home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Between Devil And Evil

Between Devil And Evil

Share:
Author : arista_kyu
Published : 01 Apr 2015, Updated : 21 Nov 2015
Cast : Lee Chunsa (OC), Cho Kyuhyun, Yang Seungho, Hwang Chansung, Kim Woobin, Lee Jongsuk
Tags :
Status : Ongoing
2 Subscribes |8939 Views |4 Loves
Between Devil And Evil
CHAPTER 2 : Missing You

CHUNSA POV

“Chunsa, kau jangan jauh-jauh dari kami nanti. Aku tidak ingin kau terjebak dengan laki-laki lain disini. Araseo?” tanya Kyuhyun Oppa yang tidak segera kujawab karena aku menyadari sesuatu setelah tidak sengaja melihat foto kedua mempelai didepanku.

“Chunsa-ya. Wae?” tanya seungho Oppa khawatir lalu menghampiriku.

“Oppa. Igo mwoya? Apa kalian menjebakku?”

“Menjebakmu? Apa maksudmu? Oppa tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”

“Hyung wae?” tanya Kyuhyun Oppa penasaran menghampiriku.

“Aku juga tidak tahu Kyuhyun-a. Apa sebaiknya kita pulang? Apa kau sakit Chunsa-ya?”

“Aniya Oppa,” kataku kemudian berjalan menuju pintu ballroom tempat diadakannya pemberkatan pernikahan.

Langkahku terasa berat dan napasku terasa sesak. Air mataku sudak mendesak untuk keluar, tapi aku segera menahannya sekuat tenagaku. Aku berharap semua yang kulihat ini salah, aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi dan sebentar lagi aku akan bangun dari mimpi buruk ini. Aku berharap ini adalah hari ulang tahunku dan aku sedang dikerjai oleh teman-temanku dan Oppa-oppaku.

Aku berhenti didepan pintu ballroom, mengambil napas yang semakin terasa sesak ketika kulihat kedua mempelai sedang berciuman didepanku. Kuyakini mereka telah selesai mengucapkan janji pernikahan mereka. Langit terasa runtuh diatas kepalaku dan bumi yang kuinjak terasa terbelah menjadi dua yang kuharapkan itu benar-benar terjadi. Aku memilih untuk ditelan bumi ini daripada aku melihat adegan didepanku ini.

“Oppa. Ige mwoya?” tanyaku yang diiringi isakkan yang sedari tadi sudah kutahan.

Tepuk tangan yang sedari tadi riuh terdengar kemudian berhenti. Semua pasang mata memandangku heran bahkan ada beberapa yang saling berbisik. Tapi aku tidak mempedulikan semua itu, aku tidak peduli dengan tatapan aneh semua orang disini.

“Chunsa? Kenapa kau bisa disini?” tanya pria tersebut dengan nada heran dan panik.

“Oppa, kau mengenal Chunsa?” tanya Haeri Eonni bingung.

“Aku.. aku..” kata pria itu gagap.

“Kim Jungshin-ssi. Kau. Apa ini semua? Dengan Haeri Eonni? Selamat. Semoga kau bahagia,” kataku lalu cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu.

Hatiku benar-benar sakit. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan sekarang, pria yang kucintai sedang berada disana, menikah tetapi bukan dengan diriku melainkan dengan wanita lain. Pria yang sangat aku percayai, pria yang tidak pernah menyakitiku sedikitpun, pria yang selama ini selalu berada disisiku dalam suka maupun duka, dan pria yang berjanji akan menikahiku, menjadi suami dan ayah untuk anak-anakku kelak. Tapi saat ini menjadi pria yang tidak akan pernah bisa menepati janjinya tersebut. Meskipun aku menyukai Kyuhyun Oppa, tetapi aku sudah mulai untuk mencintai Jungshin Oppa dengan segala kebaikan yang ia punyai. Kekerasan hatiku sudah mulai mencair karena sikap-sikap manisnya kepadaku.

Aku menangis sejadi-jadinya, hatiku tidak pernah sesakit ini, aku tidak pernah merasa terkhianati sampai seperti ini. Aku berjalan melewati Seungho Oppa dan Kyuhyun Oppa yang berdiri dalam diam, aku tidak berani menatap wajah mereka. Aku berani bertaruh raut wajah mereka sudah seperti pembunuh berdarah dingin.

“Kalian mau tetap disini atau pulang bersamaku?” tanyaku tanpa menoleh kepada mereka.

Kudengar langkah-langkah kaki mendekat kearahku dan aku lanjutkan perjalananku menuju ke tempat parkir mobil. Dimobil terasa seperti kuburan, diam tanpa ada suara sedikitpun.

“Kau mau langsung pulang atau makan dahulu? Yang kutahu, kau belum makan sejak pagi tadi,” tanya Seungho Oppa memecah kesunyian.

“Aku tidak lapar. Aku mau pulang.”

 

AUTHOR POV

Satu bulan sudah berlalu semenjak kejadian menyakitkan itu dan sudah satu bulan ini Chunsa tidak pernah tersenyum. Seungho dan Kyuhyun sampai bingung harus berbuat bagaimana lagi untuk membuatnya senang. Setiap hari mereka pergi kerumah Chunsa untuk membawa makanan kesukaan sampai kaset-kaset idola kesukaannya. Orang tua Chunsa awalnya bingung dengan perubahan sikap putri semata wayangnya itu, tetapi setelah Kyuhyun dan Seungho menjelaskan apa yang terjadi, mereka paham dan membantu supaya Chunsa kembali tersenyum.

“Chunsa-ya bersiaplah, sepuluh menit lagi aku jemput,” kata Seungho ditelepon.

“Shiro Oppa, aku malas kemana-mana.”

“Tak ada alasan lagi Chunsa, mau sampai kapan kau mengurung dirimu seperti ini?”

“Molla Oppa, aku merasa tidak ada semangat hidup sama sekali.”

“Yak. Cukup ucapanmu itu, bersiaplah akan ku jemput.”

 

SEUNGHO POV

               Aku sudah tidak tahan dengan sikap Chunsa yang seperti ini, terlalu dibawa perasaan. Setiap aku pergi kerumahnya, aku selalu kaget dengan perubahan badannya yang makin hari makin kurus dan tidak bertenaga. Song Ahjjuma menjelaskan kalau nona mudanya itu jarang sekali menyentuh makanan akhir-akhir ini. Aku hampir tidak percaya, karena nafsu makan Chunsa sebesar nafsunya untuk mengerjai Oppa-oppanya ini. Dengan perubahan drastis Chunsa, aku memutuskan untuk menyudahi aksi ‘Drama Queen’-nya dan mengembalikan pikirannya ke tempat yang semula.

                “Annyeonghaseyo Eomoni,” sapaku saat Eomma-nya Chunsa membukakan pintu untukku. Aku dan Kyuhyun memang sudah menganggap orang tua Chunsa seperti orang tua kami sendiri, dan mereka pun menganggap kami seperti anak mereka sendiri. Maka dari itu, kamipun diminta untuk memanggil mereka dengan Eomoni dan Abbeoji.

                “Annyeong Seungho-ya, kau mau pergi dengan Chunsa?”

“Ne Eomoni, apakah Chunsa sudah siap?”

“Entahlah, Chunsa tidak bilang apa-apa kalau mau pergi denganmu. Coba kau naik saja ke kamarnya.”

“Ne Eomoni, aku ke kamarnya dulu,” kataku lalu pergi kekamar Chunsa yang berada dilantai atas. Aku diam berdiri didepan kamar Chunsa, kuketuk perlahan namun tidak ada jawaban sama sekali. “Chunsa, kau didalam? Apakah kau sudah siap?” tanyaku yang masih belum ada jawaban.

Kuberanikan diri membuka pintu kamarnya karena tak kunjung dapat jawaban. Kulihat Chunsa sedang berbaring di lantai, cuek dengan tisu yang berserakan disekitarnya. “Apa yang kau lakukan? Kau belum siap-siap?”

“Sudah kubilang kalau aku sedang tidak ingin kemana-mana,” jawabnya masih sambil menutup matanya.

Anak ini benar-benar susah diatur. Kuambil jaketnya yang tergantung di balik pintu, kemudian kuseret dia keluar.

“Oppa, wae? Apa yang kau lakukan?”

“Sudah, tidak usah banyak tanya. Kau cukup ikut denganku dan mentup mulutmu. Eomonim, kami pergi dahulu,” kataku lalu membungkukkan badan ke arah Eommanya Chunsa.

“Hati-hati dijalan Seungho-ya. Pastikan ajak dia makan dahulu.”

“Ne Eomonim.”

“Eomma, kau tidak menghentikannya? Kau membiarkan Seungho Oppa menyeretku seperti ini?”

“Ikutlah Seungho, kau sudah terlalu lama didalam kamar tidak keluar rumah, aku takut ada rumor yang menyatakan kau kami pasung, ara?”

“Eommaaaa...”

Kulajukan mobilku kesebuah tempat, tepatnya kesebuah bukit yang jarang sekali orang-orang datang ketempat ini. Dulu aku dan Kyuhyun sering diajak oleh Jongsuk ke bukit ini, dia menamakan tempat ini sebagai Bukit Bintang karena dari tempat ini bisa jelas terlihat bintang-bintang di langit.

“Bukit Bintang? Bagaimana kau bisa tahu tempat ini Oppa?” tanya Chunsa heran.

“Siapa lagi kalau bukan Lee Jongsuk, kau juga pasti tahu tempat ini dari dia kan?”

“Ne, majayo. Kenapa kau membawaku kemari?”

“Duduklah disini,” kataku sambil menggelar kain yang telah kupersiapkan sebelumnya. “Aku ingin kau menenangkan pikiranmu disini, dulu Jongsuk sering kemari kalau sedang banyak pikiran. Siapa tahu bisa bekerja juga padamu. Cobalah.”

 

CHUNSA POV

Seungho Oppa membawaku ke Bukit Bintang, aku pernah sekali ketempat ini dan aku tidak pernah lupa tempat ini. Dan aku sudah tahu mengapa Seungho Oppa membawaku ke tempat ini.

“Duduklah disini,” kata Seungho Oppa sambil menggelar kain yang kuyakini telah dipersiapkannya. “Aku ingin kau menenangkan pikiranmu disini, dulu Jongsuk sering kemari kalau sedang banyak pikiran. Siapa tahu bisa bekerja juga padamu. Cobalah.”

Mendengar perkataan Seungho Oppa, aku jadi teringat lima tahun lalu sewaktu Oppa membawaku ketempat ini. Tempat penuh bintang dan suasana yang sunyi membuat tempat ini membawa ketenangan tersendiri.

FLASHBACK

“Chunsa-ya, kau tahu kenapa aku membawamu kemari?” tanya Jongsuk Oppa sambil memandang ke langit.

“Molla Oppa. Memangnya ini tempat apa?” tanyaku bingung sambil melihat kanan dan kiriku. Gelap dan hanya sedikit penerangan yang berasal dari lampu ala kadarnya yang tergantung di beberapa pohon.

“Namanya Bukit Bintang, sebenarnya Oppa yang menamai tempat ini. Kau lihat, kalau dari sini kau bisa melihat banyak sekali bintang dilangit. Oppa sering kesini kalau sedang banyak masalah atau ingin menenangkan pikiran.”

“Jadi, sekarang Oppa sedang ada masalah? Ada apa?” tanyaku heran.

“Ada deh,” katanya sambil tertawa. “Asal Oppa bersamamu, Oppa sudah bahagia. Masalah-masalah yang Oppa hadapi seperti hilang begitu saja.”

“Jinjja?” tanyaku yang diiringi anggukan pelan dari Jongsuk Oppa.

“Kalau suatu hari kau kesini dan sedang ada masalah, cukup mentup matamu lalu menarik napas dalam-dalam kemudian kau teriak sekuat tenagamu, kau keluarkan semua masalahmu,” katanya sambil mempraktekkan apa yang dibicarakannya.

FLASHBACK END

Kututup mataku lalu kutarik napas dalam-dalam, “JONGSUUUKKK OPPAAAA, JONGMAL BOGOSHIPEO.. OPPAAA.. KEMBALILAH.. AKU MEMBUTUHKANMU.. KATAMU AKU CUKUP MENUTUP MATAKU DAN SEMUA MASALAH AKAN HILANG, TAPI SEMUA TIDAK BISA OPPAAA.. JONGSUK OPPA KENAPA KAU MENINGGALKAN AKU SENDIRI SEPERTI INI? KATAMU KAU AKAN MENJAGAKU SELAMA-LAMANYA? KATAMU KAU AKAN TERUS BERADA DISISIKU? OPPA KEMBALILAH.. NEOMU BOGOSHIPEO..” teriaku sambil terisak. “Oppa, kau tidak menepati janjimu untuk bersamaku. Aku butuh kau Jongsuk Oppa. Aku tidak sanggup menahan ini sendirian.”

Tiba-tiba kurasakan tangan hangat yang memeluk tubuhku. Tangan Seungho Oppa yang hari ini terasa berbeda. Aku seperti merasakan kehangatan tangan Jongsuk Oppa ketika ia memelukku.

“Kau harus kuat Chunsa, kau tidak boleh seperti ini terus. Aku dan Kyuhyun sudah berjanji kepada Jongsuk untuk tetap menjagamu sampai kapanpun. Kau sudah kami anggap adik kami sendiri dan kau menjadi tanggung jawab kami sekarang. Jangan pernah kau merasa sendirian dan kesepian, karena kau tahu ada kami yang selalu berada disampingmu,” kata Seungho Oppa. “Kau biarkan saja laki-laki brengsek itu, tidak usah kau pikirkan dia. Masih banyak lelaki baik yang bisa mendampingimu.”

“Tapi disaat aku sudah bisa mencintainya, mengapa semua ini harus terjadi Oppa? Kenapa ini semua terjadi bukan saat aku belum bisa menerimanya? Ini semua terasa tidak adil bagiku. Laki-laki itu benar-benar membuat aku gila.”

“Semua ada waktunya kau mendapatkan kebahagiaan dari seorang laki-laki. Mungkin sekarang Tuhan sedang menguji seberapa jauh hatimu bisa bertahan dikeadaan sesulit ini.”

“YAK KIM JUNGSHIN.. NEO NAPPEUN NAMJA-YA.. JINJJA NAPPEUNOM.. KU DOAKAN KAU BAHAGIA BERSAMA HAERI EONNI.. SEMOGA KAU AKAN MENYESAL TELAH MEMBUAT AKU SEPERTI INI.. DULU KAU BERJANJI AKAN MENIKAH DENGANKU, TAPI APA YANG TERJADI KAU MALAH BERDIRI DIDEPAN ALTAR BERSAMA ORANG LAIN, BERSAMA WANITA LAIN.. KAU TIDAK TAHU BAGAIMANA RASA SAKIT YANG KURASAKAN INI.. DULU KAU TERUS-TERUSAN MENDEKATIKU DAN BERSIKAP SEOLAH-OLAH HANYA AKU WANITA YANG KAU CINTAI, KAU PEMBOHONG KIM JUNGSHIN.. PEMBOHONG BESAR.. PERGILAH YANG JAUH, AKU TIDAK INGIN LAGI MELIHATMU.. PERGILAAAAHHH,” teriakku sambil terisak. Kulihat Seungho Oppa dengan wajah kagetnya. “Wae Oppa?”

“Ani. Aku hanya kaget kau bisa teriak sekencang itu. Bagaimana perasaanmu sekarang?”

“Lumayan. Oh ya Oppa ada yang mau aku bicarakan denganmu.”

“Wae?”

“Aku lapar, traktir aku makan ya. Sudah sebulan nafsu makanku berkurang dan sekarang habis teriak-teriak, rasa lapar kini menderaku. Oppa bisakah kita makan yang berkuah?”

“Jadi yang mau kau bicarakan itu adalah kau lapar? Bukan yang lain?”

“Ani. Memangnya kau mau aku bicara apaan?”

“Aniya, lupakan. Kajja, kita cari tempat makan yang menjual sup.”

“Yeee.. Let’s Go..”

 

AUTHOR POV

Seungho berdiam diri sambil tersenyum melihat gadis yang disayanginya makan dihadapannya. Tidak ada hal yang bisa membuatnya bahagia selain bisa bersama dengan gadis ini, gadis ini yang membuatnya tergila-gila dengan semua keajaibannya. Gadis paling cantik yang tidak bisa membuatnya berpaling ke gadis lain, meskipun ia merasa tidak akan bisa memiliki sepenuhnya tetapi ia sudah bahagia bisa bersamanya dan melihat tawanya.

“Pelan-pelan makannya, pesanlah kalau kau ingin makan lagi.”

“Jinjja Oppa? Ah.. aku merasa seperti tidak makan selama setahun, semua makanan terasa nikmaaaattt sekali.”

“Siapa suruh kau tidak menyentuh makanan selama sebulan?”

“Salahkan nafsu makanku yang hilang sejak kejadian itu. Sudahlah Oppa, tidak usah kau mengingatkanku dengan kejadian itu, nanti nafsu makanku kembali hilang.”

“Araseo, mian. Wah, sepertinya setan kecil kami sudah kembali,” kata Seungho sambil tersenyum puas.

“Ne Oppa. Gomawoyo telah membawa aku ke Bukit Bintang, tapi rasa rinduku terhadap Jongsuk Oppa kembali mencuat,” kata Chunsa sambil asyik memakan makanannya.

“Kau berlebihan.”

“Oh ya, sepertinya ada satu yang hilang. Mana si evil?”

“Entahlah, tadi dia bilang mau membereskan suatu hal dan dia seperti merahasiakannya dariku.”

“Apa jangan-jangan dia sedang mendekati seorang perempuan? Wah, Cho Kyuhyun jinjja. Aku sedang dalam keadaan seperti ini tapi dia malah asyik-asyikan mendekati seorang perempuan,” kata Chunsa sambil menggelengkan kepalanya.

“Biarlah dia dekat dengan seorang perempuan, memangnya kenapa? Bureobji?” tanya Seungho penasaran.

“Aniya Oppa, aku hanya penasaran saja kenapa di saat seperti ini dia bukannya bersama kita tapi malah melakukan hal lain.”

“Benarkah kau tidak cemburu? Apakah kau menyukainya?”

“Menyukai sebagai teman? Iya. Dia itu sama sepertimu, sudah kuanggap sebagai Oppaku.”

“Jadi kau tidak akan pernah bisa menyukai salah satu dari kami?”

“Oppa mwoya? Waeyo Oppa? Pertanyaanmu aneh sekali. Kau dan Kyuhyun adalah Oppa terbaikku. Yang Seungho, Cho Kyuhyun jjang,” kata Chunsa sambil memberikan dua ibu jarinya.

“Tapi kalau kau disuruh untuk memilih antara kami berdua, siapa yang akan kau pilih?”

“Tidak ada satupun.”

“Wae?” tanya Seungho sambil menatap bingung kearah Chunsa.

“Aku tidak ingin ada salah satu kalian yang tersakiti, makanya aku tidak ingin memilih salah satu antara kalian karena kalian berdua sama-sama berarti untukku.”

“Araseo,” kata Seungho tersenyum sambil mencubit hidung Chunsa.

Tanpa diketahui orang lain, jantung Seungho dan Chunsa sama-sama berdegup cepat dengan alasan yang berbeda. Antara kekecewaan dan kesedihan bercampur menjadi satu mengetahui kenyataan yang telah ada.

Handphone Seungho tiba-tiba berbunyi dan ia segera mengangkat panggilan itu.

“Yeoboseyo?”

“Hyung, kau bersama Chunsa?” kata suara diseberang telepon.

“Ne, wae?”

“Pergilah ketempat lain, ada hal penting yang ingin aku sampaikan.”

“Jamkanman,” katanya lalu berdiri. “Chunsa, aku menerima telepon sebentar diluar,” yang dijawab anggukan tanda setuju dari Chunsa. “Kyuhyun-a wae?”

 

SEUNGHO POV

“Kyuhyun-a wae?” tanyaku langsung ketika aku sudah berada diluar dan jauh dari Chunsa.

“Hyung, aku berbuat kesalahan. Eotteohke?”

“Bicaralah perlahan, aku tidak mengerti maksudmu. Kesalahan apa yang kau perbuat?”

“A-a-aku tadi bertemu dengan Jungshin dan aku tidak sadar memukulnya,” jawab Kyuhyun dengan nada takut dan bingung.

“Mwo? Neo micheosseo? Kenapa kau memukulnya? Kita kan sudah berjanji tidak akan pernah berkelahi lagi,” kataku dengan geram. Entah apa yang ada dipikiran Kyuhyun saat ini, satu masalah selesai malah muncul masalah baru.

“Molla hyung, tangan ini tiba-tiba terangkat begitu saja ketika aku melihat wajahnya. Eotteohke hyung?”

“Lalu sekarang dimana dia? Tidak sampai kau bunuh kan?”

“Hyung, aku tidak sampai segila itu membunuhnya. Aku bawa dia ke Rumah Sakit, aku tidak mungkin meninggalkan dia terkapar ditempat yang tidak terlihat orang, bisa-bisa dia tewas saat itu juga.”

“Pastikan jangan sampai Chunsa tahu dulu tentang hal ini. Kau sudah mengabari Haeri?”

“Sudah Hyung, Haeri sedang dalam perjalanan kesini.”

“Kau tetaplah disana, nanti aku menyusul. Aku mengantar Chunsa pulang lebih dahulu, kalau Haeri datang kau jelaskan dulu apa yang terjadi. Kau tunggu aku disana.”

“Ne Hyung. Gidarilke.”

Kuakhiri pembicaraanku dengan Kyuhyun dan bergegas kembali ketempat Chunsa supaya ia tidak curiga.

“Chunsa-ya, apa kau sudah selesai makannya?” tanyaku yang dijawab dengan anggukan kepala dari Chunsa. “Oppa ada urusan mendadak yang sangat penting, kalau kau sudah tidak ingin makan lagi aku akan antar kau pulang sekarang.”

“Ada apa Oppa? Ada yang salah?”

“Ani, masalah kantor dan aku harus cepat-cepat kesana.”

“Baiklah, semoga bukan masalah yang besar ya Oppa,” kata Chunsa yang membuat jantungku berdegup kencang ketika mendengar perkataannya itu.

Kulajukan mobilku secepat mungkin, meskipun cepat tapi masih dalam standar wajar. Walau pikiranku kacau dengan masalah yang dibuat oleh Kyuhyun tapi aku masih tetap memikirkan keselamatan kami. Aku diam tak bersuara sedikitpun, hanya suara lagu yang terdengar dari radio dimobilku. Entah mengapa lagu yang diputar adalah lagu dari 2AM ‘Like An Idiot’ dan aku merasa lagu ini sedang menyindirku sekarang. Kualihkan pandanganku sebentar ke sebelahku dan tersenyum melihat Chunsa yang sedang tertidur.

“Babo Cheorom. Kau benar-benar seperti idot Seungho, mencintai gadis yang tidak bisa mencintaimu.”

 

AUTHOR POV

Setelah Seungho mengantar Chunsa pulang ke rumah dengan selamat walau dengan sedikit adegan jambak-jambakan dan juga ddakbam karena Chunsa paling tidak suka tidurnya diganggu oleh siapapun, akhirnya Seungho sampai ke Rumah Sakit yang dimaksud oleh Kyuhyun. Seungho bergegas menuju Unit Gawat Darurat dan mendapati Kyuhyun sedang duduk lemas di kursi tunggu depan ruangan tersebut.

“Kyuhyun-a,” panggil Seungho sambil menepuk pelan pundak Kyuhyun.

“Hyung.”

“Haeri sudah datang?”

“Sudah, dia ada didalam melihat suami tersayangnya itu.”

“Lalu kau menjelaskan apa?”

“Aku jelaskan semuanya, masalah Chunsa juga.”

“Lalu apa reaksinya? Apa kau seperti ingin dibunuhnya?”

“Tatapan matanya benar-benar membuat aku gila, persis seperti Chunsa kalau sedang marah. Aku benar-benar takut tadi, kau lihat Hyung apa yang dia perbuat kepadaku,” kata Kyuhyun sambil memperlihatkan kedua pipinya yang merah.

“Kau ditampar berkali-kali? Hahaha.. Sudah lama aku tidak melihat Haeri menampar orang berkali-kali.”

“Hyung, kau ini tidak ada simpatinya sama sekali kepadaku. Aku sedang tertimpa musibah begini kau malah tertawa.”

“Yak. Musibah ini kau sendiri yan g membuatnya, kau pikir aku tidak pusing memikirkan masalah ini. Sudah selesai masalah kejiwaan Chunsa, malah timbul satu masalah darimu,” kata Seungho memukul pelan kepala Kyuhyun.

“Mianhae Hyung, semua tidak sengaja dan tidak terkendali.”

“Oppa,” panggil Haeri.

“Oh, Haeri-ya. Bagaimana keadaan suamimu?”

“Untuk sekarang baik-baik saja, untung saja setan satu ini tidak memukulnya secara berlebihan. Hanya luka memar-memar saja,” kata Haeri sambil melotot kearah Kyuhyun.

“Mian Haeri-ya, aku sungguh-sungguh tidak sengaja. Kau tahu kan kalau kami sudah tidak pernah berkelahi atau memukul orang lagi, jadi anggaplah ini suatu kekhilafan yang tidak disengaja,” kata Kyuhyun sambil menundukkan kepala.

“Yak. Untung saja kalian itu temanku dan aku paham permasalahannya, coba kalau kalian orang lain sudah aku jebloskan kau ke penjara.”

“Haeri-ya, kau masa tega kepadaku? Seorang insinyur muda yang tampan dan berbakat ini?” kata Kyuhyun dengan penuh kepercayaan diri.

“Sudahlah kalian berdua, dari dulu tidak pernah akur,” kata Seungho menyudahi perdebatan antara Kyuhyun dan Haeri. “Haeri, aku ingin bertemu dengan suamimu.”

“Baiklah Oppa, aku akan ikut denganmu. Aku tidak ingin kalau kau juga berniat untuk menghajar suamiku.”

“Yak. Kau ini, aku ini bukan setan ini.”

“Tapi kau lebih menyeramkan daripada setan ini, apalagi kalau sudah menyangkut masalah Chunsa.”

“Sudahlah, percaya padaku kalau suamimu tidak akan aku sentuh sedikitpun.”

“Araseo Oppa, aku mau beli minum dulu di mesin penjual minuman. Bertengkar dengan namja ini membuat aku haus.”

“Kajja, aku juga haus bertengkar denganmu. Aku yang akan mentraktirmu,” kata Kyuhyun berjalan menyusul Haeri.

Seungho yang melihat kejadian ajaib ini hanya bisa geleng-geleng kepala. Benar kata Haeri, untung saja mereka ini bukan orang lain dan untung saja Kyuhyun berkelahi dengan suami Haeri, kalau tidak mungkin nasibnya sudah ada di penjara sekarang. Haeri adalah teman sekelas Kyuhyun sewaktu kuliah dan dulu dia sangat tergila-gila dengan Jongsuk. Haeri sangat memperhatikan mereka, dia sering membawakan mereka bekal dan juga mengobati luka mereka saat mereka habis berkelahi. Dia adalah sosok wanita muda dewasa yang sudah mereka anggap sebagai Eomma.

Seungho berjalan masuk ke dalam ruangan tempat Jungshin dirawat, dengan langkah berat dan hati yang masih belum bisa memaafkan perbuatan Jungshin terhadap Chunsa. Seungho melihat Jungshin yang hanya bisa terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Kalau di lihat dari luka yang dideritanya, Kyuhyun termasuk berbaik hati karena luka-luka itu belum seberapa dibandingkan perkelahian dahulu sewaktu kuliah. Menurut Seungho, sentuhan Kyuhyun dalam berkelahi sudah menurun semenjak mereka memutuskan untuk tidak pernah berkelahi.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Seungho kepada Jungshin yang sedang berbaring sambil memandang langit-langit ruangan tersebut.

“Menurutmu?” tanya Jungshin acuh tak acuh.

“Kau masih saja bersikap arogant seperti ini, kau harusnya bersyukur yang melakukan ini Kyuhyun dan bukan aku,” kata Seungho tersenyum menunjukkan smirk-nya.

“Untuk apa kau kesini? Untuk melihat apakah aku masih hidup?”

“Kau benar-benar aneh, kau tidak merasa bersalah sama sekali? Kau itu sudah mengkhianati Chunsa dan Haeri sekaligus, untung saja Haeri itu teman baik kami. Tetapi, kau tidak akan pernah lepas dari kami kalau kau mencoba mendekati ataupun bertemu dengan Chunsa.”

“Kau tidak akan pernah bisa menyentuhku sedikitpun Yang Seungho. Dan jangan mencoba untuk mempengaruhi istriku dengan dongeng-dongeng kalian. Dan aku berterima kasih kalian mengajak Chunsa di pernikahanku kemarin, jadi aku tidak perlu susah-susah untuk merahasiakannya.”

“Kau benar-benar brengsek. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?”

“Ada alasan tersendiri mengapa aku melakukan hal ini. Kalau kau bertanya mengapa, nanti kau akan tahu sendiri apa yang terjadi karena ini memang menyangkut dengan kalian.”

“Apa maksudmu?” tanya Seungho bingung.

“Sudah kubilang, kau akan tahu nanti. Apa kau sudah selesai bicara denganku? Karena aku ingin istirahat dan terima kasih telah mau repot-repot datang menjengukku,” kata Jungshin sambil menutup matanya.

“Semoga matamu tertutup untuk selama-lamanya,” kata Seungho menahan kemarahannya.

“Tidak, kupastikan mata kalian berdua yang akan tertutup untuk selama-lamanya.”

 

SEUNGHO POV

Aku sudah menahan kemarahanku melihat sikap Jungshin yang menyebalkan ini, tapi aku sudah berjanji kepada Haeri kalau tidak akan menyentuhnya sama sekali. Dan kupastikan tidak akan kusentuh khusus untuk hari ini.

“Ada alasan tersendiri mengapa aku melakukan hal ini. Kalau kau bertanya mengapa, nanti kau akan tahu sendiri apa yang terjadi karena ini memang menyangkut dengan kalian.”

“Apa maksudmu?” tanyaku bingung.

“Sudah kubilang, kau akan tahu nanti. Apa kau sudah selesai bicara denganku? Karena aku ingin istirahat dan terima kasih telah mau repot-repot datang menjengukku,” kata Jungshin sambil menutup matanya.

“Semoga matamu tertutup untuk selama-lamanya,” kataku dengan geram sambil mengepalkan kedua tanganku.

“Tidak, kupastikan mata kalian berdua yang akan tertutup untuk selama-lamanya,” kata Jungshin samar-samar sebelum aku beranjak dari tempatnya.

Aku merasa ada suatu hal yang disembunyikan oleh Jungshin. Suatu hal yang berkaitan dengan aku dan Kyuhyun. Aku berpikir keras apa maksud dari perkataan Jungshin tersebut, tapi pikiranku benar-benar buntu. Dan sekarang aku tidak menemukan Kyuhyun dan Haeri didepan ruangan Jungshin.”

“Kemana kedua anak ini,” kataku sambil mengambil handphonenya dan memulai panggilan ke Kyuhyun. “Kyuhyun-a oddiya?”

“Oh Hyung, aku ada di dekat mesin penjual minuman dekat cafetaria dengan Haeri. Kau kemarilah, kalau kau tidak mau kepalaku habis dijitak setan ini,” kata Kyuhyun dengan nada kesal.

“Araseo, kau berbaik hatilah kepa...” kata-kataku tiba-tiba tidak bisa kuteruskan. Wajahku pucat seperti sedang melihat hantu. Didepanku yang hanya berjarak lima meter, aku melihat seseorang yang tidak pernah kulihat selama lima tahun yang lalu.

“Hyung, kau masih disana? Wae Hyung?” tanya Kyuhyun dengan nada khawatir.

“Ani. Aku akan segera datang ketempatmu, kau tunggulah disana.”

“Ne Hyung.”

Aku berjalan menuju tempat tadi, tempat orang itu berdiri. Aku yakin kalau itu adalah ‘dia’, ‘dia’ yang namanya tidak ingin aku sebut. Tapi sewaktu aku mendekati tempat itu, dia sudah tidak ada disana. Aku melihat disekitar tempat itu dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan orang itu. Lalu aku putuskan untuk bergerak ke cafetaria menyusul Kyuhyun dan Haeri.

“Oppa,” sahut Haeri pelan sambil melambaikan tangannya kearahku. Kudekati tempat mereka duduk dan mengambil minuman yang diberikan oleh Haeri.

“Kau lama sekali Hyung, apa saja yang kau bicarakan dengan Jungshin?” tanya Kyuhyun penasaran.

“Ah, tidak ada yang istimewa. Aku hanya menanyakan keadaannya saja.”

“Oppa, kau kenapa? Wajahmu seperti orang yang sedang bingung,” tanya Haeri bingung melihat wajahku yang masih pucat karena orang tadi.

“Ani. Aku tidak apa-apa,” kataku berbohong.

“Hyung, kau tidak bisa membohongi kami. Memangnya kau pikir kita baru berteman selama satu atau dua tahun? Kita sudah berteman lama Hyung,” kata Kyuhyun menjelaskan dengan wajah serius.

“Kalian tahu orang itu? Orang dari masa lalu kita. Aku melihatnya tadi,” kataku berusaha menjelaskan.

“Kau bercanda Hyung, masa dia yang tidak pernah kita lihat selama lima tahun lalu muncul dihadapan kita sekarang?”

“Aku berharap ini semua hanya imajinasiku karena aku mengingat Jongsuk, tapi aku yakin tidak sedang berimajinasi.”

“Kau yakin yang kau lihat, Oppa?”

“Sangat yakin. Penglihatanku masih bagus,” kataku lalu menenggak minuman yang ada ditanganku.

“Kenapa aku jadi was-was ya? Aku takut semua akan terulang kembali. Apa tidak sebaiknya kalian bersiap-siap menghadapi kemungkinan yang terburuk?” tanya Haeri penuh kecemasan.

“Maksudmu?” tanya Kyuhyun heran.

“Kalian latihan lagi, kalian cobalah memukul samsak lagi atau apapun untuk mempersiapkan diri kalian. Karena aku yakin kemampuan kalian agak sedikit menurun karena kalian sudah tidak pernah berkelahi. Apalagi setelah aku lihat Kyuhyun memukul suamiku, aku yakin kemampuan kalian benar-benar menurun.”

“Mworago?”

“Yak. Dengan kemampuanmu ditambah kekesalan hatimu, luka yang didapat suamiku tidaklah sebanding dengan kemampuanmu sebenarnya.”

“Aniya, aku hanya tidak ingin saja kau mendapatkan masalah juga kalau aku memukul suamimu dengan berlebihan.”

“Tsk. Aku tidak percaya dengan semua ucapanmu Cho Kyuhyun.”

“Sudahlah kalian berdua. Dan kau tenang saja Haeri-ya, semua akan baik-baik saja. Dan kau pergilah temani suamimu, aku dan Kyuhyun akan pulang supaya kalian bisa beristirahat.”

“Iya, kau temani saja suami tercintamu itu. Tenang saja, aku sudah tanggung jawab dengan semua biaya perawatan suamimu.”

“Wuah, sejak kapan ada orang yang memukuli orang lain tetapi orang tersebut tetap membayarkan semua perawatan lawannya tersebut. Sepertinya evil kita ini telah berubah menjadi seorang malaikat. Kemana tandukmu yang dahulu? Apa sudah menciut?” kata Haeri penuh cemooh.

“Yak. Sudah bagus aku bertanggung jawab, kalau tidak suamimu masih ada di jalanan sekarang,” sahut Kyuhyun sambil memukul pelan kening Haeri.

“Araseo. Kalian pulanglah, istirahat supaya besok bisa bekerja. Annyeong,” kata Haeri lalu pergi meninggalkan Kyuhyun dan Seungho.

“Ayo kita pergi dari sini, aku merasakan aura yang buruk disini,” ajakku.

“Hyung, kau bercanda? Memangnya kau bisa merasakan aura mistis?” tanya Kyuhyun penasaran sambil menengok kanan dan kirinya.

“Sudahlah, jangan banyak tanya. Kajja.”

 

AUTHOR POV

Tanpa disadari dua pemuda itu, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi. Sepasang mata tajam layaknya pembunuh berdarah dingin.

“Yang Seungho dan Cho Kyuhyun. Oraenmanhae, akhirnya sebentar lagi kita akan bertemu. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan kalian. Bersenang-senanglah dahulu, baru nanti bila tiba saatnya kalian bertemu denganku, kalian akan aku antar menuju tempat sahabat kalian tercinta.”

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK