home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hello, Manager Kim

Hello, Manager Kim

Share:
Author : larasatityass
Published : 01 Apr 2015, Updated : 31 Mar 2016
Cast : EXO Member | EXO Manager | Kim Shin Neul (OC) | WINNER member | Park Janeul (OC) | Woo Jiho aka Zico
Tags :
Status : Complete
4 Subscribes |26274 Views |11 Loves
Hello, Manager Kim
CHAPTER 1 : Introduction

‘Mari kita lihat, sesulit apa menangani kalian. EXO’, ucapku dalam hati diikuti pandanganku yang bebas menatap langit cerah pagi ini, seakan menyambut kesenanganku di hari pertama bekerja. Langkah yang sudah lama tak aku rasakan, akhirnya kembali meniti hari-hariku, kembali menjadi perempuan sibuk kota Seoul.

Dentingan nada password pagi ini menjadi lagu pertamaku. Seorang manager senior yang ada di depanku baru saja membuka sebuah pintu yang diinginkan banyak gadis Korea Selatan, bahkan dunia. “Ingat angka tadi ya,”ucapnya padaku yang sudah bersiap masuk ke dalam dormitori yang kini ditinggali sepuluh orang itu. Satu kaki yang baru menapaki wilayah penyamun ini menjadi penanda, bahwa aku secara resmi sudah bekerja untuk salah satu perusahaan hiburan ternama di Korea, SM Entertainment. Sebenarnya aku tidak tahu pasti apa pekerjaanku kali ini, aku hanya mendapat tawaran seorang teman yang bekerja disini untuk melamar pekerjaan menjadi asisten manager. Ya, beruntungnya adalah asisten dari manager EXO.

Lampu dormitori secara otomatis menyala tak lama saat kami berdua sudah menginjakkan kaki di dalam dormitori.

“Seolma,”pekikku, yang langsung kubungkam dengan tanganku sendiri.  Manager yang ku kenal dengan nama Tak Youngjun melihatku dingin, ‘Wah dia benar-benar berjiwa manager’,pekikku dalam hati, tak menyangka reaksinya akan sebegitu dingin.

“Ini menjadi sangat riskan, karena kau akan menjadi satu-satunya manager perempuan di grup yang personilnya laki-laki,”manager Youngjun menambahkan, mungkin ia tahu apa yang sedang aku pikirkan. “Tugasmu mungkin tak akan seberat yang aku atau manager EXO lainnya lakukan, tapi kehidupan dengan kesempatan besar sepertimu, dan kau adalah seorang perempuan, mungkin pekerjaan ini bisa merubah hidupmu,”lanjut manager Youngjun, yang kini terdengar lebih berwibawa dan hangat. Aku terus mengekor di belakangnya yang menyusuri ruang dormitori yang terlihat berantakan, atau lebih tepatnya ‘disaster’ bagiku. “Ah,”ia menjentikkan jemari, berhasil mengingat sesuatu yang terlupakan. “Kau tunggu di sini. Daripada tidak melakukan apa-apa. Kau bisa merapihkan susunan sepatu di sana,” manager Youngjun menunjuk tumpukan sepatu yang berhamburan tak menentu, tanpa berpikir panjang, aku mengangguk dan mengacungkan jari jempol ke arahnya.

Sepasang headset sudah bertengger di telingaku, menikmati moment yang mereka bilang ‘belum ada apa-apanya’, namun ada yang mengganggu penglihatanku sedari tadi, aku melihat seseorang yang melintas, tapi wujudnya tak bisa aku tangkap saat coba meraihnya. Tidak memerdulikan dengan apa yang aku rasakan, aku kembali meletakkan satu per-satu pasang sepau di atas rak yang bahkan sudah tersedia sebegitu besarnya tepat di depan pintu, tapi masih saja tergeletak tak karuan di atas lantai.

“Kau siapa!,”nada membentak menyela lagu Senchihan Bus yang tengah aku dengar, sepertinya tidak ada lagu mereka yang memiliki lirik seperti itu. Aku tak bergeming menatap sekeliling, aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaan pertamaku ini.

Tiba-tiba sebilah pisau memberhentikan gerakku. Jaraknya bahkan begitu dekat. “Kau siapa?,”seorang laki-laki menodongkan sebilah pisau padaku. “Kau tau dari mana password kami?,”laki-laki ini. Aku tersenyum ramah, membenarkan posisiku berdiri setelah ditodong saat tengah membungkuk mengambil sepasang sepatu yang belum aku letakkan di atas rak karena sudah terlebih dulu ditodong pisau. “Kka!,”teriaknya sambil terus mendorong pisau ke arahku. Membuatku juga turut melangkah mundur.

“Aku bukan sasaeng,”jelasku, namun laki-laki yang beraksi sendiri ini tidak mudah percaya. “Aku pekerja es...,”nada pintu terkunci sesaat sebelum aku berhasil mengeluarkan ID Card-ku. Tenyata aku sudah berjalan mundur sampai keluar dari pintu dormitori. ‘Haaaaah...’,aku berjongkok di depan pintu dormitori.

“Kau kenapa disini?,”manager Youngjun menyambutku yang bahkan kini sudah duduk di atas lantai dingin. “Aigo! Mian, aku lupa memperkenalkanmu dengan mereka,”manager Youngjun tersenyum simpul, menyadari bahwa anak asuhnya sedang merasa terancam di dalam. “Ya! Passwordnya kalian ubah?,”manager Youngjun berbicara kepada salah satu personil EXO yang menodongku tadi melalui speaker tepat di sebelah pintu dormitori.

“Sasaeng itu sudah pergi?,”tanya laki-laki itu dengan selidik, seakan menatap sekeliling tempat manager Youngjun berdiri.

“Ini yang kau maksud?,” manager Youngjun mengajakku berdiri bersampingan dengannya.

“Hyung!,”laki-laki itu terperangah tak percaya.

“Anyeonghasimnika Do Kyungsoo,”sapaku sambil melambai ke arah kamera yang terpasang.

“Dia manager kalian yang baru, bukan sasaeng. Cepat buka, banyak hal yang harus ia lakukan,”perintah manager Youngjun, kemudian nada pintu terbuka berbunyi lagi. Di sana sudah ada sepuluh personil EXO menatap kedatangan kami.

“Jeongsunghamnida aggasi,”laki-laki dengan panggilan nama panggung D.O itu membungkuk tubuhnya ke arahku.

“Gwenchana,”ucapku tanpa kosa kata formal, mengingat umurku masih sepantaran dengan mereka.

“Silahkan masuk,”Kyungsoo, begitu para personil EXO memanggilnya, mempersilahkan aku masuk, setelah manager Youngjun sudah masuk terlebih dahulu.

“Aku tidak menyangka kami akan mendapatkan manager seorang perempuan. Mengingat...,”ucapan laki-laki itu terhenti saat manager Youngjun  menatapnya seakan menyuruh untuk diam.

“Dia pengecualian. Kalian harus ramah dengan manager...,” manager Youngjun menatapku, seakan mempersilahkan aku untuk memperkenalkan diri.

“Anyeonghasaeyo. Kim Shin Neul imnida,”ucapku, disambut tepuk tangan riuh dari wajah-wajah polos tak ber-make up.

“Kami memanggilmu apa nona? Nuna? Aggasi? Atau namamu saja,”sahut laki-laki yang ku ketahui bernama Tao itu.

“Terserah, nama saja juga tak masalah. Lagipula umurku tak jauh dengan kalian,”jelasku, membuat salah satu di antara mereka terbelalak heran.

“Jinja?,”ia kembali meyakinkan.

“Serius. Aku lahir sama dengan tahunmu lahir,”aku menunjuknya. Laki-laki yang kini menjadi personil tertinggi setelah Kris.

“Wuah daebak!,”ia bertepuk girang sendirian, tingkahnya hampir sama seperti yang ia perlihatkan di layar kaca.

“Kau yakin bahwa dia bukan...,”laki-laki yang sepertinya masih curiga dengan latar belakangku kembali memandang manager Youngjun. “Apalagi dia semuda ini,”lanjutnya, membuat manager Youngjun menggeleng.

“Kami tidak akan kebobolan seperti itu,”tegas manager Youngjun. “Ini sarapan untuk kalian,” manager Youngjun memberikan sekantung plastik sebuah makanan cepat saji.

“Shin, sini...,” manager Youngjun mengajakku untuk berbincang di ruangan lain. aku mengikuti langkahnya, menuju sebuah ruang kamar yang berisi 2 tempat tidur yang masing-masing cukup ditempati satu orang. “Tugasmu mengurus dormitori. Mengingat  mereka akan jarang berada di dormitori, kau bisa membersihkan dormitori dengan leluasa. Kau bisa datang jam berapapun sesukamu, asal tempat ini bersih,”jelasnya, yang bisa aku pahami seperti tugas seorang houskeeper.

“Jadi aku menjadi asisten rumah tangga? Bukan asisten manager?,”tukasku, yang agak tidak menyukai perintah yang baru saja ia berikan. 

“Hmmm,”ia mengangguk tak pasti. “Ani. Aku hanya berusaha mengevaluasi kinerjamu. Bukankah semua pekerjaan berawal dari perkenalan?,”ia menaikkan alisnya. “Anggap saja kau sedang di ospek. Hahaha,”canda manager Youngjun yang terdengar garing di telingaku. “Aku tau kau akan meremehkan pekerjaan ini, terlebih kau lulusan terbaik universitas kenamaan di Korea, tapi di luar tidak mudah Shin,” manager Youngjun menghentak pundakku. “Kau tau kan apa yang aku maksud?,” manager Youngjun mengangkat alisnya lagi.

“Ne sunbaenim aku mengerti,”aku mengiyakan jerih payahnya yang berusaha memberikanku alasan logis atas pekerjaan yang ia berikan padaku. “Aku mulai sekarang?,”aku kembali meyakinkan manager Youngjun.

“Ye. Memang kau mau menundanya sampai kapan?,” manager Youngjun membalikkan badannya yang sudah hampir lenyap berbelok ke ruang utama tempat kami berkumpul tadi.

“Manager Shin akan menangani dormitori, sebelum akhirnya ia siap ditugaskan luar lapangan. Jadi, selama ia masih mengurus dormitori, bersikap sopan dan jangan segan membantunya,”jelas manager Youngjun kepada sepuluh anak asuhnya yang terlihat masih sibuk menyantap makan pagi.

“Ne hyung!”

-Hello, Manager Kim-

Setengah dari mereka sudah kembali sibuk membersihkan diri, bersiap menerjang ganasnya dunia hiburan di usia yang masih belia. Aku masih menerawang dormitori yang aku sendiri tidak tahu harus memulai dari mana. Helaan nafas kecil yang keluar dari mulutku berhasil mengisi kekosongan dormitori yang penuh ini. Sweater bertangan panjang yang sedari tadi aku kenakan, kini sudah terjuntai di salah satu gantungan baju yang ada di balik pintu.  Aku kembali mengerjakan pekerjaanku yang belum terselesaikan tadi karena ditodong pisau oleh Kyungsoo.

Deru air yang mengalir kini menjadi backsoundnya, ‘ternyata berfungsi’, aku kembali menutup keran air sebagai uji coba. Headset kecil berwarna putih kembali bertengger di telingaku, melantunkan melodi  jazz karya Ra.D yang siap menemaniku membersihkan peralatan makan yang tergeletak di atas wastafel.

“Manager Kim mau aku bantu,”samar-samar suara seorang laki-laki terdengar dari belakangku. Aku menoleh, sudah kudapati salah satu personil EXO-K tertua itu menunggu responku. Mimik wajahnya seakan keberatan dengan apa yang sedang aku kerjakan.

“Aniyo...,”jawabku singkat, namun tertahan karena aku bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa. “Suho-ssi,”lanjutku. “Ini sudah menjadi tugasku. Kau bisa meneruskan waktu istirahatmu,”tambahku sambil meliriknya sekilas.

“Oh, ne. Mian merepotkan,”ucapnya segan, kemudian mengambil sebuah gelas yang berada disamping kananku. Suara gelembungan air yang berusaha mengisi gelas kosong Suho terdengar, dilanjutkan dengan seretan kursi yang ada di belakangku. Kami terdiam, aku bahkan bisa merasakan kehadirannya, tapi tak tahu apa yang harus aku katakan, dan sepertinya ia pun merasa demikian.

“Kau sudah mandi hyung?,”satu suara lain kini mengisi ketegangan di antara aku dan Suho. Jawaban singkat Suho seakan menandakan bahwa ia sudah selesai membersihkan dirinya. “Oh? Kau sedang apa manager Kim?,”tanya laki-laki ini.

“Hanya menyelesaikan tugasku,”jawabku singkat dengan senyum seadanya.

“Ya, hyung kau membiarkan seorang gadis membersihkan sisa makan kita. Tega sekali kau,”katanya, membuat Suho tersudut dengan ledekan laki-laki yang menjulang tinggi di atasku.

“Aniya Chanyeol-ah, ini memang tugasku,”aku mengeringkan tanganku yang sudah selesai membersihkan semua peralatan makan dan masak. “Sudah selesai kan?,”tutupku, kemudian mencoba melepas headset yang sedari tadi kubiarkan bertengger meski diajak bicara.

“Siapa yang belum siap?,”manager Youngjun menatap sekeliling, menunggu semua personil EXO berkumpul di ruang utama. Aku berjalan mendekat, berdiri tepat di belakang manager Youngjun. Ke sepuluh laki-laki itu akhirnya berkumpul, lengkap dengan jaket, masker, kacamata, dan juga topi. ‘Kasihan mereka’,pekikku dalam hati. “Shin, kau bisa handle di sini kan? Kami mungkin akan pulang tengah malam,”ucap manager Youngjun, yang dijawab anggukan dariku.

Dipimpin manager Youngjun yang berada di barisan pertama, satu-per-satu dari mereka mulai keluar dari dormitori, namun laki-laki yang sedari tadi mencercaku saat pengenalan sepertinya masih menyembunyikan ketidakpercayaannya.   

 Keadaan dormitori kini benar-benar hening setelah ditinggal sepuluh penunggunya. “Haaaaah,”aku merebahkan diri di atas lantai yang lumayan hangat karena penghangat yang setia menyala menghangatkan peralihan musim dingin ini.

Tubuhku kembali beranjak kembali dari istirahat singkat. Menyusuri sebuah kamar yang diisi oleh tiga tempat tidur. ‘Oh, jadi ini kamar mereka’, sebuah vacum cleaner sudah berdiri sejajar disampingku, suara deru mesinnya kini sudah mengisi ruangan, menghisap debu yang entah sejak kapan sudah berdomili disini.

-Hello, Manager Kim-

“Aku ingin keluar sebentar, kalian ada yang ingin menitip sesuatu,”ucapku kepada sekumpulan laki-laki yang tengah merebahkan diri sambil menonton televisi.

“Ye ye,”ucap salah satu dari mereka. Bukan sebuah request yang aku terima, ia justru mengambil jaket, topi dan maskernya, memakainya satu-per-satu dan menghampiriku di ujung pintu. “Kkaja,”ajaknya kini sambil membuk pintu untuknya dan untukku.

Kami berdua jalan dalam diam, saling menghangatkan diri masing-masing di malam yang hampir larut. “Kenapa tidak kau katakan saja ingin membeli apa. Tidak perlu ikut denganku juga,”aku membuka pembicaraan, sepertinya ia menggigil hebat, mesikpun jaket yang ia kenakan tebal bukan main.

“Aniya manager Kim,”ia menggeleng diikuti mata yang memancarkan senyum. “Sangat senang mendapatkan rekan kerja perempuan yang akan kami lihat setiap hari. Aku hanya ingin mencoba dekat denganmu, lagi pula kita kan rekan kerja,”ucapnya tenang dengan tatapan lurus.

“Ah,”aku mengangguk. “Kalau begitu jangan panggil aku manager Kim. Cukup panggil namaku saja. Shin. Shin Neul,”lanjutku menatap wajahnya yang tertutup masker.

“Oke. Oke. Arasseo Shin,”ia membentuk tanda ‘oke’ dengan telunjuk dan ibu jari yang melekat, diselingi tawa ramah dari mulutnya.

Dinginnya malam dan kecanggungan kami akhirnya mampu mencair selama perjalanan, kami pun sibuk berdua memilih barang dan makanan apa saja yang akan dibeli untuk keperluanku dan member EXO lainya, bahkan kami terlihat tidak seperti orang yang baru kenal sehari.

“Sudah Shin?,”ia melengos menatapku yang terhalang tiga rak besar dari tempatnya berdiri bersama kasir yang siap melayani.

“O,”jawabku, kemudian menghampirinya yang mengeluarkan dompet untuk membayar.

“Aniya,”aku menghalangi tangannya. “Pakai ini saja,”aku menyerahkan sebuah kartu kepada kasir yang hampir mengambil kartu yang dipegang laki-laki bernama korea Kim Min Seok ini. “Bukan milikku,”aku tersenyum, matanya juga terlihat begitu, seakan ia paham dengan apa yang aku maksud.

Kami kembali berjalan menerjang dinginnya malam, ia dengan sigap membawa dua kantung belanja yang ditolaknya untuk aku bantu. “Kau tidak takut dengan mereka,”matanya mengarah pada sekelompok perempuan yang kini sudah mulai terlihat duduk, karena menunggu EXO seharian. Kami berbelok, menuju pintu lain untuk masuk ke dalam gedung.

“Takut?,”aku menatapnya yang kini sudah melepas masker setelah aman memasuki gedung. “Memang kata siapa aku berani?,”kataku diikuti tawa, ia juga ikut tertawa, kemudian tawanya terhenti menatapku tajam.

“Kami saja kewalahan menjaga diri kami sendiri. Sedangkan kau harus menjaga kami dan dirimu sendiri,”ucapnya dengan nada yang terkesan khawatir. "Apalagi kau perempuan, tidak seperti manager hyung lainnya."

“Aku yakin kalian bersepuluh akan menjagaku,”ledekku sambil menyenggol tubuhnya sehingga terhuyung ke kanan.

“Jadi kau artisnya? Ye ye Shin Neul-ssi kami akan menjaga anda,”pipinya yang chubby mengembang karena senyum yang merekah.

 

Meski dentingan lift menandakan bahwa kami sudah sampai di lantai, tawa kami terus nyaring terdengar di dalam lift yang dihuni kami berdua.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK