Gadis itu sedikit demi sedikit sudah mulai ada perubahan. Ia menjadi lebih baik setelah 2 minggu Jongin tak menyakitinya sama sekali. Jongin berhasil meredam amarahnya pada gadis itu.
Jongin berjalan keluar rumah, menghampiri bangku taman belakang rumahnya. Sesekali ia memandang ke atas langit dan tersenyum tanpa sadar. Melakukan hal itu sudah tidak asing lagi untuknya. Memang dulu, Jongin sangat sering memandang langit yang begitu banyak bintang ditemani sang kekasihnya. Hal ini hampir dilakukan setiap malam bersama kekasihnya. Pikirannya terlempar ke masa lalunya. Ia masih mengingat betul gadis yang dulu pernah mengajarinya semua hal tentang hidup. Dan sekarang, ia mengajari Jongin untuk memaafkan kesalahan orang lain?
Sooyeon memberanikan diri untuk keluar kamar. Sedari tadi pagi rumah nampak sepi. Bibi Ahn dan sekretaris Yon hari ini tidak datang. Begitupun juga Jongin, ia sama sekali belum melihatnya. Ia membuka perlahan pintu kamar Jongin, matanya tak menangkap pria dingin itu. Ia melanjutkan ke arah dapur, melihat 1 gelas susu yang berada di meja makan. Dan meyakinkan Sooyeon bahwa Jongin baru saja meminum susu itu.
“Mencariku?” ucap seseorang yang tepat berada di belakang Sooyeon.
Sooyeon menoleh ke arah sumber suara itu. Dan mendapati Jongin berada dihadapannya. Ia hanya menggigit bibirnya, berpikir keras untuk mengelak. “Ah.. tidak,, a-kuu,.. hanya haus saja..” dengan reflek ia buru-buru mengambil gelas dan menuangkan air minumnya. Dan meminum dengan cepat sampai tersendak. Jongin tersenyum kecil melihat tingkah bodoh gadis itu.
“aaa... sepertinya ini sudah malam... selamat tidur..” ucap Sooyeon canggung, ia langsung bergegas menuju kamarnya tapi tangan Jongin tak kalah cepat dengan langkah kakinya. Ia menahan Sooyeon dan mendorong tubuhnya ke dinding. Ia mendekatinya. Hampir tak ada jarak diantara keduanya.
Tubuh gadis itu gemetar, ia tak tahu apa yang akan dilakukan Jongin lagi. Ia dapat mencium aroma khas tubuh gadis itu dan merasakan hembusan nafas yang memburu dari gadis itu. Sooyeon memejamkan matanya. Ia tak berani bergerak sedetikpun. Dadanya memompa jantung begitu hebatnya. Sampai tak bisa ia kontrol sendiri.
“Kau pikir aku akan menciummu hoh?” bisik Jongin tepat berada disamping telinganya. Sontak membuat gadis itu membuka matanya. Jongin melihat berubahan di wajah Sooyeon saat ini.
“Lalu.. mau apa kau?” tanya Sooyeon sedikit ragu. “Aku hanya mengecek bau badanmu saja. Sudah beberapa hari saat kau sakit kau tak mandi. Ku pikir hari ini kau belum bisa mandi..” ucap jongin santai sambil berlalu duduk di depan TV. Sooyeon merasa dirinya sangat bodoh saat ini. Ia bergegas masuk ke kamar dan cepat-cepat tidur menarik selimutnya. Jongin melihatnya hanya tersenyum kecil. Sudah beberapa kali Jongin membuat Sooyeon menjadi bertingkah aneh.
-----------------------------
Pagi ini bibi Ahn berpesan pada Sooyeon sebelum ia pulang untuk menghabiskan sarapannya. Bibi Ahn tak bisa berlama-lama di rumah, karena ada keperluan mendadak. Ia memang datang lebih pagi dari hari sebelumnya. Lalu Jongin menempelkan ‘post it’ di beberapa tempat.
Pintu kulkas.
Aku akan pulang malam, jadi kurasa bibi Ahn menyiapkan makan malam untukmu, tolong jangan membuatnya menjadi sia-sia.
TV.
Jika kau bosan menungguku, kau bisa nyalakan TV untuk menemanimu.
Pintu belakang rumah.
Jika kau masih bosan karena acara TV, maka cobalah pergi ketaman ini.
Pintu Utama.
Jika kau berani menyentuh pintu ini, ku pastikan kau tak akan tidur nyenyak!
Sooyeon tersenyum melihat begitu banyaknya ‘post it’ yang menempel di beberapa tempat. Jongin begitu perhatian padanya. Ia masih tak menyangka bagaimana ia dapat berubah menjadi seperti ini. Sooyeon merasa nyaman bersama Jongin, begitu pun Jongin. Mereka memang sudah ditakdirkan untuk bersama, walau awalnya pahit. Tetapi mereka tak sadar akan semua itu.
Bunyi suara jam menunjukkan tepat jam 12 malam, Jongin baru saja tiba dirumahnya. Setelah membersihkan diri, ia kembali menuju taman belakang rumahnya. Matanya benar-benar tak merasakan kantuk.
Ia merasakan dinginnya udara yang menusuk kulitnya. Pantas saja, ia hanya mengenakan tshirt putih dan celana training hitam. Tak ada mantel yang membalut tubuh tegapnya itu. Ia duduk dan memejamkan mata sedikit untuk melepas penat yang mungkin selama ini.
“Jongin?...” ujar gadis itu bingung. “Sedang apa kau disini?” tanyanya sambil menggosokan kedua tangan ke tubuhnya. Jongin tak merespon pertanyaan Sooyeon. Ia masih memejamkan matanya dengan tenang.
“Apa kau demam lagi? Sooyeon berjalan ke arah pria itu dan duduk tepat disampingnya. “Jongin?” Sooyeon memegang dahi Jongin. “Bisakah kau tak menggangguku? Ucap Jongin membuat gadis itu sedikit menggeser dirinya dari Jongin.
“Aaaaa...aku hanya...takut jika kau sakit lagi...” ucap Sooyeon terbata-bata. Jongin lalu membuka matanya dan menatap Sooyeon engan tatapan seperti ingin membunuh. Sooyeon tak berani menatap balik Jongin.
“Ah... Maaf.. Maaf...” Sooyeon berdiri dan beranjak kembali ke dalam rumah.
“Sooyeonna....” panggil Jongin pelan. Sooyeon menghentikan langkahnya. “Bisakah kau tetap berada disampingku?” Sooyeon berbalik arah dan menatap mata sendu Jongin saat itu. Ia berjalan perlahan menghampiri pria itu.
“Bisakah kau tetap berada disampingku?” tanya Jongin lagi. “A-apa kau sedang ada masalah?” tanya Sooyeon bingung dengan pertanyaan Jongin padanya. Jongin menggeleng pelan. “Bukankah kau sangat membenciku?” tanya Sooyeon. “Ya...” ucap Jongin singkat. Jongin menatap Sooyeon dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti olehnya.
“Lalu mengapa aku harus tetap berada disampingmu?..”
“Once you lose someone, it’s never exactly the same person who comes back...” ucapan Jongin membuatnya benar-benar bingung. Apa maksud dari ucapannya?
“Maksudmu??” tanya Sooyeon dengan kening yang mengerut. “Jadi tetaplah disisiku...” Jongin menatap dalam mata indah gadis itu. Mata mereka saling beradu. Jongin membuatnya tak mengerti apa yang ia katakan.
Jongin menarik tubuh gadis itu, erat. Sooyeon kaget mendapati tubuhnya sekarang berada di dalam pelukan Jongin saat itu. Tubuhnya tak memberontak seperti sebelumnya. Ia hanya terdiam dan menikmati pelukan hangat yang Jongin berikan.
“I feel myself changing, i don’t even laugh the same anymore, i don’t smile the same, or talk the same, i just so tired of everything....” ucap Jongin yang semakin erat memeluk Sooyeon.
“Jongin...” Hanya nama Jongin yang Sooyeon bisa ucapkan kali ini. Di dalam pikirannya terdapat banyak sekali pertanyaan yang muncul, namun yang bisa diucapkannya hanyalah nama Jongin.
“Please.. don’t leave me....” ucap Jongin membuat bibir Sooyeon berjeda.
Jongin kali ini begitu rapuh dihadapan Sooyeon. Ini pertama kalinya ia melihat Jongin serapuh itu. Ia tak menyangka dibalik dirinya yang brengsek, ternyata ia bisa serapuh ini. Membuat Sooyeon melihatnya iba. Ia tahu betul betapa hidup Jongin tak semenarik dulu. Selama ini ia hanya melampiaskan semua kebenciannya. Jongin memang sudah kehilangan arah hidupnya setelah dendam tertanam didirinya.
------------------------
Sooyeon terbangun dari tidurnya karena telingannya mendengar ketukan pintu berkali-kali. Mata masih menyesuaikan keadaan. Ia kemudian beranjak dan membuka pintunya.
“Ada apa bibi Ahn?” tanya Sooyeon mendapati bibi Ahn yang berada di balik pintu itu.
“Sarapan pagi sudah saya siapkan... Dan tuan Kim berpesan untuk menghabiskan makanannya nona...” jawab bibi Ahn ramah.
Sooyeon tersenyum. “Ah,, terima kasih bi. Apa Jongin sudah pergi pagi sekali?”. “Ya...sekitar 10 menit yang lalu ia berangkat. Kalau begitu saya permisi dulu nona..”
Pikiran Sooyeon terhempas mengingat kejadian semalam. Ia bersama Jongin, Kim Jongin.
“Kim Jongin...” ucapnya ke udara. Ia masih memikirkan ucapan Jongin semalam. Ia sampai berfikir bahwa semalam adalah mimpi yang indah.
----------------------
Bel rumah berbunyi, membuat Sooyeon bingung. Mengapa Jongin membunyikan bel-nya? Tak biasanya. Ia pasti akan membawa kunci cadangan jika tak ada yang membukanya dari dalam. Lalu siapa yang ada di balik pintu itu?
Dengan ragu Sooyeon membuka pintu itu. “Ah... Jongin—“ pria itu kaget mendapati seseorang yang bukan Jongin melainkan orang lain. Ia benar-benar tak mengenalnya. “Who you are?” tanya Sooyeon pada pria itu. “Ah~ Oh Sehun...”. jawab pria itu dengan senyum yang menawan. “Lalu.. siapa kau?? Ah... apa kau kekasih Jongin?” tebak Sehun. Sooyeon dengan cepat menggeleng. “Bukan...” bantahnya. “A-aku.. a-ku.. se-pupunya.. iya..” ucap Sooyeon terbata-bata.
“Ah? Benarkah? Untuk pertama kalinya aku bertemu sepupu Jongin yang sangat cantik...” puji Sehun. Sooyeon hanya memasang raut wajah datar.
“Sehun?? Sedang apa kau disini?” tanya Jongin tak jauh darinya. Ia baru saja sampai. Ia melihat Sooyeon dan Sehun sedang berada di depan rumahnya. Mata Sooyeon membelalak mendapati Jongin mengetahuinya sedang berinteraksi dengan seseorang. Tubuhnya tak terkontrol saat itu, bergetar hebat. Ia masih ingat betul bagaimana ia dulu bertemu dengan Baekhyun setelah itu Jongin membuatnya hampir mati. Ia hanya takut Jongin menyakitinya lagi.
“Aaaa.. maaf Jongin.. a-aku h-hanya—“. “Ah sudah.. mari masuk Sehun...” potong Jongin yang mempersilakan Sehun masuk ke dalam rumahnya.
“Sooyeonna... bisakah kau membuatkan kami ice tea?” tanya Jongin. Dengan cepat ia langsung mengangguk dan pergi kedapur. Tubuhnya masih bergetar, namun tak separah sebelumnya. Ia membawakan 2 gelas ice tea dengan sangat hati-hati.
“Ah.. jadi namamu Sooyeon?” tanya Sehun sambil mengambil gelas ice tea yang baru saja di sajikan dihadapannya. “Ada apa?” tanya Jongin sinis. “Ah,... sepertinya wajahmu sangat familiar... apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Sehun yang mengabaikan pertanyaan Jongin padanya. “Ya, benar. Apa kau ingat saat di cofe shop waktu itu?” Sooyeon mulai mengingatnya keras. “Handphone mu terjatuh dan aku yang mengambilnya...”. Sooyeon kemudian ingat. Saat itu dimana ia bertemu Jongin lagi. “Mungkin kau salah orang...” ucap Jongin menatap Sehun sinis.
“Sooyeon.. masuklah ke kamar..” titah Jongin lembut. Sooyeon buru-buru masuk ke kamar tanpa meninggalkan sepatah katapun untuk Sehun. Sehun tersenyum kecil. “Lucu sekali sepupumu itu...” ucap Sehun sambil meminum ice teanya. “Sepupu?” tanya Jongin pelan. “Iya. Apa aku salah dengar? Ia yang bilang padaku bahwa dia adalah sepupu mu..” jawab Sehun seadanya.
Jongin tak bisa mengelak dengan ucapan Sehun tadi, bahwa Sooyeon adalah sepupu-nya. Ia tak ingin Sehun terlalu jauh ikut campur dengan masalahnya. Ia tahu bahwa nantinya Sehun akan membela gadis itu daripada dirinya. Ia tak mungkin bercerita sejujurnya pada sahabatnya kali ini. Itu benar-benar bodoh menurutnya.
“Apa sepupu mu sudah punya kekasih?" tanya Sehun yang masih ingin tahu tentang gadis itu.
“Untuk apa kau bertanya hal itu? kau tak pantas dengannya...” jawab Jongin sinis.
“Kau tahu kan, aku ini bukan tipe pria sepertimu, yang dengan gampang mendapatkan kekasih...” ucap Sehun menatap Jongin penuh arti.
“Sudah ku bilang dia tak pantas untukmu... jangan mendekatinya!” Jongin memperingati Sehun kali ini. Tatapannya begitu serius. Sehun tak pernah melihat raut wajah Jongin seserius ini.
------------------------
Malam itu Sooyeon hanya duduk di ranjang memeluk kedua kakinya. Tatapannya mengarah ke depan tembok putih yang kosong. Entah apa yang ia pikirkan seharian. Semuanya bagaikan dongeng dengan ending yang sedih. Itulah kisah hidupnya. Ia tak pernah berfikir jernih akhir-akhir ini. Sooyeon seperti boneka hidup milik Jongin.
“Sedang memikirkan apa?” tanya Jongin yang menyadarkan lamunannya.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Jongin lagi. Sooyeon menggeleng. “Aku hampir lama berdiri disini melihatmu menatap ke arah tembok itu...” kata-kata itu seakan mencecar Sooyeon. Memang tak ada yang difikirkan Sooyeon saat itu.
“Ku pikir kau bukan orang yang tuli...” kata-kata itu membuatnya membuka mulut.
“Aku tak memikirkan apapun. Apa yang harus kupikirkan sekarang?” ucapnya sangat menyedihkan.
“Omomg kosong....” ucap Jongin pelan. Jongin sebenarnya tak tega dengan gadis itu, hanya saja perlakuannya masih terlalu dingin terhadap gadis itu.
“Jongin.... apa kau pernah berfikir bahwa hidupmu tak akan lama?” tanya Sooyeon masih menatap lurus ke arah tembok di depannya.
Jongin berjalan dan duduk di pinggir ranjang. “Apa kau sedang berfikir itu?” tanya Jongin. “Tidak... tapi aku pernah berfikir seperti itu...” jawabnya sambil tersenyum kecil. “Ku rasa setiap orang akan berfikir seperti itu..” Jongin baru menjawab pertanyaan Sooyeon.
“Aku benar-benar menyesal, Jongin. Aku memang sangat menyesal telah melakukan itu. Aku tak tahu bagaimana lagi aku meminta maaf padamu. Ku rasa kau benar, jika kau tak akan memaafkanku... aku tahu itu..” Jongin tak tahu apa yang sebenarnya Sooyeon sesali. Bukan karena ia menabrak kekasihnya. Tetapi membela Baekhyun, mantan tunangannya. Rasanya Sooyeon ingin sekali memberitahu yang sebenarnya pada Jongin, tapi semuanya sudah percuma. Untuk apalagi ia harus menceritakan kebodohannya selama ini.
“Sudahlah.. aku tak ingin bahas itu. Aku benar-benar ngantuk..” ucapnya dingin. Jongin langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang Sooyeon tepat di sebelahnya.
“Ini sudah malam, tak seharusnya berfikir keras malam-malam seperti ini.. Kau seharusnya menyimpan energimu untuk besok..” Jongin kali ini benar-benar tak ingin membahas apapun tentang masa lalunya. Ia tak mau lukanya terbuka lagi.
“Kau dan aku besok harus datang menghadiri pembukaan hotel milik Baekhyun. Jika kau rindu dengannya datanglah besok bersamaku” Jongin lagi-lagi memberi kejutan untuk Sooyeon. Sooyeon memicingkan matanya menatap Jongin yang sudah menutup matanya. Ia sebenarnya ingin bertanya banyak untuk besok, tetapi Sooyeon tahu kali ini pertanyaannya pasti tak akan di jawab oleh Jongin.
-----------------
Alarm di handphonenya Jongin membangunkannya, dengan cepat ia meraih handphonenya dan cepat-cepat mematikan alarmnya. Ia masih terlalu lemah untuk menangkap seluruh isi kamarnya. Matanya mulai menyesuaikan keadaan kamarnya. Ia menoleh ke samping tempat tidurnya. Dan mendapati seorang gadis yang sedang tertidur lelap disana.
Jongin menggunakan beberapa detiknya untuk mengagumi wanita di hadapannya itu kemudian senyum kecil itu muncul di wajahnya. “Siapa yang menelantarkan wanita sepertimu?” ucapnya pelan, ia tak mau gadis itu terbangun sebelum ia menyudahi beberapa detiknya itu.
Sooyeon terbangun perlahan, ia sudah dapat melihat matahari membuat matanya menyipit seketika.
“Bagaimana bisa kau baru bangun?” suara itu membuat Sooyeon langsung menoleh.
“Bisa kah kau lebih cepat? Acaranya akan dimulai tepat jam 10 pagi ini..” ucap Jongin, sambil merapihkan jas hitam yang sangat mewah dan menata rambutnya serapih mungkin.
“Itu gaun yang harus kau pakai. Kau tak mungkin memakai pakaian yang tak layak bukan?” Ejek Jongin melihat tampilan Sooyeon hanya mengenakan tshirt yang melebihi sizenya dan celana pendek.
“Aku tunggu di depan, jangan membuatku menunggu terlalu lama...” tambahnya lagi lalu berlalu keluar kamar.
Sooyeon dengan cepat membersihkan tubuhnya dan mengenakan gaun yang diberi Jongin padanya. Tidak terlihat berlebihan, Jongin sangat baik dalam memilihkan gaun untuknya. Seleranya memang sama dengan Sooyeon.
“Jongin...” panggil Sooyeon ragu.
Jongin menatap Sooyeon dan hampir tak berkedip sedikitpun. “Ada apa?” tanya Sooyeon menyadarkannya. "Sudah.. masuklah ke dalam mobil..." titahnya dengan cepat.
----
Gedung mewah itu sudah hampir terpenuhi oleh para undangan. Beberapa orang ternama pemegang perusahaan terbesar ada disana. Ya dapat dipastikan ini adalah pesta orang-orang kaya. Semua yang berada disana mengenakan brand-brand ternama. Tak kalah dengan Jongin dan Sooyeon. Walaupun Jongin mempunyai selera yang sederhana ia tetap memakai brand yang ternama. Bukan Jongin jika tidak memakai brand-brand yang sangat mewah dan mahal. Semua relasinya pun tahu Jongin bukanlah orang yang tidak memerhatikan fashion dan brand.
Ia berjalan memasuki gedung dan mendekap Sooyeon. “terlihatlah seperti pasangan disini...” ucapnya yang menebar senyum kepada tamu undangan lainnya.
“Ah... Kim Jongin...” laki-laki parubaya itu menghampiri Jongin. “Ah... tuan Park.. senang bisa bertemu denganmu disini..” sapanya lembut. “Ah.. ku kira kau tak akan menyempatkan waktumu disini...” ucap lelaki parubaya itu.
“Sangat terhormat jika aku menghadiri lauching hotel ini..”
“Ah~ baiklah... mari nikmati hidangannya sebelum acara inti dibuka...” ucap tuan park sambil berlalu.
Jongin menatap Sooyeon dengan tatapan heran, ia seperti risih dengan keramaian yang ada disini. Wajahnya menunjukkan bahwa ia tak suka berada disini.
“Mengapa wajahmu seperti itu?” bisik Jongin
“Aku hanya.. hanya gugup...”
“Jangan buat aku kecewa di acara sebesar ini...” Jongin lalu mengambil minum dan memberikan satu untuk Sooyeon. “Minumlah,,, agar tidak terlalu gugup..” timpalnya
“Jongin... apa lebih baik aku berada didalam mobil?”
“Tidak, sebelum Baekhyun melihat keberadaan kita disini...” ucap Jongin santai sambil memainkan gelas yang ada di tangannya.
Sooyeon mendengus kesal. Sooyeon tak tahu apalagi yang akan dilakukan Jongin pada Baekhyun. Sooyeon berharap dia tidak akan menyakiti Baekhyun karena Jongin sudah berjanji padanya. Dan sialnya Sooyeon ragu dengan janji Jongin padanya.
“Kim Jongin...” panggil seorang pria dari balik punggung Sooyeon. Ia menghampiri Jongin dan juga Sooyeon.
Tepat sasaran! Decak Jongin
~o000o~
Gimana readers? Greget gak sih Chapter ini?
Maaf ya terlalu lama.. karena aku kemarin pas mau nuntasin kurang enak sama yang udah aku tulis. And finally, I post it.,,, Please di comment ya kurang apa dan gimana ceritanya hhehe.. soalnya biar aku semangat ngelanjutin Chapter selanjutnya hehe ^^
-AAWD