Baekhyun menggeram, bersiap-siap membasuh wajahnya dengan air keran lagi dengan tangan kiri, entah suntuk yang ke berapa kali. Ia tak sempat menghitungnya. Berharap air dingin itu mampu mengusir panas yang tiba-tiba muncul dari dalam dirinya. Rasa panah yang aneh.
Sambil mendongakkan kepala, Baekhyun menatap bayang-bayang dirinya sendiri lewat cermin wastafel. Tak memperdulikan kekacauan ulah air dan gerakan usapan tangan yang kasar pada wajahnya. Ia merapal beberapa kalimat pengusir rasa marah yang ia pelajari dari salah satu buku psikolog. Tetap saja tidak berhasil.
“Everything gonna be okay”
Akhirnya hanya keluar dari toilet yang bisa ia lakukan. Setengah membanting pintu adalah bukti nyata betapa marah itu menyeruak meminta di keluarkan secepat mungkin. Baekhyun kemudian berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Tiba-tiba terhenti di tengah saat ia mengetahui handphonenya berdering yang tak jauh dari tempat tidurnya.
Tak sempat melihat nomor kontak yang menelponnya, Baekhyun langsung mengangkatnya.
“Bagaimana?” Tanya Baekhyun setengah meredam emosi.
“Mungkin kali ini aku gagal. Aku coba besok..” ucap seorang wanita yang mencoba memberitahu Baekhyun.
“Baiklah. Kurasa kita perlu bertemu.”
“Ya, kurasa. See you...”
Senyum menyeringai menghiasi wajahnya setelah Baekhyun menutup telfon dari seorang wanita itu. Entah rencana apa yang akan dilakukan olehnya kali ini.
----
Sooyeon begitu cantik dimata Jongin saat tidur.
Itu bukan gombal. Lihat saja, raut wajahnya begitu tenang. Tak tersenyum. Tak merengit. Datar, tetapi terlihat hidup. Jongin suka melihatnya tertidur. Jongin bisa leluasa mengamati tiap detail yang muncul pada wajah gadis itu. Lalu, menghafalnya. Kerutan tipis, bekas luka. Hingga rambut-rambut halus berwarna keemasan, yang memenuhi bagian atas bibirnya hingga pipi dan dagu. Rasanya, Jongin bahkan sanggup menggambarkan kembali dengan mata tertutup.
Gadis itu meringkuk diatas ranjang disamping Jongin, tak jauh. Membuatnya tak bisa mengamati detail wajahnya yang seperti biasa dilakukan saat menemukannya tengah tertidur. Apalagi, beberapa anak rambut menutupi bagian wajahnya. Tangan Jongin gatal, ingin menyingkap dan menyelipkan dibalik daun telinga. Membetulkan letak selimut yang tak lagi membungkus seluruh tubuh gadis itu dengan sempurna. Meski ia bangkit dan bergeser sedikit dengan mudah kearahnya, tetap tak akan Jongin lakukan. Sooyeon begitu sensitif. Jongin memutuskan membiarkannya seperti itu dan kembali menikmatinya saja, yang bisa ia lakukan.
Jongin mengingat-ingat. Well.. ia tetap tak bisa menghitung berapa banyak dari saat-saat ia mengamati Sooyeon tidur yang berakhir dengan mengambil gambarnya diam-diam dengan kameranya. Mencetak foto-foto itu, lalu menyimpannya pada sebuah album yang ia sembunyikan dibawah lemari bajunya. Bukan saat Sooyeon tertidur saja, bahkan sebelum Jongin sedekat ini, ia sempat mengabadikan foto Sooyeon saat masih menjadi tahanan. Mungkin ia hampir gila. Foto seperti itu cocok untuk dijadikan kado spesial saat dia menikah nanti. Tapi sepertinya Jongin akan mengurungkan niatnya itu. Ia ingin menyimpan dan menikmatinya sendiri.
Sooyeon tak akan membutuhkan foto-foto itu. Bahkan dengan suaminya nanti. Bukankah pria yang akan menjadi suaminya nanti akan bisa dengan mudah menikmati dan mengamati wajah tertidur Sooyeon? Pria yang akan menjadi suaminya yang akan selalu bersama Sooyeon. Bukan Jongin. Jadi, Jongin yang lebih membutuhkan foto-foto itu.
Sekedar mengenang. Mengenang bahwa mereka pernah bersama-sama begitu lama.
---
“Sakit jiwa” ucap Sehun
Jongin hanya diam. Tak berniat menggubris. Menatap chicken steak yang beberapa detik lalu disodorkan Sehun.dia sudah menghangatkannya sebentar didalam microwave. Jongin duduk menyandar pada punggung kursi dimeja makan.
“Bukankah awalnya tak seperti ini? Mana Kim Jongin yang ku kenal?”
Sehun meraih pisau dan garpu. Mulai memotong chicken steak dalam pirinya. Menatap Jongin beberapa saat. Detik berikutnya dia sudah berkonsentrasi dengan makan malamnya itu.
“It’s delicious..”
Jongin mengikuti langkah Sehun, memotong chicken steak dalam piringnya dengan kepayahan menggunakan tangan kiri. Membuat Sehun menggeram. Ia meraih piring Jongin. Mengiris chicken steak milik Jongin menjadi potongan kecil-kecil. Mengembalikannya tepat ditempat semula. Jongin hanya tinggal menyendoknya berpindah dari atas piring kedalam mulutnya.
“Bukankah dia milikku? Bukankah semua yang aku inginkan pasti akan terpenuhi?”
Kunyahan Sehun terhenti karena pertanyaan Jongin.
“Ah... you got it!”
“Get out of it!” ucap Jongin kemudian menghentikan kegiatan makannya.
“He is crazy about her.” Sehun tersenyum mencibir.
“Hey! Aku tahu kau tidak mood, tapi hargailah sahabatmu ini yang sudah rela memotongkan chicken steak makananmu...”
Jongin pun melanjutkan makan malamnya walau sedikit tidak nafsu.
“You need to forget what’s gone. Appreciate what still remains and look forward to what’s coming next”
---
Jongin sedang mengendarai mobil dengan kecepatan stabil. Tidak dalam keadaan terburu-buru. Tiba-tiba ia meminggirkan mobilnya ke sisi jalan. Matanya menangkap tajam sepasang orang yang ia kenal. Lalu tanpa ingin tahu lebih jauh, Jongin malah melanjutkan perjalanannya pulang. Dengan sepanjang perjalanan ia tertawa tak henti meremehkan seseorang.
Tibanya ia dirumah. Ia berjalan perlahan sambil melepaskan kancing dikerahnya yang hampir membuatnya tercekik.
“Kau sudah tiba?”
Jongin yang baru saja ingin menutup pintu hampir terlonjak kaget.
“Kau menungguku?” tanyanya kemudian.
Gadis itu mengangguk. Kemudian berjalan menghampiri Jongin. Lalu mereka masuk bersama ke dalam kamar.
“Sudah kubuatkan air hangat untukmu mandi..”
Jongin cukup terkejut dengan apa yang gadis itu katakan. Dengan senyum simpul yang ia sembunyikan dan kemudian memasang raut wajah datar yang terlihat kelelahan.
“Mau kubuatkan makanan?” tawar gadis itu yang sedang membereskan pakaian Jongin yang ia letakkan diatas tempat tidur.
“Tidak. Aku baru saja makan malam bersama Sehun”
Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Jongin menatap dalam gadis itu. Entah mengapa lelahnya hilang. Dan senyum simpul Jongin tak bisa lagi ia sembunyikan. Matanya menyipit ketika senyum itu mengembang diwajahnya. Gadis itu menatap heran. Seharusnya Jongin segera membersihkan tubuhnya, tapi Jongin malah menatapnya sambil terus tersenyum.
“Hey.. mengapa kau terus menatapku seperti itu, Jongin?”
“I like it. I like you.” ucapnya sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi.
---
Beberapa orang berdiri di depan teras rumah. Sooyeon mengerutkan keningnya, heran.
“Bukankah mereka yang pekerja Jongin? Untuk apa pagi-pagi sekali berdiri dihalaman rumah?” Sooyeon masih mengintip dari jendela rumah.
“Kau sudah bangun?” tanya Jongin.
“Apa kau memanggil mereka semua untuk datang kesini?”
Jongin menggangguk sambil membenarkan kerah bajunya. “Aku ingin memberitahu mereka, libur selama 3 hari...kurasa mereka harus berlibur,,”
“Ya. Bagaimana tidak, mereka selalu menjaga rumahmu, mengikutimu kemanapun kau pergi. Kurasa waktu 3 hari tak cukup”
Jongin hanya tersenyum. “Baiklah. Ku tinggal sebentar kau mandilah..”
Kemudian Sooyeon berjalan menuju kamar mandi yang berada didalam kamar. Bunyi suara handphone menghentikan langkahnya. Kemudian matanya terus mencari dimana keberadaan suara handphone itu. Siapa lagi pemilik handphone itu yang sangat ceroboh menaruhnya dalam kamar mandi, Kim Jongin.
Sooyeon berniat memberitahu Jongin bahwa handphonenya terus berdering. Tapi ia tak sengaja melihat layar handphone dengan pop up message.
- 10:09 -
“Pasti ini sangat penting.” Kemudian Sooyeon berjalan ke halaman rumah.
“Jongin...” panggilnya dari depan pintu rumah.
Jongin menoleh dan berlari kecil menuju Sooyeon. “Ada apa?”
“Handphonemu berdering” sambil menyodorkan handphonenya.
“Ah. Thanks. Tunggu aku di ruang makan. 10 menit lagi aku menyusul. Okay?”
Sooyeon bergegas mandi setelah itu menunggu Jongin diruang makan.
---
Selagi Sooyeon menunggu Jongin di ruang makan ia berniat membantu bibi Ahn di dapur.
“Apa yang bisa kubantu bi?”
“Ah.. tidak perlu nona. Sudah hampir selesai.” Ucap bibi Ahn sambil membereskan beberapa peralatan dapur yang sudah dibersihkan.
“Biar kubantu membawakannya bi” tanpa menunggu bibi Ahn mengizinkan, Sooyeon dengan cepat mengambil 2 piring yang berisikan spagetty, cordon blue dan 2 piring kecil pudding cokelat yang dibawakan bibi Ahn.
“Bi...” panggil Sooyeon sebelum bibi Ahn beranjak dari hadapannya.
“Ya, ada apa nona Yeon?”
“Bisakah kau menemaniku dan Jongin sarapan pagi ini? Aku tahu pasti bibi belum sarapan.” Tawar Sooyeon.
“Terima kasih nona. Tapi...”
“Benar bi. Bisakah bibi menemani kita sarapan pagi ini?” Jonginpun ikut menawarkan bibi Ahn untuk ikut sarapan bersama.
“Baiklah. Jika kalian mengizinkan.” kemudian bibi Ahn duduk disamping kiri Sooyeon.
“Entah kenapa masakan bibi Ahn selalu lezat.”
“Benar. Sejak dulu bibi Ahn memang pandai dalam hal dapur. Jadi wajar saja jika sekarang masakannya sangat lezat.” Tambah Jongin yang kemudian melahap makanannya.
“Ah.. terima kasih.”
“Sungguh? Sejak dulu? Apa dulu aku pandai memasak seperti bibi? Aku benar-benar tidak ingat bagaimanaku dulu.”
Setelah pertanyaan Sooyeon keadaan hening. Hanya gerakan mata bibi Ahn mengarah kepada Jongin. Bibi Ahn tahu kondisi ini bukanlah haknya untuk menjawab pertanyaan Sooyeon. Sekalipun Sooyeon menanyakan hal ini padanya karena ia hanya takut salah berkata pada Sooyeon.
“Hm.. kurasa kau belum pandai memasak.” Sela Jongin, dibalas dengan senyum bibi Ahn yang seperti mengiyakan jawaban Jongin. Dan Sooyeon percaya akan hal itu dari raut wajahnya yang seakan kecewa dengan jawaban Jongin yang tidak sama dengan keinginannya.
“Bibi juga dapat libur selama 3 hari dimulai dari besok.”
“Ah.. Sungguh? Terima kasih tuan Kim.”
Kemudian mereka pun menyantap sarapan pagi bersama.
---
Jongin membuka mata perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah pemandangan indah di hadapannya. Seorang gadis cantik yang tengah tertidur pulas dihadapannya. Jongin tidak akan menyia-nyiakan waktu pagi ini, ia terus memandangi gadis itu tanpa henti. Gadis itu mengernyitkan dahinya seakan tahu bahwa Jongin sedang memperhatikannya sedari tadi. Kemudian gadis itu membuka matanya perlahan dan mendapati sesosok pria yang tengah tersenyum melihatnya terbangun.
“Good morning” sapa Jongin.
Gadis itu hanya memberi senyum tanda responnya pada Jongin. Sempat beberapa kali gadis itu mengerjapkan matanya yang belum menyesuaikan keadaan. Gadis itu menarik nafas kemudian membuangnya perlahan. “Sejak kapan kau menatapku?”
“Sejak aku bangun dari tidur”
Gadis itu tersenyum lantaran candaan Jongin yang begitu bodoh dimatanya.
“Ya, aku tahu Jongin..”
“Haha.. belum lama. Sekitar 10 menit yang lalu.”
Setelah itu keheningan hadir diantara keduanya yang kemudian diisi dengan saling tatap menatap satu sama lain. Tak ingin terlalu jauh, Jongin bergerak mendekat menghampiri gadis itu. Dan sekarang hampir tidak ada jarak diantara keduanya. Gadis itu dapat menyium aroma khas tubuh Jongin dan begitupun dengan Jongin.
“Hey, Kim Jongin...”
“Yes?” ia tersenyum saat gadis itu memanggil namanya.
“Jangan menatapku seperti itu”
“Why?”
“Bola matamu tidak terlihat jika kau terus tersenyum sambil menatapku...” ejek gadis itu.
“YA!!!” kemudian tak terima Jongin diejek seperti itu, tangan Jongin meraih pinggang Sooyeon dan mulai mengelitikinya sampai gadis itu benar-benar lemas dan minta ampun.
“Ah.... please... stop Jongin... Aku benar-benar lemas..”
Jongin tersenyum menyeringai merasa puas mengerjai Sooyeon. “Ah.. Apa kita jadi pergi ke namsa tower?” tanya Sooyeon yang teringat ajakan Jongin kemarin sebelum tidur.
Jongin mengangguk kemudian memasang wajah datarnya yang terlihat cukup dingin.
“Ya! Mengapa menatapku seperti itu? Kau membuatku menjadi takut.” sahut Sooyeon.
“Akan lebih baik jika aku tidak tersenyum, Yeon. Kau akan mengejekku nanti jika aku tersenyum...”
Sooyeon tertawa geli mendengar penjelasan Jongin yang terdengar begitu polos. Pria itu membuat paginya benar-benar menyenangkan.
“Ah.. baiklah. Aku akan bersiap-siap mandi dan menyiapkan sarapan. Kita akan berangkat sekitar jam 10, okay?”
Kemudian Sooyeon mengiyakan ucapa Jongin. Dan segera bersiap mandi dan berdandan cantik.
---
Beberapa kali Jongin melihat layar handphonenya dengan raut wajah cukup cemas seperti menantikan sesuatu.
“Jongin?” panggil Sooyeon yang baru saja selesai berdandan.
Raut cemas itu berubah dengan cepat diganti dengan raut yang begitu ceria.
“kau sedang apa?”
“sedang menunggumu selesai berdandan. Aku sudah siapkan sarapannya” kemudian mereka berjalan menuju ruang makan.
“Omu rice?” ucap Sooyeon yang begitu melihat menu sarapan pagi ini dimeja makan. Jongin tersenyum kemudian menarik salah satu kursi dan mempersilakan Sooyeon duduk.
“Tapi tidak seenak masakan bibi Ahn..”
“Hey, jangan merendahkan dirimu, Jongin”
Jongin tersenyum kemudian menyantap makanannya.
Hampir setengah dari makanannya habis kemudian Jongin melirik jam di tangan kirinya. Mereka mendengar bel rumah berbunyi kemudian ia menghampiri ingin membuka pintu.
Setelah hampir 10 menit Jongin tak muncul, kemudian Sooyeon mendengar suara gaduh dari arah ruang tamu, Sooyeon pun berniat untuk menghampiri Jongin. Dan langkahnya terhenti ketika ia melihat Jongin tergeletak dilantai dengan beberapa luka lebab di wajahnya. Kemudian matanya menangkap 3 sosok pria bertubuh besar yang terus memukuli Jongin tanpa henti. Sooyeon hanya terpaku ditempat. Kakinya ingin sekali menghampiri dan membantu Jongin bangkit, tapi ketakutan itu lebih besar dari pada keinginannya.
“Dimana kau sembunyikan gadis itu?!” tanya salah satu pria bertubuh besar itu pada Jongin.
Namun Jongin hanya terdiam sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Kemudian mata Sooyeon terbelalak saat pria itu ternyata mencari dirinya. Seluruh tubuh gadis itu makin gemetar hebat, detak jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Ia benar-benar sangat ketakutan.
“Kau dan kau cari di seluruh ruangan ini. Pasti gadis itu ada disini”
Jongin meraih kaki salah satu pria itu yang berani mencoba masuk ke dalam rumahnya dengan sisa tenaga yang ada ia ingin menahannya tapi perutnya kemudian ditendang sangat kencang sampai memuntahkan darah dari mulutnya.
Dan saat itu Sooyeon sedang mencari tempat persembunyian yang aman. Pikirannya benar-benar sangat kacau. Disisi lain ia ingin menyelamatkan Jongin, tapi ia tau tenaganya tak akan mampu mengalahkan 3 pria bertubuh besar itu.
Saat Sooyeon menemukan tempat persembunyiannya, dress Sooyeon ditarik paksa dari arah belakang tubuhnya dengan itu pekikkan suara Sooyeon mulai terdengar di telinga Jongin yang masih tergeletak dilantai. Pria itu menarik paksa Sooyeon untuk keluar dari ruangan itu. Sooyeon sekuat tenaga menarik tubuhnya untuk bisa keluar dari dekapan pria jahat itu.
“Lepaskan aku....” pinta gadis itu clueless.
“Kita tidak akan menyakiti gadis sepertimu.. kau hanya perlu ikut denganku saja..” ucap pria itu tepat di daun telingan gadis itu yang membuatnya semakin ketakutan.
Kemudian satu diantara ketiga pria itu sudah bersiap didalam mobil dan dua diantaranya sedang mengiring Sooyeon masuk ke dalam mobil. Saat mereka melewati Jongin yang masih tergeletak tak berdaya, Sooyeon makin meronta-ronta histeris sambil memanggil nama Jongin. Dan sekarang Jongin tidak bisa menolongnya. Ia benar-benar tak mampu untuk menolong gadis itu, untuk bangkit saja ia benar-benar tidak mampu apalagi merampas Sooyeon dari pria jahat itu.
---
Dan sampailah gadis itu di dalam ruangan gelap tak ada siapapun kecuali dirinya. Hanya ada cahaya sedikit dari ventilasi udara yang berada sangat jauh darinya.
Sepanjang perjalanan gadis itu dipaksa untuk menghirup obat bius yang akhirnya membuatnya tak sadarkan diri. Beberapa persendiannya terasa pegal. Ia ingin menarik kedua tangannya namun kedua tangannya terikat ditiang tempat tidur yang ia tiduri kali ini. Gadis itu berharap ini hanyalah mimpi buruk, karena yang ia inginkan hari ini bersenang-senang bersama Jongin bukan seperti ini. Ia terus menerus menangis dan berharap ada seseorang yang bisa menyelamatkannya.
Kemudian dua pria masuk kedalam ruangannya. Sooyeon menatap ngeri ke arah kedua pria itu.
“Kau benar-benar cantik nona. Pantas saja bosku sangat mengilaimu..”
“Hey... sepertinya waktu kosong ini kita pakai untuk bersenang-senang saha bersama gadis itu sebelum bos datang” bisik salah satu dari mereka.
“Brengsek!! Jangan menyentuhku!!!” kutuk Sooyeon dalam hati.
“Sangat disayangkan ada wanita cantik yang hanya dipnadang saja. Bersenang-senanglah saat ini bersama kita...”
Sooyeon menarik tubuhnya untuk bisa duduk. Tapi kakinya ditahan oleh salah satu pria itu.
“Astaga.. lihat paha mulusmu... benar-benar membuatku bergairah..”
Gadis itu menggelengkan kepala terus menerus berharap kedua pria itu tidak akan menyentuhnya. Ia menangis tanpa suara karena mulutnya terlakban.
Sayangnya tidak sesuai harapan gadis itu, salah satu pria itu malah semakin nekat menyentuh bagian lain dari pahanya. Tangannya terus menjalar naik terus keatas sampai ia dapat menyentuh kemaluan gadis itu dan membuat gadis itu semakin meronta-ronta.
“Kubilang nikmati saja..”
“Bajingan kau!!” kutuk gadis itu lagi.
Kemudian kedua tangan pria itu berniat untuk membuka celana dalam gadis itu.
“Sebentar, aku menunggu giliran diluar saja” ucap salah satu dari mereka .
“Ayolah.. jangan malu-malu hanya sebentar saja, tidak akan ketahuan jika kau mau dan tidak memperlambatnya..” tubuh gadis itu benar-benar lemas ketika pria itu berhasil membuka celana dalamnya.
“Bagaimana bagian dada juga dibuka?” saat pria itu ingin membuka pakaiannya, gadis itu melihat seseorang tepat dibelakang pria yang ingin memperkosannya.
“Hey!! Bajingan!!!”
~oo000oo~
Maaf ya ngepostnya lama jangan lupa like dan comment thankyou.
xoxo~