“Kita sampai!” seru L.Joe saat mengerem mobilnya tepat didepan gerbang sekolah adiknya.
“Oh? Sekolahku? Jadi, adikmu sekolah disini juga oppa?” tanya Hyeri terheran seakan semua ini seperti kebetulan.
“Iya, dia sekolah disini.” Jawab L.Joe mengangguk sambil menyunggingkan senyuman tipis.
“Kalau aku boleh tau, nama adikmu siapa? Siapa tau aku mengenalnya.”
“Kau tidak ingat? Tadi Niel menyebut nama adikku sewaktu ditaman.”
“Begitukah? Aku tidak ingat. Kalau begitu, siapa namanya?”
“Namanya…”
Belum sempat L.Joe menyebut nama adiknya, L.Joe sudah bisa melihat adiknya yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah lewat kaca mobilnya yang tidak terlalu gelap itu.
“Itu dia adikku, sedang bersama temannya. Yang rambut coklat panjang berponi” Seru L.Joe sambil mengarahkan wajahnya ke gerbang sekolah.
Hyeri pun memutar kepalanya dan melihat kearah gerbang sekolah. Matanya melotot dan bibirnya mengukir senyuman seketika tahu bahwa orang yang dikatakan L.Joe sebagai adiknya itu adalah Chorong. Seniornya di ekskul melukis.
“Chorong eonni?” ucap Hyeri tersenyum sambil memutar kepalanya kearah L.Joe.
“Emm, iya. Jadi kau benar mengenalnya?”
“Emm, aku kenal.”
Ada perasaan yang lain ketika L.Joe melihat senyuman itu diwajah Hyeri. Perasaannya seperti ada banyak kupu-kupu yang berterbangan diperutnya. Menggelitik tapi indah dan membahagiakan. L.Joe seakan ingin terus bisa merasakan sensasi yang jarang dirasakannya saat itu.
“Ya sudah, aku turun dulu. Kau tetap disini ya.”
Hyeri mengangguk sebentar dan L.Joe pun turun dari mobilnya.
***
“Chorong-ah!!”
Chorong seperti mengenal suara yang sangat familiar yang baru saja memanggil namanya itu.
Oppa!!! Chorong yang saat itu sedang asik bersama teman-temannya kemudian memutar kepalanya ke arah suara itu.
“Oppaaaa…”
“Kau ini, memanggil oppa-mu seperti sudah setahun berpisah.” Ucap salah seorang teman Chorong disebelahnya.
“Ah, kau ini. Seperti tidak kenal aku saja, haha. Aku pulang dulu, oke.” Jawab Chorong sambil sedikit tertawa.
“Ne…”
Chorong kemudian menghampiri kakak laki-lakinya itu yang sudah berdiri tepat digerbang sekolah. Chorong langsung menggandeng tangan kiri L.Joe saat ia berdiri tepat dihadapan kakaknya itu.
“Kau sudah lama?”
“Baru saja.” Jawab L.Joe sambil menggelengkan kepalanya.
“Oke. Kalau begitu, ayo kita pulang.”
“Emm…” L.Joe mengangguk.
“Duduk dibelakang ya… Ada temanku didepan.”
“Oh, teman?? Oke, no problem.” Chorong tanpa ragu mengiyakan ucapan L.Joe dan langsung membuka pintu belakang mobil.
Chorong kemudian duduk dan belum menyadari siapa teman kakaknya yang sekarang berada satu mobil dengannya. Ia langsung sibuk dengan ponselnya dan tidak mengabaikan orang lain disana, meskipun itu teman kakaknya. Seperti biasa, kebiasaan buruk Chorong yang satu itu memang susah diubah.
“Oke, kita mengantar temanku pulang dulu ya…” seru L.Joe yang sedang melajukan mobilnya sambil memperhatikan gerak-gerik adiknya melalui kaca spion depan.
“Ne…” Chorong menjawab dengan satu kata bernada datar sambil terus sibuk dengan ponselnya.
Orang yang sudah dari tadi duduk disebelah L.Joe – tepat didepan Chorong – sepertinya sudah tidak tahan ingin menyapa seniornya yang sedari tadi mengacuhkannya itu. Tiba-tiba, ia pun melontarkan pertanyaan kepada Chorong.
“Eonni, kau tampaknya sibuk sekali ya?” Hyeri bertanya sambil membalikkan tubuhnya kebelakang sembari sedikit mengintip Chorong dari balik sandaran kursinya.
“Ne, begitulah…”
Suasana mobil menjadi hening sejenak setelah Chorong menjawab pertanyaan Hyeri. Hyeri pun diam dan menunggu reaksi dari Chorong. Keheningan itu berlangsung hanya 10 detik, dan Chorong merasa mengenali suara yang baru saja ia dengar.
Kenapa suara teman oppa jadi begitu familiar?
Yap! Chorong memang jarang mengakrabkan diri dengan teman-teman L.Joe. Hanya beberapa yang ia kenal baik, seperti Sohyun dan Niel. Sisanya tidak begitu penting bagi Chorong untuk dikenalnya secara dekat.
Chorong pun penasaran lalu menghentikan kesibukan diponselnya. Ia mencabut earphone yang menempel ditelinganya dan menaikkan pandangannya kedepan. Chorong menemukan wajah yang tidak asing sedang mengintip dan memandanginya dari balik sandaran kursi. Kedua alisnya mengkerut seperti sedang mengingat-ingat.
Aku ingat!!!
“Hyeri kelas 2-C?” ucapnya sambil mengulurkan telunjuknya kearah Hyeri.
Seulas senyuman kemudian muncul dibibir Hyeri dari balik sandaran kursi.
“Eonniiiiiii……..” seru Hyeri setengah berteriak sambil memperlihatkan seluruh wajahnya yang sedari tadi disembunyikan dari balik sandaran kursi.
Mobil itu seketika menjadi ramai. Kedua gadis SMA itu menggila seolah sedang melakukan reunian karena lama tak bertemu. L.Joe yang terus fokus mengemudi terkadang tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hubungan pertemanan Hyeri dan Chorong. L.Joe hanya bisa mendengarkan dan memperhatikan kedua gadis SMA itu sesekali sambil terus tersenyum dan sedikit terkekeh karena tingkah mereka. Ia juga sangat memperhatikan Hyeri yang duduk disebelahnya. Gadis yang tampak begitu berbeda saat pertemuan pertama dengan pertemuan hari ini.
***
Pukul 4.30 sore…
Chanyeol sudah dari setengah jam yang lalu menunggu Hyeri didepan pagar rumahnya. Dirumah Hyeri belum ada siapa-siapa. Ibu Hyeri belum pulang karena biasanya memang selalu pulang setelah jam 7 malam. Sedangkan Hyeri masih belum tahu ada dimana, karena seharusnya Hyeri sudah ada dirumah saat itu.
Chanyeol terus memandangi ponselnya, tapi belum ada balasan pesan dari Hyeri. Setiap dihubungi Chanyeol ke ponselnya, Hyeri tidak pernah mengangkat. Chanyeol semakin resah dan bingung. Ia takut terjadi sesuatu dengan Hyeri saat diperjalanan pulang. Bayangan aneh mengenai hal-hal mengerikan sudah memenuhi pikirannya saat itu. Apalagi bayangan ketika penyakit Hyeri kambuh tiba-tiba dan Hyeri mungkin bingung harus melakukan apa dan meminta pertolongan kepada siapa. Chanyeol benar-benar tidak bisa mengendalikan khayalan, ketika akhirnya gadis berseragam itu muncul dihadapannya. Hyeri!!!
“Oppa, kau disini? Sejak kapan? Maafkan aku, aku baru saja….” Ucap Hyeri terputus ketika ia tiba-tiba dipeluk erat oleh Chanyeol.
Satu menit berlalu dalam keheningan dan Chanyeol hanya dapat memeluk dan mengusap rambut pendek Hyeri. Hyeri pun hanya bisa diam tidak tahu harus berbuat apa selain mengusap-usap punggung kekasihnya dengan kedua telapak tangannya.
“Mianhae, aku baru saja mengecek ponselku saat kau tepat ada dihadapanku. Kurasa aku sudah membuatmu begitu cemas.”
Hyeri diam untuk beberapa detik sebelum kemudian melanjutkan kalimat berikutnya.
“Oppa, aku sudah pulang. Kau marah padaku??”
Chanyeol masih diam dan terus memeluk Hyeri. Hyeri gelisah akan sikap diam Chanyeol, karena sikap itu biasanya menandakan Chanyeol yang sedang marah. Tak lama, Chanyeol melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Hyeri.
“Aku mencemaskanmu. Kau kemana saja? Aku sudah menghubungimu dari siang…” ucap laki-laki itu dengan raut wajah cemas, kedua alis berkerut dan mata yang sedikit berkaca-kaca.
“Aku… aku…” Hyeri menjawabnya dengan terbata-bata.
Apa yang harus kujawab? Tidak mungkin aku bilang kalau aku baru saja bertemu seorang teman – orang asing – yang baru kukenal 2 hari yang lalu. Dia akan sangat marah padaku. Oh Tuhan,aku harus jawab apa??
“Hyeri-ah?? Kenapa kau diam?”
“Aku…. Tadi aku…”
Wajah Hyeri tak lama berubah pucat, dan muncul keringat dingin ditelapak tangan dan dahinya. Chanyeol menyadari sesuatu yang aneh saat itu, dan ia kemudian berhenti ‘menginterogasi’ Hyeri.
“Hyeri-ah, gwenchana??” Chanyeol mengguncang-guncang pelan tubuh Hyeri dan mengusap tangannya yang terasa basah.
“Sudahlah. Lupakan yang aku tanyakan tadi. Kita masuk dulu kedalam, arasseo?”
“Ne…” jawab Hyeri sambil mengangguk dengan suara yang terdengar terkecat.
***
“Oppa, bagaimana kau bisa mengenal Hyeri??”
“Aku mengenalnya dihalte bus didepan sekolahmu. Ini sudah hari ketiga aku mengenalnya.” Jelas L.Joe sambil menyunggingkan sedikit senyuman diujung bibirnya.
L.Joe terus fokus menyetir sementara Chorong yang sudah duduk disebelahnya kini dengan penuh perhatian menatap wajah kakak lelaki kesayangannya itu.
“Hari ketiga tapi sudah seakrab itu?? Wah, kakakku benar-benar playboy.”
“Haha, playboy apanya? Ini karena aku berhutang padanya, jadi jangan berpikir yang aneh-aneh dulu oke?” L.Joe terkikih menjawab pertanyaan adiknya itu.
“Hutang? Aku tidak percaya. Hyeri itu terkenal susah didekati, temannya bisa dihitung dengan jari, padahal dia cukup populer disekolah.”
“Benarkah? Kenapa bisa?” L.Joe mulai penasaran.
“Molla… Aku kenal dia dari kelas melukis, dan butuh waktu 6 bulan untukku bisa dekat dengannya. Dia sangat aneh diawal aku mengenalnya.”
“Aneh bagaimana?”
“Bagaimana aku menjelaskannya ya? Ya aneh pokoknya…”
L.Joe hanya bisa mengangguk melihat ekspresi Chorong yang kebingungan menjelaskan apa yang dikatakannya.
“Kau tahu, diantara 25 orang peserta kelas melukis, orang yang bisa dekat dengannya sampai sekarang hanya aku. Dia benar-benar pendiam saat dikelas, tapi saat bersamaku, dia ya seperti tadi yang kau lihat.”
L.Joe lama-kelamaan mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Chorong terdiam melihat kakaknya yang tampak sudah tidak mendengarkan ceritanya.
“Oppa, kau masih mendengarku?”
“O… aku masih mendengar. Kenapa?” jawab L.Joe datar tanpa menoleh kearah Chorong.
“Ahh, sudahlah. Aku lelah, aku tidur ya… Nanti bangunkan aku kalau sudah sampai.”
“Arasseo. Tidurlah.” L.Joe menjawab sambil menoleh sebentar melihat mengusap kepala Chorong.
L.Joe pun meneruskan kemudinya menuju apartemen dan membiarkan Chorong tidur selama perjalanan pulang.
***
Malam itu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Hyeri masih fokus belajar diruang tengah sambil ditemani TV yang di-mute dan Chanyeol yang asik bermain game diponselnya.
Ibu Hyeri masih dalam perjalanan pulang dan terjebak macet parah, sehingga ia meminta Chanyeol untuk menemani Hyeri sebentar lagi dirumah. Chanyeol yang kebetulan dari sore sudah disana akhirnya menjadi harapan terakhir bagi Ibu Hyeri.
Hyeri tampak baik-baik saja setelah Chanyeol menenangkannya dan membelikan makan malam untuknya. Mereka pun melewati makan malam dengan sangat tenang – tanpa pembicaraan mengenai kemana saja Hyeri siang ini – diruang makan. Merasa sangat baikan, Hyeri memutusan untuk belajar diruang tengah setelah sebelumnya ia memastikan Chanyeol benar-benar memaafkannya untuk kejadian hari itu dan memastikan apakah Chanyeol membutuhkan penjelasan yang belum selesai ia ucapkan sore ini.
“Aku memaafkanmu, dan untuk penjelasanmu yang belum selesai, nanti saja jelaskan padaku. Oke princess?” ujar Chanyeol tadi dimeja makan sambil menggenggam sebelah tangan Hyeri.
Tak lama Hyeri terlihat sedang membereskan buku-bukunya sambil menguap beberapa kali. Chanyeol ternyata masih tetap asik dengan game diponselnya.
“Oppa, kau tidak pulang?”
“Ehm… Ibumu belum pulang, jadi bagaimana aku bisa meninggalkanmu princess.” Jawab Chanyeol sambil terus fokus dengan game-nya.
Hyeri diam dan kembali membereskan buku-bukunya. Kemudian, berhenti kembali untuk bertanya pada Chanyeol.
“Oppa, hari ini tidak sibuk ya? Kenapa tadi menungguku begitu lama diluar? Apa ada yang ingin kau sampaikan?”
Pertanyaan Hyeri menyadarkan Chanyeol akan niatnya datang mencari Hyeri kerumah. Ya!!! Chanyeol sudah resmi diterima bekerja di Asan Medical Center hari ini, dan ia berencana merayakan kabar gembira itu hari ini bersama Hyeri walaupun pada akhirnya batal.
“Ah, memang ada…” ujar Chanyeol sambil memperbaiki posisi duduknya di sofa.
“Apa??” Hyeri menatap Chanyeol dengan tatapan penasarannya.
“Ehm… Kau tau, aku sangat sibuk mengurus segalanya di rumah sakit belakangan ini. Daaan…” ucapnya Chanyeol terputus.
“Daaan…???” Hyeri mengikuti nada bicara Chanyeol dengan memberi penekanan diakhir sebagai tanda pertanyaan.
“Hari ini aku resmi diterima. Besok aku akan mulai bekerja.”
Raut wajah Chanyeol yang awalnya membuat Hyeri penasaran kemudian berubah dengan senyuman lebar. Senyuman Hyeri pun tanpa sadar kini terukir dibibirnya.
“Benarkah oppa?? Wah, chukae. Aku senang.”
“Iya, aku benar-benar senang. Niatnya sih hari ini ingin merayakannya denganmu…” Chanyeol sedikit mengubah ekspresi mukanya agak cemberut.
“Oppa… Mianhae. Jeongmal mianhae. Kau boleh meminta hadiah lebih dariku sebagai gantinya.” Ucap Hyeri merasa bersalah.
“Tak apa. Karena hari ini batal, bagaimana kalau sabtu ini kita kencan?” Chanyeol turun dari sofa dan kini duduk berhadapan dengan Hyeri. Ia mengusap kepala Hyeri dengan lembut.
“Sebagai hadiah tambahan, kau harus masak sesuatu yang enak untuk kencan kita. Bagaimana?” tambah Chanyeol.
“Oke. Aku setuju. Ini akan jadi kencan pertama kita setelah LDR beberapa tahun.”
“Ehm..” Chanyeol mengangguk sambil tersenyum lebar menatap Hyeri.
“Ahh, sekali lagi selamat ya my prince.”
Chanyeol kemudian memeluk Hyeri seketika dan membisikkan sesuatu didekat telinga Hyeri.
“Gomawo… Saranghae...”