Jongin mengetuk keras pintu rumah Baekhyun. Tak ada jawaban yang Jongin dapati. Rumah itu terlihat sepi. Mobil diparkiran rumah pun tidak ada. Jongin kalah cepat dengan Baekhyun. Keluarga Baekhyun beserta Sooyeon pindah dari Seoul.
“BRENGSEK KAU BAEKHYUN!!!” Teriak Jongin sambil menendang pintu rumah Baekhyun.
Handphonenya bergetar dilihatnya Sehun menelponnya dengan cepat ia mengangkatnya.
“Ada apa?” dengan nafas terengah-engah.
“Dengar Jongin, aku sekarang sedang berada di kantor Baekhyun dan tiba-tiba saja Baekhyun meng-cancel meeting hari ini. Dan dia sama sekali tidak memberitahu apa penyebabnya. Dan yang ku dengar dari resepsionis, 2 jam lagi Baekhyun akan keluar negeri....” ucap Sehun cepat.
“SHIT!!!!!!”
Belum selesai Sehun bicara, Jongin dengan cepat menuju ke arah mobil dan masuk ke dalam lalu ia memutar setir dan melaju secepat mungkin. Jongin mengendarai mobil sedan itu dengan kecepatan nyaris maksimal di jalan yang cukup ramai, kopling, gas dan rem ia injak berkali-kali dalam waktu yang tidak jauh berbeda. Tidak perduli dengan mobil yang mengclakson mobilnya. Mungkin jika sutradara Fast and Furious melihatnya menyetir seperti ini, dia bisa saja menandingi Van Diesel di sequel film balap mobil tersebut.
---
Jongin mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal didepan Bandara internasional Incheon, dia tiba dari Seoul dalam waktu 30 menit. Matanya tidak berhenti memerhatikan sekeliling orang-orang yang ada. Mencari dimana keberadaan Sooyen.
Tiba-tiba ia mendapat message dari Sehun.
-Dia akan pergi ke shanghai-
Jongin langsung mengecek jadwal kedatangan dan keberangkatan. Ya, Jongin memang belum terlambat.
Dan dengan Jongin yang masih mencari keberadaan Sooyeon. Disisi lain, Sooyeon masih menunggu di ruang tunggu bandara. Ia masih tidak mengerti mengapa dirinya harus ikut dengan Baekhyun dan pergi bersamanya. Baekhyun selalu berkata bahwa dia akan membahagiakan Sooyeon di Shanghai. Tapi perkataan itu tidak meyakinkan untuk Sooyeon. Bagaimana dengan kekasihnya Jongin?
“Baekhyun... aku ingin ketoilet...”
“Mau kuantar?”
“Tidak. Aku hanya sebentar...”
---
"Bagaimana kalau Jongin tahu aku akan pergi ke shanghai? Dia harus tahu, tapi dengan apa aku menghubunginya?" Sooyeon benar-benar berfikir keras didalam toilet.
Sooyeon hampir putus asa, ia kemudian kembali ke tempat dimana Baekhyun dan kedua orangtuanya menunggu. Tapi Sooyeon berhenti melangkah ketika didapati Baekhyun dan Ibunya sedang berbincang.
"Bagaimana bisa kau membawanya?" tanya ibu Baekhyun.
"Aku memaksanya dan dia mau begitu saja, karena aku bilang ini sangat penting,bu" jawab Baekhyun seadanya.
"Lalu bagaimana dengan Jongin?" tanya ayah Baekhyun.
"Aku tidak tahu. Saat aku menemui Sooyeon dia tidak ada disana maka dari itu dengan cepat aku bisa membawanya. Ayah, ibu tenang saja. Rencana ini akan berjalan dengan lancar"
Dengan itu Sooyeon yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka sontak kaget.
"Jadi? Aku akan dipisahkan oleh Jongin? Rencana apa yang sedang diatur mereka?" ucap Sooyeon dengan nada sedikit bergetar.
"Aku harus pergi dari sini..." Kaki Sooyeon melangkah menjauhi Baekhyun dan kedua orangtuanya. Tidak tahu akan kemana kaki-kakinya akan pergi. Yang ia pikirkan sekarang adalah ia harus menjauh dan pergi dari Baekhyun karena hatinya mengatakan bahwa ia tidak suka.
Sooyeon tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali pulang. Ia sama sekali tidak hafal arah ke rumah Jongin. Ia hanya hafal jalanan disekitar rumah Jongin. Ayolah, lalu bagaimana caranya bisa kabur?
"Sooyeon"
Sooyeon menoleh ke belakang dimana seseorang memanggilnya.
"Baek..hyun.." kemudian ia berlari mencari tempat untuk bersembunyi. Dengan raut wajah pucat dan panik seperti sedang dikejar-kejar pembunuh, Sooyeon benar-benar tidak peduli semua orang yang melihatnya sekarang. Yang ada difikirannya hanyalah pergi dan bersembunyi dari Baekhyun.
"Bagaimana ini? aku harus kemana? Aku sama sekali tidak tahu dimana tempat untuk bersembunyi.." ucapnya bergetar sambil berjalan mencari tempat persembunyiannya.
"Argh.. kemana dia? Mengapa dia lari dariku?" Baekhyun kehilangan Sooyeon karena terlalu banyak orang yang berada dibandara.
Dengan itu Jongin yang masih mencari keberadaan Baekhyun dan Sooyeon. Ia sempat meminta bantuan kepada Sehun untuk segera mencari Sooyeon. Setidaknya Jongin tidak mencari sendirian.
Sooyeon melangkah menuju toilet dengan tempat yang berbeda. Kemudian ia membalikkan badannya dan ada seorang laki-laki didepannya. Dengan cepat mulut Sooyeon dibekap oleh tabgan si laki-laki itu.
"Jangan berteriak. Ikuti saja kataku" titah laki-laki itu bersuara berat.
Sooyeon yang bingung dan ketakutan hanya bisa mengangguk ngeri. Ia hanya bisa menangis. Dengan itu Sooyeon dan laki-laki itu berjalan keluar bandara dengan pisau yang berada dipinggang Sooyeon maka Sooyeon tidak dapat berkutik atau lari dari laki-laki itu.
"Kau tahu, bagaimana jika kau tidak menurutiku?"
"Yaa.. aku tahu.." jawabnya bergetar.
"Ikut berjalan denganku. Anggap tidak ada apa-apa. Lalu langsung masuk kedalam mobil dan hapus dulu air matamu" ucap laki-laki itu dingin.
Sooyeon mau tidak mau harus menuruti perintah laki-laki itu. Ia benar-benar tidak tahu siapa laki-laki itu. Apakah dia suruhan Baekhyun untuk menangkapnya? tapi mengapa laki-laki itu menyuruhnya masuk ke dalam mobil?
"Ku tunggu kau dirumahmu sekarang" message singkat dari Sehun membingungkan Jongin. Bagaimana bisa ia pulang tanpa mendapatkan Sooyeon kembali. Ayolah Jongin, apa kau tidak mengerti message singkat dari Sehun?
Dengan cepat Jongin berlari menuju parkiran dan seperti biasa, jika ia terburu-buru ia akan menyetir bak pembalap formula one.
---
Dengan nafas yang masih tidak beraturan Jongin berjalan berlahan masuk ke dalam rumahnya. Dan mendapati Sehun yang sedang duduk menunggunya dan
"Sooyeon"
"Bagaimana bisa?" ia berlari menuju Sooyeon dan memeluknya.
"Maafkan aku"
"Hey..hey.. jangan bermesraan di depanku.. harusnya kau tau timing, Jongin"
Jongin kemudian melepaskan pelukannya. “Kau baik-baik saja?” tanya Jongin sambil melihat Sooyeon dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.
Sooyeon menggeleng lemah. “Maaf Jongin..” lagi-lagi Sooyeon mengucapkan kata maaf.
“Maaf? Tidak bukan salahmu....”
“Bagaimana kau bisa bertemu dengannya Sehun?”
“Bukan aku yang menemukannya, tapi suruhanku. Namanya Joon, dia menemukan Yeon sedang berjalan ke arahnya. Aku tidak tahu persis mengapa dia berjalan mundur menuju toilet. Dia sama sekali tidak bicara saat aku bertanya. Dan sekarang dia malah meminta maaf padamu..” ucap Sehun panjang lebar.
“Bisa kau ceritakan semua padaku?” tanya Jongin lembut.
“Aku mendengar pembicaraan antara ibu Byun dan Baekhyun. Dia akan memisahkan kita. Tapi aku tidak tahu apa maksudnya.” Jelas Sooyeon dengan nada masih bergetar.
Jongin memeluk Sooyeon lagi yang dilihatnya Sooyeon masih shock akibat suruhan Sehun. “Baiklah.. kau tidak usah pikirkan itu, nanti kepalamu akan sakit lagi.”
“Bagaimana kalian tinggal di apartement sebelah ku? Disana masih kosong, pemiliknya sudah menjualnya dan kau bisa sementara tinggal disana. Biar aku yang atasi.” Ucap Sehun
“Bisakah aku bertemu dengan pemilik apartementnya? Aku akan membelinya.”
Sehun yang mendengar itu tidak kaget. Ia tahu Jongin tidak mau seribet apa yang Sehun lakukan. Dengan uang Jongin memang sangat cepat.
“Baiklah, besok kau bisa bertemu dengannya siang atau sore. Biar nanti aku hubungi agar bisa bertemu denganmu”
“Ya. Ku rasa kau bisa pulang sekarang” usir Jongin halus pada Sehun.
“Ah... aku sangat lelah... bisakah kau buatkan aku teh hangat atau bubble tea?” Sehun melentangkan tubuhnya di sofa rumah Jongin. Dan Jongin langsung menatapnya malas.
“Sooyeon, lebih baik kau dikamar saja. Aku akan membuatkan soup untukmu”
---
“Jadi bagaimana sekarang?” tanya Sehun sambil menenggak bubble tea buatan Jongin.
“Bagaimana apa?”
“Hey, Jongin… jangan pura-pura bodoh. Aku tahu kau tidak akan membiarkan Baekhyun kan?”
“Mungkin akan kubiarkan..”
“Lalu jika dia mengambilnya lagi bagaimana? dan tidak seberuntung ini?” tanya Sehun.
“Ku rasa dia tidak berani” jawabnya remeh.
Jongin sesekali melirik pintu kamarnya memastikan pintunya tertutup. Dan kemudian ia kembali kedapur untuk melihat soup buatan Jongin sudah matang atau belum.
“Kau sedang melayaninya?” bukan Sehun bila dia tidak mencela Jongin.
“Tutup mulutmu. kupikir dia sudah sering melayaniku- dulu”
Sehun memberi jeda di kedua bibirnya. Lalu tertawa kecil mendengar ucapan bodoh Jongin. Ya, memang Jongin bukan tipe seperti Sehun yang selalu mempermainkan wanita. Tapi menurut Sehun, lebih baik ia mempermainkan hati wanita daripada bertindak kasar pada wanita. Tapi tidak ada yang lebih baik bukan?
---
“Sooyeon?” panggil Jongin dari balik pintu kamar.
Sooyeon menoleh ke arah pintu kamar. Kemudian Jongin berjalan dengan membawa soup buatannya.
“Ini.. kau makan.. tidak begitu enak. Tapi bisa mengganjal perutmu.”
Sooyeon tersenyum dan kemudian memakan soupnya sedikit demi sedikit.
“Mengapa menatapku seperti itu?” tanya Sooyeon bingung karena Jongin menatapnya terus menerus saat ia sedang makan.
Jongin menggeleng. “Aku hanya ingin memastikan setelah memakan soup ku kau tidak akan memuntahkannya.”
Sooyeon tertawa mendengar pernyataan Jongin. “Ini enak Jongin. Kau harusnya bangga dengan ini..”
Jongin lalu mengusap lembut ujung pangkal rambut Sooyeon. “Thanks”
---
“Jadi kemarin kau tiba-tiba membatalkan meeting kemarin ada keperluan pribadi?” tanya Sehun hampir bernada tinggi.
“Bagaimana tender kita, hoh?”
Baekhyun hanya duduk sambil memilah-milih file-file yang akan ia tanda tangan. Tak peduli dengan Sehun yang sedari tadi di depan mejanya mondar-mandir dan bertanya terus menerus.
“Hey.. Baekhyun.. kau tahu aku kesini butuh penjelasan. Dan kau hanya diam saja. Kau sedang mempermainkan tender ini?”
Baekhyun kemudian menutup file-filenya dan menatap Baekhyun dengan tatapan yang serius.
“Ya, aku memang kemarin sedang ada keperluan mendadak. Kau ingin melanjutkan tender ini atau tidak?”
“Hey.. mengapa bertanya padaku? Jadi seperti aku yang sangat membutuhkan uang…” ucap Sehun mencibir.
“Sehun, aku memang ingin bekerja sama denganmu. Tapi bisa kah kau tidak perlu terlalu dalam dengan urusan pribadiku?”
“What? Aku ini temanmu bukan? Kau seharusnya membagi ceritamu denganku…”
“Bagaimana bisa aku berteman dengan teman musuhku..” ucap Baekhyun pelan. Tapi cukup terdengar di telinga Sehun.
“Musuh? Jongin maksudmu?” tanya Sehun yang kemudian sangat excited mendengar pernyataan Baekhyun.
“Hey.. anggap saja aku berada di kubumu. Kau tahu aku ini akan pro ke orang yang baik kepadaku..”
“Pembual. Bagaimana bisa aku percaya padamu?”
“Baiklah lupakan saja tender ini kalau begitu. Aku tidak mau bekerja sama dengan perusahaan lain dan ownernya pun tidak percaya padaku. Untuk apa? pasti akan selalu curiga bukan?”
“Bukan seperti itu maksudku…”
“Ya setidaknya kau harus percaya padaku…”
“Baiklah…” ucap Baekhyun malas.
---
Pagi milik Sooyeon tak pernah menjadi saat-saat yang menyenangkan. Terbangun dengan paksa karena sekilas memori buruk datang kembali dalam bentuk mimpi untuk menghantui dan menunggu hingga fajar tiba di ufuk timur. Seperti ras kopi yang selalu diminumnya, pahit. Paginya pahit.
Lalu yang terdengar hanyalah suara angin. Lehernya berputar diiringi dengan kening yang berkerut. Dilihatnya sosok lelaki berkulit tan, tinggi itu berdiri mematung. Jongin.
“Hai,” sapanya kaku. Nadanya terdengar aneh, sungguh.
Sooyeon duduk menghadap Jongin yang sedang berbaring menghadapnya.
“Aku memikirkan sesuatu…” ucap Sooyeon menggantung.
Jongin menampilkan muka penasarannya dengan lanjutan ucapa Sooyeon.
“Untuk apa Baekhyun menjauhiku dari mu?”
Diam. Jongin hanya diam ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut Sooyeon. Dan kemudian ia mengambil nafas dalam.
“Dia tidak ingin kau bahagia bersamaku.”
“Hanya itu?”
“Ya. kurasa. Mengapa bertanya tentang hal itu?”
Sooyeon menggeleng. “Aku hanya bingung. Bukankah Nyonya Byuun tidak menyukaiku? dan kemarin dia memperlakukan ku tidak seperti biasanya. Dia sangat baik.”
“Dia ingin….” ucapan Jongin menggantung. Dia bingung apa yang harus ia lanjutkan.
“Mengapa menggantung? aku benar-benar tidak msalah jika itu sangat buruk untuk ku dengar.”
“Dia ingin kau melupakan masa lalumu…”
Sooyeon terdiam ketika pernyataan itu terlontar dari mulut Jongin. Rasanya sulit dipercaya Baekhyun akan melakukan itu padanya. Yang ia tahu Baekhyun adalah pria baik.
“Why? Why did he want me forget my past?”
“Karena dia tidak mau kebenaran terungkap”
“Kebeneran apa?”
Jongin menatap mata hazel gadis itu pilu. Mungkin ia harus jujur dengan semuanya. Toh Sooyeon juga sudah dengar apa yang Sehun katakan padanya.
“Tentang kau yang menabrak seseorang… apa kau ingat?”
Sooyeon menampakan gelagat bingung. Keningnya mulai berkerut. “Ya… aku adalah nara pidana? lalu ada apa?”
Sooyeon kembali teringat dengan kata-kata
Kau salah selama ini Jongin
Menyiksa orang yang seharusnya tidak kau siksa
Yeon berkorban untuk Baekhyun
Sooyeon memegang kepalanya yang terasa sakit. Ia mengingat kata-kata itu. Dimana Sehun memberitahu semua kebenaran dan membongkarnya. Ayolah Sooyeon ini masih terlalu pagi untukmu mengingat semuanya.
“Are you okay?”
Kulitnya terasa dingin sekali, ia hampir menggigil kedinginan padahal udara disini tidak menunjukan derajat yang rendah. Namun keringat dingin keluar disekujur tubuhnya. Ia menundukkan kepala agar Jongin tidak melihatnya. Ia berusaha sekuat tenaga agar menahan tangisnya yang hampir merusak keheningan. Tanpa menatap Jongin Sooyeon langsung beranjak dari ranjang dan berlari ke kamar mandi lalu menguncinya. Kemudian ia menyalakan keran air agar tangisnya tersamarkan oleh suara air yang keluar dari keran.
“Sooyeon? apa kau baik-baik saja?” Jongin menggedor pintu berkali-kali mengharapkan balasan dari Sooyeon tapi Sooyeon sama sekali tidak membalas pertanyaannya.
Dirinya lemas dan terjatuh duduk. ia menyenderkan tubuhnya dan menekuk lututnya dan memeluk dengan kedua tangannya erat sambil menangis. Ia tidak mengerti perasaannya hari ini benar-benar percampur aduk, mulai dari marah, kesal, dendam, senang menyatu. Yang ia bisa ungkapkan hanyalah menangis sejadi-jadinya.
LEE SOOYEON! APA KAU MAU MEMBUATKU MARAH DAN MENYAKITIMU LAGI
Jika kau tak keluar makan mantan tunanganmu itu akan ku bunuh
Gadis itu kembali mengingat sepenggal demi sepenggal masa lalunya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, frustasi berharap semuanya hanya mimpi buruk. Gadis itu menangis dalam diam, matanya kembali kosong seperti mata orang mati.
Karena pikiran kacaunya yang terlampau menguasai, Sooyeon sama sekali tidak sadar bahwa pintu kamar mandi sudah dibuka paksa oleh Jongin. Pria itu tampak khawatir. Dia berjalan cepat mendekati Sooyeon yang terlihat berantahkan, tapi gadis itu tiba tiba menjadi histeris.
“Jangan mendekat…” ungkapnya ketakutan, bagaikan tengah melihat Monster yang sangat berbahaya.
Jongin tidak mendengarkan, dia terlalu khawatir untuk hanya diam ditempatnya. Gadis itu bangun dan melangkah mundur menjauh dari Jongin. Namun Gadis itu menangis kencang ketika punggungnya sudah sampai dinding, tidak bisa pergi lebih jauh.
“Jangan mendekat…please…” mohonnya. Dan Jongin langsung menghentikan langkahnya disitu, dengan jarak 1 meter dari Lee Sooyeon.
Tubuh gadis itu merosot dan jatuh terduduk dilantai. Dia menutup muka memerahnya menggunakan kedua tangannya. Sementara Jongin bingung bukan main tentang apa yang harus dia lakukan pada saat itu. well, Sooyeon butuh untuk menenangkan dirinya. Jongin menduduki tubuhnya juga di lantai keramik kamar mandi dengan luas 12 meter persegi itu, memperhatikan Lee Sooyeon yang masih menangis frustasi dengan nafasnya yang tidak beraturan.
“Did you remember something?” tanya pria itu pelan, setelah dilihatnya Sooyeon mulai meredakan tangis putus asanya tersebut. Siap ataupun tidak, pasti ada saat dimana Sooyeon mengingat semuanya, kan? Dan pada saat itu tiba, Jongin harus siap bahwa Sooyeon akan meninggalkannya. Dan Jongin akan kembali sendirian serta menyedihkan.
Mendengar pertanyaan Jongin, tangis Sooyeon kembali menjadi. Membuat pria itu sengaja melupakan peringatan yang sempat diberikan olehnya beberapa saat yang lalu. Jongin langsung mendekatinya dan memeluk tubuh kurus itu seerat mungkin, membiarkan Sooyeon menangis sejadi jadinya dipelukannya yang hangat. Jongin bahkan dapat merasakan airmata gadis itu membasahi bahunya.
“It was too scary.”
“I know.”
Gadis itu tidak berbicara apapun, begitu juga dengan Jongin. kedua orang itu bagaikan nyaman berbagi keheningan masing-masing, well Sooyeon dengan isakan yang ia coba hentikan sebetulnya.
Sooyeon melepaskan pelukan Jongin dari tubuhnya. Mata bengkaknya menatap dalam-dalam mata sayu Jongin. “You wont hurt me, right? You won’t do that, right?” tanyanya cepat, begitu lirih.
Jongin tidak memberikannya jawaban apapun. Pria itu masih bisu. Sampai akhirnya dia membuang muka kearah lain. Terlalu menyakitkan baginya menatap Jiyoon yang sehancur ini.
“I won’t.” Dia berkata pelan dengan nada suara yang tidak yakin.
---
Dari malam itu Jongin membiarkan Sooyeon untuk beristirahat dan meninggalkannya sendiri di kamar. Mungkin Jongin juga butuh waktu untuk dirinya menyendiri. Dengan secangkir teh hangat yang ia buat sendiri, Jongin menenggak sedikit demi sedikit tehnya. Matanya memandang tanaman dan bunga-bunga yang ada dibelakang taman tapi pikirannya jauh menerawang. Hari demi hari keadaan Sooyeon makin membuat Jongin merasakan salahnya. Bukan maksudnya untuk membuat gadis itu menjadi begini. Jongin tahu balas dendam memang bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan kepuasan, ia justru terjerumus kedalam dendam itu dan makin terlena oleh nafsu yang tidak bisa ia kontrol sendiri.
Mencintai. Mungkin nafsu ingin membalas dendam berubah seketika menjadi cinta. Bisa saja terjadi, Jongin adalah pria yang baru saja ditinggal oleh kekasihnya, begitupun dengan Sooyeon, ia baru saja membatalkan pertunangannya. Seperti pepatah Orang yang dibenci menjadi orang yang sangat dicintai. Dan Jongin adalah salah satu dari kalimat itu.
Waktu hampir menunjukkan tengah malam, Jongin hampir lupa dirinya sudah sangat lama berada di taman. Dan secangkir teh yang menemaninya pun sudah habis. Kemudian ia kembali berjalan menuju dapur. Matanya kemudian melihat pintu kamar Sooyeon terbuka lalu dengan itu Jongin pun bergerak kesana untuk sekedar menutup pintu kamarnya. Tapi Jongin tak sengaja melihat gadis itu yang belum tertidur. Duduk dilantai bersandarkan dinding dingin. Jongin hanya memerhatikan dari jauh. Melihat gerak-gerik Sooyeon yang mungkin begitu aneh.
Sooyeon hanya menatap bisu ruangan kamarnya. Kembali mengingat bahwa kenyataan pahit memang benar terjadi padanya. Mungkin ia tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Dimana kenyataan itu sudah menjadi masa lalunya dan sekarang ia seharusnya bisa lebih bahagia dari sebelumnya.
“Sooyeon?” panggil Jongin lembut.
Sooyeon menoleh lemah. Menatap Jongin dengan mata sendunya.
“Ada apa?” tanya Jongin cukup khawatir.
Sooyeon mempalingkan wajahnya dan menatap lurus ke arah dinding kosong dihadapannya lalu ia menggeleng pelan.
“Aku lelah Jongin…”
Kalimat itu hampir membuat hati Jongin terenyuh. Disini bukan hanya Sooyeon saja yang lelah, Jongin pun ikut lelah melihat Sooyeon seperti ini. Mungkin karena semua salahnya ini adalah ganjaran yang pantas untuknya. Tapi ini belum seberapa dengan apa yang dilakukan Jongin pada Sooyeon. Dan Jongin pun tahu ganjaran terpahitnya adalah Sooyeon akan membencinya lagi, seperti dulu sewaktu Sooyeon menganggap Jongin adalah monster di hidupnya.
“Why?” Jongin kemudian duduk disamping Sooyeon dengan arah tubuh menghadap gadis itu.
“I don’t know… i just tired.. it’s really hard for me...” mata hazel gadis itu mengeluarkan sedikit demi sedikit air mata yang tidak bisa lagi ia tahan.
Jongin menghapus air mata yang turun ke pipi gadis itu dengan lembut. “I know…” ucap Jongin lemah.
“Our life is so hard, but there are millions of people with a more hard life out there”
Sooyeon hanya terdiam seketika ia membenarkan ucapan Jongin. Dan keheningan pun berada diantara mereka. Saat itu Jongin menatap mata hazel itu tanpa air mata yang tersisa. Dengan perlahan Jongin meraih tubuh Sooyeon agar semakin dekat pada dirinya. Sekarang wajah Jongin dengan Sooyeon hanya berjarak 5cm. Jongin dapat melihat lebih dekat wajah cantik dengan mata hazel itu. Dan Sooyeon juga bisa melihat lebih dekat wajah Jongin yang tersenyum membuat matanya menyipit dengan bibir tebal miliknya.
Jongin mendaratkan bibir tebalnya tepat diatas bibir Sooyeon yang mungil. Sooyeon bisa merasakan senyuman simpul milik Kai di antara waktu ciuman tersebut. Menikmati setiap detik demi detik, menit demi menit. Memeluk gadis itu makin erat dan membuat Sooyeon nyaman dengan pelukan itu. Kemudian Jongin melepaskan ciuman itu perlahan.
“Hanya sebentar saja, kau harus lebih tenang..” ucap Jongin lembut
Dengan itu Jongin kembali melumut bibir mungil Sooyeon dengan kelembutan. Dan mereka berdua menikmati itu sampai larut malam tiba.
---