Ia menatap Jongin ngeri. Tatapan Jongin kali ini benar-benar sangat mengerikan. Dengan ragu Sooyeon menggelengkan kepalanya.
“Ah.. kau lihat, dia tak mau pergi jalan-jalan denganmu, Baekhyun..” jelas Jongin
Baekhyun tak percaya dengan jawaban Sooyeon saat itu. Ia benar-benar menuruti pria brengsek itu. Tetapi apa bedanya deng Baekhyun? Bukankah Baekhyun sama dengan Jongin, pria brengsek?
Dengan cepat Jongin melemparkan tinjuan ke wajah Baekhyun dan membuatnya terjatuh. Sooyeon bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Ini benar-benar diluar skenarionya.
“Bangun kau!” pekik Jongin. “Jongin! dengarkan aku...” ucap Baekhyun mencoba menjelaskan.
“Apa hoh? Kau pikir aku pria bodoh? Dia itu kekasihku dan kau ingin mengajaknya berjalan-jalan saat aku tak ada dirumah?” kali ini ucapan Jongin tepat sasaran dan membuat Baekhyun tak bisa mengelak lagi.
“Ya.. maaf aku tak akan mengganggunya lagi.. tapi ini semua salah paham...” Baekhyun masih ingin mencoba mengelak.
“Pergi kau sebelum aku membunuhmu disini!!” bentak Jongin, matanya benar-benar memancarkan monster yang amat sangat mengerikan.
Jongin kemudian menarik tangan Sooyeon dan menghempaskannya ke lantai kasar. Sooyeon merasa dejavu, ia pernah mengalami ini sebelumnya. Ya, ingatannya tidak buruk.matanya benar-benar memperhatikan Jongin, nyaris tak berkedip. Seluruh tuuhnya gemetar hebat, rasa takut pun menyelinap dibenak Sooyeon. Ya, hancurlah dia sekarang.
Jongin mendekat dan berbisik. “Stupid!” bisikan itu membuat Sooyeon bergedik. Ia mengigit bibirnya dengan gemetar, detak jantungnya memacu hebat. Ia tahu Jongin akan segera menghukumnya, ya menghukumnya.
“Hey gadis bodoh! Kau ingin lari dariku bersama laki-laki brengsek itu?” tanya Jongin yang berdiri dihadapannya sambil melonggarkan dasinya.
“Ma-maafkan a-kuu.. Jongin...” Sooyeon tentu tahu permintaan maafnya tak akan membuahkan hasil yang positif. Setidaknya hanya itu yang bisa ia katakan pada Jongin.
“Apa semua perkataanku selama ini kurang jelas?” tanyanya lembut dengan tatapan tajamnya.
“Jangan mencoba pergi dariku... aku selalu berkata itu hampir setiap hari...” Jongin mengelus rambut Sooyeon membuat gadis itu sempat menahan nafasnya, sakit.
“Kurasa kau tidak tuli dan ingatanmu masih sangat kuat bukan?” wajah Jongin mendekat, membuat Sooyeon memundurkan wajahnya. Dengan cepat tangan Jongin menahan kepala Sooyeon dan menarik keras rambut gadis itu sampai membuat pekikkan keras, tentu hal itu tak membuat Jongin berhenti.
“Apa kau masih mencintainya hoh?” tanya Jongin dengan tatapan bengis. Sooyeon menarik nafasnya dalam-dalam kemudian ia berkata. “Ma-mafkan aku...” ucapnya ragu.
“Apa kau benar-benar tuli? Aku memberi pertanyaan yang harus kau jawab!”
“BODOH! GADIS BODOH! TOLOL!” ia semakin menarik rambut gadis itu sehingga pekikkan itu semakin keras dari sebelumnya. Kedua tangan Sooyeon tak mampu menghentikan kedua tangan besar Jongin.
“A-ku... tak mencintainya lagi Jongin...” ia berusaha menjawab pertanyaan Jongin.
“Oh ya? Lalu apa yang kulihat tadi?”
“A-aku.. a-ku hanya ingin bebas darimu... aku manusia, Jongin. aku hanya ingin hidup selayaknya,...” Sooyeon masih berani mencari alasan.
Jongin tertawa kecil. “Lalu aku akan percaya dengan perkataanmu?? Apa semua yang kuberikan padamu tak layak? Dan jika kau pergi dariku kau akan mendapatkan hidup selayaknya?”
“Setidaknya hidupku akan lebih baik tak bersamamu...” batin Sooyeon.
“Kau seharusnya berterima kasih padaku! Bukannya melarikan diri!” bentak Jongin kemudian menarik paksa tubuh Sooyeon ke dalam kamar.
Tanpa aba-aba apapun Jongin dengan cepat merobek baju Sooyeon sampai bertelanjang dada. Ia hanya merintih menangis. Tak ada kekuatan untuk melawan Jongin.
“Jongin... ku mohon.. jangan lakukan ini lagi,...” ucap Sooyeon menahan isakkan tangisnya.
“Nikmati saja... jangan munafik!” gentaknya.
Jongin menindih tubuh Sooyeon. Ia benar-benar tak bisa mengkontrol nafsunya lagi pada Sooyeon.
“ASTAGA!!! Jongin! apa yang kalian lakukan?” teriak seseorang yang memergoki Jongin dan Sooyeon.
DAMN IT! Batin Jongin
Sooyeon dengan cepat mencari kain agar menutupi dadanya.
“Kau gila Jongin! dia itu sepupumu sendiri! Bagaimana bisa kau-“
“Tidak usah ikut campur!” potongnya
Sehun melihat raut wajah Sooyeon ketakutan. Ia tak tahu apa yang ada di otak sahabatnya itu, sampai-sampai ia melakukan hal sekeji ini terhadap sepupunya sendiri.
Well, Sehun membuatnya naik darah, ia mendorong Sehun untuk keluar dari kamarnya.
“Keluar kau!” jari telunjuk Jongin menunjuk ke arah pintu.
Sehun tak menggubris perintah Jongin. Jika itu bukan sahabatnya, ia tidak akan ikut campur dalam urusan ini.
“Brengsek!” dengan cepat Sehun meninju Jongin.
“Argh!” Jongin meringis sakit dipinggir bibirnya yang mengeluarkan darah segar.
“Aku tidak akan ikut campur tentang hidupmu... tapi jika kau kelewatan ini menjadi urusanku, kau sahabatku, Jongin!” bentak Sehun agak bergetar.
Jongin memegang bibirnya yang masih perih akibat tinjuan hebat dari Sehun. Ia pergi keluar kamar dan meninggalkan Sooyeon dan Sehun disana.
“Sooyeon.. kau baik-baik saja?” tanya Sehun khawatir
“Bisakah kau tinggalkan aku sendiri?” jawabnya dengan nada suara bergetar
Sehun keluar dari kamar dan cepat-cepat mencari Jongin. “Ya! Jongin!” Jongin memutar bola matanya, malas.
“Apa kau gila? Kau hampir saja memperkosa sepupumu sendiri! Apa yang ada dipikiranmu hoh?! Mengapa kau jadi sebrengsek ini?”
“Kau salah paham, sudah jangan bahas itu” ucap Jongin santai sambil mengobati lukanya.
“Jika kau ada masalah, jangan menyakiti seseorang. Kau akan menyesal, Jongin..”
“Ya... aku sudah menyesal...” batin Jongin.
“Dia bukan sepupuku...” ucap Jongin datar. Sehun lalu memandang Jongin dan mengkerutkan keningnya.
“Dia adalah tersangka yang menabrak kekasihku..”
Bibir Sehun berjeda. Lalu tertawa kecil. “Maksudmu? Kau sedang menyiksanya?” tebak Sehun.
“Aku tak menyiksanya.. aku hanya ingin memberitahu betapa kejamnya dunia ini...” ucapnya seperti psikopat mahir.
“Astaga! Jongin... bukankah dia sudah dipenjara? Dan untuk apa kau menyiksanya lagi?” Sehun benar-benar tak percaya dengan ucapan sahabatnya kali ini.
Jongin menatap Sehun tajam. “ Jika kau jadi aku, kau akan tahu jawabannya”
“Kau tak bisa sekejam itu, Jongin..”
“Lantas... apakah dunia ini sangat kejam hanya untukku?” Sehun terdiam dengan ucapan Jongin. ia benar-benar tak mengerti apa yang mengubah sahabatnya menjadi seperti ini.
“Berhentilah Jongin, sebelum kau benar-benar menyesal..” ucap Sehun berlalu pergi
Ia kembali menemui Sooyeon dengan raut wajah lebih baik dari sebelumnya. Ia mengamati gadis itu dari pintu kamarnya yang terbuka. Ia mendekati Sooyeon tak ada respon dari gadis itu. Tak seperti biasanya, seharusnya ia akan merinding ketakutan jika Jongin mendekatinya.
“Apa kau ingin melanjutkannya?” ucap Sooyeon datar
Jongin memutar bola matanya, malas. “Ternyata kau menikmatinya?” ia tertawa kecil.
“Apakah janjimu itu palsu? Kau tak akan menyakitiku lagi...”
Jongin mengangkat alisnya bingung. Bualan apalagi yang keluar dari mulut gadis itu. Tapi ia masih ingat, ia pernah berjanji untuk tidak menyakitinya lagi.
“Aku sudah hancur... aku sudah tahu rasanya menjadi dirimu... lalu apalagi yang harus kurasakan? Mengapa kau mengulur waktu untuk membunuhku?” pertanyaan itu seperti menampar hati Jongin.
“Jika kau tak ingin tanganmu sendiri yang membunuhku, bukankah kau bisa menyewa orang lain untuk membunuhku?” tambahnya
“Aku sudah benar-benar hancur, Jongin...”
“SHUT UP!!!!” ia pergi meninggalkan Sooyeon sendiri.
--------------------
Pikiran Jongin masih tertuju pada gadis yang berada di dalam kamarnya. Well, Jongin memang sangat khawatir dengan ucapan Sooyeon tadi, ia takut Sooyeon akan mencoba bunuh diri jika ia tak bersamanya.
Sesekali Jongin mengintip ke kamarnya dan melihat apa yang dilakukan Sooyeon, masih seperti biasa. Ia mengambil nafas dalam dan mencoba berjalan mendekati Sooyeon. Sooyeon sama sekali tidak terusik dengan kedatangan Jongin. Ia hanya menatap Jongin datar.
“Mengapa memberi raut wajahmu seperti itu padaku?” tanya Jongin. Sooyeon hanya diam.
“Aku tak suka kau memberi raut wajahmu seperti itu...” tambahnya
“Kau sudah makan?” tanya Jongin mencoba mencairkan suasana
“Aku tidak lapar..” jawab Sooyeon lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Haruskah aku memaksamu?”
“Untuk apa aku makan? Jika nantinya kau akan membunuhku?”
Jongin menghela nafas berat. “I won’t kill you..” ucapnya lembut.
“Lalu untuk apa kau masih mengurungku disini?”
“Walaupun aku tidak akan membunuhmu, tapi aku tidak akan melepaskanmu... Dan kau! Jangan pernah mencoba bunuh diri!” titah Jongin kemudian pergi.
“Jongin...” panggil Sooyeon kemudian Jongin menoleh ke arahnya. “Apa bibi Ahn membuatkanku makan?” pertanyaan itu membuat Jongin tersenyum kecil. “Ke dapurlah, aku akan buatkan kau makanan...” ajak Jongin.
Sooyeon mengikuti Jongin dari belakang. Ia benar-benar sangat lapar. Ia lupa bahwa hampir seharian ia belum makan. Matanya terus memerhatikan Jongin yang sedang memasak. Senyumnya terlihat jelas di wajah gadis itu. “Apa kau bisa memasak?”
“Tidak..”
“Apa kau dulu tinggal dirumah ini sendiri?” Sejenak Jongin terdiam dan kemudian melanjutkan memasaknya lagi.
“Makanlah.. jangan banyak bicara..”
“Terima kasih...” Sooyeon langsung melahap makanan buatan Jongin.
“Aku tidak tinggal sendiri disini... aku.. bersama kekasih dulu...”. Sooyeon terkejut mendengar ucapan Jongin. Ia tak tahu bahwa Jongin akan menjawab pertanyaannya. Dan lebih mengagetkannya adalah jawabannya. “Hmm.. Maaf aku,,,”. Jongin tersenyum. “ Tidak perlu seperti itu, aku hanya menjawab pertanyaanmu...” Sooyeon kemudian melanjutkan makannya.
-------------------------
Sooyeon membuka matanya perlahan, matanya menangkap sesosok lelaki yang terbaring tepat disampingnya. Mata mereka saling beradu. Sooyeon harus menarik nafas panjang karena tiba-tiba jantungnya berdegup lebih cepat, sangat cepat. Ia bisa merasakan tenggorokan yang tercekat serta ulu hati yang terasa nyeri ke dalam. Lalu serasa detik jam diperlambat, Sooyeon merasa semakin tak karuan ketika lelaki itu masih menatap tepat ke arahnya. Ia bisa melihat lelaki itu terpaku dan berkedip beberapa kali. Lalu tak seperti Sooyeon yang masih diam, lelaki itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman hingga senyumannya itu sampai ke mata. Kedua bibirnya tiba-tiba berjeda dan Sooyeon bersiap-siap mendengar apa yang akan dikatakannya.
“I don’t know what i’m more afraid of to see you again or to never see you again.. i just want you by my side...” ucap Jongin setengah berbisik.
Sooyeon mengedipkan matanya. Ia benar-benar terpaku. “Apa tidurmu nyenyak?”. Sooyeon mengangguk pelan. “Jongin.. mengapa sikapmu berubah padaku?”. “Aku mulai menyadari hal itu...” ucapnya gantung.
“Maafkan aku...” raut wajahnya berubah menjadi murung. “Tidak perlu. Lagi pula untuk apa kau meminta maaf? Itu sudah terlalu sering..”. “Jongin... apakah setelah kepergian kekasihmu kau bisa membuka hatimu lagi?”. “Sudah...” ucapnya singkat. “Apa semudah itu?”. “Tidak, aku butuh menyakinkan diriku untuk mengenangnya...”
“Apa wanita itu mencintaimu?” tanya Sooyeon “I knew she didn’t love me, but i adored her...” jawabnya. Sunyi yang ada disekeliling mereka. Hanya mata yang masih saling memandang satu sama lain. “Aku akan pergi meeting siang ini... dan kau jangan mengulangi kesalahan untuk kesekian kalinya..” Jongin beranjak dan bersiap untuk membersihkan tubuhnya.
---------------------
Sooyeon menghabiskan waktu setengah harinya dengan menonton televisi. Ya, hanya itu yang dapat menghiburnya kali ini. Beberapa kali ia tertawa kecil menonton kartun yang ia lihat. Sampai seseorang masuk tanpa ia ketahui.
“Apa itu cukup menghibur?” Sooyeon menoleh ke arah suara itu berada.
“ Sehun?”
“Apa saja yang telah dilakukan Jongin padamu?” tanya Sehun yang masih berdiri dan menatap Sooyeon datar.
Bibir Sooyeon berjeda. “Ti-tidak ada...hanya waktu itu saja... mungkin ka-karena mood-nya hari itu sedang jelek..”
“Jika kau punya beban kau bisa berbagi cerita padaku, Sooyeon...”
“Tolong.. aku tidak butuh siapa pun sekarang...”
“Kenapa?”
“Karena aku tidak ingin kau tahu”
“Tapi aku ingin tahu, Sooyeon. Setidaknya mungkin aku bisa menolonhmu...”
Sooyeon mendesah kesal dan menatap Sehun dengan tatapan tajamnya. “Bisakkah kau tak usah mengurusi hidupku?”
“Sooyeon. Aku tahu ada banyak sekali beban yang kau rasakan dan aku hanya ingin membantumu. Maka dari itu aku ingin tahu. Aku ingin setidaknya bisa menolongmu..”
“Aku sama sekali tidak mempunyai beban dalam hidupku!” ucapnya sedikit bernada tinggi
Sehun terdiam. Matanya menatap sendu Sooyeon yang tak lagi menatapnya. Sehun berdecak dan mengalihkan padangannya dari Sooyeon.
“Aku tahu luka-luka itu, Sooyeon. Aku tahu luka yang selalu kau tutupi itu... semua itu karena Jonginkan?”
Sehun mengatakannya dengan mata yang menunjukkan amarah. Dengan nada suara yang tegas namun terdengar begitu pilu. Sedangkan Sooyeon yang mendengar itu semua hanya menunduk dan rambutnya jatuh di sisi kanan dan kiri. Dan membalikkan tubuhnya agar tak menhadap Sehun.
“Sooyeon?”
Sehun memutar tubuh Sooyeon hingga menghadapnya.
“Sooyeon?!”
Sooyeon mengangkat wajahnya yang kini terlihat begitu merah. Sehun terpaku dengan mulut berjeda, ia bisa melihat Sooyeon dengan alis yang menyatu serta air mata yang telah menetes ke pipinya. Ia bisa merasakan tubuh Sooyeon yang kini bergetar sembari menggigit bibir bawahnya.
“Hanya karena kau tahu dan melihat itu semua, bukan berarti kau tahu segalanya Sehun. Aku tidak butuh kau untuk menolongku, Sehun. Aku tidak butuh siapapun untuk tahu dan mengerti. Walapun aku mengungkapkan semua padamu, tidak akan ada yang berubah, Sehun.”
“Sooyeon?”
“Aku tidak butuh seseorang untuk menolongku atau meringankan bebanku, karena kenyataannya siapapun tidak bisa. Termasuk kau!”
Dengan itu Sooyeon menarik paksa tubuhnya dan berlalu dari hadapan Sehun. Sehun bisa melihat gadis itu berlari sembari mengusap kasar air matanya. Sehun hanya terpaku melihat punggung gadis itu yang menghilang masuk ke dalam kamarnya dan bayangan Sooyeon yang menangis masih terpatri jelas.
----------------
Sooyeon menghapus airmatanya yang sudah beberapa kali ia hapus. Air mata itu terus mengalir, seiring ia mengingat perkataan Sehun. Sehun tak mengerti apa yang menjadi bebannya selama ini. Mungkin, ia akan di anggap gila jika tahu semua kebenarannya.
“Sooyeon?” panggil Jongin dari balik pintu. Ia buru-buru membuka kunci kamarnya itu.
“Mengapa dikunci?” tanya Jongin
“Aku tak sengaja menguncinya...” jawabnya asal
“Kau menangis?” Jongin melihat mata sendu gadis itu.
Ia menggeleng cepat. “Kau tak pandai berbohong padaku, Sooyeon...”
“Tidak...” ucapnya datar.
“Siapa yang datang selama aku tak ada?” tanya Jongin sambil merebahkan tubuhnya ke ranjang.
Sooyeon menatap Jongin gugup. “A... Seh-sehun...”
“Untuk apalagi dia datang? Apa yang kau bicarakan dengannya?”
“Tidak banyak...”
“Ya, apa saja?!” ucapnya sedikit membentak.
“Dia ingin menolongku... itu saja...”
Jongin tersenyum licik.”Jadi itu yang membuatmu mengunci kamar?”
“Ma-maaf...”
“Ya... aku percaya padamu... pria itu.. terlalu sibuk sampai ia mengurusimu..” sindirnya.
Ia melihat gelagat Sooyeon gelisah. “Mengapa gelisah?”
“A-aku.. ingin jujur padamu...” Sooyeon memegang tangannya dan sesekali menarik nafas dalam agar tidak gugup.
“Bukan aku pelakunya...”
o000o
Gimana Chapter 7?
Please kasih comment ya~ Maaf agak lama karena lagi gak sempet upload nih~