home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > NICE TO MEET YOU

NICE TO MEET YOU

Share:
Author : lianosss
Published : 17 Mar 2015, Updated : 23 Apr 2016
Cast : Kim Jongin Byun Baekhyun Lee Sooyeon
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |174432 Views |14 Loves
NICE TO MEET YOU
CHAPTER 15 : The Truth

Sooyeon mencoba memejamkan matanya berkali-kali. Namun ia tetap tak bisa menemukan jalannya untuk tidur dan pergi ke dunia dimana ia tak akan memikirkan apa yang terjadi padanya. Sooyeon berguling ke kanan dan ke kiri berkali-kali, menarik selimut dan membuangnya ke samping kembali. Entah sudah berapa lama ia habiskan hanya dengan berguling-guling.

 

Hingga didengarnya sebuah ketukan di jendela, Sooyeon langsung bangkit dengan rambut berantakannya. Dilihatnya Jongin berdiri di hadapannya dengan wajah datarnya. Sooyeon bangkit dan berdiri di depan Jongin. Untuk sekian detik, Sooyeon hanya diam menatap Jongin dengan mata yang perlahan terlihat khawatir. “Ada apa?”

 

“Aku tidak bisa tidur...”

 

---

Sudah 2 menit di taman belakang rumah, Sooyeon dan Jongin terdiam tak saling menatap.

 

“Udaranya cukup dingin...” ucap Jongin basa-basi.

 

Sooyeon hanya menatap Jongin datar.

 

“Mengapa menatapku seperti itu?”

 

“Aku tidak mengerti mengapa kau memulai pembicaraan yang konyol seperti itu...”

 

“Apa itu sangat konyol?”

 

Sooyeon hanya tertawa dan dibalasnya Jongin juga ikut tertawa.

 

“Apa yang kau inginkan sekarang?” tanya Jongin sambil menatap mata hazel wanita yang berada disampingnya itu.

 

“Aku ingin bisa mengingat siapa aku dulu, bagaimana aku hidup dulu, dan siapa yang selalu bersamaku dulu”

 

Jongin memang tidak tahu bagaimana rasanya hilang ingatan. Semua ini memang kesalahannya membuat gadis itu berlari menghindarinya dan terjadilah kecelakaan. Mungkin jika Jongin tidak berada disana, Sooyeon tidak akan mengalami kecelakaan sampai menghilangkan ingatannya. Penyesalan memang akan selalu datang terlambat, bukan?

 

“Apa kau benar-benar ingin mengingat masa lalu mu?”

 

Sooyeon mengangguk yakin. Tapi tidak begitu dengan Jongin. Ia merasa takut akan jawaban Sooyeon kali ini. Semua kenyataan yang pahit akan terungkap nantinya. Dan Jongin harus siap. Dia harus sudah siap merelakan gadis itu membencinya setengah mati. Ia harus siap menerima resiko itu.

 

“Sepahit apapun masa laluku, aku akan tetap ingin mengingatnya.” Lanjut Sooyeon yang terdengar begitu sangat yakin.

“Seindah apapun sekarang, tetap saja nantinya kau akan membenciku” Batin Jongin

---

 

Sehun masih bertengger di halaman depan rumah Jongin. Ia sudah hampir setengah jam menunggu sahabatnya keluar. Hari ini dua pria tampan itu memang sudah membuat janji untuk bertemu. Dulu sebelum Sehun sesibuk sekarang dan begitu pun dengan Jongin, mereka pasti selalu bertemu tanpa membuat janji terlebih dahulu.

 

Jongin baru saja keluar dari pintu utama rumahnya dengan kaos berwarna dominan pink, celana jeans putih pendek dan sepatu adidas putihnya nampak seperti remaja-remaja gaul jaman sekarang. Sehun yang melihatnya dari halaman depan rumahnya hanya tertawa mencibir.

 

“Apakah style mu hari ini Mr. Kim?”

 

Jongin tak menanggapi ucapan Sehun. Ia kemudian masuk ke dalam mobil ferarri 458 Italia diikuti dengan Sehun.

 

“Ya..ya..ya apakah kau yakin dengan pakaianmu hari ini?”

 

“Apa kau sekarang menyukai warna pink?” Sehun lanjut mengoceh sambil mengendarai mobil ferarri itu. Tapi Jongin masih menganggapnya bagaikan tidak ada. “Ah~ Apa kau sedang jatuh cinta?”.

 

“Fine. Aku memang ingin mengganggumu. Bisakah kau merasa terganggu sebentar?” tanyanya mulai kesal. Jongin selalu bisa menghancurkan image ‘cool’ dan ‘kalem’nya. 

 

“Apa tujuanmu mengajakku pergi, huh? Aku tidak dalam mood yang baik.”

 

“Dan untuk itu aku mengajakmu pergi dan bersenang-senang, Jongin.”

 

“Tolong berhenti jika kau ingin mengajakku untuk bersenang-senang denganmu!” bentak Jongin.

 

“Hey! Whats your problem, Mr. Kim?”

 

“You don’t need to know what happened to me!”

 

“Apa ini semua karena gadis itu? Sooyeon?”

 

Jongin terdiam hanya menatap lurus jalanan dihadapannya. Dan Sehun juga sudah tahu apa yang terjadi pada temannya itu sampai-sampai ia begitu dingin padanya.

 

“Bukan kah kita sudah lama bersahabat? Lalu hal apa lagi yang akan kau tutupi, Jongin?”

 

Ia masih terdiam dengan raut wajah yang tidak begitu enak dipandang.

 

“Dia akan mengingat semuanya...” ucap Jongin. Tidak kencang. Tapi cukup untuk didengar telinga Sehun.

 

Sehun meminggirkan mobilnya ke pinggir jalan dan mulai fokus kearah Jongin. Tumben sekali pria ini tengah dilanda dengan kegalauan. “Lalu, apakah itu merugikanmu?”

 

“Mungkin...”

 

“Kau tahu, mungkin itu yang akan terjadi nanti dan jangan membuatnya terlalu sulit, Jongin. Kau tidak serapuh yang ku lihat sekarang. Bukahkan ini masalah kecil? Apa salahnya dia mengingat semuanya?”

 

“Dan nantinya dia akan membenciku? Nantinya sahabatmu ini mati perlahan-lahan.” ucap Jongin menaikkan nada suaranya.

 

“Seharusnya kau membiarkannya pergi bersamaku!” ucap Sehun yang ikut menaikkan nada suaranya.

 

Jongin langsung menatap Sehun dengan kebencian. Nafasnya menjadi berat mendengar perkataan sahabatnya itu.

 

“Membiarkannya begitu saja setelah aku menunggunya selama itu??! Kau pikir segampang itu!”  Jongin mulai mengepalkan tangan kanannya, bersiap untuk meninju Sehun.

 

“Dan menyiksanya selama itu? kau pikir dia bukan manusia?! Kau dan dia sama, Jongin!”

 

“CUKUP!!!” teriak Jongin sambil menahan kesalnya. Ia tahu sahabatnya ini memang benar, maka dari itu ia menahan dirinya untuk berkelahi dengan sahabatnya. Ia kemudian membuka pintu mobilnya kemudian membanting pintunya kencang dan pergi tanpa satu katapun setelah berteriak tadi.

 

“ARGH!!!” Sehun meremas setir mobilnya kesal.

 

---

 

Jongin membaringkan tubuhnya kasar ketempat tidur. Sontak gadis disebelahnya itu kaget dan terbangun.

“Bukankah kau pergi bersama Sehun?” tanyanya bingung.

 

Jongin hanya memejamkan matanya tanpa menjawab pertanyaan gadis yang berada disebelahnya itu. Gadis itu kemudian mendekati Jongin kemudian bertanya.

 

“Kau baik-baik saja?”

 

Masih sama, tak ada jawaban dari Jongin. Ia masih terus mengatur nafasnya sambil memejamkan matanya. Sooyeon yang hanya melihat  itu terus menerus bertanya padanya.

 

“Hey... Kim Jongin!” sambil mengguncangkan tubuh Jongin pelan.

 

Jongin pun geram karena memang moodnya sama sekali tidak enak karena sahabatnya itu.

 

“YA!!!!” teriak Jongin sambil mendorong Sooyeon sampai terjatuh kebawah lantai.

 

“Aw...” rintihnya sakit.

 

“Bisa kau tidak mengangguku?!” bentak Jongin kemudian pergi meninggalkan Sooyeon yang masih berada ditempat.

 

Tiba-tiba Sooyeon merasakan sesuatu yang pernah ia rasakan sebelumnya. Dan itu membuatnya malah menjadi takut. Dia tidak tahu apa yang benar-benar ia takutkan didunia ini. Kadang dia merasa takut terhadap hal yang tidak perlu, atau kadang dia tidak takut apa apa.

 

Tapi dia tahu, dia begitu ketakutan saat ini.

 

Bahkan dia tidak bisa bernapas dengan benar, sesak sekali. Dia tidak dapat melihat apa-apa selain kegelapan. Kegelapan yang membuatnya membayangkan hal yang tidak-tidak. Seperti kegelapan itu membunuhnya dengan sesuatu yang sangat menyiksa. Tubuhnya mulai menggigil mengingat dia bagaikan terkurung di ruangan ini, berharap banyak bahwa seseorang akan datang, membawanya keluar dari ketakutannya yang begitu menyiksa.

 

‘Plak…’

 

‘Brukkk.’

 

‘You bicth.’

 

‘Stupid!’

 

‘Nice to meet you, sweety’

 

‘Thats all your fault!.’

 

‘Kalau kau mati, hidup orang orang disekitarmu mungkin lebih baik.’

 

 

Sooyeon menutup telinganya rapat-rapat. Tiap kata itu seperti membuat tusukkan pada jantungnya. Dia terduduk dengan memeluk lutut erat-erat, menangis frustasi. Berteriak meminta pertolongan sekuat yang ia bisa, tapi suaranya tidak terdengar sama sekali. No once can save her. And it s so horrible to know it.

 

 ---

 

Jongin membuka pintu kamarnya ketika dia berpikir untuk melihat Sooyeon. Ia baru sadar bahwa perlakuannya terhadap Sooyeon tadi pasti akan membuatnya menjadi takut padanya. Tapi lelaki itu betul-betul terkejut ketika mendapati tubuh meringkuk yang hampir terjatuh ketika dia membuka pintu. Pria itu nyaris berteriak karena berpikir itu hantu.

 

Tapi….

 

“Sooyeon..” panggilnya. Gadis itu tidak bergeming, Jongin memegang tangannya yang bergetar dan begitu dingin, sedingin es batu. “Sooyeon…” panggilnya lagi, makin panik. Gadis itu masih tidak bergerak dan Jongin dapat mendengar isakkan tertahan dari bibirnya yang ditutupi oleh lutut.

Tidak mengerti harus berbuat apa, Jongin langsung membawa gadis itu dalam pelukannya, membuat dia langsung mengeluarkan isakkan kencang setelah itu.

 

Mimpi buruk lagi?

 

“It’s okay. It’s okay.” Jongin menepuk-nepuk punggungnya lembut untuk menenangkan.

 

“I am afraid.”  Dia berbisik dengan suaranya yang bergetar. “It comes again.”gumamnya dipelukan Jongin. Jongin mengeratkan dekapannya, pelan pelan membuat Sooyeon berdiri dan masuk ke kamarnya. Dia mengambil remot Room heater dan meninggikan suhu sampai maksimal. “it comes again…” Sooyeon mengulangi kalimat yang sama berkali-kali, menunjukkan bagaimana dirinya benar-benar tersiksa dengan itu. Wajahnya bahkan sudah pucat pasi, persis mayat hidup.

 

“it what? Who?”

 

“Monster itu…dia ingin menyakitiku”

 

Deg. Mungkin maksudmu itu aku.

 

After that, they both comfortably share silent.

 

---

Gadis itu duduk di pinggir tempat tidur Jongin dengan raut wajah yang sedikit lebih tenang. Napasnya mulai teratur, tidak sesusah tadi, Jongin hampir memberikannya selang oksigen jika itu berlangsung lebih lama.

 

“Bajumu basah.”  Sooyeon melihat baju tidurnya. Basah sebagian karena keringat dingin, dia sendiri baru sadar akan hal itu. “Aku ambilkan bajumu sebentar, ok?” bujuknya, daritadi Sooyeon hanya diam saja. Dia tidak berbicara apa apalagi selain ‘I am afraid’ dan ‘it comes again.’

 

Gadis itu tentu menahan tangan Jongin yang ingin pergi. Dia menggelengkan kepalanya, meminta Jongin untuk tidak meninggalkannya.

 

“Baiklah, kau pakai bajuku.” Jongin membuka lemari pakaian santainya yang terletak tidak jauh dari tempat tidur, mengambil acak kaos miliknya yang berwarna hitam

 

Jongin berlutut dihadapan Sooyeon, tidak mendapatkan perhatiannya sama sekali yang malah menatap kosong kearah lain.

Pria itu menghela napas berat kemudian membuka kancing baju tidur Sooyeon satu persatu, menanggalkan bajunya. Dia cepat-cepat memakaikan Sooyeon kaos miliknya setelah itu. Demi apapun, niat buruk tidak terlintas sedikitpun dalam pikirannya yang terbiasa kotor. Well, bagaimana dia bisa memikirkan hal-hal lain disuasana yang segloomy ini? Yang hanya ingin ia lakukan sekarang adalah membuat gadis itu merasa lebih baik, tidak ada hal lain.

 

“Sekarang kau tidur, ya? Tidak akan ada yang mengganggumu.”

 

Sooyeon menggeleng, menolak. Tapi dia menelentangkan tubuhnya disisi kiri tempat tidur Jongin.

 

“It will come again.”

 

Jongin ikut berbaring disebelahnya. Menghadap kearah Sooyeon dimana tubuhnya masih telentang, matanya sedikit nyaman menatap kosong kearah langit-langit kamar.

 

Jongin benar-benar ingin memutar waktu. Seandainya bisa, dia tidak akan menyakiti Sooyeon seperti itu. Tidak akan menyekapnya. Tidak akan menyiksanya. Tidak akan menyakitinya. Tapi semua sudah berlalu, Sooyeon sudah rusak.Jongin sudah merusaknya. Dan yang bisa dia lakukan sekarang adalah memperbaiki gadis itu kembali. Dia yang paling bertanggung jawab atas hal itu.

 

“ One dayyou and I are gonna wake up and be alright. Maybe not today, maybe not tomorrow but one day. One dayI promise you.” Jongin berbisik untuk gadis itu dengan suaranya yang serak. Mungkin Sooyeon tidak tahu bahwa didetik ini, bukan dia satu-satunya yang merasa paling menderita. Jongin juga. Karena pada saat itu jongin sadar, ada hal yang lebih buruk dari kehilangan seseorang yang kau cintai… yaitu melihat orang yang kau cintai kehilangan kebahagiaannya. Melihat Sooyeon seperti ini terasa lebih buruk dari apapun yang sempat ia tahu.

“Jongin..” panggilnya lirih. Sooyeon membaringkan badannya menghadap Jongin, membuat mata mereka bertemu. Terkadang, eye contact memang berarti sedalam itu. Kau bisa langsung jatuh cinta dengan seseorang hanya karena beberapa detik eye contact, bukan?

 

“Saat kau mendorongku hingga terjatuh.. aku merasakan dejavu...”

 

Deg!

“I am afraid..” ucapnya lirih.

 

“Its okay. You will not be afraid anymore. I Promise.” Jongin mengusap-usap puncak kepala Sooyeon agar dia bisa merasa lebih tenang.

 

“Kau tidurlah... aku akan menemanimu disini...” lanjut Jongin yang menatap kearah gadis itu dengan tatapan yang lembut.

 

---

 

Ketika pagi itu datang, Jongin yang bangun lebih dulu mempersiapkan dirinya untuk pergi ke kantor. Mungkin hari ini adalah hari lembur untuknya. Jongin tahu hampir seminggu ini dia kurang fokus menjalankan pekerjaannya sebagai owner perusahaan. Bagaimana bisa Jongin fokus dengan masalah dikantor? Bagaimana bisa ia tidak memikirkan gadis itu sedetikpun?

 

“Kau sudah bangun?” tanya Jongin melihat Sooyeon dari pantulan kaca.

 

Sooyeon mengangguk pelan.

 

“Aku akan ke kantor mungkin akan pulang malam. Jika kau sudah mengantuk lebih baik tidur saja, jangan menungguku. Mengerti?” titah Jongin sambil mengkancingkan kemejanya.

 

“Aku tidak bisa tidur, jika tidak bersamamu....” ucap gadis itu begitu polos.

 

Jongin kembali melirik pantulan kaca sambil mengulum bibirnya yang kering. Bukankah itu sama saja menggoda singa dipagi hari? Bahkan dulu Sooyeon berfikir bahwa Jongin adalah monster yang sangat mengerikan untuknya. Bagaimana bisa tuhan menyihir gadis itu begitu cepat untuk Jongin?

 

“Kau bisa tidur tanpa aku. Sebelumnya memang begitu...”

 

“Jadi kau tidak mau tidur denganku?”

 

Pertanyaan bodoh macam apa yang harus Jongin dengar sekarang? Bukankah menikmati secangkir teh hangat dan roti selai dipagi hari lebih baik dari pertanyaan gadis itu? Ayolah Sooyeon, bukan waktu yang tepat kau menggoda singa dipagi hari seperti itu dengan keadaanmu yang masih sangat terguncang.

 

“Aku bisa tidur denganmu kapan saja semauku. Tapi malam ini jangan menungguku sampai larut malam. Dan aku bukan orang yang suka dilanggar. Kau juga adalah gadis penurut sebelum lupa ingatan.” Ucap Jongin yang sudah selesai memakai pakaian dan bergegas menuju garasi mobilnya.

 

Sooyeon hanya menggigit bibirnya. Tidak berani menyangkal perkataan Jongin kali ini.

 

“Gadis penurut?” ucap Sooyeon ke udara.

 

---

 

Sehun berjalan menuju ruang resepsionis perusahaan ternama. Ia kebetulan akan memulai bisnis dengan perusahaan itu.

 

“Selamat pagi Mr. Oh” sapa salah satu karyawan yang melihat Sehun berjalan menuju ruang owner perusahaan itu.

 

Dengan gayanya yang sok ‘cool’ Sehun berjalan bagaikan di red carpet. Sambil mengutak-atik handphonenya sedari-tadi. Bagaimana tidak, semua karyawan yang bekerja diperusahaan itu memandang Sehun dengan tatapan layaknya melihat ‘angel’ terutama para wanita yang bekerja disini.

Sehun membuka kacamata hitamnya. “Bukankah jalan ini menuju ruangannya?” tanya Sehun kikuk.

 

Salah satu ruangan kantor terbuka sedikit. Dengan papan nama ruangan yang tertempel jelas membuat Sehun melangkah percaya diri. Sehun berhenti didekat pintu. Menguping pembicaraan pemilik owner itu yang sepertinya sedang menelpon seseorang. Ingin menutup pintu ruangan, Sehun malah sangat serius menguping pembicaraan Baekhyun dengan ibunya.

 

“Ya bu, akan ku usahakan dia bersamaku lagi. tapi tidak semudah itu Jongin melepaskannya. Aku tahu ibu khawatir akan ingatannya itu kan? Aku pun begitu. Aku tahu masa lalu itu adalah salahku. Bahkan jika dia mengingat semua kecelakaan itu, ya itu adalah yang sebenarnya. Seharusnya memang aku yang dipenjara bukan Sooyeon. Seharusnya ibu berhutang budi dengan Sooyeon yang telah menyelamatkan anakmu satu-satunya ini. Jadi tolong bu, jangan membicarankan ini lagi. Aku sekarang akan meeting dengan klient.”

 

Sehun menelan air liurnya dengan susah. Ia baru saja mendengar percakapan seorang anak dengan ibunya yang sedang menutup-nutupi kejahatan. Walaupun dirinya dengan Jongin sekarang tidak akur, tapi ini adalah berita yang sangat penting yang harus Jongin tahu.

 

“Sehun? sedang apa kau disitu?” tanya Baekhyun bingung melihat Sehun yang berdiri di dekat pintu ruangannya.

 

“Ah... Byun Baekhyun. Apa kabar?” Sehun berjalan dan memeluk Baekhyun.

 

“Aku baru saja bertemu karyawanmu yang cantik... bisakah kau mengenalkannya padaku?” ucap Sehun sedikit kikuk.

 

“Hey! Apa diusia mu yang sudah hampir tua ini kau masih saja menjadi playboy?”

 

“Ahaha... bukankah kau lebih tua dariku? Jadi ku pikir aku terbilang muda jika bersanding denganmu.”

 

“Sial. Kau sangat pintar memutar balikkan fakta. Jadi bagaimana meeting kita hari ini?”

 

“Bukankah memang itu cara seorang playboy? Baiklah kita mulai saja”

 

---

 

 Hampir 3 jam Sehun menyelesaikan meetingnya bersama Baekhyun. Dengan cepat, ia langsung meluncur ke arah rumah Jongin. Ia tidak mau basa-basi menanyakan kabar dimana Jongin berada sekarang. Sehun tahu jika ia melakukan hal itu sama saja ia melakukan hal bodoh. Ia dan Jongin bertengkar belum lama ini dan Sehun tiba-tiba menghubunginnya dan memberitahunya melalui handphone ada berita penting. Jongin tidak semudah itu, dia akan membuat Sehun serumit yang ia mau. Apa lagi Sehun telah membuat moodnya hari itu menjadi jelek. Yang ia tahu Jongin akan berada dirumahnya atau dikantornya. Ya, dia tidak akan pergi-pergi jauh selama ia ingin gadis itu masih bersamanya.

 

“Ini berita sangat penting dan Jongin harus tahu itu... bagaimana mungkin Baekhyun menutupinya selama ini? dasar brengsek!” maki Sehun selama perjalanan menuju rumah Jongin.

 

Sesampainya dirumah. Ia tidak menemukan keberadaan Jongin. Ia hanya mendapatkan Sooyeon yang sedang menonton tv.

 

“Jadi Jongin akan pulang larut malam?” tanya Sehun pada Sooyeon.

 

“Ya, dia memberitahuku sebelum berangkat ke kantor.” jawab Sooeyon seadanya.

“Baiklah, lebih baik aku menunggunya disini..” ucap Sehun yang langsung duduk di sofa milik Jongin itu.

 

“Mau ku buatkan teh hangat atau yang lain?” tawar Sooyeon.

 

“Apa kau bisa membuatkan ku buble tea?” jawab Sehun sambil melepaskan jasnya ke samping sofa.

 

Sooyeon mengangguk dan tersenyum. Setelah 7 menit Sehun menunggu minumannya akhirnya Sooyeon membawakannya.

 

“Apa kau tidak menghubunginya lebih dulu?” tanya Sooyeon sambil menaruh gelas berisi buble tea itu ke hadapan Sehun.

 

Dengan cepat Sehun langsung meminumnya. Sehun kemudian menggeleng padahal ia masih meminum buble teanya.

 

“Aku dan Jongin bertengkar. Tidak mungkin ia akan mau bertemu denganku.” Jawab Sehun kemudian.

 

“Apa sangat penting? Biar ku coba untuk menanyakannya.”

 

“Ya, ini menyangkutmu dan juga Jong-“

 

“Aku? ada apa?”

 

“Ah bukan.. aku sangat haus sekali  dan hari ini sangat panas, jadi aku kurang begitu fokus. Maksudku dengan perusahaan Jongin.” sangkal Sehun.

 

“Ah begitu. Ini masih sangat siang. Jika kau menunggu disini pasti sangat membosankan.” Ucap Sooyeon.

 

Sehun tidak mendengar ucapan Sooyeon yang baru saja dilontarkan. Ia masih benar-benar merasa dirinya bodoh karena sudah keceplos-an.

 

---

 

Sudah jam 8 malam, Sehun yang sedari tadi asik bermain game tidak henti-hentinya ia melihat ke pintu rumah Jongin. Berharap Jongin segera pulang. Layaknya seorang istri yang cemas menunggu suaminya pulang kerja.

 

“Sehun, apa sebaiknya kau pulang saja? aku yakin Jongin akan pulang larut malam, dan kau pasti akan kelelahan jika menunggunya.” saran Sooyeon.

 

“It’s okay Sooyeonna. Dulu aku pernah menunggu Jongin lebih lama dari hari ini.”

 

“Menunggunya untuk apa?”

 

“Saat terakhir aku dan Jongin bertemu. Dia berjanji akan menemuiku lagi dan bermain mobil-mobilan bersamaku. Tapi bayangkan aku seperti anak bodoh dan benar-benar menunggunya sampai aku besar. Dan setelah itu aku tahu dimana Jongin berada. hahaha bukankah masa kecil memang sangat bodoh?”

 

“Dan kau melakukan hal bodoh ini sekarang” ucap Sooyeon sambil tersenyum meledek.

 

“Hahaha ya kau benar. Mungkin sekarang berbeda. Ini bukan hal bodoh yang kulakukan sekarang, tapi hal yang sangat penting, urgent...” Sehun malah sangat serius menanggapi ucapan Sooyeon.

 

*CREK!*

 

Dengan cepat Sehun dan Sooyeon melihat dan menanti siapa yang membuka pintu rumah itu.

 

 

 

ooo000ooo

Maaf ya lama.. semoga suka. jangan lupa comment ya, comment kalian sangat berarti untuk motivasi aku buat bikin next chapternya loh 

thankisseu❤ 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK