Sejak adanya taruhan yang sudah di sepakati keduanya Mina kembali bertarung dengan buku-bukunya. Kali ini lebih ekstrim di banding saat dia akan menghadapi ujian semester. Biasanya gadis itu hanya belajar setelah pulang sekolah atau pada saat jam istirahat kedua. Tapi kali ini, bukan hanya jam istirahat kedua saja, di jam istirahat pertama pun dia gunakan waktunya untuk belajar di perpusatakaan. Lalu kapan dia makan? Dia membawa bekal dari rumah yang di buat khusus oleh oppa-nya tercinta.
Ryeowook sendiri sempat bingung saat Mina memintanya untuk di buatkan bekal. Biasanya jika Ryeowook ingin membawakan bekal untuknya selalu di tolak oleh Mina dengan alasan “Aku bukan anak TK yang harus membawa bekal kesekolah oppa.” Atau “Jangan repotkan dirimu untuk membuatkanku bekal. Kau terlihat seperti Ibu rumah tangga yang sedang menyiapkan bekal untuk anaknya.” Membuat Ryeowook menekuk bibirnya dan mencibir pelan.
Tapi kali ini justru Mina sendiri yang selalu memintanya menyiapkan bekal setiap hari untuk dibawa kesekolah. Tidak tanggung-tanggung, gadis itu meminta dua bekal sekaligus. Ini membuat Ryeowook semakin curiga. Apa mungkin Mina sudah memiliki kekasih disekolah, lalu bekal itu untuk dimakannya berdua di taman belakang sekolah. Oh, pemikiran yang sungguh manis Kim Ryeowook.
Belum lagi saat dirumah, adiknya itu semakin aneh. Dia jarang keluar kamar. Pulang sekolah langsung mengurung diri di dalam kamar sampai tiba jam makan malam baru gadis itu keluar. Terkadang gadis itu juga membawa makanannya ke dalam kamar. Dan itu semakin menguatkan spekulasi Ryeowook jika adik kesayangannya itu telah memiliki kekasih. Dia berfikir, pasti adiknya itu menghabiskan waktunya untuk menelepon kekasihnya sehingga begitu betah di dalam kamar. Sungguh, berhenti menonton drama roman picisan Kim Ryeowook.
Kepala Sekolah hanya memberikan waktu seminggu untuk mereka menyiapkan diri dalam seleksi nanti. Tentu saja itu membuat Mina belajar ekstra jika ingin mengalahkan D.O. Untuk sekali ini saja dia ingin menang dari D.O kyungsoo itu. Rival terkuat di sekolahnya. Dia tidak ingin terlihat seperti pecundang di depannya. Apalagi taruhan ini menyangkut harga dirinya. Sampai kapan pun dia tidak akan sudi menjadi asisten pria pendek itu.
Mina sedang sibuk dengan angka-angka di depannya saat suara kursi bergeser di depannya terdengar. Gadis itu refleks mendongak sekedar mencari tahu siapa yang duduk di depannya. Dan sedetik kemudian dengusan kecil keluar dari mulutnya seraya bola matanya berputar jengah. Tidak di pedulikan orang di depannya gadis itu kembali sibuk dengan buku-bukunya.
“Belajar keras, huh?” Mina tidak menjawab. Masa bodo, pikirnya.
“Aku hanya ingin memberikan ini…” Selembar kertas di sodorkan ke arahnya. “Ini daftar tugas-tugas apa saja yang harus kau lakukan saat menjadi asisstenku nanti.”
Mina mati-matian menahan emosinya. Jika tidak mengingat dirinya sedang di perpustakaan, mungkin dia sudah melemparkan sepatu miliknya tepat ke kepala pria menyebalkan di depannya sekarang. Tanpa berniat membaca isinya Mina mengambil kertas itu lalu di robeknya menjadi beberapa bagian kemudian melemparkannya ke dalam tempat sampah tepat di bawah meja yang sedang di pakainya.
“Tidak masalah kau membuangnya, aku masih punya copyannya.” Ucap D.O dengan suaranya yang tenang. “Aku hanya ingin memberitahu, lebih baik kau tidak usah menyiksa dirimu dengan belajar keras seperti ini. Itu hanya akan sia-sia jika nantinya kau akan kalah juga denganku. Tidakkah itu akan terasa sangat menyedihkan saat kerja keras kita hanya terbayar sia-sia?”
Mina mengangkat kepalanya menatap D.O geram. “Aku tidak peduli dengan rasa percaya dirimu yang terlalu tinggi itu. Lakukan saja apapun yang kau suka. Yang ku tahu, setidaknya Tuhan selalu bersama orang-orang yang selalu berusaha keras dan Dia tidak menyukai orang-orang sombong.”
D.O mengangguk-angguk. “Kau benar.” Ucapnya. Kemudian pria itu bangkit berdiri. “Semoga saat seleksi nanti Tuhan menjawab semua usaha-usahamu.” Dengusnya tak acuh. Setelah itu D.O benar-benar pergi dari hadapan Mina dengan seringai tipis di bibirnya.
Mina menatap kepergian D.O dengan tatapan tajam yang dimilikinya. Lewat tatapannya yang menyala karena emosi dalam dirinya, gadis itu seolah ingin membolongi punggung pemuda itu yang semakin lama kian menghilang dari pandangannya. Bahkan dirinya tidak sadar telah mematahkan pencil yang di gengamannya menjadi dua bagian karena terlalu kuat menggenggamnya.
“Pendek menyebalkan.” Desisinya tertahan. Sedikit menghentakan kakinya ke lantai guna melampiaskan rasa kesalnya.
…Because It’s You…
Ryeowook memarkirkan mobil hitamnya di depan gerbang Chungju High School saat lima menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Dia keluar dengan sunglasses hitam yang melekat di atas hidung mancung miliknya. Hadiah dari salah seorang temannya, Siwon, yang baru saja pulang dari Italy. Dia menyandarkan tubuhnya pada mobilnya, menyilangkan tangannya di depan dada menunggu bel sekolah itu berbunyi.
Tidak lama dia menunggu, bel pulang pun berbunyi. Seiring dengan itu murid-murid mulai berhamburan keluar. Tidak sedikit yang menatap Ryeowook. Mengingat saat ini posisinya tepat berada di depan gerbang sekolah. Posisi yang pas untuk menarik perhatian. Dengan wajah yang terbilang tampan, banyak siswi Chungju High School yang melewatinya menatap dengan penuh minat.
“Wookie oppa?” Mendengar namanya di sebut, Ryeowook pun menoleh. Mencari asal suara tersebut. Setelah tahu siapa yang memanggilnya Ryeowook pun tersenyum lebar dan melambaikan tangannya.
“Hyunmi-ah…” Panggilnya.
Hyunmi berjalan cepat menghampiri Ryeowook, dan berhenti tepat di depannya dengan nafas yang sedikit terengah.
“Aish… pelan-pelan saja.” Ucap Ryeowook mengacak rambut Hyunmi pelan. Hyunmi hanya menampilkan rentetan giginya yang rapih.
“Oppa ingin menjemput Mina?” Tanya Hyunmi setelah berhasil menetralkan pernafasannya.
Ryeowook mengangguk. “Ne, di mana anak itu? Kau tidak keluar bersamanya?” Ryeowook mengedarkan pandangannya mencari keberadaan adik tersayangnya.
“Dia ke perpustakaan dulu untuk mengembalikan buku. Aku di suruh duluan, jadi yaa…” Hyunmi hanya mengangkat bahu di akhir kalimatnya. “Sudah beberapa hari ini aku jarang bersamanya. Dia seperti sibuk sendiri. Istirahat pun aku hanya sendiri.”
Ucapan Hyunmi membuat Ryeowook jadi teringat sesuatu. Mungkin ada baiknya dia menanyakan ini pada Hyunmi, siapa tahu gadis itu memiliki jawaban yang dia inginkan.
“Hyunmi-ah, aku ingin bertanya padamu. Apa terjadi sesuatu pada Mina? Seperti dia memiliki kekasih mungkin. Atau dia sedang bertengkar dengan seseorang atau apapun. Seperti yang kau bilang, akhir-akhir ini anak itu seperti sibuk pada dunianya sendiri. Bahkan di rumah dia hampir tidak pernah keluar kamar. Aku curiga dia memiliki kekasih sehingga menghabiskan waktunya untuk bermesraan dengan kekasihnya lewat telepon.”
Hyunmi menggeleng membantah ucapan Ryeowook. “Tidak oppa, adikmu tidak memiliki kekasih. Dia hanya sedang belajar ekstra keras.”
“Belajar?” Ryeowook mengerutkan keningnya bingung. Hyunmi mengangguk.
“Ne, adikmu itu memang gila. Dia begitu terobsesi untuk mengalahkan si mata bulat itu.” Ryeowook kembali mengernyitkan keningnya.
“Mata bulat?” Hyunmi berdecak dan memutar bola matanya jengah.
“Ayolah, masa kau lupa? Siapa lagi rival satu-satunya adikmu di sekolah ini? Tentu saja D.O.”
“Tapi tidak seperti biasanya. Dia tidak pernah sampai mengurung dirinya di kamar hanya untuk sekedar belajar.”
“Kan sudah ku bilang, adikmu itu memang gila. Dan kau pasti tidak tahu masalah ini…” Ryeowook semakin penasaran apa yang akan di katakan Hyunmi. Memang apa yang dirinya tidak tahu?
“Mereka taruhan.”
Seketika mata Ryeowook membulat sempurna. Apa dia bilang? Taruhan? Dirinya tidak salah dengar, kan?
“Kau tidak salah bicara kan Hyunmi?” Hyunmi menggeleng yakin.
“Tentu saja tidak. Dan kau tahu, apa yang mereka taruhkan?” Tanya Hyunmi lagi. Ryeowook menggeleng.
“Siapa yang kalah dia yang akan menjadi asisten pribadi yang menang selama satu bulan.”
“Jinjja?” Tanya Ryeowook tak percaya.
“Adikmu sendiri yang mengatakannya padaku. Tidak ada yang tahu hal ini selain aku. Jika berita ini tersebar pasti akan langsung menjadi berita utama di sekolah. Aku pernah bilang kan padamu jika pria yang bernama D.O itu salah satu idola sekolah.”
“Tapi kenapa mereka melakukan itu? Mereka bodoh atau apa. Memangnya apa yang mereka perebutkan?”
“Mereka memperebutkan posisi untuk menjadi perwakilan sekolah untuk olimpiade.” Ryeowook hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya. Entahlah dia sendiri bingung, adiknya itu terobsesi untuk menjadi pintar atau terobsesi mengalahkan pria bernama D.O-D.O itu? Ryewook sendiri begitu penasaran seperti apa sih pria bernama D.O tersebut? Sampai saat ini dia belum pernah melihatnya walau sudah seringkali dirinya datang untuk mengantar atau menjemput adiknya ke sekolah.
“Hey, pria yang bernama D.O itu seperti apa memangnya?” Tanyanya pada Hyunmi, sarat akan rasa penasaran dalam nada suaranya.
Hyunmi melirik ke atas sambil memegang dagunya, terlihat berfikir. “Hmm… dia tampan.” Ucapnya polos. Dan itu sukses membuatnya mendapatkan pukulan kecil di kepalanya hingga dirinya harus meringis kecil.
“Bukan itu, babbo. Itu sih aku tahu. Tidak mungkin dia menjadi idola di sekolah ini jika tidak tampan. Maksudku orangnya seperti apa? Seperti sifatnya mungkin.”
“Yeah, dia pria yang cukup dingin sebenarnya. Jarang bicara, terkesan sombong. Tapi sebenarnya ramah. Hanya tidak tahu kenapa jika sudah berhadapan dengan adikmu dia akan berubah menjadi pria yang begitu menyebalkan berkali-kali lipat. Dia akan menjadi banyak bicara, oh mungkin lebih tepat jika aku menyebut berteriak. Mereka akan saling berteriak melemparkan makian-makian atau rutukan pedas. Tidak akan ada yang mau mengalah.”
“Separah itukah?” Tanya Ryeowook prihatin. Dan Hyunmi pun mengangguk membenarkan.
Ryeowook terlihat berfikir, entah apa yang sedang di pikirkannya karena sudah lewat dari lima menit lebih. Dan itu membuat Hyunmi bosan menunggu. Akhirnya dia pun bersuara “Oppa, kalau begitu aku duluan. Aku harus segera pulang.”
Ryeowook tersadar dari lamunannya, menatap Hyunmi setelahnya. “Kau tidak ingin bareng saja? Biar ku antar sekalian.” Hyunmi menggeleng.
“Tidak. Aku naik bus saja, jarak rumah kita berlawanan arah itu akan merepotkanmu jika harus mengantarku.”
“Aish, kau seperti baru mengenalku. Gwaenchana, biar ku antar saja.” Hyunmi kembali menggeleng.
“Tidak apa-apa, biar aku naik bus saja.” Ucapnya tersenyum.
Hyunmi memang keras kepala sulit bagi Ryeowook untuk menang jika sudah berdebat dengannya. Jika sudah seperti ini dia tidak bisa memaksa lagi. “Baiklah kalau begitu, jaga dirimu. Hati-hati, sering terjadi pencopetan akhir-akhir ini di dalam bus. Jika ada sesuatu kau bisa menghubungiku.”
“Hm… Arasseo.” Ucapnya tersenyum di barengi dengan anggukan.
…Because It’s You…
Beruntung sekali hari ini Hyunmi tidak perlu berdiri. Sore itu bus yang di naikinya tidak terlalu ramai. Dia mengambil bangku dekat jendela. Perjalanan dari sekolah ke rumahnya hampir memakan waktu tiga puluh menit. Cukup membosankan, jadi dia sering membawa Ipod merahnya untuk mengusir kebosanan. Gadis itu memang mudah sekali bosan.
Hyunmi mengambil Headset dengan warna serupa seperti Ipod miliknya dari dalam tas dan memakainya. Lagu Two Moons dari Boy Grup terkenal asal Korea mengalun di telinganya. Sebuah lagu rapper, lagu favoritnya. Lagu yang selalu mengingatkannya pada seseorang dan sukses membuat dirinya tersenyum sendiri kala mengingatnya.
Kegiatannya sedikit terganggu saat di rasanya seseorang menduduki bangku di sebelahnya, membuatnya dengan refleks menoleh ke samping. “Kai?” Serunya seraya melepas salah satu headsetnya.
Kai hanya tersenyum sambil merapihkan posisi duduknya agar lebih nyaman. Sadar Hyunmi masih memperhatikannya, dia pun menoleh menatap Hyunmi. “Kenapa menatapku seperti itu?” Tanya Kai heran.
“Kenapa kau naik bus?” Tanya Hyunmi tanpa menjawab pertanyaan Kai terlebih dulu. Kai hanya mengangkat salah satu alisnya.
“Kenapa? Tidak boleh aku naik bus? Ini kan bus umum, siapapun boleh menaikinya, kan?”
Hyunmi memutar bola matanya jengah. “Ish, bukan itu. Tidak ada yang melarangmu naik apapun. Kau ingin naik helikopter sekali pun, terserah. Maksudku, kenapa kau naik bus? Kemana mobilmu?”
“Mobilku di bengkel.”
“Kenapa tidak pulang dengan teman-temanmu?”
“Kau kan tahu rumahku dan mereka lawan arah.”
“Ah, iya. Kau benar. Aku lupa.” Ucapnya dengan cengiran lebar.
Saat Hyunmi ingin membuka mulutnya lagi Kai menginterupsinya dengan mengangkat sebelah tangannya, menyuruhnya agar diam sebentar. Kai merogoh sakunya, mengambil ponsel putihnya kemudian mendekatkan ke telinganya.
Sedikit terkejut saat tahu siapa yang meneleponnya, namun Kai buru-buru menutupi keterkejutannya. Memasang wajahnya setenang mungkin.
“Oh, kau! Apa kabar?” Kai tersenyum sesekali mengangguk-angguk kecil mendengar ocehan seseorang yang menelponnya. “Hm, aku pun baik. Kapan kau kesini?” Kai bertanya lagi. Dari nada suaranya terlihat jika Kai begitu senang dengan obrolannya.
Hyunmi berfikir, siapa yang sedang menelpon Kai? Dia terlihat sangat akrab dengan si penelpon. Jika itu noona-nya tidak mungkin, karena Hyunmi pasti tahu. Tapi tidak lama gadis itu kemudian menggedikan bahunya, tidak ingin tahu lebih jauh. Mungkin hanya teman lamanya. Pikirnya.
“Hm, kau juga jagalah dirimu disana.” Kai menutup obrolannya dan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku. Senyuman masih belum hilang dari wajahnya. Hyunmi mencoba untuk bertanya, dirinya sedikit penasaran.
“Siapa yang meneleponmu, Kai?”
“Ne?” Kai balik bertanya dengan mata sedikit membulat. Tidak menyangka Hyunmi akan bertanya dan membuatnya sedikit gugup.
“Uhm… itu… itu tadi…” Kai menggaruk tengkuknya bingung.
Hyunmi memicingkan matanya menatap Kai, sedikit mencondongkan tubuhnya agar bisa menatap Kai lebih jelas.
“Ya! Kenapa melihatku seperti itu?” Hyunmi semakin memicing curiga.
“Jujur, itu tadi pasti kekasihmu, kan?”
“Ish…” Kai menyentil dahi Hyunmi membuat gadis itu meringis kecil sambil mengusap-usap dahinya yang sedikit memerah. “Kau tahu aku tidak punya kekasih.”
“Siapa tahu itu kekasih barumu. Kau terlihat senang sekali tadi.”
“Benarkah?” Tanya Kai memastikan. Hyunmi mengangguk.
“Jika bukan kekasihmu lalu siapa?” Kai menyeringai menatap Hyunmi. Mendekatkan wajahnya kemudian bicara tepat di saat hidung mereka hampir bersentuhan.
“Mau tahu saja.” Tandasnya. Kemudian kembali menarik wajahnya menjauh.
Hyunmi mendengus, menatap Kai sebal kemudian menjulurkan lidahnya setelah itu memalingkan wajahnya ke arah lain. Kai itu menyebalkan, seharusnya dia tidak usah bertanya tadi.
…Because It’s You…
Mina baru saja keluar dari perpustakaan sekolahnya sambil merapihkan beberapa buku yang belum masuk ke dalam tasnya saat mendapati D.O berjalan ke arahnya. Tidak ingin mempedulikannya, Mina terus berjalan dengan berpura-pura tidak melihatnya. Dia tidak ingin membuang-buang waktunya untuk berdebat dengan pria bermata bulat itu. Selain malas, Mina juga harus cepat-cepat karena Ryeowook sudah menunggunya sejak tadi di depan gerbang sekolah.
Tapi sepertinya dirinya memang sudah di takdirkan bernasib sial setiap kali bertemu dengan D.O. Entah ada factor unsur kesengajaan atau tidak, kedua bokong mereka harus mencium lantai koridor secara bersamaan. Keduanya meringis merasakan sakit pada bokongnya.
“Ya! Apa kau tidak bisa berjalan dengan baik?” Sungut Mina kesal yang langsung bangkit dan membereskan beberapa bukunya yang tercecer.
“Harusnya aku yang bilang begitu. Kau taruh di mana matamu? Jalan saja harus menabrak orang. Apa tidak bisa sehari saja kau tidak menggangguku?”
“Aku mengganggumu, kau bilang?” Mina melotot menatap D.O. Dirinya tidak terima di bilang mengganggu. Enak saja. Jelas-jelas jika pria itu yang selalu membuat hidupnya sial. “Kau tidak sadar jika kehadiranmu selalu membuatku sial?”
Kali ini D.O yang melotot menatap Mina. Membuat matanya yang sudah bulat semakin membulat sempurna. “Apa kau bilang?”
“Aish, susah bicara denganmu.” Mina mengibaskan tangannya kemudian berlalu pergi dari hadapan D.O.
“YA!!”
D.O menatap kepergian Mina dengan wajah yang begitu kesal. Gadis itu selalu membuat emosinya terpancing.
Baru saja dia akan meneruskan langkahnya yang sempat tertunda karena insiden tabrakan kecil tadi, matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di lantai. Hanya selembar kertas, ukurannya pun hanya sebesar foto.
“Apa punya gadis menyebalkan itu?” Gumamnya.
Sepertinya memang sebuah foto, kertasnya lebih tebal dan juga licin saat dia mengambilnya. Ketika D.O ingin membaliknya untuk tau itu foto siapa sebuah tangan merampasnya dengan cepat.
“Jangan memegang barang orang lain sembarangan.” Ucap orang itu dengan nada ketus. Kemudian kembali pergi. Siapa lagi yang berani bicara seketus itu pada seorang Do Kyungsoo jika bukan Mina.
D.O hanya mendengus kemudian berbalik untuk pergi. Dia akan menjadi gila jika lebih lama lagi meladeni Mina. “Gadis jadi-jadian.” Gerutunya.
…Because It’s You…
Kai sedang bermain games di ponsel putih miliknya saat Hyunmi tiba-tiba bertanya. “Kai, apa Taemin masih suka menghubungimu?”
Kai menoleh menatap Hyunmi dengan salah satu alisnya yang terangkat. “Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“Bukan apa-apa. Hanya ingin bertanya.”
“Kenapa? Apa Mina masih sering menangisinya?” Hyunmi mengangangkat bahunya.
“Sejauh ini sih yang ku lihat, dia sudah kembali seperti Mina biasanya. Tapi aku yakin, pasti dia belum sepenuhnya melupakan Taemin. Beberapa kali aku masih mendapatinya melamun.” Kai hanya diam mendengarkan penuturan Hyunmi. Tidak berniat menjawab atau sedang memikirkan jawaban lain. Entahlah.
“Apa kau benar-benar tidak tahu dimana dia sekarang? Dia tidak memberitahumu kenapa dia pergi? Kai, kau pasti tahu sesuatu. Beritahu aku.!” Desak Hyunmi akhirnya.
“Aku sudah bilang tidak tahu, itu artinya aku memang tidak tahu.”
“Tsk… kau pasti bohong.”
“Apa aku pernah berbohong padamu?” Hyunmi menggeleng. “Kalau begitu jangan bertanya lagi, karena aku memang tidak tahu.” Hyunmi mengerucutkan bibirnya kemudian menghela nafas pasrah.
“Arasseo.”
…Because It’s You…
Kyuhyun membunyikan klaksonnya saat mobilnya berhenti di depan sebuah halte tidak jauh dari sekolah tempatnya bekerja. Chungju High School.
Seorang gadis dengan seragam sekolah yang sedang duduk di sana membungkukan tubuhnya saat kaca mobil itu terbuka dan memperlihatkan siapa pemilik mobil tersebut. “Annyeonghaseo Seonsangnim.” Sapanya.
Kyuhyun hanya mengngangguk sekilas menjawab sapaan gadis itu. “Kau sedang menunggu bus atau jemputan?” Tanya Kyuhyun.
“Aku sedang menunggu bus.”
“Masuklah. Biar ku antar.” Gadis itu langsung menggeleng.
“Tidak usah, Ssaem. Terimakasih. Biar aku naik bus saja.” Ucapnya sopan.
Kyuhyun belum kehilangan cara. Tekadnya sudah bulat, dia harus mengantar gadis ini pulang. Titik.
Kyuhyun turun dari mobilnya, dan menghampiri gadis tersebut. “Tidak apa-apa, biar ku antar. Masuklah!” Kyuhyun sudah membuka pintu mobilnya. Namun tepat saat itu juga sebuah bus datang.
“Aku tidak ingin merepotkan. Tidak apa-apa biar aku naik bus saja, terimakasih untuk penawarannya.” Gadis itu pun berlalu dari hadapan Kyuhyun. Menghilang ke dalam bus yang membuat Kyuhyun lagi-lagi harus kehilangan kesempatan mendekatinya.
“Bus sialan.” Umpatnya.
Kyuhyun kembali masuk kedalam mobil dan meninggalkan halte dengan perasaan kecewa yang menumpuk di hatinya.
…Because It’s You…
Kafetaria siang itu cukup ramai, tidak seperti biasanya membuat sebagian para murid Chungju High School tidak mendapatkan meja untuk duduk. Satu-satunya meja kosong di sana, hanya meja yang terdapat di sudut kafetaria, di samping jendela yang menghadap tepat ke taman sekolah. Tapi satu pun dari mereka tidak ada yang berani menempati meja tersebut. Meja itu biasa di tempati oleh D.O dan sebelas orang teman lainnya.
Mereka tidak pernah mengklaim jika meja itu adalah milik mereka. Sebenarnya jika ada yang ingin duduk disana pun, mereka tidak masalah. Mereka bisa duduk dimana pun, tapi berhubung meja itu selalu kosong dan tempatnya begitu nyaman karena menghadap langsung ke taman sekolah jadi mereka menempati tempat itu.
“Bisakah aku duduk disini? Semua meja penuh.” Suara seorang gadis menginterupsi acara makan siang Mina dan Hyunmi.
Mereka mendongak, melihat siapa yang bicara dengan mereka. Sontak saja senyuman kaku tercetak di bibir keduanya. “Si…Silahkan sunbae.” Ucap Mina mempersilahkan. Gadis yang di panggil sunbae itu hanya tersenyum tipis dan kemudian mulai duduk.
“Terimakasih.” Ucapnya pelan. Mina dan Hyunmi hanya mengangguk sebagai jawaban.
Di bawah meja, Mina dan Hyunmi saling menyenggol kaki satu sama lain. Sesekali mereka saling lihat-lihatan, bicara melewati kontak mata.
Pasalnya gadis yang mereka panggil sunbae ini, yang duduk satu meja dengan mereka salah satu sunbae yang di takuti. Khususnya untuk para hoobae perempuan. Sikapnya yang dingin dan selalu menyendiri di tambah tatapannya yang selalu terlihat tajam membuat semua orang enggan untuk mendekatinya, mungkin hanya beberapa orang yang dekat dengannya. Itu pun bukan dekat yang dalam artian sahabat. Hanya sekedar teman. Tapi tidak banyak. Padahal wajahnya cukup cantik, dan satu lagi, gadis itu terkenal dengan suaranya yang indah dan aktingnya yang cukup memukau di setiap drama yang di mainkannya saat acara sekolah. Tapi sayang, sikapnya yang tidak banyak bicara dan selalu menyendiri membuatnya tidak mempunyai teman.
“Aku sudah selesai, terimakasih untuk mejanya.” Lagi-lagi suara itu membuat Hyunmi dan Mina tersentak. Dan untuk kedua kalinya mereka mengangguk dengan senyum kaku.
Tapi baru sebentar mereka bisa bernafas lega, suara benda pecah membuat mereka menoleh. Dan bukan hanya Mina dan Hyunmi, namun seluruh kantin pun terkejut dengan apa yang tengah mereka lihat saat itu. Seorang gadis tengah menunduk seperti orang yang ketakutan dan gadis lainnya berdiri di hadapannya dengan baju kotor penuh saus dan juga warna kecoklatan seperti warna kopi. Sepertinya sudah bisa di tebak apa yang terjadi saat itu.
“T…Taeri sunbae, aku tidak sengaja… Jeoiseonghamnida.” Gadis yang di panggil Taeri sunbae itu, gadis yang bajunya kotor. Gadis yang tadi satu meja dengan Mina dan Hyunmi, yang juga membuat kedua gadis itu sedikit canggung saat duduk berdekatan dengannya. Dia baru saja bangun dari duduknya saat tiba-tiba seorang hoobae menabraknya dan menumpahkan makanan serta minuman ke bajunya. Oh, sungguh Taeri benci kotor.
Kris dan teman-temannya baru saja sampai di kafetaria saat keadaan disana terasa begitu tegang.
“Hey, ada apa? Kenapa semua orang terlihat begitu aneh?” Tanya Baekhyun pada salah satu murid yang berdiri di dekatnya.
“Seorang hoobae menumpahkan makanan dan minuman ke baju Taeri sunbaedan membuat bajunya kotor.”
“Wah, ini akan menjadi tontonan yang sangat menarik. Apakah dia akan memarahi hoobae itu habis-habisan atau justru gantian menumpahkan saus ke bajunya?” Tao berseru tiba-tiba. Mereka yang mendengar ucapan Tao mengangguk dengan raut wajah penasaran dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanpa mereka sadari, jika salah satu di antara mereka memasang ekspresi tidak suka dan kekhawatiran yang terpancar dari sorot matanya. Dia berharap tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk dari ini. Bersyukur raut wajah dinginnya dapat menutupi kekhawatirannya tersebut hingga satu pun dari mereka tidak ada yang menyadari.
Taeri sebenarnya ingin marah. Dia tidak suka jika ada yang mengotori bajunya, rahangnya sudah mengeras menahan emosi. Tapi kesabarannya masih bisa dia tahan. Ingin marah pun percuma, toh tidak akan membuat bajunya kembali bersih. Lagi pula dia tidak tega melihat raut wajah ketakutan dari siswi di depannya ini. Bukankah siswi itu sudah mengatakan maaf? Dan dia juga melakukannya bukan karena di sengaja. Jadi tidak ada alasan untuknya tidak memaafkannya.
Taeri membungkuk mengambil nampan yang sudah kotor karena makanan dan minuman yang jatuh tadi. Kamudian memberikan pada siswi tersebut. Seluruh pasang mata yang berada di kafetaria, yang sejak awal kejadian tidak melepaskan pandangannya dari dua sosok tersebut merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. Seorang Taeri tersenyum. Walau hanya senyum tipis, tapi biar bagaimana pun itu masih tetap sebuah senyuman. Dan mereka bersumpah, gadis itu berkali lipat semakin manis dengan senyumnya. Dan mereka semakin terkejut saat sebuah kalimat terucap dari bibir tipis milik Taeri.
“Tidak apa-apa. Lain kali berhati-hatilah.” Usai mengatakan itu Taeri berlalu dari hadapan siswi tersebut. Keluar kafetaria meninggalkan keheranan dan rasa terkejut siswa-siswa disana. Khususnya bagi siswi yang menabraknya tadi. Gadis itu terduduk sambil menghela nafasnya lega. Dia pikir dia akan berakhir menjadi bahan bullyan seniornya itu. Ternyata tidak. Membuat gadis itu berfikir, apa sunbae-nya itu sedang dalam mood yang baik? Atau dia memang bukanlah orang yang seperti banyak di bicarakan murid-murid disini?
“Hey, apa dia benar-benar Taeri sunbae? Yang di juluki ice princess itu?” Tanya Tao, menatap kepergian Taeri dengan pandangan bingung.
“Kenapa memangnya?” Tanya Kris dengan cuek. Berjalan ke counter makanan untuk mengambil menu makan siangnya. Di ikuti temannya yang lain.
“Dia tidak seperti…yang banyak orang-orang bilang. Harusnya kejadian tadi cukup membuatnya marah. Setidaknya ucapan ketus atau sedikit bentakan dapat kita dengar, tapi dia hanya mengatakan tidak apa-apa. Bahkan dia sempat tersenyum. Apa mungkin moodnya sedang baik?”
“Benar.” Timpal Baekhyun. “Dia justru terlihat seperti gadis manis. Wah, kalian lihat kan tadi bagaimana senyumnya?” Baekhyun mulai tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.
Teman-temannya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Baekhyun. Lay yang tengah memilih menu makan siangnya pun berkomentar tanpa melepas tatapannya dari menu-menu makanan di depannya.
“Itu kan hanya rumor. Kau tahu sendiri, gadis-gadis di sekolah ini senang sekali bergosip. Kenyataannya, memang kita pernah melihat Taeri membully salah satu murid di sini?”
Baekhyun mengangguk-ngangguk seperti baru memahami sesuatu. “Benar juga.” Ucapnya.
“Intinya, jangan menilai orang hanya dari luar saja. Apa lagi jika kita tidak mengenalnya secara baik.” KataSuho yang berada tepat di belakangnya.
“Ya! Bisakah kalian cepat sedikit? Aku sudah lapar.” Teriak Chen dari paling belakang.
“Aish, bebek itu kenapa suaranya kencang sekali?” Baekhyun mengusap-usap kupingnya sambil meringis kecil. Suho hanya bisa terkekeh.
“Sudah cepat.” Suruhnya kemudian.
Seperti biasa mereka menempati meja di sudut cafeteria dekat jendela, meja yang sengaja di kosongkan oleh murid-murid disana untuk mereka. Padahal mereka tidak pernah meminta itu.
Di sana, Kris sudah duduk lebih dulu dan sedang menikmati makan siangnya. Mereka menyusul dan menempati bangku masing-masing. Kris sibuk dengan ponselnya, sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya.
“Kau serius sekali, hyung. Sedang bertukar pesan dengan siapa?” Tanya Baekhyun penasaran.
“Seorang peri.” Jawab Kris santai. Chanyeol hampir saja menyemburkan makanan yang ada di mulutnya saat mendengar jawaban Kris. Yang lainnya sudah tertawa geli akan jawaban konyol itu.
-Because It’s You-
Kyuhyun baru saja akan keluar dari ruangannya saat seorang gadis melintas di hadapannya. Tidak ingin kehilangan kesempatan lagi dia pun segera mengejar gadis itu sebelum hilang dari pandangannya.
“Taeri-ssi!” Panggilnya.
Merasa ada yang memanggil namanya, gadis itu pun berhenti dan membalikan badannya. Mendapati Kyuhyun di hadapannya dia pun membungkukan badannya dan menyapa Kyuhyun sopan. “Annyeonghaseo, Ssaem.”
Kyuhyun membalasnya dengan sedikit menganggukan kepalanya dan tersenyum kikuk. “Uhm…kau terlihat terburu-buru. Ada apa?” Tanyanya setelah berusaha menenangkan detak jantungnya yang mulai tidak normal.
“Hanya ingin ke toilet membersihkan bajuku. Tadi tidak sengaja tertumpah makanan.” Ucap Taeri menunjukan noda pada seragamnya.
“Itu kotor sekali, sepertinya akan sulit hilang jika hanya di basuh air. Kenapa sampai tumpah?”
“Aku sedikit ceroboh tadi. Tidak apa-apa, nanti akan ku tutup dengan blazer.”
Kyuhyun berdecak. “Tapi tetap saja kau tidak bisa menghilangkan baunya. Jika anggota kedisiplinan melihat, kau bisa mendapatkan hukuman. Tunggu disini, biar ku beli seragam baru di koperasi.”
“Ah, tidak usah Ssaem.” Tahan Taeri saat Kyuhyun hendak berbalik pergi. Kyuhyun menautkan alisnya bingung, menatap Taeri seolah bertanya ‘kenapa?’
“Aku tidak mau merepotkanmu. Tidak apa-apa biar aku menggunakan seragam ini saja, aku akan berhati-hati.” Katanya tersenyum. “Kalau begitu aku permisi. Sebentar lagi akan bel.” Taeri membungkukan badannya dan berlalu dari sana. Meninggalkan Kyuhyun dengan perasaan kecewanya karena untuk kesekian kali, lagi-lagi, dia gagal mendekati gadis itu. Gadis yang sudah sukses membuatnya jatuh hati saat pertama kali dia menginjakan kakinya di sekolah ini. Jangan berfikir jika Kyuhyun adalah pria yang menyukai anak-anak. Perbedaan usianya dengan Taeri hanya terpaut tiga tahun. Kyuhyun masih seorang mahasiswa di Kyunghee University, dan berhubung dia seorang mahasiswa jurusan psikolog jadi dia gunakan keahliannya itu untuk melamar pekerjaan di sekolah ini. Hanya pekerjaan sampingan, selain itu untuk mencari pengalaman sebelum dia benar-benar terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya. Waktu yang Kyuhyun dapat pun tidak full, hanya seminggu dua kali dia datang ke sekolah ini.
Kyuhyun berbalik dan pergi dari sana dengan perasaan kecewa yang menumpuk. “Lagi-lagi gagal.” Ucapnya dengan nada putus asa yang kentara.
…Because It’s You…
Langit hampir gelap saat mobil Ryeowook berhenti secara tiba-tiba. Ryeowook mencoba menstarter mobilnya kembali tapi tidak mau menyala, di cobanya sekali lagi tetap tidak menyala. Begitu seterusnya hingga berjalan beberapa menit.
Dengan terpaksa akhirnya Ryeowook keluar dan membuka kap mobilnya, mencoba mencari tahu apa yang salah dengan mobilnya ini. Tapi sayangnya, yang pria itu lakukan hanya memperhatikan tanpa memperbaikinya. Raut wajahnya menunjukan kebingungan, sesekali dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Aish, aku tidak mengerti.” Ucapnya putus asa.
Langit sudah semakin gelap, dan Ryeowook harus cepat pulang. Mina pasti akan meneriakinya jika dia terlambat menyiapkan makan malam. Sebenarnya mereka memiliki pembantu, tapi Mina tidak pernah mau makan jika bukan masakannya atau Ibunya.
Ryeowook mencoba mengambil ponselnya yang ada di dalam mobil untuk meminta bantuan, tapi sayangnya ponselnya justru mati total. Salahkan saja dirinya yang lupa mencharge-nya semalam.
“Ck…” Ryeowook benar-benar kesal. Lalu bagaimana caranya dia pulang?
Sekali lagi, Ryeowook mencoba mengecek mesin mobilnya. Satu persatu dia teliti, berusaha memperbaikinya. Namun bukannya semakin baik Ryeowook justru hanya mengotori tangan dan baju bagian depannya dengan noda hitam. Karena sejak tadi Ryeowook hanya mengutak-atiknya tanpa tahu apa yang harus dia perbaiki. Karena dia memang tidak mengerti apapun tentang otomotif. Jika di tanya soal dapur dia baru ahlinya.
Di tengah kebingungan dan kegelisahannya yang semakin memuncak, sebuah mobil berhenti tepat di depan mobilnya yang terparkir. Seorang pemuda keluar dari bangku pengemudi dan menghampiri Ryeowook.
“Annyeonghaseo…” Sapa pemuda itu membungkukan badannya. Ryeowook pun membalasnya sama halnya seperti yang pemuda itu lakukan.
“Ada apa dengan mobilmu? Mungkin aku bisa membantu.”
Ryeowook menggaruk tengkuknya dan tersenyum canggung. “Ini, mobilku tiba-tiba saja mogok. Aku tidak tahu apa yang salah. Padahal baru dua minggu yang lalu aku menservicenya.”
“Boleh ku lihat?” Tanya pemuda itu sopan.
“Kau mengerti mesin?”
“Sedikit.” Jawab pemuda itu tersenyum.
Ryeowook mengangguk kemudian mempersilahkan pemudayang terbilang masih sangat muda itu mengecek mobilnya. “Silahkan.” Ucapnya.
Ryeowook memperhatikan kegiatan pemuda itu yang fokus dengan mesin mobilnya. Masih muda tapi sangat sopan. Sepertinya anak ini masih sekolah. Pikir Ryeowook. Ah, benar. Dia masih menggunakan seragam sekolah.
“Kau baru pulang sekolah?” Tanya Ryeowook basa-basi.
Pemuda itu menoleh sekilas ke arah Ryeowook dan tersenyum. “Ne, aku baru saja pulang dari sekolah.”
Sedikit kaget melihat almamater yang di pakai pemuda itu. “Kau murid Chungju High School?”
“Kau tahu sekolahku hyungnim?”
“Tentu saja. Adikku sekolah disana juga, dan temanku pun ada yang mengajar disana.” Ucap Ryeowook sedikit antusias.
“Benarkah? Woah, Seoul sempit sekali.” Kata pemuda itu. Mereka berdua terkekeh akan kebetulan yang terjadi saat ini. “Adikmu pasti orang yang baik sama sepertimu.” Katanya lagi.
“Kau bisa saja. Adikku memang orang yang baik, tapi dia cerewet sekali.”
“Pasti rumah terasa ramai memiliki adik sepertimu.”
“Kau benar, rumahku sangat ramai sekali. Padahal kami hanya tinggal berdua. Berlima sih sebenarnya jika dengan satpam dan pembantu.” Kata Ryeowook terkekeh. “Ah, maaf. Aku jadi banyak bercerita.”
Pemuda itu tersenyum. “Gwaenchana, aku senang mendengar ceritamu.”
Tidak butuh waktu lama pemuda itu mengangkat kepalanya dan menatap Ryeowook. “Air Acu mobilmu habis. Apa kau punya persediaan?”
“Sebentar, aku lihat dulu.” Ryeowook berjalan masuk ke dalam mobilnya. Tidak lama kemudian dia kembali dengan botol kosong. “Habis. Aku lupa membelinya. Eottohkkae?”
“Sebentar, sepertinya aku masih punya persediaan.” Pemuda itu berjalan ke arah mobilnya dan kembali membawa botol air Acu yang di maksud. “Syukurlah masih ada.” Katanya mengacungkan botol itu ke hadapan Ryeowook.
Dengan cekatan pemuda itu mengisi air Acu yang tadi di ambilnya dari mobil miliknya ke tempat di mana seharusnya.
“Coba kau starter.” Katanya pada Ryeowook saat selesai dengan kerjaannya. Dan berhasil. Mobil itu kembali nyala.
Ryeowook tersenyum senang dan keluar lagi dari mobilnya. “Terimakasih, jika tidak ada kau aku tidak tahu harus bagaimana.” Ucap Ryeowook tulus.
“Tidak usah sungkan seperti itu. Aku senang menolongmu.” Jawab pemuda itu sopan. “Kalau begitu aku pamit.”
“Tunggu, siapa namamu.” Ryeowook mengulurkan tangannya yang di sambut baik oleh pemuda di depannya.
“Kyungsoo.”
“Senang bertemu denganmu, Kyungsoo. Aku Ryeowook. Sekali lagi terimakasih.”
“Gwaenchana. Kalau begitu aku permisi, Ryeowook hyung.”