Kelas 2-C
“Hyeri… Hyeri!!” teriakan Minah memecah keheningan kelas Hyeri yang kosong saat itu. Semua orang sedang keluar menikmati jam istirahat. Minah berlari-lari kecil menuju tempat duduk Hyeri dan duduk persis dihadapan Hyeri.
“Wae?? Kenapa kau jadi berisik begitu?”
“Oh, sebentar. Biarkan aku bernapas dengan normal dulu.”
“Bernapaslah…” ujar Hyeri. Lima detik kemudian Hyeri berkata, “Jadi, apa yang membuatmu berisik seperti tadi, Minah?” sambil melipat kedua tangannya diatas meja dan menatap wajah Minah.
“Kau tahu?? Aku menemukan ini dilaci meja, dan isinya kau tahu apa??” ucap Minah masih sedikit terengah-engah sambil menunjukkan sepucuk surat yang masih terbungkus amplop kecil putih.
“Apa??”
“Ajakan kencan!!”
“Apa?!?! Siapa yang mengajakmu kencan?”
“Kau akan terkejut Hyeri. Benar-benar impossible!”
“Memangnya siapa??” Hyeri semakin penasaran dan tubuhnya semakin condong kedepan sambil memperhatikan ekspresi wajah Minah.
“Dia… Chang… Jo. Choi ChangJo!! Anak kelas 2-B, tetanggamu yang sering datang kerumahmu itu Hyeri…”
Hyeri terdiam sejenak dan menegakkan kembali tubuhnya yang tadi condong kedepan. Wajahnya yang tadinya penasaran tiba-tiba berubah sambil tersenyum-senyum kecil.
“Wae?? Kenapa ekspresimu berubah begitu?”
“Tidak apa-apa.”
“Lalu kenapa kau seperti itu?”
“Kau tahu? Minah-ya, dia itu sudah lama menyukaimu. Dia sering datang kerumahku karena ingin tahu banyak tentangmu, dia ingin kenalan denganmu.” Hyeri masih belum bisa menghilangkan senyuman menggoda dari bibirnya itu.
“Mwo?? Dia menyukaiku??”
“Ehm… begitulah.” Hyeri menggangguk.
Minah hanya bisa terdiam sambil sesekali mengerjapkan matanya. Ia tidak tahu harus bersikap apa setelah mendengar hal mengejutkan yang menurutnya membahagiakan itu. Yap, Bahagia. Pada kenyataannya Minah sangat menyukai kenyataan yang baru diketahuinya itu.
“Minah-ya?? Kenapa kau diam?” Hyeri memegang sebelah bahu Minah sambil sedikit mengguncang tubuh MInah dari lamunannya.
“Hyeri-ah… Aku tidak salah dengar, kan?? Apa benar dia menyukaiku??”
“Wae?? Memang begitu kenyataannya. Tapi, aku tidak mengerti kenapa ekspresi wajahmu seperti itu??”
“Memangnya kenapa?” balas Minah dengan tatapan kosong terhadap Hyeri.
“Wajahmu benar-benar membingungkan.”
“Aku bukannya bingung, Hyeri.” Tiba-tiba, Minah meraih kedua tangan Hyeri dari bahunya dan melanjutan ucapannya. “Tapi, aku bahagia. Aku bahagia karena ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan.”
“Jadi, kau juga menyukainya?”
Minah mengangguk dan kemudian menyunggingkan senyuman manis dibibirnya. Hyeri pun tersenyum dan keduanya tiba-tiba berteriak bersama seakan kebahagiaan menjadi milik mereka berdua saat itu, Minah bahagia karena cinta terpendamnya selama ini terhadap Changjo bukan hanya cinta sepihak. Hyeri pun bahagia karena sepupunya akhirnya menemukan seseorang yang menurutnya pantas untuk bersamanya. Changjo merupakan orang yang baik, manis dan sopan terhadap perempuan, dan Hyeri merasa Changjo sangat cocok dengan sepupunya yang juga begitu manis itu.
***
1 message!
[ Semoga kencanmu sukses, Minah. Jangan lupa menghubungiku nanti malam,oke?? ]
[ Doakan aku, Hyeri. Nanti pasti aku ceritakan. Maaf aku tidak jadi menemanimu dirumah.]
Message sent.
1 message!
[ Gwenchana. Minah-ya, Hwaiting!!~ ]
Minah pun bergegas berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari sekolahnya. Minah akan menemui Changjo dihalte bus itu. Changjo meminta Minah untuk menemuinya di halte itu jika Minah setuju untuk berkencan dengannya. Mungkin belum bisa dikatakan berkencan, tapi ajang pendekatan. Yap, pendekatan. Karena dua sejoli ini belum pernah berbicara secara langsung sebelumnya.
Setibanya dihalte, Minah belum melihat siapapun disana kecuali seorang laki-laki berambut pirang yang tertidur disisi paling kanan bangku halte sambil menutupi wajahnya dengan topi. Minah pun duduk disisi paling kiri bangku halte itu dan mengeluarkan ponsel serta earphone dari tasnya.
“Sepertinya aku terlalu cepat kesini.” Ucapnya pelan lebih kepada dirinya sendiri sambil memasang earphone ke kedua telinganya.
Tak lama duduk dihalte itu, seseorang menghampiri Minah dan berdiri tepat disamping kiri Minah. Ia menundukkan tubuhnya sehingga wajahnya sejajar dengan wajah Minah.
“Hai,kau sudah lama menungguku?”
Minah pun memutar kepalanya dan menemukan wajah Changjo sudah berada didepan wajahnya. Pipi Minah pun berubah merah seketika seperti kepiting yang direbus.
“Ahh, tidak juga. Aku… aku baru saja sampai.” Jawab Minah sambil menanggalkan earphone yang ada dikedua telingannya.
Changjo pun menegakkan kembali tubuhnya dan tak lama Minah bangkit dari duduknya dan berdiri tepat dihadapan Changjo.
“Terima kasih sudah menerima ajakanku. Karena ujian berakhir hari ini, jadi baru sekarang aku berani mengajakmu keluar.”
“Tidak apa-apa. Te… terima kasih juga sudah mau mengajakku.”
“Oh, itu busnya… Ayo kita naik.”
“Oh, ayo…”
Changjo tanpa sadar mengulurkan tangannya kepada Minah dan Minah pun tanpa sadar pula menyambut uluran tangan Changjo. Mereka lalu menaiki bus tersebut bersama dan terus bergandengan tangan sampai akhirnya Minah duduk di satu-satunya kursi bus yang masih kosong dan Changjo berdiri disampingnya. Minah lalu mencoba menarik tangannya dari genggaman Changjo dan menyadari wajahnya kembali memerah. Changjo merasakan perubahan diwajah Minah dan melepaskankan gandengan tangan mereka.
Bus pun melaju menuju tempat kencan – pendekatan – yang sudah dijanjikan oleh Changjo. Dan perjalanan menuju tempat kencan dilewati dengan saling tersenyum, bicara seperlunya, dan wajah Minah yang terus malu-malu dan memerah.
***
“Cukup banyak pasien hari ini, sepertinya aku akan pulang malam lagi.” Ucap Chanyeol dari ujung telpon.
“Ehm, jangan lupa makan siangmu oppa.” Hyeri menjawab sambil berjalan menuju gerbang sekolah.
“Ehm, kau juga. Sudah sampai halte?”
“Belum, sebentar lagi.”
“Aku temani kau sampai halte ya…”
“Ehm, temani aku.”
“Oh iya, besok hari kencan kita. Jangan lupa janjimu padaku, oke??”
“Haha, aku masih ingat. Jangan khawatir my prince…Aku akan masak yang enak untuk kencan kita besok.”
Perjalanan menuju halte pun dihabiskan Hyeri bersama Chanyeol melalui telpon sambil membahas rencana kencan mereka esok hari. Hyeri sangat tidak sabar untuk kencan pertamanya bersama Chanyeol setelah sekian lama menjalani hubungan jarak jauh, begitu pula dengan Chanyeol.
“Oppa.. aku sudah dihalte. Lanjutkan sana pekerjaannmu. Nanti aku kabari lagi.”
“Baiklah my princess. Hati-hati dijalan. Rileks, jangan berpikir yang aneh-aneh, semuanya akan baik-baik saja, Oke?!”
“Ne… Semuanya akan baik-baik saja. Aku sudah memasang kata-kata itu diotakku. Jadi, jangan khawatir lagi oppa.”
“O… bye my princess.”
“Ne… bye…” Hyeri pun menutup telponnya.
Hyeri lalu memasang earphone ke kedua telingannya dan mulai memutar lagu-lagu yang ada diponselnya. Ia pun duduk disisi paling kiri bangku halte tersebut, tempat favorit Hyeri dan sepupunya Minah tiap kali mereka menunggu bus.
Setelah lima menit berlalu, halte pun mulai ramai oleh siswa SMA. Bus pun datang dan Hyeri membiarkan para siswa SMA itu pergi meninggalkan halte terlebih dahulu bersama bus tersebut. Halte mulai kosong kembali dan hanya menyisakan Hyeri seorang. Oh bukan! Hyeri baru menyadari saat itu ada seseorang yang sudah lama duduk dihalte itu. Orang tersebut duduk disisi paling kanan dengan posisi bersandar dan wajah yang ditutupi dengan topi.
Hyeri masih memandangi orang yang tertidur itu sampai akhirnya topi yang menutupi wajah orang tersebut terjatuh. Wajahnya seperti tidak asing lagi oleh Hyeri. Lelaki berambut pirang, berwajah teduh dan apabila tersenyum akan terlihat seperti seorang malaikat.
L.Joe!!! Yap, dia L.Joe. Fotografer sekaligus kakak Chorong yang dikenalnya beberapa hari sebelumnya. Dan kini, mereka bertemu kembali tepat ditempat mereka pertama kali bertemu.
Tiba-tiba disela tidurnya, L.Joe menyelipkan senyuman tipis tanpa ia sadari. Hyeri yang masih berada dihalte terus memandangi wajah L.Joe yang tertidur pulas dan sambil tersenyum itu. Hati Hyeri kembali bergetar melihat senyuman malaikat L.Joe, dan tanpa sadar senyuman itu memunculkan sebuah perasaan baru yang terselip dan belum disadari Hyeri.
Apa ini?? Hatiku begitu tenang melihatnya…
L.Joe terbangun dari tidurnya dan memutar wajahnya menghadap Hyeri yang duduk jauh disebelah kirinya. L.Joe mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu memperbaiki posisi duduknya dan baru menyadari keberadaan Hyeri saat itu.
“Oh, Hyeri?? Kau disini??” ucap L.Joe.
“Oh oppa… Iya, aku sedang menunggu bus.”
“Kau sendirian saja??”
“Ehm, aku sendirian.” Jawab Hyeri sambil sedikit mengangguk.
“Oppa, kenapa tidur disini??”
“Ahh, aku bukannya sengaja tidur disini, tapi ketiduran. Hehe… Aku tadi iseng hunting beberapa foto disekitar sini, lalu yah beginilah. Tertidur dihalte.” L.Joe tertawa kecil menjelaskan alasan keberadaannya dihalte itu.
“Sepertinya kau sering kesini untuk mencari foto-foto bagus ya?”
“Begitulah… karena banyak tempat yang bisa kudatangi dan kuambil fotonya hanya dengan berjalan beberapa langkah. Kau mengerti kan maksudku?”
“Iya, aku mengerti. Lalu, sekarang kau mau kemana oppa?”
“Aku mau kembali ke kampus, setelah itu ke studio, dan terakhir pulang ke apartemenku.”
“Ahh, begitu…”
Tiba-tiba, L.Joe menguap ditengah percakapannya dengan Hyeri. L.Joe tampak sedikit malu karena tingkahnya, dan menutup mulutnya yang sedang menguap dengan kedua telapak tanganya.
“Oh, Hyeri mian… aku benar-benar mengantuk.” Ucapnya malu.
Hyeri tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.
“Tidak apa-apa oppa. Kau memang terlihat lelah.”
Saat itu, bus pun datang menghampiri. Dan…
“Oppa, kau naik??”
“Oh, iya. Ayo kita naik!”
Meraka pun menaiki bus itu dan berlalu meninggalkan halte bus. Percakapan mereka pun berlanjut didalam bus.
***
Saat itu, Hyeri merasa satu pintu yang menutup rapat hidupnya tiba-tiba terbuka oleh keberadaan laki-laki yang kini duduk disampingnya itu. L.Joe. Ya, ia berhasil membuka satu pintu itu.
Hari itu didalam bus, Hyeri bahkan berhasil mengalahkan rasa cemas berlebihannya terhadap orang luar. Ada seorang anak kecil yang tertarik dengan topi yang sedang dikenakan L.Joe. Anak kecil tersebut duduk bersama ibunya, tepat disebelah kanan L.Joe. Mereka berdua bersama ibu dan anaknya itu duduk dibangku panjang bus yang paling belakang. Anak itu merengek pada ibunya menginginkan topi itu, dan L.Joe menyadarinya. L.Joe pun membuka topi tersebut dan memberikannya pada anak itu. Tapi, topi itu terjatuh tepat dikaki Hyeri. Tanpa ragu dan rasa cemas apapun, Hyeri beranjak dari tempat duduknya dan mengambil topi tersebut. Hyeri lalu melangkah dan berdiri sambil membungkuk tepat dihadapan anak kecil itu. Hyeri pun menyerahkan topi itu sambil tersenyum dan berkata,
“Ini topinya. Kau menyukainya?”
Hyeri menoleh sebentar kearah L.Joe, dan L.Joe tersenyum.
“Kau suka topiku? Kalau kau mau, ini akan jadi hadiah untukmu” ucap L.Joe tersenyum kepada anak kecil itu.
“Ehm, aku suka…” anak kecil itu mengangguk dengan polos.
“Kalau begitu topiku akan jadi punyamu. Ambillah…”
Hyeri kemudian memberikan topi L.Joe yang dipegangnya kepada anak kecil itu sambil tersenyum. Ibu si anak pun ikut tersenyum sambil membisikkan ucapan terima kasih kepada L.Joe dan Hyeri.
“Gamsahamnida…” ucap polos anak kecil tersebut.
Hyeri pun kembali ketempat duduknya disebelah kiri L.Joe. Perasaan lega seketika muncul dalam hati Hyeri. Begitu magic-nya keberadaan L.Joe disampingnya, sehingga dapat membuat perubahan besar atas hidupnya.
”Terima kasih oppa…”
“Hmm?? Wae??” L.Joe tiba-tiba bingung dengan ucapan terima kasih dari Hyeri itu.
Hyeri hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan semakin membuat wajah L.joe terlihat bingung.
Anak kecil tadi tak lama menyodorkan sesuatu yang diambilnya dari saku celananya. Tampak dua buah permen mint berwarna oranye dan merah muda ditelapak tangannya yang mungil.
“Nuna.. hyung.. Ini permen kalian berdua.”
“Untuk kami?” Tanya L.Joe.
“Ehm…” angguk anak kecil itu.
“Wah, gamsahamnida…” L.Joe kembali tersenyum bagaikan malaikat saat itu dan mengambil kedua permen ditangan anak tersebut.
Hyeri pun ikut tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
“Ini, ambillah yang merah muda. Biasanya perempuan menyukainya, iya kan?” ucap L.Joe sambil tersenyum menyodorkan permen mint merah muda pada Hyeri.
Hyeri mengambil permen merah muda itu dan mengangguk. Ia masih terus terpana akan malaikat yang sedari tadi bersamanya. Saat itu ia berharap dalam hati agar ia bisa terus bersama malaikat yang telah berhasil membuka satu pintu yang tertutup rapat dihidupnya itu. Bisakah harapan itu terjadi?