home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > NICE TO MEET YOU

NICE TO MEET YOU

Share:
Author : lianosss
Published : 17 Mar 2015, Updated : 23 Apr 2016
Cast : Kim Jongin Byun Baekhyun Lee Sooyeon
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |174432 Views |14 Loves
NICE TO MEET YOU
CHAPTER 10 : She's Still Breathing

Pintu ruang operasi akhirnya terbuka, keluar seorang dokter dengan jas putihnya, diikuti oleh 3 dokter lain yang tampak lebih muda dan beberapa orang perawat dibelakang, menutup kembali ruang operasi yang penuh suara alat medis.

Baekhyun dan Sehun yang daritadi menunggu kabar reflek berdiri dari tempat duduk mereka masing masing, menahan napas, menunggu berita apa yang akan diberitahu oleh sang dokter, mereka mungkin sudah siap jika harus dengarkan kabar buruk, mau tidak mau, semuanya sudah menjadi takdir. Tapi Jongin tidak, meskipun terpaksa atau dipaksa sekalipun, dia tidak akan pernah siap mendengar sebuah kabar buruk. Sehingga pria itu masih duduk ditempatnya, menutup telinga rapat rapat dalam beberapa waktu.

“Jongin…” Sehun memegang bahu pria yang terlihat semakin kacau itu, menepuknya pelan agar perhatian Jongin tertuju padanya. Jongin menurunkan tangan dari telinganya perlahan, tapi kepalanya masih menunduk menatap lantai.

“Jangan katakan kepadaku jika dia tidak baik baik saja.” Ucapnya pelan. Pria itu dapat mendengar helaan napas berat Sehun. Air matanya yang ia pikir sudah mengering, keluar begitu saja, seperti sebelumnya, begitu banyak.

“Operasinya berhasil.” Balas Sehun berbisik, hati hati. Dia ikut jongkok di hadapan Jongin, kedua tangannya memegang bahu lemas temannya itu. Jongin mengangkat kepalanya, menatap kosong kearah Sehun, menunggu kelanjutan. “Sooyeon sedang melewati masa kritisnya. Dia selamat…” meskipun dalam keadaan hidup dan mati.

Jongin akhirnya bisa bernapas lebih teratur, dia menghapus airmatanya kasar, mencoba bangkit berdiri, tapi kepalanya kelewat pusing hingga akhirnya dia kembali terjatuh, pingsan.

----

Lee Sooyeon masih tertidur dengan baik di tempat tidur yang tidak besar itu, terdapat dua jalur infus yang mengikat tangan kirinya, alat bantu pernapasan bertengger besar pada hidung dan mulutnya, belum lagi selang NGT yang tersambung dari hidung menuju lambung. Alat-alat itu pasti tengah menyiksanya secara tidak langsung.

Jongin yang baru masuk ke dalam ruangan itu, angka ataupun gelombang pada bedside monitor membuatnya menghela napas berat. Parah. Parameter jantung dan oksigen nyaris tidak bergelombang, tekanan darah terlalu rendah, suhu tubuh juga terlalu dingin, tidak ada perubahan yang signifikan dari pertama kali gadis itu dinyatakan koma.

 

“Hi.” Dia menyapa, sepelan dan seramah mungkin. Meskipun airmata sudah menumpuk untuk meminta dijatuhkan. Jongin merasa bahwa dirinya yang sekarang terlalu banci untuk ukuran laki laki. Biarkan saja, dia tidak perduli lagi. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya. Dia tidak menyentuh Sooyeon, hanya duduk dikursi kecil sebelah tempat tidur dengan dilapisi jubah hijau sebagai persyaratan masuk ICU. “Lebih baik ya?”

“Maafkan aku. Maafkan aku karena tidak bisa ikhlas jika kau pergi.” Ucapnya sedih, merasa bersalah. Dia tahu bahwa dirinya terlalu egois, terlalu pikirkan diri sendiri. Mungkin Sooyeon tidak bisa pergi ke dunia yang berikutnya karena rasa tidak iklasnya, yang membuat gadis itu ditolak dunia kematian, secara tidak langsung tentu saja semakin menyiksa gadis itu.

“kau pasti semakin membenciku. Yeah, aku menyiksamu ketika kau hidup. Aku juga menyiksamu ketika kau hampir mati. Aku memang sebajingan itu. Jangan pergi dulu, kau harus balas dendam kepadaku. Lakukan apapun…apapun yang kau mau. Tapi jangan pergi.” Dia berkata mulai terisak, penuh permohonan, penuh ketakutan. Jongin tidak berhenti pada Tuhan, mohon ampun, mohon agar Tuhan tidak segera membawa Sooyeon, mohon agar Tuhan berbaik hati kepadanya sekali lagi, mohon kepada Tuhan untuk diberikan kesempatan selanjutnya. Well, selama ini Jongin terlalu buta sehingga lupa bahwa Sooyeon bisa diselamatkan, itu tidak benar jika tidak seorangpun bisa menyelamatkan Sooyeon darinya, ada Tuhan, Sang Pencipta yang Maha Kuasa.

Jongin dengan segera menghapus airmatanya, “aku tidak seharusnya berbagi kesedihanku kepadamu.” Dia memaksakan senyum, sebuah senyum tulus yang terkesan menyakitkan. Tidak berapa lama beberapa orang dokter masuk keruangan, ingin memeriksa keadaan lebih lanjut gadis itu. Jongin bangkit berdiri dari kursinya, berbisik lembut ditelinga Sooyeon, “istirahat lah yang baik. Aku akan menunggumu.”

Setidaknya, Jongin lebih rela melihat kondisi Sooyeon semenyedihkan ini daripada gadis itu mati. Egois sekali, bukan?

---

“YA! Kim Jongin! Apa kau sudah gila? Kau baru saja pingsan.. seharusnya tetaplah diruanganmu...” ucap Sehun yang sedaritadi mencari Jongin keliling rumah sakit.

“Aku tak suka sendiri, aku hanya ingin mengeceknya,,,”

“Tapi kesehatanmu juga sangat penting! Apa kau ingin mati??!”

“Nanti jika Sooyeon mati...”

Sehun menghela napas berat. Jongin benar benar sudah gila. dia yakin bahwa temannya ini sudah mengalami gangguan pada kejiwaannya, entah itu parah ataupun tidak, yang jelas, dia pasti akan langsung disetujui untuk dirujuk ke tempat itu apabila diperiksa dokter otak.

“Kau tidak serius akan melakukan itu kan?”

“Satu satunya yang penting bagiku sekarang bahwa gadis itu masih hidup.” Ucapnya pelan.

Sehun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Jongin itu egois, ditambah keras kepala. Dia berani bertaruh bahwa Jongin benar-benar akan melakukan seperti yang dia sebutkan barusan.

“Kau yang memberitahu Baekhyun bahwa Sooyeon kecelakaan?” tanya Jongin

“Ya... awalnya dia menanyakan keadaanmu.. lalu setelah itu dia sangat khawatir.” Jawab Sehun seadanya.

“Hey! Apa kau Sooyeon aku dan Baekhyun?” Sehun membuat kesimpulan konyol.

“Tutup mulutmu!” Jongin benar-benar tidak ingin meneruskan pembicaraan konyol itu disaat seperti ini.

“Sooyeon adalah mantan kekasih Baekhyun...” ucap Jongin yang telah sampai di ruangannya.

Raut wajah Sehun berubah cepat, matanya membulat dan bibirnya berjeda. Banyak yang ingin ia tanya, tapi untuk saat ini Sehun hanya bisa memedamnya. Karena pasti Jongin tidak akan menjawab semua pertanyaannya saat ini.

----

Sudah tiga minggu berlalu. Keadaan Lee Sooyeon tetap tidak ada perubahan yang jelas. Hanya detak jantung dan suhu tubuhnya yang terlihat sedikit lebih baik.

“Apa kabarmu, sayang?” Jongin menanyakan pertanyaan yang sama setiap kali dia memasuki ruang itu, biasanya hanya dijawab oleh pekikan Bedside monitor, tapi suara seorang lelaki membuatnya tidak lagi melanjutkan kata katanya pada gadis yang tengah tertidur lelap itu.

 

“Kondisinya selalu lebih buruk apabila ada kau didekatnya.” Baekhyun berkata sarkastik, dia tidak hanya sekali mengusir Jongin, berkali kali. Tapi pria itu terlalu keras kepala untuk mendengar, Jongin bahkan seperti tidak ada tempat tinggal lain selain rumah sakit. Selalu memiliki waktu luang bagaikan, pengangguran sehingga tidak masalah terus menerus membuang buang waktu disini.

Jongin menghela napas berat, “jangan paksa aku untuk tidak menjaganya.” Balasnya datar. Baekhyun berkali kali memukulnya sepanjang waktu Sooyeon koma, dia akan memukul Jongin sampai puas, pria itu tidak akan membalas, dia diam saja bagaikan anak kecil lemah yang tidak berani melawan, jauh dari jati diri Jongin yang sebenarnya.

“Apakah Sooyeon mencintaimu?” tanya Baekhyun, terdapat getaran pada suaranya yang lembut. Matanya fokus tertuju pada tubuh tertidur gadis itu yang begitu damai. Dia ingin menangis setiap kali melihat kondisi sekarat mantan kekasihnya.

“Tidak.” Jongin menjawab singkat dan jelas. “Dia tidak akan pernah mencintaiku.”

“Jika kau sudah tahu, mengapa kau menjadi sangat sebodoh ini?” sindir Baekhyun.

Jongin kemudian menatap Baekhyun dengan tatapan yang tidak bisa diartikannya. “Apa maumu? Memilikinya lagi?”

Baekhyun tersenyum bengis. “Kau sangat mengenalku Jongin..”

BRENGSEK! Batin Jongin

“Dia tidak akan menjadi milikmu selama aku masih hidup! Dan kau tak akan mudah melenyapkanku begitu saja..” ucap Jongin sedikit bernada tinggi. Baekhyun pergi begitu saja tanpa membalas perkataan Jongin.

---

Sudah hampir 1 bulan lebih Sooyeon masih belum sadarkan diri, namun Jongin dapat bernapas lega karena detakkan jantung, deru napas, oksigen dalam darah, tekanan darah dan suhu tubuh gadis itu berada pada angka angka yang stabil di layar monitor yang terletak di dinding ruangan.

“Bagaimana kondisimu?” Jongin bertanya.

“Maafkan aku karena datang terlambat hari ini.” dia mengecek jam tangannya, pukul 7 malam, Jongin bahkan belum sempat pulang untuk berganti pakaian. Dia bagaikan hanya punya dua tempat tinggal, rumah besarnya bukan tempat tinggalnya lagi, dia lebih suka habiskan waktu dikantor ataupun rumah sakit. Benar-benar seperti tidak miliki kehidupan lain.

Kemudian dia duduk di kursi, seperti hari hari biasa, dia akan bercerita apa yang terjadi hari itu pada Sooyeon, mengatakan bahwa dia menemukan banyak orang aneh, atau sesekali dia akan membacakan buku favoritnya, berkata betapa dia menyukai buku-buku itu dan Sooyeon harus membacanya sendiri ketika bangun. Sooyeon pasti akan menyukainya juga.

“Kau sangat cantik jika sedang tertidur” Gumamnya melihat Sooyeon yang masih pejamkan matanya erat sekali.  “Tapi lebih cantik lagi jika kau membuka matamu..”.  Jongin bukanlah lelaki romantis, sama sekali bukan. Seumur hidup, mungkin ini pertama kalinya dia memuji perempuan. Dan dia nyaris tertawakan diri sendiri yang begitu kaku.

Jongin tersenyum, memberikan senyuman paling tulusnya kepada Sooyeon. “Aku akan menunggu. Sampai kapanpun, Hingga kau sadar.” Janjinya dengan sepenuh hati.

“I miss you so badly...” Bisiknya lembut ditelinga gadis itu, menggambarkan bahwa besar kerinduan yang ia rasakan tidak akan bisa terhitung.

---

“Good Morning sweety?” sapa Jongin sangat lembut.

Ia memutuskan untuk tidak bekerja dalam beberapa minggu ini dan fokus itu merawat dan menemani Sooyeon dirumah sakit. Walaupun sesekali Baekhyun datang dan menemaninya. Ia sama sekali tidak sudi jika Baekhyun terus berada disisi gadis itu, bahkan Sehun sekalipun.

Sudah lima bulan lebih Lee Sooyeon dalam masa kritis, belum ada tanda tanda bahwa dia akan sadar. tiga hari yang lalu, kondisinya semakin parah, hampir hilang nyawa apabila dokter terlambat melakukan CRP, aliran darah pada jantungnya terlalu cepat. Kondisi gadis itu memang tidak terduga, dua bulan yang lalu dia bisa menggerakkan beberapa jari tangannya, sedangkan seminggu yang lalu dia hampir kehabisan oksigen. well, dia bisa mati kapan saja. dan itu menakutkan Jongin.

“Ah ya.. dalam beberapa minggu ini aku akan selalu datang pagi, ingin lebih sering bertemu denganmu” ucapnya kemudian ia menaikkan kedua sudut bibirnya membentuk senyum.

Mungkin Jongin satu satunya yang tidak putus asa. Berhari hari dia tidak bosan mencoba mengajak Sooyeon berbicara, bercerita banyak hal pada gadis itu, tidak pernah terlewati sehari saja, kecuali jika dia punya urusan diluar negeri. Well, pria itu bahkan menolak perjalanan keluar Korea jika pertemuan bisnis itu tidak terlalu membutuhkannya. Karena dia tidak akan pernah merasa tenang apabila berada dalam jarak jauh dengan gadis sekarat itu.

“Bukankah kau sangat menyukai coffee? Ah ya... americano? Benar? Ah maaf aku sempat mengatakan itu adalah minuman yang aneh. Tapi aku salah, minuman itu sangat enak kau benar.. sedikit pahit...” Jongin berbohong untuk yang ini, dia tidak suka coffee, tidak pernah suka minuman pahit. Tapi karena penasaran, dia mencoba beberapa waktu lalu sendiri, nyaris muntah.

“Sangat pahit untuk sekarang ini...”

Jongin terdiam. Dia tahu semuanya sia sia. Dia sudah mengatakan apapun, banyak sekali, orang bilang, pasien yang koma harus sering diajak berbicara untuk membuat kerja gelombang otaknya semakin baik. Tapi dia, Baekhyun, Sehun, sudah terlalu sering berbicara pada Sooyeon, memintanya bangun dari tidur panjangnya. Tapi tiada yang terlalu berarti.

“Kau tidak akan menyusul kekasihku, kan?”

---

Jongin harus merasakan ketakutan itu kembali menyerangnya. Dia baru saja mendapati kabar bahwa Sooyeon semakin kritis, dokter tengah menanganinya saat ini. Well, sebelum dia pulang ke rumah, kondisi Sooyeon sangat baik baik saja. Dia tidak merasa firasat apapun kalau kondisinya akan seperti ini.

 

“She will be okay. She promises me about that.” Dia berkata dengan tatapan kosong kepada diri sendiri, nada suaranya lesu sekali, mungkin karena kelelahan, atau mungkin juga karena terlalu takut.

 

“Alat alat medis itu semakin menyiksa Sooyeon.” Baekhyun berucap, mengatakan pembukaan dari yang ingin ia bicarakan. “Mungkin takdirnya jika dia harus….”

“Tidak! Tidak!  jangan lakukan itu!”

Tanpa diberikan penjelasan lebih lanjut, Jongin sudah mengerti arah pembicaraan pria itu. Menyuntik mati, mencabut alat medis, atau apalah itu agar Sooyeon tidak hidup lagi. Apakah Baekhyun gila? Jongin tidak akan pernah setujuh dengan ide seperti ini.

“Demi kebaikkan Sooyeon.”

“Demi kebaikkannya kau bilang?” Ini untuk pertama kalinya Jongin memperlihatkan kemarahannya lagi setelah lima bulan terakhir. Well, Jongin yang mengamuk memang selalu menyeramkan. Dia mencengkram kasar kera kemeja Baekhyun, nyaris melayangkan tinjunya. “Kenapa kau menyerah? Sooyeon bahkan belum menyerah. Dia masih hidup, dia masih berusaha. Kenapa kau mau menyerah, huh?”

“Bajingan egois seperti mu tidak akan mengerti!” maki Baekhyun kesal, menghempaskan tubuh Jongin agar menjauh darinya. Tapi Jongin tidak bergeming sama sekali.

Baekhyun dapat melihat mata Jongin sudah memerah, entah karena terlalu marah atau takut, mungkin keduanya.

Satu-satunya yang penting bagi Jongin sekarang adalah gadis itu masih bernapas, jantungnya masih berdetak, selebihnya tidak ada yang ia perdulikan lagi. Masa bodoh dengan siapapun yang mengatakan bahwa ia menyedihkan, memaksanya untuk move on, itu tidak pernah segampang yang dikatakan mereka.

“Kau harus bersabar, Baekhyun. Kumohon padamu.” Pintanya serius. Baekhyun bukan satu-satunya yang putus asa disini, Jongin juga. Sangat kecil kemungkinan untuk Lee Sooyeon sadar kembali. Lima bulan koma, mungkin akan berlangsung hingga 2 tahun lagi, atau 3 tahun lagi atau 10 tahun lagi atau mungkin selamanya hingga ia mati. Tapi Jongin sudah berjanji akan menunggu, dia akan menunggu sampai kapanpun dan jangan harap bahwa dia akan menyerah semudah Baekhyun. “Berikan aku kesempatan untuk menebus dosa dosaku padanya.”

Jongin melepaskan cengkraman kasarnya pada kemeja Baekhyun, “yeah, kau benar, dia harus melihatmu menderita terlebih dahulu.”

Baekhyun menghembuskan napasnya kasar. Well, bagaimana bisa dia menyerah sedangkan bajingan ini tidak? Mungkin Jongin benar, Sooyeon sedang berusaha, Sooyeon belum menyerah, maka dari itu dia tidak seharusnya seputus asa ini.

---

“Sejujurnya aku tidak rela meninggalkanmu disini.” Jongin berucap, dia akan berangkat ke Jepang beberapa jam lagi. Terakhir dia meninggalkan Sooyeon, pulang ke rumahnya, dia mendapati Sooyeon sangat kritis ketika kembali.  Sudah 7 bulan berlalu, gadis itu masih betah tertidur, dan Jongin masih tidak keberatan untuk tetap menunggu. “Mau berjanji padaku? Berjanji bahwa kau akan baik baik saja?”

 

Jongin menatap dalam kearah wajah Sooyeon, hidung serta mulutnya masih dibantu oleh alat-alat pernapasan. “At least, she is still breathing.” Kenyataan itu cukup membuat Jongin merasa sedikit senang.

 

“Tetap bernapas ketika aku kembali, janji?” tanyanya.  Dia memegang erat tangan kanan Sooyeon yang tidak dilapisi impus, menciumnya berkali kali, meletakkan tangan putih lemah gadis itu pada pipinya.

 

“Aku sangat merindukanmu, Sooyeon. Aku akan sangat merindukanmu.”

---

Jongin baru tiba di Incheon Internasional Airport ketika getaran pada Handphonenya membuatnya mau tidak mau mengabaikan petugas imigrasiJika dia terpaksa keluar negeri, dia selalu menyuruh dokter muda yang bekerja pada rumah sakit itu mengabarinya tentang kondisi Sooyeon setiap saat, kalau perlu tiap satu jam sekali.

 

“Ada apa?” tanyanya, panik. Dia tidak pernah tidak panik apabila orang itu menelponnya, ketakutan apabila dia memberikannya kabar buruk.

“Lee Sooyeon sudah sadar.”

 

o000o

Gimana chapter ini? Aku butuh komentar nih biar semangat^^

Gimana ya sama keadaan Sooyeon setelah sadar??? tunggu next chapter! 

-AAWD

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK