Hari dingin di awal bulan Desember, waktu tepat jam 4 sore. Gadis itu tidak akan pernah tahu bagaimana cuaca diluar sana, tetapi dia dapat merasakan udara tajam yang menusuk kulitnya.
Dengan hanya mengenakan kaos kebesaran, gadis itu hanya bisa pasrah dengan apa yang Jongin lakukan padanya.
Kedua tangannya memeluk lutut erat-erat. Bibirnya gemetar dan putih pucat. Sudah tidak ada daya. Mungkin sudah mati rasa. Yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya agar dia bisa keluar dari ruangan ini. Tapi pikiran itu tiba-tiba hilang. Jongin tak sebodoh apa yang gadis itu pikirkan. Dia masih ingat betul ancaman Jongin “Kau tau, aku selalu lihai dalam mencari seseorang. Sudah kubilang kau tak akan bisa lari dariku. Mau sejauh apapun kau pergi aku pasti ada. Dan akan selalu ada”.
Pintu terbuka, gadis itu yakin bahwa Jongin datang. Tubuhnya semakin gemetar, ia berharap kali ini Jongin tidak menyiksanya lagi.
“Lee Sooyeon...Lee.. Sooyeon... Sooyeonna?..” Jongin memanggil namanya dengan lembut. Berjalan dan menghisap sebatang rokok. Jongin tak henti-hentinya memanggil namanya.
Mata indahnya melirik Jongin dengan amat kebencian. Namun, ia bukan membenci Jongin melainkan membenci dirinya sendiri yang dengan bodoh melakukan pembelaan terhadap Baekhyun.
“Mengapa menatapku seperti itu sweety??”
Dengan cepat Sooyeon menggelengkan kepala. Ia berharap Jongin tidak akan menyentuhnya kali ini. Tetapi Sooyeon tak akan tahu apa yang akan dilakukan oleh Jongin kali ini.
“Kau tahu sebegitu mudahnya aku menghabisi nyawamu, kapanpun aku mau.. tapi hidup tak semudah itu.. banyak hal yang harus kamu tahu dariku sebelum kau mati!” gentak Jongin.
Jongin mendekat dan memandangnya. Ia membelai lembut rambut Sooyeon. “Sometimes you make choice in life, and sometimes choice make you...Lee..Sooyeon..” senyum bengisnya membuat gadis itu semakin gemetar hebat. Ia menarik tangan gadis itu dan menyundutkan rokoknya. Pekikan gadis itu membuatnya merasa puas. Ia senang melihat Sooyeon menderita. Sooyeon mengerang kesakitan. Ia tahu erangannya tak akan membuat Jongin berhenti menyakitinya. Jongin menarik rambut Sooyeon dengan kuat. Ia hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya dan menangis sejadi-jadinya. Mengungkapkan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
“Please... stop,,, don’t torment me...” rintihnya.
“Are you talking to me?”
“What did i do wrong?” dengan berani Sooyeon mengucapkannya, ia tahu setelah ia berkata seperti itu Jongin pasti akan melakukan hal lainnya yang ia suka.
“SHUT UP! Kau bertanya padaku?? STUPID! Kau membuat kekasihku meregang nyawa, kau menghancurkan hidupku! Kau tahu? bukan hanya kekasihku yang kau bunuh, bayi yang ada didalam rahimnya pun kau bunuh! Dan sekarang kau bertanya apa salahmu padaku? THATS ALL YOUR FAULT!!!” Jongin menghepaskan gadis itu sampai terjatuh ke lantai. Kepalanya terbentur pinggiran tempat tidur.
Apa itu pantas yang dilakukan Jongin terhadap wanita yang sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal?
Dengeringan handphone Jongin membuat pertunjukkan selesai. Ia mendapat telpon untuk segera kembali ke kantor.
“Kau sangat beruntung tidak ku enyahkan hari ini...”
-------------------------------------------------
Hari ini hari tersibuk menurut Jongin. Ia harus pergi keluar kota dan menuntaskan tugasnya. Mungkin kali ini Lee Sooyeon beruntung. Sangat beruntung. 4 hari Jongin tidak menyiksanya. Tapi sayangnya semua rumahnya terjaga ketat. Jongin memerintahkan bibi Ahn untuk mengurusnya. Perlakuan bibi Ahn memang tak sebusuk Jongin. Dia tak mengerti mengapa tuan-nya merusak dan menghancurkan gadis itu dengan amat sangat mengerikan.
“Kau makanlah... jika kau tak makan maka tuan Kim akan memukulmu lagi...” Titah bibi Ahn sambil meletakkan makanan di meja dekat tempat tidur gadis itu.
“Dan ini kuberikan baju untukmu berganti pakaian....” ia meletakkannya di tempat tidur. Sooyeon tak menggubris sedikitpun perkataan dari bibi Ahn. Tatapannya kosong. Matanya yang indah itu menunjukkan kekosongan hidupnya. Sudah tak seceria dulu, saat ia masih menjadi tunangan Byun Baekhyun.
Bibi Ahn hampir tidak habis pikir, bisa-bisanya tuan Kim berbuat seperti itu. Padahal yang ia tahu tuan Kim sangat baik padanya. Ia tak bisa berbuat banyak. Jika ia melakukan diluar apa yang diperintahkan Jongin, maka ia akan dipecat dan tak diberi gaji selama sebulan terakhir.
---------------------------------------------
Sudah hampir 4 hari mata gadis itu tak terpejam. Memeluk lututnya erat disudut kamar. Ia hanya menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Bibirnya terlihat pucat. Makanan yang setiap hari diberi oleh bibi Ahn tak disentuh olehnya. Mungkin yang ia inginkan hanya meregang nyawa secepatnya.
Bibi Ahn mendapat telepon dari tua Kim. Yang memastikan apakah gadis itu menuruti bibi Ahn. Jongin nyaris kaget dengan apa yang bibi Ahn katakan. Sudah 4 hari gadis itu tidak makan. Ia hampir tak mempunyai energi untuk bangkit dan membersihkan tubuhnya. Jongin geram dengan apa yang gadis itu lakukan. Lagi-lagi Sooyeon membangunkan moster yang belum saatnya terpanggil.
Jongin tahu bahwa 4 hari tidak makan tidak membuat gadis itu mati kelaparan.
“Bodoh!” ucap Jongin
Ia kembali membuka kamar itu, kamar yang sekarang menjadi milik Lee Sooyeon. Kamar yang sudah 4 hari tidak dikunjungi Jongin.
“Hi sweety....” sapa Jongin lembut dan berhasillah membuat gadis itu merinding mendengar suara pria itu.
“Kau harus makan!” bentak Jongin yang berdiri di depan gadis itu.
“Aku tidak lapar..” ucap Sooyeon lemas
“Tapi kau harus makan!” Bentak Jongin. Ia menarik tangan gadis itu dan membuatnya duduk diranjang.
“Aku tak suka seseorang membantah ucapanku” ancamnya yang lalu mengambilkan makanan yang ada di tangannya sedari tadi.
“Tapi aku tidak lapar Jongin... aku tidak nafsu...”
“YA! Kau ini benar-benar!...” Jongin melayangkan tangannya dan menampar gadis itu.
“Sebenarnya aku tak ingin melakukan itu padamu... tapi kau yang memaksaku untuk melakukannya...”
“Mau kau menamparku sampai pipi ini berdarah. Aku sama sekali tidak lapar”
“Baiklah... bersihkan tubuhmu. Mandilah..” Titah Jongin memberi pakaian layak pada Sooyeon
Sooyeon menatap Jongin penuh dengan kebingungan. Ia menganggap Jongin tak seburuk apa yang ia kira.
“Cepatlah... apa kau mau ku mandi kan hoh?” Tanya Jongin bercanda dan membuat gadis itu buru-buru masuk ke kamar mandi.
Menunggu membuatnya sangat bosan. Ia terus mengerutu seperti layaknya menunggu kekasih yang sedang berdandan untuk kencan pertamanya.
Ia melihat Sooyeon keluar dari kamar mandi. Melihat gadis itu dengan rambutnya yang masih basah dan pakaian yang diberinya tadi. Membuatnya menjadi terlihat bodoh dihadapan gadis itu. Bukan saatnya untuk kau memandang penuh dengan nafsu, Jongin.
“Lama sekali! Aku sudah lapar” Jongin menarik tangan gadis itu keluar kamar.
“Mau kemana kita?” Tanya Sooyeon bingung.
“Aku sudah lapar. Temani aku makan kali ini. kau sangat beruntung bukan bisa makan malam bersama laki-laki sepertiku?” Jawabnya menyombongkan diri sambil memasangkan seat belt Sooyeon.
Cih, beruntung? Mungkin untuk sebagian wanita sangat berharap bisa makan malam bersamanya tapi untuk Lee Sooyeon tidak. Tidak untuk perlakuannya selama ini padanya. Bisa saja sehabis makan malam ini Jongin berbuat kasar lagi terhadap gadis itu. Apakah Sooyeon adalah wanita beruntung?
Jongin membukakan pintu mobil. Mendekap Sooyeon erat dan berbisik.
“Jika kali ini kau melakukan kesalahan. Aku akan membunuh mantan tunanganmu. Aku tidak main-main sweety...” Bisikan itu ancaman yang membuat gadis itu menjadi tidak berkutik sedikitpun.
Restoran ini benar-benar resrtoran termewah yang pernah Sooyeon kunjungi. Semuanya sangat sempurna. Jongin membuatnya hari ini terlihat sempurna. Jongin mengubah gadis itu layaknya seorang puteri. Semuanya sudah dipesan Jongin. Walaupun sedari tadi Sooyeon menolak semua apa yang ditawarkan Jongin.
“Kau harus makan atau... kau mau kubunuh mantan tunanganmu?”
Sooyeon menggeleng cepat. Ia dengan cepat memakan-makanan yang sudah terhidang di depan meja.
“Pelan-pelan saja. Kau membuat dirimu terlihat bodoh dihadapan orang” Sindir Jongin.
Seandainya saja ancaman Jongin bukan itu. Pasti Sooyeon tak akan memakannya. Dia benar-benar tidak lapar. Hanya haus yang ia rasakan.
“Kim Jongin?” Sapa pria tinggi mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam.
“Ya kau benar Kim Jongin bukan?” pria itu menegaskan pandangannya pada Jongin.
“Ah... kau? Apa kabar?” Jongin memeluk akrab pria itu.
“Baik. Kau sendiri?”
“Ya seperti yang kau lihat sekarang” Ucapnya riang.
“Ah.. kenalkan... ini.. Lee Sooyeon.. Sooyeon kenalkan ini Byun Baekhyun...” gadis itu berdiri dan berjabat tangan yang lalu terhenti dengan kata terakhir Jongin. Matanya terbelalak melihat seseorang yang sangat berarti untuknya. Tangannya gemetar dan gugup.
“Ah.. dia ini relasiku.. apa kau sangat terkesan dengannya?” Tanya Jongin yang membuat mereka melepas jabat tangannya.
Sooyeon hanya tersenyum getir. Ia tidak tahu sama sekali dengan yang ada di hadapannya. Jongin ternyata berteman akrab dengan Baekhyun. Apa Jongin tahu bahwa mantan tunangannya adalah Baekhyun teman dekatnya?
“Baiklah.. sepertinya aku mengganggu kalian.. baiklah lanjutkan..” tiba-tiba tangan Baekhyun ditahan dengan Jongin. “sama sekali tidak terganggu. Aku sangat senang jika kau mau duduk bersama kami..” ucapnya sambil tersenyum pada Baekhyun.
“Bagaimana dengan perusahaanmu yang baru ini?” Jongin memulai percakapan yang menurutnya sama sekali tidak penting.
“Aaa... aku baru saja menjabat sebagai predis disana..” Baekhyun sesekali melirik Sooyeon yang sedari tadi hanya menunduk.
“Ya.. aku juga mendengarnya dari sekertarisku.. kau sangat luar biasa!” Jongin melihat Sooyeon yang tak nyaman dengan keadaan sekarang ini.
“Sooyeonna? Mengapa? Kau sakit?” Tanya Jongin dengan nada khawatir.
“Tak usah bernada seperti itu Jongin. Aku sudah tau maksudmu! Brengsek!” Tapi Sooyeon dapat menahan ucapannya kali ini.
“Sepertinya udara dingin sekali...” ucapnya hambar.
“Ku ambilkan jaketku di mobil kau tunggu disini...”
“Ah tidak usah Jongin. Apa kau masih ingin berlama-lama disini?” Tanya Sooyeon menatap Jongin.
“Baiklah... tidak. Aku hanya ingin mengobrol sebentar bersama sahabatku, bukan begitu Mr.Baekhyun?” Jongin tertawa kecil.
Damn! Baekhyun tak mengerti apakah ini kebetulan atau Sooyeon sudah melakukan rencana ini. Baekhyun yang masih menyayangi Sooyeon kaget melihat mantan tunangannya berjalan dengan pria lain. Walaupin dia mengenal pria itu. Apa Sooyeon telah membalaskan dendamnya karena orangtua Baekhyun tak merestuinya?
---------------------------------------------
“Sepertinya mantan tunanganmu itu sangat terkejut melihatmu?”
Sooyeon hanya terdiam dan menatap tajam Jongin.
“Ah ku ingatkan lagi.. jika kau pergi dari sisiku maka kupastikan Presdir baru itu akan-“
“Baiklah-baiklah, aku tak akan pergi kemanapun tanpamu. Dan tolong jangan sakiti dia. Cukup aku yang kau sakiti, aku mohon,,” Potong Sooyeon . Gadis itu memegang tangan Jongin erat.
Jongin tersenyum dan melepaskan paksa tangannya. “Tak usah menyentuhku!” ucapnya dingin
“Kau tidur! Jangan sampai aku masih melihatmu masih membuka matamu...”
Sooyeon membaringkan tubuhnya ke ranjang dan memunggungkan Jongin yang sekarang berdiri dibelakang punggungnya.
Pria kasar itu duduk disofa dekat ranjang Sooyeon. Dia sedang mengamati gerak-gerik gadis itu dari sana. Tubuhnya yang ramping, cantik. Bahkan sangat cantik dibandingkan kekasihnya dulu. Tapi nasibnya menjadi buruk ketika bertemu dengan Jongin.
Bagaimana bisa gadis itu tertidur nyenyak hari ini? bahkan memejamkan matanya saja tidak bisa. Ia masih memikirkan mantan tunangannya itu, Byun Baekhyun. Ia ingin sekali memberitahu Baekhyun apa yang sebenarnya terjadi padanya. Apa yang dilakukan sahabatnya terhadap dirinya. Niat ada. Mungkin jika ia bertemu lagi dengannya. Ia mungkin satu-satunya penolong hidup gadis itu.
“Aku tahu kau belum tidur...” Sooyeon langsung memejamkan matanya berharap Jongin benar-benar tak mengetahuinya bahwa belum bisa tertidur.
“Jangan berpura-pura.. kau sepertinya sangat gelisah hoh?” Jongin mendekat ke ranjang Sooyeon. Ia duduk dipinngirnya sambil menatap gadis itu. Tangannya mulai gemetar. Badannya dingin. Dingin sekali. Jongin membuatnya ketakutan. Ia berusaha memejamkan mata alhasil Jongin tahu bahwa ia sedang berpura-pura tertidur.
“Lee Sooyeon...” panggilnya.
“Maaf... aku belum bisa tertidur...” ucapnya pelan.
“Masih memikirkan mantan kekasihmu yang bodoh itu hah?”
“Tolong jangan menghinanya di depanku..” bela Sooyeon yang masih berbaring memunggungkan Jongin.
“Dasar wanita bodoh! Kau tahu dia akan segera bertunangan dengan anak konglomerat yang sangat cantik...dia tak sebanding denganmu...”
Sooyeon kaget mendengarnya. Apakah kali ini dia harus percaya dengan perkataan pria busuk ini? mungkin iya hampir percaya, dari air matanya yang tiba-tiba menetes. Begitu jahatnya Baekhyun mengkhianatinya. Seharusnya ia berjuang mempertahankan cintanya.
“Apa kau masih mencintainya? Apa dia masih mencintaimu hah?”
“Cukup! Cukup! Kau tak tahu apa yang terjadi antara aku dengannya!” Bentak gadis itu dengan isakan tangisnya yang membuat Jongin merasa bersalah telah berkata seperti itu. Jongin menghapus airmata gadis itu dengan lembut. Ia hanya bisa melihat gadis itu menangis.
“Maaf.. telah melukaimu lagi.. aku tak bermaksud melukaimu...” pintarnya Jongin dapat menahan ucapannya itu.
Gadis itu tak henti-hentinya menangis. Membuat Jongin merasa amat bersalah. Sooyeon sangat terpukul mendengar berita itu. Dia merasa sangat percuma dengan apa yang ia perjuangkan selama ini. Terlebih lagi membela Baekhyun. Dan penderitaan ini. Semuanya terasa sia-sia. Semuanya membuat Sooyeon merasa tak berguna lagi. Gadis itu merasa tak akan ada yang perduli dengannya lagi.
“I miss you... but i’m trying not to care anymore..”