home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hello, Manager Kim

Hello, Manager Kim

Share:
Author : larasatityass
Published : 01 Apr 2015, Updated : 31 Mar 2016
Cast : EXO Member | EXO Manager | Kim Shin Neul (OC) | WINNER member | Park Janeul (OC) | Woo Jiho aka Zico
Tags :
Status : Complete
4 Subscribes |26282 Views |11 Loves
Hello, Manager Kim
CHAPTER 13 : Hide Something From Byun Baekhyun

“Kalian dari mana?,”begitulah seuntai kalimat yang menyapaku dan Minseok saat kami baru saja masuk ke dalam dormitori. Lelaki bernama Baekhyun itu memandang kami, menunggu jawaban dari dua orang yang tengah menanggalkan baju di sebuah gantungan baju tak jauh dari pintu masuk. Aku menatap Minseok dengan senyum cerahnya, kemudian beralih pada Baekhyun yang sedari tadi tengah mengemut sendok kecil dan memegang nutela cokelat di tangan kirinya.

“Lihat,”dengan berhati-hati  Minseok mengeluarkan map putih dari tas ransel miliknya, membuat kedua mata Baekhyun menatap tangan Minseok dengan seksama. Minseok membuka map tersebut, untuk beberapa saat Baekhyu terdiam dan membaca serangkaian kalimat yang tercetak di atas kertas putih tersebut. Tak butuh waktu lama, mata Bakehyun membulat, menatap Minseok tak percaya, dan secara otomatis memeluk hyung-nya yang langsung sibuk menyelamatkan sertifikat barista itu agar tak lecak.

“Wuah! Hyung! Daebak!”pekik Baekhyun setelah melepas pelukan singkatnya, kepala dengan rambut berwarna cokelat itu menggeleng tak percaya, diikuti tepuk tangan berat. “Daebak!”pekiknya sekali lagi, membuat Minseok menggaruk tengkuk lehernya merasa terlalu disanjung oleh Baekhyun.

“O, kalian sudah makan?,”tanyaku sembari berjalan masuk lebih dalam ke dormitori. “Aku bawa makanan untuk makan malam kalian,”lanjutku setelah meletakkan beberapa box makanan di atas meja makan, kemudian beralih membuka satu-per-satu pintu dormitori untuk mengajak member lain untuk makan.

“Shin-ah, temani aku ya,”pinta Bakehyun menghadang langkahku yang akan kembali ke kawasan dapur dan ruang makan yang menyatu. “Lihat,”ia menyodorkan selembar kertas, lebih tepatnya sebuah tikert pertunjukan drama musikal. “Besok malam,”lanjut Baekhyun, mengendikan dagunya ke arah tiket yang tergeletak di atas meja karena aku belum menyentuhnya. Aku pun memberhentikan kegiatanku mengeluarkan bungkusan makanan siap saji yang aku beli tadi bersama Minseok, memandang tiket dan Baekhyun bergantian.

“Bukankah kau punya kekasih?,”aku menyipitkan mataku ke pandangan Baekhyun, mendengar pertanyaanku ia hanya menunduk lemas dan menatapku kembali dengan tatapan memohon.

Baekhyun menghela nafas berat, “Ya,”ia mengedarkan pandanganya seakan tak habis pikir dengan pertanyaanku barusan. “Aku tidak akan mengajakmu jika bukan kau lah satu-satunya harapanku,”Baekhyun menunjuk-nujukku dengan sendok kecil yang sedari tadi masih ia pegang. “Huh? Jebal?,”lanjutnya dengan tatapan memohon, bak anak anjing yang minta diajak bermain.

“Ah,”aku sedikit membanting beberapa piring di atas meja setelah mengambilnya dari rak piring, menatap baekhyun tajam. “Jadi aku pilihan terakhir, jadi aku orang buangan. Begitu maksudmu? Huh?,”terka-ku dengan nada kesal, karena pada kenyataannya memang aku hanya menjadi ban serep bagi Baekhyun.

“Ahahaha,”Baekhyun menepuk lenganku dengan tawa memaksanya. “Ayolah, aku tau kau sedang patah hati. Aku hanya ingin menghiburmu. Jinjja,”aku mengangguk dengan perkataannya tanpa memberi sepatah katapun, sibuk menaruh bulatan kimbab dan japchae ke atas piring. “Ottae?,”tanya Bakehyun dengan suara manja yang ia buat-buat.

“Wuah! Makan malam,”tutur Sehun dengan tangan panjangnya mengambil satu bulatan kimbab yang akan ia masukkan ke dalam mulut, sebelum pada akhirnya kupukul tangannya dan mengambil kembali kimbab tersebut. “O, wae?,”rengek Sehun menatapku tak percaya dengan apa yang kulakukan.

“Aigo,”aku menepuk pipi Sehun yang terlihat lebih berisi. “Lihat pipimu Oh Sehun, kau bahkan dilarang untuk makan makan,”jelasku sambil mengeluarkan beberapa macam sayuran dari dalam kulkas. “Aku akan membuatkan salad untukmu,”lanjutku meski disambut bibir kerucut Sehun yang kesal.

“Shin! Ottae?,”aku menatap Baekhyun yang belum ku jawab tawarannya, kemudian kembali beralih pada sayuran yang akan kubersihkan di wastafel. “Huh?,”Baekhyun mengekor, meminta jawabanku.

“Hmmm,”kuputar bola mata seraya berpikir, membuat Baekhyun pun menatap ekspresi wajahku. Kumatikan aliran air yang menjadi pembersih sayuran-sayuran untuk santapan makan malam Sehun. “Oke,”jawabku sambil mengangkat kedua bahuku dan kembali berjalan menuju pantry.

“Assa!,”Baekhyun melayangkan kepalan tangannya ke atas udara dengan senyum sumringah. “Kau terbaik Shin,”lanjutnya sambil menyenggol tubuhku yang sedang memotong sayuran. “Ah,”ia kembali menatapku yang masih serius dengan sayuran-sayuran di atas papan kayu. “Jadi benar kau sudah tidak berhubungan dengan...,”ia mengangkat alisnya, seakan ingin pertanyaannya segera aku tanggapi.

“Eiishh,”Sehun mengiterupsiku yang akan menjawab pertanyaan Sehun. “Jangan biarkan nunna kita menjadi sedih,”magnae ini dengan entengnya merangkulku seakan Baekhyun sudah mengatakan sesuatu yang sangat kejam. “Kau tidak boleh berkata seperti itu hyung, nanti dia jadi sedih,”lengan kanan yang merangkul pundakku itu menarik lebih dalam tubuhku ke tubuhnya. “Ne nunna,”lanjutnya dengan tatapan merayu.

“Ya,”pekikku sambil menodong pisau ke arahnya. “Ani,”aku menggeleng dan mengambil piring untuk menata sayuran di atasnya. “Makan ini,”kusodorkan piring penuh sayuran itu ke perut Sehun, “Ppali,”perintahku dengan mata melotot, bibirnya hanya bisa condong ke depan dan mengambil salad itu dengan terpaksa.

“Huh? Jadi benar Shin?,”rupanya lelaki ini belum puas juga dengan jawabanku yang akan ikut dengannya ke drama musikal. Baekhyun menopang dagunya saat melihatku hanya memakan satu bulatan kimbab. “Tidak mau dibahas? Wae?,”sekuat tenaga aku menelan makanan ini karena rasa tidak sabaran Baekhyun.

Aku mengangguk sambil terus berusaha membuat kerongkonganku terasa ringan untuk bicara, segelas air mineral di dekatkan Baekhyun ke arahku, tanpa ragu aku pun menenggaknya hinga bersisa setengah gelas. “O,”aku kembali mengangguk. “Kemarin malam lebih tepatnya,”tambahku, membuat mata Baekhyun membulat sempurna.

“Secepat itu?,”tanya Baekhyun dengan gelengan kepala tak percaya.

“Memang kau tak pernah merasakan beban sangat berat berpacaran dengan seorang artis? Taeyeon? Apa kau tidak pernah mendengar bahwa seseorang akan membuat hubungan kalian berakhir, meski kalian tidak mau?,”air wajahku berubah menjadi serius, seirama dengan memori yang melintas saat Janeul dengan perubahan drastis mengatakan akan membuatku dan Seungyoon terpisah.

“Tapi, apa kau tidak punya cinta untuk mempertahankan itu semua?,”Baekhyun dengan segala kekonyolannya berbicara tentang cinta di hadapanku, membuat lengkungan bulan sabit di atas bibirku. “Wae? Apa aku aneh berkata seperti itu?,”aku menggeleng dengan senyum dan helaan nafas singkat.

“Ani. Kau benar Byun Baekhyun. Aku hanya menertawai diriku sendiri,”aku kembali melahap satu bulatan kimbab meski terasa sangat getir di mulutku. “Kau tidak mau makan?,”aku menatap Baekhyun yang menatapku nanar.

“Jangan berlagak kuat Shin, kau perempuan. Tidak seharusnya kau seperti ini, kau seharusnya menangis seharian di dalam kamar dan mendengarkan musik ballad, bukan memaksakan diri untuk meladenin laki-laki yang bahkan hanya membuatmu semakin menderita,”aku menatap Baekhyun yang pada akhirnya memakan kimbab itu dengan tatapan tak percaya. “Pulanglah, kau pasti butuh waktu sendiri,”ia mengayunkan tangannya agar aku segera pergi.

“Jadi aku diusir?,”Baekhyun mengangguk menjawab pertanyaanku tanpa menoleh ke arahku yang menatapnya.

“O,”ia mendongakkan lagi kepalanya yang tadi sempat sibuk dengan makanan. “Disini tidak menerima perempuan patah hati. Arra?,”ekspresi wajah menghardik itu berhasil membuat senyum simpul di atas wajahku yang sendu.

“Nan arra. Kkanda,”pamitku sambil beranjak dari kursi kayu yang aku tempati. “O?,”aku menatap tangan yang menahan langkahku sesaat akan melangkah meninggalkan Baekhyun.

“Himnae manager Kim! Kau mungkin kehilangan satu, tapi kau punya sepuluh di sini. Hmm?,”ia mengendikkan dagunya dengan alis terangkat. “Kka,”usirnya lagi dengan tangan yang kembali pada sumpit dan makanan di atas meja. “Panggilkan anak-anak yang lain, aku tidak mau makan sendiri,”perintahnya tanpa menoleh, aku pun hanya mengangguk menatap punggungnya yang menunduk karena fokus pada makanan.

 -Hello, Manager Kim-

 Sebuah pemandangan gedung teater sudah berada di depan mata kami, dengan poster besar berjudul The Three Musketeers di depannya, aku pun semakin masuk ke kawasan gedung tersebut, memarkirkan mobil besar hitam ini di pelataran parkiran outdoor. Mengenakan setelan lebih rapih dari biasanya, aku mulai keluar dari mobil bersamaan dengan Baekhyun yang keluar dari pintu seberang.

Langkahku terhenti saat sebuah jemari mengetuk pundaku, sosok perempuan dengan rambut tergerai hampir sepinggang itu menatapku terkejut saat tubuhku berbalik menghadapnya. “Ya! Kim Shin Neul!,”ia segera memeluk tubuhku erat, aku pun masih tak percaya dengan orang yang baru saja aku temui. “Heol!,”ia menghela nafas tak percaya setelah melepaskan pelukan singkatnya dan menatap tubuhku dari atas kepala hingga ujung kaki.

“Shin, ayo,”panggil Baekhyun yang melihatku masih terpaku di depan Ahn Heeyeon teman dekatku semasa sekolah tinggi.

“O? Namchin?,”terkanya dengan tatapan menggoda menatap Baekhyun. Aku menggeleng sambil mengendikkan bahu.

“Anyeonghasaeyo,”sapa Baekhyun kepada Heeyeon karena tak mendapat teguran dariku.

“Ayo chagya,”ucap seorang lelaki yang merangkul Heeyeon di depanku dan Baekhyun. “O? Kim Shin Neul?,”lelaki dengan setelah jas bak executive muda itu menunjuk ke arahku. “Oraenmanhae? Sudah tidak dengan Jihoo?,”kemudian telunjuknya mengarah pada sosok Baekhyun yang tersenyum canggung.

Aku tersenyum dengan mendecih, memutar mataku malas mendengar kalimat sapaan mereka setelah hampir empat tahun tak bertemu. “Tidak ada pembahasan lain?,”tanyaku membuat keduanya tertawa sambil memandang satu sama lain.

“Jadi isu kau putus dengan Jihoo benar?,”lelaki bernama Kim Seokjin melenggangkan kakinya menuju pintu masuk gedung pertunjukkan, diikuti denganku dan Baekhyun yang menyamakan langkah mereka. “Lalu lelaki itu siapa?,”tanya Seokjin menyenggol lenganku, seakan meminta untuk diperkenalkan. Aku menatap keduanya tak percaya, ‘Kau yakin tidak mengenal dia?’, seuntai kalimat itu yang sedang aku telepati ke pikiran Heeyeon dan Seokjin.

“Mian, kau kan tau setelah lulus sekolah tinggi kami langsung meneruskan kuliah di luar negeri. Jadi maaf kami tidak tau apa-apa tentang situasi di sini,”jelas Heeyeon dengan mimik bersalah. “Maksudku, situasi teman-teman di sini,”aku mengelus tengkuk leherku yang terasa dingin karena ucapannya.

“Dia Byun Baekhyun, artis hallyu Korea. Grup-nya bernama EXO,”aku menyenggol lengannya, memberi kode untuk berkenalan dengan dua orang yang terlihat lebih sukses dariku saat ini. Heeyeon dan Seokjin mengangguk dan mereka saling berkenalan.

“Jadi memiliki teman seorang artis tidak memerlukan mobil mewah dan supir berjas lagi?,”ucap Seokjin mengendik ke arah luar gedung saat akhirnya kami sudah masuk ke dalam gedung yang sudah terlihat ramai penonton menunggu pertunjukan drama musikal Three Musketeers .Aku mengusap keningku saat melihat Baekhyun yang menatapku sesaat Seokjin mengutarakan pertanyaannya.

“O,”pekikkan dari Heeyeon membuatku menatapnya dan menggeleng pelan, sedang Baekhyun menatap Heeyeon dengan seksama. “Juga baju-baju bermerekmu? Sepatu dan tas mahal?,”aku menoleh ke lain arah saat Baekhyun kembali menatapku, kini matanya seakan menyalurkan banyak pertanyaan.

“Ah, pintu pertunjukannya sudah dibuka. Kkajja,”ajakku segera meraih lengan Baekhyun agar segera menjauh dari Heeyeon dan Seokjin. “Kami duluan ya. Anyeong, sampai bertemu lagi ....,”aku melambai tangan ke arah mereka, menuju pintu pertunjukkan yang sesuai dengan nomor dudukku dan Baekhyun.

 -Hello, Manager Kim-

 “Nugurang?,”Baekhyun menatap lurus ke jalanan yang mulai sepi. Aku menengok sesaat ke arahya yang seperti orang kesetanan melihatku. “Neorang? Nugu?,”wajahnya mendekat ke wajahku yang sibuk menyetir, kemudian memiringkan kepalanya ke kanan dan kembali ke posisi semula. Sebuah lampu lalu lintas yang berubah merah menghentikan perjalnana kami untuk sesaat, aku pun menoleh ke arah Baekhyun yang juga sudah menatapku dengan lipatan tangan di depan dada. “Sehabis lampu merah ini, belok ke kanan. Di sana ada restaurant enak dan mahal, aku mau kau mentraktirku,”pinta Baekhyun tanpa babibu dan kembali ke posisi tubuh tegak menghadap jalan.

“Jangan pikirkan perkataan orang-orang tadi Hyun-ah. Aku tidak seperti yang kau bayangkan,”jelasku sambil menurunkan rem tangan dan kembali melajukan mobil setelah lampu lalu litas memberi sinyal hijau untuk berjalan.

“Ani,”ucapnya yang ku dengar seperti kalimat penyangkalan. “Aku justru tidak percaya denganmu Shin,”lanjut Baekhyun setelah sesaat katanya terhenti. “Eish! Belok kanan,”pekik Baekhyun saat aku hampir melewatkan pertigaan pertama setelah lampu lalu lintas tadi, aku pun dengan terpaksa membelokkan setir mobil ke kanan, menuju restaurant yang dimaksud Baekhyun. “Chogi...,”ia menunjuk sebuah restaurant dengan arsitektur Eropa di sebelah kanan kami.   

Sebuah pintu mewah menyambut kami saat akan memasuki restaurant tersebut, seorang door person dengan setelan kemeja berwarna hitam dan sarung tangan putih itu membukakan pintu untuk kami, “Good evening miss Kim Shin Neul,”sapa lelaki itu yang berhasil kembali membuat Baekhyun menatapku dengan tak percaya. aku segera melengos dari pandangan Baekhyun dan tersenyum simpul kepada lelaki itu.

“Silahkan miss Kim,”perempuan dengan rok rample berwarna hitam sepanjang lutut dan kemeja merah itu menghampiriku dan Baekhyun saat kami baru saja masuk. Ia mengarahkanku pada sebuah meja yang terletak di dekat jendela. “Sudah lama tak terlihat,”ucapnya dengan senyum ramah sambil menyodorkan menu kepadaku, sedangkan aku hanya tersenyum canggung menatap setengah wajah baekhyun yang terhalang menu. “Mau pesan yang seperti biasa?,”tanyanya berhasil membuatku menghalangi sepenuhnya wajahku dengan menu, tatapan Baekhyun benar-benar membuatku tak bisa berkutik.

“Ne, seperti biasa saja,”ucap Baekhyun, akupun segera menurunkan menu tersebut dan melihatnya yang sudah tersenyum ramah. “Dua menu yang seperti biasa,”tambahnya dengan tanda ‘V’ dari telunjuk dan jari tengah kanannya, ia tersenyum kepada pramusaji yang sedang mencatat pesanan kami, kemudian seringai senyumnya mengembang sembari menatapku.

“Terima kasih, silahkan ditunggu,”pamit sang pramusaji pada akhirnya dan mengambil dua menu yang tadi ia sediakan. Dengan kepergiannya aku pun sudah terduduk lemas di kursiku, menatap Baekhyun yang sedang melipat kedua tangannya dan memandang dengan mata menyipit.

“Kau benar-benar misterius manager Kim,”ucap Baekhyun, ia menyondongkan tubuhnya (masih dengan tangan terlipat di dada), menatapku lekat-lekat. “Malhaebwa...,”ia kembali merebahkan diri di senderan kursi. “Jika kau cerita kepadaku, aku berjanji tidak akan memberitahu siapapun kecuali kau menyuruhnya,”lanjut Baekhyun namun dengan jentikan jari. “Jika kau tidak mau menceritakannya, maka aku akan memberitahu tentang kejadian ini pada semuanya, member EXO, hyung manager, semuanya,”tambah Baekhyun membuatku segera mengibaskan tangan cepat dengan tubuh yang kembali tegap.

“Hmmm,”aku memijat keningku yang terasa berdenyut, memikirkan bagaimana menghindari pertanyaan Baekhyun yang terus memburuku. “Ottae?,”aku menatapnya dengan wajah menunggu. “Aku janji akan menjelaskannya, tapi tidak sekarang. Huh?,”lanjutku dengan nada memohon, lelaki dengan sweater biru itu mendecih ke lain arah. “Jebal. Huh?,”pintaku lagi sambil menggosok kedua telapak tanganku.

“Arraseo,”Baekhyun memberi tanda oke dari jemarinya. “Tapi semua makanan ini kau yang bayar,”tambahnya yang langsung kusambut dengan anggukan mantap.

Baekhyun menatapku setelah semua makanan yang kami pesan kini hanya bersisa rempah-rempah, matanya yang membulat menatapku dan mengendikkan kepala untukku membayar makanan yang tadi disajikan. Senyum Baekhyun terlihat mengembang saat aku mulai membuka tas dan mengeluarkan dompet dari dalamnya, ia dengan senang hati memangil pramusaji untuk meminta bill.

Tak lama, pramusaji yang  tadi melayani kami kembali dengan sebuah map hitam berukuran kecil, meletakkan bedan tipis itu di atas meja. Dengan gerak cepat, kuselipkan benda tipis berwarna hitam ke dalam map hitam itu dan memberikannya kepada sang pramusaji yang sudah menunggu.

Baekhyun kembali memberikan raut wajah penuh pertanyaan  terhadapku yang sudah terkekeh saat sosok pramusaji perempuan itu sudah pergi dari hadapan kami membawa jumlah harga makanan yang kami makan dan kartu yang akan dipergunakan untuk membayarnya.

Tak butuh waktu lama perempuan itu kembali, ia dengan ramahnya memberikan map hitam itu ke arah kami yang dengan segera digapai Baekhyun. “Seolma!,”pekik Baekhyun sesaat ia membuka map hitam tersebut, aku yang berada di seberangnya kini hanya bisa gigit jari.

 -Hello, Manager Kim-

 Dentingan notifikasi dari ponselku berdering terus menerus, membuatku yang sedang merebahkan diri di atas kasur harus segera beranjak dan mengambil ponsel yang masih berada di dalam tas. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal mengirimkanku banyak gambar, aku pun dengan segera mengunduh satu-per-satu gambar yang jumlahnya dapat dikatakan banyak.

Suara bell yang berasal dari pintu membuyarkan fokusku pada gambar yang mulai terlihat jernih. “Ne!,”seruku kepada entah sosok siapa yang berada di balik pintu. “O?,”aku menatap sosok pria dengan setelan jas berwarna biru tua dihadapanku, kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya ia turunkan saat melihat wujudku sudah berada di hadapannya. “Oppa, ada apa?,”tubuhku melipir dan mempersilahkannya untuk masuk.

“Ada yang mau aku antarkan,”jelasnya sambil melepas sepasang sepatu saat pintu flat tertutup. “Itu ada di kantung itu,”lanjut pria yang kukenal dengan nama Kim Woobin mengendikkan kepalanya ke arah sebuah kantung kertas yang ia letakkan di lantai karena kedua tangannya sibuk membuka sepatu.

“Ige mwoya?,”aku meraih kantung kertas berwarna cokelat itu, membuka perekat yang melekat di tengahnya. “Ini dari siapa?,”tanyaku kepada Woobin oppa yang sudah ikut duduk bersamaku di atas sofa.

“Neo omoni,”jawabnya melihat gerakan tangaku yang mengeluarkan tumpukan kotak plastik  yang berisi makanan kesukaanku.

“O, chakkaman aku belum memberimu minum,”langkah kakiku segera mellipir ke dalam dapur dan menyajikan air mineral di dalam mug berwarna merah ke hadapan Woobin oppa. “Gomawo ne, sudah mau mengantarkannya,”ucapku sembari memasukkan makanan-makanan tersebut ke dalam lemari pendingin. “Kau sudah makan?,”tanyaku yang bersiap akan mempersiapkan nasi untuknya.

“Aku sudah makan, lagipula aku hanya sebentar,”jelasnya, membuatku mengurungkan niat untuk menaruh setumpuk nasi untuknya. “Bagaimana?,”tanya Woobin dengan tubuh yang merebahkan diri. Aku menandangnya dengan mata menyipit, mencoba mencerna tanda tanya pada kata ‘bagaimana’.

“Ah,”aku menjentikkan jari, mulai memahami apa yang ia bicarakan. “Mungkin akhir Februari,”aku mengangguk memikirkan jadwal EXO yang mulai padat di awal Februari untuk persiapan comeback. “Aku akan sibuk untuk persiapan comeback EXO, jadi tidak bisa dilakukan awal Februari. Hmm, ottae?,”tanyaku kepada Woobin oppa yang mulai kembali menegakkan tubuhnya. Ia menopang dagunya dan mengangguk, menyetujui keputusan yang kuambil.

“Baiklah,”Woobin menepuk kedua pahanya dan beranjak dari sofa, tubuhnya yang tegap berdiri sempurna dan menghadapan ke arahku yang juga ikut menyamakan gerakannya. “Aku pulang dulu. Jaga dirimu baik-baik uri aegi,”ujarnya dengan cubitan kecil di kedua pipiku.

Aku pun mengikuti gerak langkah Wobin oppa yang akan keluar, namun terhenti saat ia kembali mengenakan sepatu kulit berwarna hitam pekat itu. kepalanya menoleh ke penjuru lantai yang menampilkan beberapa pasang sepatu milikku, “Belilah sepatu yang lain, kau tidak pantas memakai sepatu seperti itu,”perintahnya sambil mengacingkan jas yang tadi ia sempat buka saat menunduk. “Kkalkae,”tutur Woobin sambil memberantaki rambutku yang berhasil membuatnya lebih berantakan karena ulahnya.

Pintu berwarna putih keperakan itu terbuka, menampilkan satu sosok laki-laki dengan ekspresi kaget karena pintu yang dihuni managernya terbuka saat tubuhnya dalam posisi menguping. “Byun Baekhyun! Kau sedang apa?,”tanyaku saat ia mulai membenarkan kembali posisi tubuhnya yang tadi menungging. Mataku mengarahkan Wobin oppa untuk segera pergi, dengan senyum canggung Baekhyun menatap Woobin yang berlalu sambil menggosok tengkuk lehernya karena malu. “Ya! jangan pikr macam-macam Hyun-ah. Dia sepupuku,”jelasku. 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK