air wajahku yang tak percaya. “Oleh karena itu, kau harus sabar menunggu. Sepuluh tahun lagi,”ia menggeleng. “Atau lebih...,”ia menunduk mengingat perjalanan menuju impiannya, atau kami masih sangat panjang. “Kau mau menungguku selama itu?,”Seungyoon menatapku yang memutar bola mata sambil mengendikkan bahu, lebih tepatnya memberi jawaban ‘tidak tahu’ tanpa kata-kata.

“Ne,”aku menangkup wajahnya yang kini menunduk dengan jawaban awalku. “Aku akan membuat diriku sibuk, sampai akhirnya sepuluh tahun atau lebih itu terasa amat singkat,”Seungyoon kembali tersenyum mendengar ucapanku yang sepenuhnya penuh kebohongan. Kedua tangannya pun menepis tanganku yang masih menempel di wajah polos tanpa make up itu. Menggantinya dengan elusan mesra di wajahku. 

"Aku sungguh ingin menciummu sekarang,"ucap Seungyoon mendekatkan wajahnya.
"Waktu kita tidak banyak Kang Seungyoon, nikmati moment seperti ini bukankah sudah cukup? Lima menit lagi managermu akan segera memanggil,"ucapku setelah berhasil  kembali meraih punggungnya dengan kedua tanganku, kembali mendekap tubuhnya untuk menutup wajahku yang memanas karena malu dengan ucapannya.

Suara telepon genggam akhirnya menyudahi waktu mesra kami, sebuah alarm yang kukira dari Janeul, justru berasal dari Byungyung . “Janeul kemana? Kukira dia yang mengantarmu,”tanyaku pada layar ponsel yang berkelip menunjukkan nama ‘Byungyung Hyung calling...’

“Taehyun meminta cuti untuk Janeul nunna kepada sajangnim, oleh karena itu aku tidak berani mengganggunya hari ini,”terang Seungyoon, kemudian memasukkan kembali ponsel yang layarnya kini sudah meredup. Wajah tertutup topi vedora itu menatapku dengan helaan nafas kasar, “Apakah harus seperti ini terus? Menemuimu menjelang subuh?," ia menatap wajahku seakan masih membutuhkan waktu yang lebih lama. 

"Inilah yang terbaik sekarang. Untukmu, masa depanku yang akan datang sepuluh tahun lagi,"aku menepuk tubuhnya pelan, tubuh yang masih ingin kurengkuh kehangatannya. 

"Arraseo,"tangan kanan Seungyoon kembali menarik tubuhku ke jarak nol cenitemer dengan tubuhnya. “Aku akan bekerja keras, ani,”ia mengeleng. “Sangat keras agar masa depanku sepuluh tahun lagi dapat hidup berkecukupan, ani,”ia kembali menggeleng, membenarkan ucapannya dengan mimpi setinggi langit. “Sangat berkecupukan sehingga pantas mendampingi nona muda Kim Shin Neul,”Seungyoon mengelus pipiku perlahan dan menatapku dengan senyum mengembang, pipinya memerah.

Dering 'alarm' dari Byungyung kembali menggema, karena sosok artisnya belum juga berhasil ia raih. Hembusan angin menerpa kami, menghantarkanku pada sebuah kecupan hangat dari bibirnya, membuatku merasakan dejavu saat Jihoo mecium bibirku secara tiba-tiba. Mata yang sempat terpejam kembali terbuka saat tak ada benda asing lagi yang melekat di bibirku, Seungyoon tersenyum mengelus pipiku yang memerah, kami saling menatap seakan tak ingin terpisahkan lagi oleh jarak dan waktu. Kakiku berjinjit, berusaha untuk kembali menautkan bibir kami, tapi ini seperti adegan drama yang harus diulang, aku tak mampu meraihnya karena perbedaan tinggi kami yang jauh. Seungyoon pun tersenyum melihat usahaku yang tak berbuah hasil, hingga kedua tangannya mengangkatku dan membuat tinggi kami setara. “Ayo cium aku,”pinta Seungyoon saat wajah kami sudah berhadapan, membuatku segera menciumnya tanpa permisi.

Ia menurunkan tubuhku perlahan dengan bibir kami yang masih bertautan, aku berusaha menyudahinya, namun tangan Seungyoon enggan melepaskan tubuhku yang kini tak berjarak dengannya. “Saranghae,”ucap Seungyoon pada akhirnya, setelah kami berhasil meluapkan kerinduan. “Jika bisa, aku ingin menikahimu besok,”ia menggenggam kedua tanganku, menatap wajah yang masih terhipnotis oleh pesona kemesraannya. “Aku harus pergi,”ucapnya, dilanjutkan kecupan singkat di pucuk kepalaku.    

Akhirnya kami kembali memisahkan diri untuk sementara waktu. "Saranghae,"teriakan Seungyoon berhasil membuat suara gema di pagi buta yang sangat dingin. Aku pun melambai pada sosoknya yang terus berjalan mundur, seakan tak ingin menyisakan moment satu detikpun untuk tidak menatap wajahku. 

Saat wujudnya sudah tak mampu lagi tertangkap telanjang mata, sebuah mantel hitam bertengger di kedua lenganku, "Ayo kita kembali, kau bisa sakit berlama-lama di sini,"Minseok menarik tanganku untuk segera kembali ke dalam gedung yang jaraknya tak jauh dari tempat kami bertemu tadi. “Aigo, uri manager sedang jatuh cinta, ia rela terbangun di pagi buta seperti ini,”Minseok merangkul tubuhku, kami sama-sama menghangatkan badan.

“Gomawo oppa,”ucapku, membalas kebaikannya yang selalu menemaniku bertemu Seungyoon, meskipun selalu tanpa izin dariku. “Chakkaman, kau...,”aku menunjuknya dengan tatapan penuh tanya.

“Ani,”ia menggeleng dengan kalimat yang belum aku tuduhkan padanya. “Aku tidak melihat adegan ciuman itu,”ia menutup mulutnya, membuatku segera mendorong tubuh Minseok dan memukul lengannya karena malu.

“Ya! Oppa! Neo stalker!,”aku segera berlari mengejarnya yang menghindar karena takut kembali terkena pukulan dariku. “Ya oppa! Chakkaman,”teriakku yang melihatnya akan segera masuk ke dalam gedung tempat tinggal kami. “Aku lupa harus membeli bahan-bahan sandwich untuk sarapan kalian,”dengan jempol kiri, aku menunjuk arah belakangku, menunjuk pada toko sayuran yang berada tak jauh dari gedung. 

“Aku sudah membelinya tadi sebelum menjemputmu,”jelas Minseok sambil terengah karena ‘kejar-kejaran’ yang kami lakukan tadi. “Ayo cepat masuk,”pintanya dengan kaki yang berjalan di tempat untuk menghangatkan tubuh. Melihatnya yang kedinginan, aku pun segera melangkahkan kaki masuk bersamanya ke dalam gedung melalui pintu lain yang biasa kami lewati.

Langkahku tertahan karena tak kudapati mobil pribadi milikku tidak ada ditempatnya. “Shin! Apa yang kau lakukan?,”tanya Minseok yang sudah berada di dalam lift, menahan pintunya agar aku segera masuk ke dalam. Aku menggeleng menjawab pertanyaan Minseok, dan berlari kecil ke arahnya yang menggigil.

Setibanya di dormitori aku segera mencari keberadaan Sehun sebagai satu-satunya orang yang mengetahui tentang mobil milikku tersebut. “Sehun odiya?,”tanyaku pada Kyungsoo yang sudah tersedia di dalam dapur, menyiapkan sandiwch yang bahan-bahannya benar sudah dibeli Minseok.

“Di kamarmu,”jawab Kyungsoo sambil mencuci sayuran isian sandwich. Aku segera melangkah keluar dormitori EXO dan masuk ke dalam flat yang bersebelahan. Nihil. Tidak ada orang di dalam flat kecilku ini, bahkan sepatu atau sendal milik Sehun tidak ada.

Aku menatap laci yang berada di dekat pintu terbuka sedikit, dan laci yang berisikan kunci mobil berwarna putih itu benar tidak ada. Ku rogoh saku coat yang menyimpan ponsel milikku, sebuah nama ‘Oh Sehun’ menjadi tujuan utamaku.

“Neo odi, Oh Sehun?,”tanyaku saat telepon kami mulai tersambung. Dari seberang sana terdengar kekehan suaranya. “Ya!”pekikku kesal karena tak mendapatkan respon yang aku inginkan.

“O mian nunna, aku memakai mobilmu. Tiba-tiba Taehyun memintaku untuk menemani Janeul pergi hari ini. hahaha,”jawabnya dengan nada yang amat sangat ceria. “Katakan pada Youngjun hyung kalau aku ke rumah orangtuaku. Oke?,”pintanya seakan semudah itu meyakinkan Youngjun sunbae.

“Jinjja! Kau cari masalah ya,”aku mendengus kesal, namun hanya suara tawa yang hanya kudengar dari mulutnya.

“Ssshhh,”desis Sehun agar aku diam. “Aku sudah mau sampai. Anyeong nunna,”Sehun memutus sambungan telepon kami. Mataku pun membulat melihat layar teleponku yang sudah tidak lagi menampilkan status percakapanku dengan Sehun.

‘Shin~ah, maaf aku tidak tahu kalau anak asuhku meminta Sehun menemaniku hari ini. Jinjja Mianhae T_T’ di sela-sela kegiatanku bersama Kyungsoo dan Minseok menyiapkan sarapan untuk ke-tujuh member lain, sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselku, menampilkan percakapan Janeul yang merasa tak enak hati karena ‘menyandera’ anak asuhku yang ternyata sudah ‘dipesan’ oleh anak asuhnya. 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK