home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > NICE TO MEET YOU

NICE TO MEET YOU

Share:
Author : lianosss
Published : 17 Mar 2015, Updated : 23 Apr 2016
Cast : Kim Jongin Byun Baekhyun Lee Sooyeon
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |174424 Views |14 Loves
NICE TO MEET YOU
CHAPTER 8 : I Don't Want To Lose You

Hari itu Sooyeon hanya mengikuti kemanapun kaki-kaki Jongin melangkah. Tak ada satu pun tempat yang ia kunjungi dan Jongin memiliki banyak tempat yang ia ingin kunjungi. Walaupun terkadang Jongin hanya melirik beberapa barang dan kemudian pergi begitu saja. Dan selama itu pula, Jongin tak melepaskan tangan Sooyeon sedikitpun.

“Tutup mulutmu jika kau ingin bicara yang tidak penting” ucapnya ketika Sooyeon baru ingin meminta Jongin untuk melepaskan tangannya.

Sooyeon tak memiliki cukup keberanian untuk bersuara lagi di depan Jongin. Setiap kali ia berbicara, Jongin akan selalu memandangnya dengan tatapan dingin. Seolah berusaha untuk membacanya dan mengetahui isi kepalanya.

Mereka berdua masuk ke dalam sebuah restoran dan Sooyeon mengerutkan keningnya. Lalu Jongin sekali lagi menyeret Sooyeon duduk dengan sedikit tenaga.

“Siapkan makanan seperti biasa tapi jangan terlalu pedas” ucapnya pada pelayan yang berada di sebelah Jongin.

“Apa kau tak suka pedas?”  tanya Sooyeon

“Tidak. Karena kau tak suka pedas...” Jawabnya singkat

“A.. bagaimana kau tahu?”

Jongin hanya tersenyum dengan pertanyaan Sooyeon. Well, Jongin pun tahu apa yang gadis itu sangat suka, tanggal lahir dan tahunnya, Ia tahu semua yang tentang Sooyeon.

Beberapa hidangan makanan eropa pun telah berada di hadapan mereka. Sebelumnya Sooyeon pernah memakan hidangan eropa ini dulu, bersama Baekhyun.

“Coba kau rasakan apa semua makanan ini tidak pedas..” titahnya

“Aku tak mungkin makan sebanyak ini...”

“Aku menyuruhmu untuk mencicipi saja, tidak menghabiskannya”

“Yang ini menurutku masih pedas...” Sooyeon menunjuk salah satu hidangan yang menurutnya masih pedas. Ya, iya sangat tahu bagaimana rasa pedas itu. Sangat membencinya.

“Panggilkan koki yang memasak ini...” Perintah Jongin pada salah satu pelayan.

“Bukankan jelas perintahku? Tidak pedas... bagaimana bisa masih ada yang pedas?”

“Ma-maafkan saya tuan...”

“Kau kupecat!” ucapnya cepat. Sooyeon kaget dengan ucapan Jongin. Siapa yang tidak tahu Kim Jongin, lelaki yang memiliki intelektual yang tinggi, sangat pandai dalam berbisnis, sangat mewah dan sangat menjunjung tinggi kesempurnaan. Bukan salahnya jika ada seseorang yang menurutnya tidak memenuhi kriterianya. Dengan sangat mudah, ia bisa memecat bawahannya.

“Jongin?”

“Sudah... habiskan makanan yang ingin kau makan.. aku menunggumu di mobil” ucapnya dan berlalu pergi.

------

“Apa restoran itu punyamu?” tanya Sooyeon pada Jongin yang masih sibuk membaca buku setelah tiba dirumah. Jongin mengangguk pelan tanpa menatap Sooyeon.

“Apa kau sudah terbiasa memecat pekerjamu seperti itu?” tanyanya lagi

“Ya seperti itulah, kau akan tahu apa kerja keras itu” jawabnya dan masih membaca bukunya.

“Itu tidak adil Jongin, hanya karena ku kau memecat koki itu..”

“Jika itu terjadi padaku apakah ada yang menilai itu adil atau tidak?”

“Jika dia mempunyai keluarga dan koki itu satu-satunya tumpuan untuk menafkahi keluarganya bagaimana?”

Jongin menutup bukunya kasar. Ia menatap Sooyeon dengan tatapan tajam.

“Jika ada pria tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini dan hanya ada kekasih dan calon bayinya kemudian mereka mati bagaimana? Apa ada yang akan menilai itu adil atau tidak untuk hidup pria itu? ” ucap Jongin sedikit menaikkan intonasi bicaranya. Jongin kemudian pergi. Bayangannya menghilang dibalik pintu menuju taman.

Bibir Sooyeon berjeda. Setiap perkataan Jongin selalu membuatnya terdiam, tidak bisa untuk membalasnya lagi. Ia sangat mengerti apa yang Jongin bicarakan. Ya. Menurutnya itu semua salahnya.

“Maafkan aku, Jongin” bisik Sooyeon ke udara.

-------------------

Sooyeon bangun ketika langit masih gelap. Matanya tak bisa kembali terpejam ketika diingatnya percakapan singkat dirinya dengan Jongin. Sooyeon tak mengerti mengapa dirinya begitu lemah untuk menguucapkan kebenaran semuanya.

 “Bukan aku pelakunya...”

Jongin mengangkat kedua alisnya. “Apa maksudmu?” Jongin benar-benar tidak mengerti apa yang sedang gadis itu ucapkan.

“Bukan aku pelakunya..” dengan cepat airmata itu keluar dari mata indah gadis itu. Jongin menatapnya bingung. Apa yang ia lakukan lagi pada gadis itu?

Jongin menarik dalam-dalam nafasnya. Kedua tangannya memeluk Sooyeon dengan erat dan Sooyeon tak bisa menolak. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah pengandaian, andai saja ia tahu bahwa perasaannya membenci gadis itu terlalu berlebihan akan membuat berbalik menyukainya berlebihan, andai saja ia tak pernah melukai Sooyeon, andai-andai itu terus berbicara di kepala Jongin dan ia tak bisa menghentikannya. Lalu air mata semakin deras membanjiri pipinya dan tubuhnya bergetar.

Jongin mengerti Sooyeon begitu takut padanya. Mungkin begitu membencinya namun tak ada daya untuk membalas Jongin. Menerima Sooyeon dihidupnya sangat begitu berat, mengingat akan kejadian tragis itu. Tetapi perasaan benci itu malah semakin jadi, semakin menakutkan untuknya. Jongin takut jika kehilangannya. Yang ia tahu Sooyeon selalu berada disisinya, dengan keadaan apapun. Ia takut semua terulang lagi, seseorang yang ia butuhkan pergi.

Jongin melepaskan pelukannya dan menaruh kedua tangannya di kedua pipi Sooyeon, menangkupnya dengan mata yang tak bisa dijelaskan oleh Sooyeon. “Untuk malam ini, bisakah aku melihat senyummu?” Jongin menghapus airmata Sooyeon lembut.

Dengan itu, Jongin mendekatkan kepalanya ke arah Sooyeon yang lebih rendah darinya. Dengan sedikit bergetar Jongin mengecupkan bibirnya tepat di atas bibir Sooyeon, ia bisa merasakan bibir Sooyeon yang kecil dan terasa lembut menyentuhnya, air mata Sooyeon juga ikut terasa bagi keduanya. Ciuman itu berlangsung lama dengan Sooyeon yang masih tak bergerak dan Jongin yang menekan kepala Sooyeon ke arahnya. Di antara ciuman itu, Jongin bisa merasakan Sooyeon yang bergetar menahan tangsisannya. Ia tak tahu apakah ini sebuah kesalahan baginya atau tidak. Yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah mengungkapkan semuanya. Semuanya.

“Sooyeon?” Jongin melepaskan ciuman mereka berdua dan langsung memanggil namanya.

“Bisakah malam ini aku hanya ingin melihat senyummu?”

Sooyeon menganguk dengan bibir bawah yang digigitnya “Ya. Malam ini aku akan tersenyum, Jongin.” kemudian senyum tipisnya ia perlihatkan.

Jongin tahu bukan untuk pertama kalinya ia mencium bibir Sooyeon. Tapi untuk pertama kalinya ciuman itu begitu hangat dan tulus. Jongin tak akan pernah melupakan bagaimana rasa bibir milik Sooyeon yang amat ia sukai.

“Jongin... apa aku boleh tahu tentang hidupmu dulu??” tanya Sooyeon dengan senyum serta mata sendu.

“Ya, tentu saja, Sooyeon.”

Sooyeon berusaha tersenyum lebar dan mereka berdua berakhir di sofa dengan Sooyeon yang siap mendengar semua cerita tentang hidup Jongin dan mungkin juga dengan kekasihnya dulu.

“Apa kau sangat mencintai kekasihmu itu?”

“Ya.. aku sangat mencintainya..”

“Apa kedua orangtuamu sudah meninggal?”

“Ya.. mereka sudah meninggal. Ayahku pergi meninggalkanku dengan ibuku saat aku berusia 10 tahun. Hampir selama 7 tahun aku tidak tau kabar ayahku. Ibuku selalu menguatkanku bahwa dia hanya jalan-jalan karena ia bosan dirumah. Ya aku yang dulu masih sangat kecil percaya saja, tapi setelah aku dewasa aku benar-benar tidak pernah bertanya pada ibuku tentang ayahku. Bahkan sangat asing bagiku mendengar nama ayah. Dan tiba-tiba aku mendapat kabar bahwa ayahku telah meninggal. Saat itu aku benar-benar tak menangis atau bersedih. Aku juga tak merasa kehilangan... mungkin karena terlalu lama dia meninggalkanku dan ibu... tapi ibuku menangis, terlihat memilukan ketika ibuku menangisi laki-laki itu. Yang mementingkan dirinya sendiri. Sampai saat itu ibuku berkata ‘kau akan menangis dan kehilangan ketika seseorang yang kau cintai tak ada..’ dan 3 tahun kemudian ibuku meninggal karena sakit. Aku menangis sejadi-jadinya.. aku benar-benar merasa kehilangan.. dan aku merasakan apa yang ibu rasakan saat kehilangan ayah..  dan untuk kedua kalinya.. aku menangis ketika kekasihku yang aku cintai meninggalkanku...”

Sooyeon terdiam. Ia hanya memberi jeda antara dua bibirnya untuk menghirup udara lebih banyak dan menghembuskannya dengan kasar.

“Mengapa kau mau menceritakan padaku semua ini?”

“Karena kau bertanya dan aku menjawab, Sooyeon. Kenapa kau membuatnya rumit?” jawab Jongin santai disertai senyumnya.

Ada jeda di antara mereka, beberapa detik itu mereka gunakan hanya dengan memandang satu sama lain.

---

Waktu mungkin menunjukkan waktu tengah malamnya dan Jongin masih terjaga. Beberapa saat yang lalu, mereka pergi kekamar dan tanpa kata-kata apapun Sooyeon berbaring. Meninggalkan Jongin yang masih berada di tempat yang sama sejak awal. Jongin pun ikut membaringkan tubuhnya dan menghadap ke arah punggung Sooyeon.

Jongin tahu Sooyeon masih belum terlelap. Gerakan yang berkali-kali dibuat Sooyeon membuat Jongin mengetahui itu, lalu dengan perlahan Jongin mendekatkan dirinya ke arah Sooyeon, melingkarkan sebelah tangannya ke pinggang Sooyeon dan menyandarkan kepalanya di sela-sela rambut Sooyeon dan dada bidangnya pada punggung Sooyeon. Jongin bisa merasakan gadis itu terkejut namun Jongin juga bisa merasakan bahwa Sooyeon menikmati kehangatan yang ia berikan.

“I’m not sure if i love you, but i don’t want to lose you..”

“I cannot make you understand. I cannot make anyone understand what is happening inside me. I cannot even explain it to myself”

Jongin semakin mengeratkan lingkaran tangannya. Sooyeon terdiam dan membiarkan Jongin memeluk dan mengutarakan perasaannya.

“Kau tahu Jongin, mengapa kau sangat takut kehilanganku?”

“Tidak..”

“Seharusnya kau mengerti apa yang ibumu dulu katakan padamu saat kepergian ayahmu...”

“Dan jika kamu takut kehilanganku bukan karena cinta.. mungkin karena kebencian yang masih ada dihatimu...”

----

Sooyeon terbangun dengan perasaan asing yang hinggap di benaknya. Bangun dengan pipi yang tersandar pada dada seorang pria merupakan hal yang asing bagi Sooyeon, namun ketika dilihatnya pemilik dada bidang itu masih tidur terlelap dengan nafas yang terdengar beraturan membuatnya sedikit merasa tenang.

Jongin masih terpejam setelah semalaman ia mengelus puncak kepala Sooyeon sampai Sooyeon tertidur. Sooyeon tak memintanya, namun Jongin melalukannya demi Sooyeon, agar gadis itu merasa nyaman dan aman,, meyakinkan bahwa semuanya akan baik- baik saja walaupun Jongin tahu jawabannya adalah tidak.

Sooyeon menguncang tubuh Jongin perlahan dan beberapa detik kemudian Jongin membuka mata dengan Sooyeon yang sudah berada di depannya. Jongin sedikit meregangkan badannya dan tersenyum ke arah Sooyeon.

“Kau terlihat buruk waktu pagi,” ucap Sooyeon diikuti dengan tawa kecilnya.

Jongin hanya bisa tersenyum dan mendekatkan Sooyeon padanya.. “Kau baru mengetahuinya?”

“Ya, kurasa begitu.”

“Jadi ini masih sangat pagi?” gerutu Jongin sebelumnya melihat jam dinding yang menyatakan pukul 07:00 pagi.

“Bukankan kau seharusnya ke kantor?”

“Hari ini hari liburku.....”

“Maaf aku tak tahu...”

“Baiklah.. apa kau ingin pergi denganku?”

“Mau kemana?”

“Sudah, mandilah... aku akan mandi di kamar tamu..dan kau sudah harus siap jika aku sudah  berada disini lagi..” dengan cepat Jongin pergi meninggalkan Sooyeon yang masih bingung.

Jongin dan Sooyeon sudah berada didalam mobil.

“Mau kemana kita?”

Sambil memutar setir mobil. “Kau akan tahu nanti..”

Belum setengah mobilnya keluar dari halaman rumahnya. Mobil Jongin dihadang oleh mobil Sehun. Jika Jongin tak cepat mengerem maka akan terjadi tabrakan konyol. Sehun keluar dari mobilnya dan berjalan kearah pintu dimana Jongin berada. ia mengetuk kaca mobil Jongin.

“Keluarlah sebentar.. aku ingin bicara padamu...”

Jongin menuruti permintaan Sehun kali ini. Sebenarnya apa yang akan Sehun katakan padanya. Bukankan ia bisa terlebih dahulu menghubungi Jongin?

“Lepaskan gadis itu...” ucap Sehun dengan tatapan dinginnya.

“Untuk apa aku harus melepaskannya? Aku sama sekali tidak memenjarainya”

“Jika tidak memenjarainya biarkan dia pergi bersamaku..."

 

 

o000o

 I know that there are some people didn’t leave comment for this story. If you read and you feel that you like it, appreciate this story with a simple comment or like, that won’t hurt right? Anyway, I guess that’s okay, as long as you like it and if you read every single word of this story, hopefully you’ll learn something ^.^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK