home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > NICE TO MEET YOU

NICE TO MEET YOU

Share:
Author : lianosss
Published : 17 Mar 2015, Updated : 23 Apr 2016
Cast : Kim Jongin Byun Baekhyun Lee Sooyeon
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |174423 Views |14 Loves
NICE TO MEET YOU
CHAPTER 3 : I Miss You... But I’m Trying Not To Care Anymore

Udara malam itu cukup dingin,membuat gadis itu mengigil. Ia tak sadar sudah berapa lama ia berada di dalam kamar mandi. Nyawanya seperti benar-benar mati. Hanya raganyalah yang masih berada dan bertahan di tempat ini. Ia hanya menangis menatap getir hidupnya yang ia lalui.

Bibi Ahn yang khawatir dan terus menggedor-gedor pintu kamar mandi itu. Namun gadis itu tidak menggubris bibi Ahn yang sudah hampir putus asa dibuatnya. Bibi Ahn dengan terpaksa menelpon Jongin agar dia dapat membujuk Sooyeon keluar dari kamar mandi.

“Lee Sooyeon...Buka pintunya!” Jongin mengedor-gedor pintu kamar mandi dan tetap saja diam yang ia dapatkan.

“Bagaimana tuan.. dia hampir seharian berada di kamar mandi...” ucap bibi Ahn khawatir.

“Tinggalkan kami sebentar bi...” bibi Ahn pun berlalu.

“LEE SOOYEON! APA KAU MAU MEMBUATKU MARAH DAN MENYAKITIMU LAGI?”bentak Jongin sambil memikirkan banyak akal agar ia mau keluar.

“Lee Sooyeon! Jika kau tak keluar makan mantan tunanganmu itu akan ku bunuh! Jika kau bermain seperti ini padaku, maka kau salah!” Ancam Jongin pada gadis itu.

Apa lebih baik bila Baekhyun mati? Apa itu inginnya? Lalu untuk apa dirinya?

Lee Sooyeon hanya terdiam mendengar ancaman Jongin. Ia bangkit dari bathup dan membuka pintu kamar mandi.

*CREK*

Jongin menatap Sooyeon penuh dengan kecemasan. Mukanya pucat. Beberapa bagian tubuhnya membiru. Ia mematung dan menangis dihadapan Jongin.

Tiba-tiba tubuh kecilnya itu terjatuh dan tak sadarkan diri dihadapan Jongin. Jongin reflek menopang tubuh kecilnya itu dan mengangkatnya ke ranjang. Jongin panik, ia takut terjadi apa-apa dengan Sooyeon. Dia menyuruh bibi Ahn untuk menelpon dokter. Tak mungkin Jongin membawanya ke Rumah sakit. Hal yang tak akan Jongin mau adalah kehilangan gadis itu. Dia tidak mau gadis itu bahagia. Bukan! Dia tidak mau gadis itu bahagia bersama pria lain selain dirinya. Itu yang sebenarnya terjadi. Tetapi Jongin belum menyadarinya.

 

“Untuk luka tidak perlu dikhawatirkan.. tapi bagaimana bisa gejala usus buntu ini bisa terjadi? Apakah gadis ini jarang makan?” Tanya dokter pada Jongin yang berdiri di depannya.

“Ah.. belakangan ini ia memang jarang makan. Ia bilang jika makan maka perutnya akan terasa perih dan akan memuntahkan makanannya..” Jawab Jongin seadanya.

“Baiklah.. tolong dijaga kesehatannya. Karena jika lengah sedikit itu akan berbahaya bagi kondisinya sekarang.. mari saya permisi..” Jongin menyuruh bibi Ahn untuk mengantarkan dokter ke depan. Lalu ia menatap gadis itu dengan tatapan nanar. Jongin tahu semua ini karena salahnya. Bukan itu maunya. Tapi emosinya mampu mengendalikan ambisi dan dendamnya pada gadis itu.

“Maaf tuan.. apa saya perlu memasak makanan?” Tanya bibi Ahn pada Jongin yang membuatnya hampir kaget.

“Tidak usah bi. Besok saja. Tolong besok masak sayur-sayuran untuknya...” Jawab Jongin yang masih menatap Sooyeon dari pinggir ranjang.

---------------------------------------------
 

Gadis itu terbangun setelah ia merasakan tangannya kirinya yang berat. Matanya membulat ketika ia mendapati seseorang yang tengah tertidur menunggunya. Ia semakin kaget ketika ia tahu siapa yang pria itu yang sedang tertidur. Jongin? Untuk apa dia berada disini?

“Hey,,,” Sooyeon mengguncangkan tangan Jongin. Jongin kaget dan langsung menatap gadis itu.

“Ah... kau sudah tidak apa-apa?” Tanya Jongin yang membuat gadis itu heran.

Ia menelpenkan tangannya ke dahi gadis itu memastikan apakah demamnya sudah reda. Gadis itu mundur saat tangan jongin ingin menyentuh dahinya.

“YA!! Kau ini,,” Gadis itu kaget. Jongin membuatnya menjadi takut. Sooyeon tak berani menatapnya.

“Aku hanya ingin memastikan apakah kau masih demam atau tidak!” Jongin sudah memastikan bahwa gadis itu sudah tidak demam. Ia berlalu keluar kamar. Sooyeon yang masih bingung dengan sikapnya yang akhir-akhir ini yang lebih terlihat seperti malaikat hanya bisa terdiam.

Sikapnya kali ini membuat Sooyeon berpikir keras dikamar. Tiba-tiba bibi Ahn masuk dan memberitahunya untuk segera ke dapur. Gadis itu menuju dapur, dan melihat Jongin sedang duduk dimeja makan. Ia kembali mengurungkan niatnya dan ingin kembali ke kamar.

“Mau kemana kau?” Sooyeon menghentikan langkahnya.

“Aaa... a...” Sooyeon bergumam tak jelas.

“Makan dan duduklah sini.. Jika kau-“ belum selesai Jongin berbicara dengan cepat gadis itu menghampirinya dan duduk disebelahnya.

“Kali ini aku belum lapar...” ucapnya yang membuat Jongin menatapnya tajam. “Lalu untuk apa makanan sebanyak ini. jika bukan kau dan aku yang menghabiskannya?” Tanya Jongin sambil melahap makanannya. “Tolong jangan membuat moodku pagi ini menjadi tidak baik..” Sooyeon hanya bisa terdiam dan memaksakan makan- makanan yang ada didepannya.

“Hari ini aku akan lembur kerja, jadi kau jangan mengambil kesempatanmu untuk kabur dariku. Kau mengerti?” gadis itu hanya mengangguk pelan. Ia kurang yakin dengan apa yang Jongin katakan. Sooyeon ingin bebas. Ia tak mau selalu menuruti niat buruk Jongin walaupun akhir-akhir ini ia sedang bersikap baik padanya.

Gadis itu kembali teringat dengan mantan tunangannya, Baekhyun. Ia masih hafal betul bagaimana dulu ia membuatnya tak bisa tidur seharian karena memikirkannya. Baekhyun adalah pria tampan, baik dan sempurna. Pria yang sangat sopan. Dia sangat menghargai wanita. Ia mampu membuat Sooyeon menjadi wanita paling beruntung saat itu. Ia pria romantis yang selalu ada untuknya. Ia sangat perhatian padanya. Hanya saja, ia terlalu egois untuk mengakui bahwa dialah tersangka selama ini.

 

[FLASHBACK]

“Annyeong...” Sapa Baekhyun saat mereka berjanjian di cafe. Sooyeon tersenyum melihatnya.

“Ah.. bagaimana bisa sampai telat seperti ini? kau tahu aku sudah hampir menghabiskan 2 bubble tea disini..”

“Maaf.. aku harus menghandle atasanku tadi.. Maaf membuatmu menunggu..”

“Ah aku punya sesuatu untukmu...” ia mengambil kotak hitam elegan dan membukanya dihadapan Sooyeon.

“Apa itu untukku?”

“Ya. Ini sebagai imbalan kau rela menungguku sedaritadi...” Sooyeon lalu merengutkan dahinya. “Aku tak mau! Ibalan yang tak setimpal dengan apa yang kulakukan untukmu!” Baekhyun tersenyum melihat kekasihnya. Ia tahu apa yang Sooyeon inginkan.

“Lalu kau mau apa jika kalung ini kau tolak?” Tanya Baekhyun bernada nakal.

“Mengapa tersenyum seperti itu padaku hoh?” Baekhyun tertawa melihat tingkah kekasihnya.

Baekhyun menggenggam tangan kekasihnya dan menatapnya dalam. “Sooyeonna... jika hari ini aku membuatmu menunggu dicafe ini.. apakah kau nanti mau menungguku dirumah kita? Aku akan menikahimu.. Lee Sooyeon. Apa kau mau menikah denganku dan menungguku dirumah kita?” raut wajah Sooyeon seketika berubah menjadi bahagia. Bagaimana tidak, Baekhyun akan menikahinya. Ia akan menjadi milik Baekhyun yang sah. Ia akan bersama pria yang selama ini selalu membuatnya tersenyum. Sooyeon mengeluarkan airmatanya, airmata bahagianya. Tak lama lagi ia akan menikah dan hidup bahagia bersama Baekhyun. Ia akan selalu bahagia meskipun harus menunggunya dirumah. Ia berjanji pada Baekhyun akan menjadi istri yang baik untuknya. 

[FLASHBACK OFF]

 

Jongin merebahkan tubuhnya disofa. Rasanya hari ini hari terlelahnya. Keringat dingin keluar dari tubuhnya. Ia mengigil. Sepertinya tubuhnya sudah tidak dapat melakukan aktifitas lagi. Ia harus benar-benar istirahat total seharian. Padahal besok ia akan ada meeting penting dan tidak bisa ditunda.

Sooyeon mengintip keluar. Ia berniat ke dapur untuk mengambil air minum. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat pria itu tertidur dan masih mengenakan pakaian kerja. Ia terlihat tidak seperti biasanya. Jongin mengeluarkan keringat. Bibirnya gemetar. Ia mendekati Jongin dan memegang dahinya, memeriksa keadaannya.

“Jongin.. apa kau sakit?” Tanya Sooyeon khawatir

“Tidak... aku hanya kurang tidur...” Jawabnya dengan gemetar.

“Bagaimana tidak... tubuhmu ini panas sekali. Kau demam...” Sooyeon menapik jawaban Jongin.

“Aku bukan wanita lemah sepertimu!” Jongin masih bisa membentaknya walaupun keadaannya sakit.

“Ayo kutuntun kau ke kamar. Disini dingin sekali...” Sooyeon menuntunnya ke dalam kamar.

“Mau kubuatkan teh hangat?” Tanya Sooyeon pada Jongin yang terlihat masih sadar. Dengan segera Sooyeon ke dapur dan membuatkan teh hangat untuknya.

“Ini.. kau minum dahulu...” Jongin meminum pemberian dari Sooyeon. “Kau istirahatlah...” titah Sooyeon. Jongin kemudian bangkit dari ranjang dan berdiri menatap Sooyeon. “Kau pikir aku pria lemah? Minggir, aku tidur di sofa. Kau pikir aku akan lengah karena ini?” Jongin masih beranggapan bahwa ini adalah salah satu cara untuk Sooyeon bisa kabur darinya. Sooyeon tak berani menatap Jongin.

“Tapi kau yang lebih butuh untuk beristirahat..” ucap gadis itu yang masih tidak berani menatap Jongin. Jongin mendorong tubuh Sooyeon ke ranjang. “Ku bilang kau tidur! Atau aku yang menidurimu?” Sooyeon kaget dengan perlakuan Jongin. Ia merasakan takutnya lagi pada pria itu. Tidurnya pun tidak nyenyak. Matanya memang terpejam tapi otak terus berfikir dan waspada. Ia hanya takut Jongin akan berbuat yang tidak-tidak lagi padanya.

Jongin merebahkan tubuhnya diranjang, tepat disebelah gadis itu. Dengan rasa takut Sooyeon segera menepi kepinggir kasur. Jelas itu membuat Jongin beraksi. “Jika kau terus melakukan hal bodoh seperti itu, kurasa kau akan jatuh kelantai” ucap Jongin santai.

Gadis itu membalikkan tubuhnya perlahan. Ia ingin melihat apa yang Jongin lakukan dibelakangnya. “Mengapa melihatku seperti itu? Kau tak suka aku tidur disini?” tanya Jongin dingin. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat. Raut wajahnya terlihat lebih lega dari sebelumnya. Ia kembali memunggungkan Jongin.

20 menit dalam kesunyian, Sooyeon akhirnya angkat bicara. “Jongin.. apakah aku boleh bertanya padamu?”. “Hem...?” mata Jongin memang terpejam tapi telingannya masih bisa mendengar Sooyeon berbicara. “aa.. kupikir kau akan membunuhku dengan cara tragis dan membuang mayatku ditempat yang tidak akan orang-orang tahu. Ku pikir kau akan terus menyiksaku sampai aku tak bernyawa.. bagaimana caranya kau memaafkanku? aku memang sudah lelah dengan semua ini. mungkin seharusnya kau tahu sejujurnya.. bahwa sebenarnya.. bukan aku...pelaku yang menabrak kekasihmu itu... aku tahu.. memang sangat telat untukku berkata yang sebenarnya. Tapi aku hanya ingin kau tahu, aku hanya ingin melindungi seseorang yang berarti untukku.. jadi maafkan aku telah membuat hidupmu menjadi hancur seperti ini. aku tahu, sangat tahu bagaimana kehilangan seseorang yang kita cintai. Maafkan aku Jongin...” ucap gadis itu panjang lebar. Tapi hanya sunyi yang didapat setelah gadis itu mengungkapkan kebenarannya.

Jongin tertidur pulas. Ia sepertinya tidak mendengar apa yang gadis itu katakan padanya dari awal. Sangat tidak tepat Sooyeon. Kau bukan orang yang cerdas membaca situasi. Sooyeon bernafas lega, ia kira Jongin akan marah padanya. Padahal ia sudah menyiapkan dirinya untuk disiksa dengannya. Ia menerima apapun perlakuan Jongin padanya. Karena memang pantaslah Sooyeon menerima itu.

------------------------------------

Jongin terbangun dari tidurnya, ia mengerang pelan. Matanya menangkap sesosok gadis yang sedang tertidur dihadapannya. Betapa beruntungnya Jongin melihat pemandangan cantik dipagi harinya. Ia tak mau bergerak dan pergi. Ia masih memandangi gadis itu dengan nikmat. Mungkin hari ini, hari dimana ia tertidur sangat nyenyak. Ia meneliti wajah gadis itu inci-demi inci. Begitu sempurnanya ia. Tangannya terhenti di depan wajah gadis itu. Ia takut tangannya yang dingin itu akan membangunkan gadis itu.

Tetapi mengapa dirinya bisa setega itu dengannya? Mengapa Jongin bisa berbuat hal-hal buruk pada gadis itu? Jika Jongin tidak munafik, maka Jongin akan memeluknya detik itu juga. Tetapi itu hal bodoh yang membuat Jongin menjadi lemah.

Gadis membuka matanya perlahan. Mata indahnya mendapati Jongin sedang menatap kearahnya. Ia hanya mematung menatap Jongin.

“Apa kau sudah tidak demam?” tanya Sooyeon yang menyadarkan Jongin.

Jongin menggelengkan kepalanya. “Mengapa kau masih ada disini?” Jongin masih menatapnya.

“Apa maksudmu?” Sooyeon tidak mengerti pertanyaan Jongin. “Mengapa kau tidak mengambil kesempatan untuk kabur dariku saat ku tertidur?”

“Aku tidak berfikiran ingin kabur saat ini...”.

Jongin menatapnya tajam. “liar...” ia berdiri lalu mengerang sakit dikepalanya. Sontak membuat Sooyeon kaget “Kau baik-baik saja?”. “Jangan menyentuhku!” bentak Jongin. “aaa.. lebih baik kau istirahat saja dulu 1 hari ini...” Sooyeon terlihat khawatir padanya. “Aku harus kekantor hari ini, ada rapat penting yang mengharuskanku untuk hadir” ia tak mendengarkan perkataan Sooyeon.

“Jongin... apa kau sebaiknya kau mengubah jadwal dan tempat rapat hari ini?” tanya Sooyeon di meja makan. “Bisakah kau tak menganggu saat aku sedang sarapan?!” Jongin terlihat tidak memperdulikan ucapan Sooyeon. Ia masih keras kepala.

“Maaf tuan Kim, apakah kau sudah siap rapat kali ini?” Sekretaris Yon datang untuk membawa berkas-berkas rapatnya nanti.

“Ya.. sepertinya..Kau bisa tunggu dimobil..” sebelum ia berlalu Jongin mengerang kesakitan. Reflek sekretaris Yon langsung menopang tubuh Jongin. “Maaf tuan, sepertinya kau terlihat kurang sehat? Apa kita batalkan saja rapat hari ini?” Jongin menggeleng kepala cepat. “Jangan... mungkin kita akan menunda jadwal dan mengganti tempat... aturlah semuanya disini...”  

Sekretaris Yon menyiapkan semuanya. Jongin hanya butuh beberapa saat untuk membuatnya jauh lebih tenang. Pening dikepalanya masih sangat terasa. Sesekali ia menengak air putih. Dan ia lupa satu hal, Lee Sooyeon.

“Ya! Kau. Untuk sementara waktu jangan keluar sebelum kuperintahkan!” jongin menutup pintu kamar kasar.

Sooyeon memasang raut bingung. Apa diluar sana ada tamu? Apa ini hari baik, jika ia pergi dari Jongin?

Jangan bertindak bodoh, Sooyeon. Batinnya

--

Pintu kamar Sooyeon tiba-tiba terbuka. Ternyata sekretaris Yon berada dibalik pintu itu. Ia hampir dibuat kaget olehnya. “Maaf.. nona Yeon, tuan Kim memerintahkan untukmu menyiapkan makanan dan minuman untuk para relasinya sekarang...” Sekretaris Yon pergi tanpa menunggu jawaban dari gadis itu. Ia pun bergegas pergi kedapur dan menyiapkannya. Dia ingat perkataan Jongin tadi.

“Sekretaris Yon...” Sooyeon memanggil Sekretaris Yon pelan. Ia menoleh dan menghampirinya. “Ah.. baik kubantu.. mari masuk nona..” Ia mempersilakan Sooyeon masuk kedalam ruang kerja Jongin. “Tidak apa-apa jika ku masuk?” tanyanya ragu. “Tuan Kim sudah memerintahkannya nona...” jawab Sekretaris Yon disambut anggukkan dari gadis itu.

Gadis itu perlahan membagikan makanan kecil dan minuman. Disela-sela itu, salah satu relasi Jongin bertanya. “Maaf, Mr.Jongin..apakah Mr. Oh Sehun tak datang?”. “Ah.. sepertinya ia tidak datang, tapi akan hadir wakilnya. Tunggu saja.. mungkin sebentar lagi.. jadi silakan menikmati hidangan kecilnya..” Senyum khas Jongin membuat relasi-relasinya terkesima akan baiknya dirinya.

“Cepat pergi... jangan cari perhatian disini!” Jongin mengusir gadis itu dengan tatapan tajam. Dengan cepat gadis itu menuruti Jongin. Bagaimana bisa ia meminta bantuan pada relasi Jongin. Mana mungkin orang percaya bahwa dia adalah korban keganasan Jongin. Semuanya terlihat sempurna dimata mereka. Semua orang akan mengira Sooyeon sudah gila.

Tanpa pikir panjang gadis itu bergegas ke kamar. Dan terhenti ketika ia melihat sesosok laki-laki dengan balutan jas hitam dan celana kain hitamnya yang membuatnya terlihat elegan. Matanya saling menatap penuh arti. Bagaimana bisa ia datang ke dalam castel mengerikan ini? apakah tuhan telah memperjodohkannya kembali?

“Sooyeonna...” ucap pria itu lirih. Mata Sooyeon perih, ia meneteskan airmatanya. Airmata rindu yang dibendung sejak lama. “Baekhyun..??”. Baekhyun berjalan mendekati Sooyeon. “Bagaimana bisa kau berada disini?”. Ia tak mungkin mengungkapkan ceritanya saat ini. “aaa... ini semua panjang Baekhyun.. kau harus menolongku sekarang...” raut wajah Baekhyun menunjukan kebingungan dengan ucapan Sooyeon tadi.

“Apa maksudmu?” tanya Baekhyun tidak mengerti ucapan Sooyeon. “Aku tidak mungkin berbicara disini...” ucapannya pelan. Sooyeon membawanya kedalam kamar. Tubuhnya bergetar hebat, sangat tidak terkontrol. “Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau berada disini?” tanya Baekhyun khawatir. “Aku tinggal disini Baekhyun...semuanya sangat panjang...” lagi-lagi Sooyeon membuatnya bingung.

“Kau harus membawa ku pergi dari sini hoh?” airmata Sooyeon tak habis-habis. Ia sesegukkan mengucapkan kata-kata itu. Dipikirannya sekarang satu-satunya penolongnya adalah Baekhyun. “Apa kau telah menjalin hubungan dengan Kim Jongin?” Sooyeon menggeleng cepat. Tangan Baekhyun mendekap erat tubuhnya. Sangat erat, hingga Sooyeon bisa merasakan bau khas tubuh Baekhyun saat ini.

Sooyeon melepas pelukannya. “Aku tak punya banyak waktu... bisakah kau membawaku pergi dari sini?”.”Jelaskan apa yang terjadi??” tanya Baekhyun, ia menggengam tangan Sooyeon dan matanya menangkap sesuatu yang aneh. Bekas luka ditangan Sooyeon begitu banyak. Beberapa dibagian pelipis dan dagunya.

Baekhyun memeluknya erat. “Mengapa kau menjadi seperti ini???” ucap Baekhyun dengan intonasi penyesalan. Salahnya membiarkan Sooyeon pergi ke Seoul sendiri. “Ini bukan yang tepat untuk menanyakan keadaanku... jika kita terlihat Jongin maka kau akan dibunuhnya Baekhyun...” Baekhyun tersentak kaget.

“Tidak mungkin Sooyeon.. aku mengenal Jongin sudah lama.. tidak mungkin...” sangkal Baekhyun tak percaya. “Bagaimana kau bisa sepercaya itu padanya, Bakhyun... apa kau telah melupakanku hoh?”.

“Aku mengenalnya sangat baik.. tapi tak mungkin Jongin berbuat sekasar ini padamu...”. ia meyakinkan diri. “Kalau begitu bagaimana dengan, wanita yang kau tabrak waktu itu? Kau ingat? Dia adalah kekasih Jongin!... ia membuatku seperti ini karena ia ingin membalaskan dendamnya padaku...” Baekhyun melepas tangan Sooyeon. Ia hampir tak percaya dengan perkataannya.

“Jongin membuat ku hampir mati, Baekhyun. Aku takut... aku bingung...” Sooyeon tahu bahwa ini bukan hal yang tepat untuk menceritakan semua. Tetapi Baekhyun harus tahu sebenarnya apa yang dia alami sekarang ini. “Kau lihat semua ini... Jongin yang berbuat ini padaku... jadi ku mohon bawa aku pergi dari sini, Baekhyun...” Sooyeon memohon pada Baekhyun. Ia tak pernah serendah ini dihadapan Baekhyun.

Raut wajah Baekhyun berubah menjadi ketakutan. “Tidak...tidak...itu bukan salahku... kau yang salah Sooyeonna... kau yang menabrak wanita itu...”. Sooyeon sentak kaget mendengar perkataan Baekhyun padanya. “Baekhyun?” Ia hampir tak percaya dengan apa yang Baekhyun katakan. Semua salahnya?

“Kau yang salah.. dan kau pantas dapatkan ini Sooyeon...” Baekhyun menjauh dari Sooyeon dan tersenyum kecil. “Kau memang pantas.. karena kau memang pelakunya...” Dengan cepat Baekhyun pergi dari hadapan Sooyeon. Ia masih tak percaya, orang yang selama ini ia cintai, selama ini ia bela dan sembunyikan ternyata... Brengsek!

I miss you... but i’m trying not to care anymore

Baekhyun merapihkan sedikit rambutnya dan dasinya. Ia mengetukkan pintu ruangan kerja Jongin. Ia adalah wakil yang dikirim oleh Mr. Oh Sehun. Baekhyun sangat dipercayai olehnya. Walaupun hanya teman relasi. Tapi Oh Sehun sangat percaya padanya.

“Byun Baekhyun...?” Jongin tak percaya pria itu berada di hadapannya sekarang. Tidak. Ia harus memastikan gadis itu tidak mengetahui bahwa Baekhyun berada disini.

“Ah.. Maaf aku terlambat.. aku perwakilan dari Mr. Oh Sehun...” ucapnya sedikit canggung.

“Bagaimana bisa? Bukankah kau dan Mr. Oh berbeda?” tanya Jongin tak percaya. “Ah..ya aku juga hampir tidak percaya tender ini diberikan pada perusahaanku. Karena Mr. Oh sedang pergi keluar negeri untuk waktu yang lama.” Ucapnya cukup membuat Jongin percaya.

“Oh baiklah, kita mulai saja rapatnya..”

--

Sooyeon menjatuhkan tubuhnya lemas. Ia masih memikirkan ucapan Baekhyun, yang menuduhnya dalang dari semua yang dilakukan Baekhyun. Rasanya otaknya hampir saja pecah, mengetahui bahwa Baekhyun mengkhianatinya. Bodoh! Apa ini balasan Baekhyun padanya?

Sudah 3 jam mereka rapat. Sooyeon mengintip dari balik pintu kamarnya yang dekat dengan ruang kerja Jongin. Ia berharap semua yang tadi Baekhyun ucapkan hanya bualan semata. Matanya menangkap pria itu, Baekhyun dan tepat disebelahnya berdiri Jongin yang sepertinya telah membicarakan sesuatu yang serius. Sekarang yang ada dipikiran gadis itu adalah bagaimana caranya Baekhyun harus mengeluarkannya pergi dari rumah ini. Entah bukan niatannya seperti ini. Semua ini karena ada Baekhyun yang membuat nyalinya seberani ini.

Ia berlari menuju Baekhyun.

Please save me.... Damn it!

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK