home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Because It's You

Because It's You

Share:
Author : irnawu66
Published : 06 Mar 2015, Updated : 19 Mar 2015
Cast : Do Kyungsoo (EXO_K), Lee Taemin (SHINee), Kim Mina (OC)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |28740 Views |2 Loves
Because It's You
CHAPTER 1 : Satu

Lima menit lagi bel masuk akan segera bunyi, namun sebagian murid-murid Chungju High School sepertinya belum berniat meninggalkan kerumunan yang terjadi di koridor lantai dua. Tepatnya di depan ruang informasi. Ruangan yang biasa memberikan informasi atau pengumuman yang di tempel di dinding depan ruangannya. Mereka memang tengah melihat siapa di semester ini yang menduduki peringkat teratas. Dan siapa lagi jika bukan si murid teladan dan jenius yang lagi-lagi selama dua tahun berturut-turut menempati posisi itu.

“Ck, aku kalah lagi dengannya.” Umpat seseorang yang baru di ketahui ternyata adalah Oh Mina.

“Peringkat dua tidak buruk. Itu bagus.”

“Bagus darimana? Ini buruk Hyunmi-ah, bagaimana mungkin aku selalu menjadi yang kedua. Padahal aku sudah berusaha sangat keras.” Choi Hyunmi, sahabatnya. Hanya bisa mendesah pasrah. Jika urusannya sudah seperti ini, jangankan dia, kakaknya sekali pun tidak akan bisa menghentikan Mina yang dari dulu begitu terobsesi untuk mengalahkan pria jenius bernama Do Kyungsoo dalam hal akademik.

Karena obsesinya itulah, mereka berdua kini di kenal satu sekolah sebagai pasangan rival. Namun karena kepintaran Kyungsoo dan selalu bisa mengalahkan Mina, membuat anak itu menjadi semakin besar kepala dan tentu saja semakin membuat Mina muak dengan sikap angkuhnya. Tidak jarang mereka berdua terlihat seperti pasangan anjing dan kucing jika bertemu. Membuat siapa pun yang ada di sekitar mereka harus menghindar jika tidak mau terkena serangan dari kedua orang itu.

Hyunmi memilih diam, membiarkan sahabatnya itu bersungut-sungut tanpa henti. Walau sebenarnya kupingnya benar-benar panas mendengar umpatan-umpatan Mina yang sudah pasti di tujukan untuk pria bermata bulat itu. Bahkan saat mereka sampai di kelas pun dan pelajaran akan segera di mulai gadis itu masih saja terus mengumpat. Hyunmi yang benar-benar sudah tidak tahan akhirnya menatap sahabatnya itu dengan jengkel.

“Ya! Bisakah kau diam? Park Seonsaengnim sebentar lagi datang. Jika kau di keluarkan dari pelajarannya jangan salahkan aku.”

“Aish, arasseo.” Jawab Mina tak kalah jengkel. Hyunmi geleng-geleng kepala menghadapi sahabatnya satu ini. Yang menyebalkan itu sebenarnya siapa? Kenapa justru dia yang marah?

Keadaan pun kembali tenang, mereka mengeluarkan buku pelajaran masing-masing yang akan di pelajari dan tidak lama pelajaran pun telah di mulai saat guru mereka tiba.

Baru sepuluh menit berlalu jam pelajaran di mulai, terdengar seruan-seruan dari dalam kelasnya. Cukup riuh dan bising. Membuat guru mereka yang sedang menerangkan pun harus menoleh ke belakang untuk mencari tahu penyebab kebisingan kelasnya yang tiba-tiba itu. Di bangku ketiga dari depan, Hyunmi dan Mina juga terlihat kebingungan. Menoleh kesana kemari, mencari tahu kenapa kelasnya tiba-tiba ribut seperti itu. Tidak butuh waktu lama untuk tahu, karena pusat keributan itu kini ada di luar kelasnya. Dua belas pria yang baru saja lewat. Pria yang mereka juluki sebagai dewa sekolah.

“Wah, Kai hari ini tampan sekali.” Seru beberapa wanita di kelasnya.

“Tao dan Sehun juga tidak kalah tampan.” Wanita yang lain ikut menyahuti.

“Lihat-lihat, Baekhyun memakai eyeliner. Aigoo, dia tampan dengan eyelinernya.”

“Kyaaa itu Kris Oppa.

“Siapa yang memakai kacamata itu? Bukankah itu Chen Oppa? Bagaimana bisa dia terlihat imut dengan kacamatanya. Omo… omo… dia melihat ke sini.”

“Itu Luhan Oppa, dia juga melihat ke sini. Lihatlah, dia tersenyum. Lay Oppa juga.”

“Kyaaaa Suho Oppa wajahnya selalu terlihat yang paling tenang.”

“Kenapa Xiumin Oppa berdiri di samping Chanyeol? Dia terlihat begitu kecil.”

“Tapi mereka berdua benar-benar imut.”

Begitu seterusnya seruan-seruan itu terdengar. “D.O wajahnya selalu terlihat datar. Tapi itu yang membuatnya semakin menarik.”

Yang terakhir membuat Mina ingin muntah mendengarnya. Menarik dari mana? Pikirnya. Jika di lihat dengan kaca retak itu masih mungkin.

Semua gadis di kelasnya, tak terkecuali. Oh mungkin jika lebih tepatnya semua gadis di sekolah ini begitu mengagumi mereka. Gadis-gadis itu mengagumi mereka seolah mereka adalah dewa. Benar-benar memuakan. Itu menurut Mina. Yeah, hanya gadis itu yang tidak tertarik sama sekali dengan kumpulan pria-pria yang di sebut sebagai dewa di sekolahnya. Bukan karena dia tidak normal atau tidak tertarik denga pria tampan. Hanya satu alasan gadis itu tidak tertarik dengan kumpulan pria popular itu. Do Kyungsoo. Satu nama itulah yang membuatnya enggan mengidolai mereka. Karena pria itu termasuk salah satunya. Dia tidak ingin pria itu semakin besar kepala jika mengetahui Mina sebagai salah satu gadis yang mengidolai mereka. Bersyukur sekolahnya ini memiliki system memisah murid perempuan dan laki-laki. Sehingga dia tidak perlu sekelas bersama pria bermata besar itu. Bahkan Hyunmi, sahabatnya, kini terlihat asik memandangi seorang pria tinggi salah satu dari mereka.

“Tok…Tok…Tok…”

Ketukan di papan tulis, mengalihkan perhatian murid-murid di kelasnya. Kembali menatap sang guru yang sejak tadi masih berdiri di depan kelas. “Bisa kita mulai lagi pelajarannya?” Ucap guru itu. Membuat mereka mau tidak mau mengangguk dan kembali memperhatikan penjelasan sang guru.

…Because It’s You…

 

Ini sudah kesekian kalinya Mina mendapati sahabatnya terus menatap seorang pria di seberang meja yang mereka duduki. Mina tahu benar jika Hyunmi begitu mengagumi sosok pria yang sudah lama menjadi perhatiannya. Tapi karena sikap dinginnya, sahabatnya ini begitu sulit untuk menunjukan perasaannya. Mina bukannya tidak peduli dan tidak ingin membantu. Dia hanya tidak tahu harus melakukan apa. Setiap dia menawarkan diri untuk membantu, gadis itu selalu bilang. ‘Tidak usah. Aku sudah cukup senang walau hanya memandanginya.” Cih, apa-apaan itu. Sebenarnya sahabatnya itu lahir di abad berapa sih? Kenapa dia bisa mengatakan hal seminjijikan itu?

Jika suka, ya bilang saja terus terang. Urusan di tolak atau di terima masalah belakangan. Itulah prinsipnya. Namun melihat sahabatnya ini, Mina hanya bisa menghela nafas frustasi.

“Mau sampai kapan kau terus memandanginya seperti orang bodoh, hah?” Tanya Mina dengan bosan. Mendengar itu Hyunmi hanya menggendikan bahunya.

“Terserah kau sajalah.” Kata Mina akhirnya. Gadis itu memilih pergi dari pada harus menemani kegiatan sahabatnya yang menurutnya sangat membosankan itu.

“Kau mau kemana?” Tanya Hyunmi saat melihat Mina berdiri.

“Aku mau ke perpustakaan. Kau lanjuti saja kegiatanmu.” Ucapnya. Kemudian berlalu pergi sambil melambaikan tangannya.

Namun belum sempat langkahnya mencapai pintu cafeteria sekolah, sesuatu menabraknya dan membuat baju bagian depannya terlihat kotor. Mina membelalakan matanya melihat apa yang terjadi. Segelas juice tomat tumpah dan mengotori seragamnya. Sudah pernah ada yang bilangkah jika dia paling membenci ada sesuatu yang membuat penampilannya berantakan?

Yep, sepertinya gadis itu memang benar-benar sangat marah. Terlihat wajahnya yang kini merah padam. Terlebih lagi saat melihat orang yang telah menabraknya. “Kau?”

Baru saja Mina ingin membuka mulutnya untuk mengeluarkan makian-makian dan segala sumpah serapahnya, mulutnya lebih dulu di bungkam oleh seseorang dari belakang. Dia tahu siapa yang sudah berani membekap mulutnya seperti ini. Siapa lagi jika bukan sahabat tersayangnya. Hyunmi.

“Maaf D.O-ssi, sudah membuat minumanmu jatuh. Nanti akan kami ganti.” Sontak saja Mina mendelik menatap sahabatnya itu. Apa-apaan dia. Yang harusnya minta maaf itu si mata besar ini. Dan apa katanya? Menggantinya? Jangan harap. Seharusnya dia yang mengganti seragamnya yang kotor. Sahabatnya pasti sudah gila. Sudah jelas-jelas di sini dia yang di rugikan.

Dengan teganya Mina menggigit tangan Hyunmi. Membuat Hyunmi harus memekik kesakitan dan melepaskan bekapannya dengan refleks. Mina langsung berkacak pinggang. Melotot, menatap sahabatnya.

“Kau gila?” Serunya. “Yang harusnya minta maaf itu dia?” Tunjuk Mina tepat di depan wajah D.O. “Dan dia juga yang harusnya mengganti seragamku. Dia yang sudah menabrakku.”

“Apa kau bilang? Kau yang jalan tidak pakai mata, masih menyalahkan aku.” D.O tidak kalah kesalnya. “Kau tahu, berapa lama aku harus mengantri untuk mendapatkan minuman itu?”

“Kau pikir aku peduli? Yang jelas ganti seragam ku.”

Mwo? Kau yang harus mengganti minuman ku.”

Cafeteria sore itu berubah seperti arena pertarungan antara Oh Mina dan Do Kyungsoo. Keduanya tidak ada yang mau mengalah dan merasa yang paling benar. Saling menyalahkan, menuduh, membentak, bahkan berteriak. Semua orang yang menyaksikan pertengkaran mereka hanya geleng-geleng kepala. Bahkan beberapa di antara orang-orang di sana, menyaksikannya dengan santai sambil makan. Ada pula yang bertaruh siapa yang akan memenangkan pertengkaran kali ini. Karena kejadian seperti ini memang sudah sering terjadi. Untung saja pertengkaran itu tidak pernah berakhir dengan baku hantam apa lagi berdarah-darah. Hingga para guru tidak perlu campur tangan. Karena memang tidak mungkin. Seberapa pun menyebalkannya Oh Mina, D.O tidak mungkin memukul seorang gadis.

Hyung, sudahlah. Semua orang memperhatikan kita. Nanti ku belikan lagi minuman yang baru.”

“Tidak bisa Kai. Gadis ini yang harus bertanggung jawab, dia yang sudah menjatuhkan minuman ku.”

“Tanggung jawab kau bilang? Lalu bagaimana dengan seragam ku? Kau pikir siapa yang membuat seragam ku kotor seperti ini?” Mina semakin tidak terima.

“Memang aku peduli.”

“Kalau begitu aku juga tidak peduli dengan minuman mu.”

“YAK!” Teriakan seseorang membuat kedua orang yang sedang adu mulut itu diam.

“Kalian ini kenapa selalu seperti anak kecil? Semua orang memperhatikan kalian. Apa kalian tidak malu?”

“Dia duluan yang mencari ribut, Hyung.” Adu D.O pada Kris yang tadi meneriaki mereka berdua.

“Aku? Hey, kau yang menabrak ku.”

Kris memijit pelipisnya pelan. Kepalanya benar-benar sakit menghadapi dua orang keras kepala ini.

“Suho!” Kris menatap Suho, memberi kode pada pria itu. Suho mengerti, dan tanpa harus berfikir lagi dia segera menarik D.O. Tidak di pedulikan teriakannya yang meminta di lepaskan, dia terus menyeretnya keluar cafeteria. Melihat itu, teman-temannya yang lain pun ikut membantu Suho membawa D.O keluar.

Begitu pun dengan Mina. Gadis itu di seret dengan paksa oleh Hyunmi. Karena sebelumnya Kris memang sudah mengatakan padanya. “Hyunmi, bawa temanmu pergi.”

 

…Because It’s You…

 

“Harusnya kau membiarkan aku memberi pelajaran padanya.” Mina masih saja terus mengomel pada Hyunmi. Sambil sesekali membersihkan noda pada seragamnya dengan air.

“Kau tidak lihat berapa banyak siswa yang memperhatikan kalian? Sudahlah, tidak bisakah kau mengalah saja?” Mina langsung menghentikan aktifitasnya dan menatap sahabatnya garang.

Mwo? Mengalah? Dengannya? Tidak akan pernah.” Hyunmi menghela nafas keras.

Arasseo. Terserah kau saja.” Katanya tidak kalah kencang. Untung saja toilet saat itu sedang sepi, jadi tidak perlu ada yang merasa terganggu dengan teriakan kedua gadis ini.

“Hyunmi-ah…” Hyunmi menoleh ke arah pintu toilet saat ada yang memanggil namanya. Mengabaikan sahabatnya yang masih bersungut-sungut tidak jelas, gadis itu memilih keluar. Melihat siapa yang memanggilnya barusan.

“Kai.” Ucapnya. Saat mendapati tubuh tinggi Kai membelakangi pintu Toilet. Pria itu berbalik dan tersenyum menatap Hyunmi.

“Ini, berikan pada Mina.” Katanya, seraya menyodorkan seragam putih yang masih terlipat rapih. Hyunmi mengambilnya dengan kening berkerut.

“Kau membelinya?” Tanyanya sedikit tidak percaya.

“Sudah. Tidak usah di pikirkan. Lebih baik berikan seragam ini padanya. Maaf jika sedikit kebesaran, aku tidak tahu ukuran tubuhnya. Jadi aku hanya mengira-ngira saja.” Hyunmi mengangguk.

Gwaenchana. Yang penting gadis itu berhenti mengamuk. Aku benar-benar pusing mendengar ocehannya.” Kai terkekeh mendengarnya. Mengacak-acak rambut gadis itu sebelum akhirnya bicara.

“Sudah sana masuk. Pastikan sahabatmu itu tidak mengamuk lagi. Maafkan Kyungsoo Hyung, akhir-akhir ini mood-nya memang sedang tidak bagus.”

“Bukankah mood-nya memang selalu buruk jika bertemu dengan Mina?” Kata Hyunmi.

“Eoh, kau benar.” Mereka beruda terkekeh. “Mereka berdua memang seperti anjing dan kucing. Sudah cepat sana masuk!” Kai membalikan tubuh Hyunmi dan mendorongnya pelan.

Gomawo Kai.” Ucapnya sebelum dia menghilang di balik pintu toilet. Meninggalkan Kai dengan senyum yang masih belum hilang di bibirnya. Seiring dengan menghilangnya sosok Hyunmi dari pandangannya, senyum itu pun perlahan ikut menghilang. Berubah menjadi tatapan yang sulit di artikan.

Sebelum benar-benar pergi dari tempatnya, terdengar helaan nafas yang begitu berat. Seolah pria yang memiliki kulit sedikit kecoklatan ini menyimpan begitu banyak beban.

 

…Because It’s You…

 

Sudah lima belas menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi. Sekolah mulai sepi, dan malam pun semakin larut. Namun halte bus di dekat Chungju High School masih terlihat beberapa murid yang sedang menunggu bus. Termasuk Oh Mina. Gadis itu terlihat gelisah menunggu bus yang tidak kunjung datang. Jika saja supirnya itu tidak ada urusan mendadak dengan keluarganya. Dia tidak harus susah-susah menunggu bus seperti ini. Dan salahkan juga Oppa tersayangnya yang tidak bisa menjemputnya hanya karena alasan sebuah drama di televisi yang sedang tayang. Alasan macam apa itu? Masa dia lebih mementingkan sebuah drama di banding adiknya. Mina mendengus sebal. “Oppa menyebalkan.”

Sepertinya hari ini memang bukan hari keberuntungan untuknya. Berawal pengumuman yang dia lihat di pagi hari. Lalu insiden tabrakan dengan Kyungsoo. Ugh…mengingat namanya saja, membuat mood-nya kembali buruk.

Suara klakson mobil terdengar begitu memekakan. Membuat beberapa murid dan orang-orang yang masih berada di sekitar halte menolehkan kepalanya ke arah Hyundai putih yang terpakir tidak jauh di depan mereka. Perlahan kaca pintu mobil di sebelah kemudi turun, menampilkan wajah tampan seorang pria di dalamnya.

Oppa?” Seru Mina saat mendapati seseorang yang di kenalnya.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya pria itu.

“Tentu saja menunggu bus. Apa lagi?” Katanya dengan nada bosan. Pria itu mengerutkan keningnya?

“Kemana supirmu?”

Ahjjushi tidak bisa menjemputku.”

“Lalu Oppa-mu?” Mina mendengus sebelum menjawabnya.

“Salahkan saja drama yang ada televisi itu. Oppa lebih memilih menontonnya di banding menjemputku.”

“Aish…masuklah! Ku antar kau pulang.” Ucap pria itu kemudian.

Beberapa murid di sana membungkuk sopan saat tahu ternyata itu adalah guru mereka. “Annyeonghaseo Cho Seonsaengnim.” Sapa mereka. Yang di balas anggukan dan senyum dari pria yang di sapa Cho Seonsaengnim barusan. Hanya satu murid yang tidak melakukannya. Seorang siswi yang duduk di pojokan halte dengan pandangan tetap lurus ke depan. Mungkin karena headset yang menempel di kedua kupingnya, jadi gadis itu tidak menyadari kehadiran guru mereka.

“Apa yang kau lihat?” Tanya Mina saat sudah masuk ke dalam mobil yang akan mengantarnya pulang. Matanya mengikuti arah pandang pria yang menjadi gurunya sekaligus sahabat Kakaknya. Mulutnya membulat di sertai anggukan di kepalanya saat menyadari apa yang menjadi perhatian pria di sampingnya ini.

“Kau masih mengejarnya? Aigoo…jadi kau belum berhasil juga mendapatkannya? Sudahlah, menyerah saja.” Kata Mina dengan nada mengejek.

“Cih, menyerah katamu? Dalam kamus ku, aku tidak pernah mengenal kata menyerah.” Mobil perlahan meninggalkan halte juga seorang gadis yang tadi menjadi perhatiannya. Gadis yang sedang duduk sendiri, dan satu-satunya yang tidak menyadari kehadirannya tadi.

“Wah, lelaki ini benar-benar pejuang cinta. Cho Kyuhyun, Si pejuang cinta.” Mina terbahak dengan leluconnya sendiri.

“Jangan menertawakanku. Apa perlu ku ingatkan, saat kau tidak berhenti menangis saat di tinggalkan-“

“Cukup. Jangan pernah menyebut namanya.” Mina langsung berhenti tertawa dan memotong ucapan Kyuhyun cepat. Ekspresi wajahnya berubah menjadi suram detik itu juga. Kyuhyun mengacak-acak rambut Mina dan berkata. “Mian.” Ucapnya pelan.

Tidak ingin membuat suasana menjadi tidak enak, Mina pun tersenyum. “Gwaenchana.” Katanya pada Kyuhyun. Mencoba mencari bahan obrolan dia pun kembali bertanya.

“Apa di kampusmu tidak ada wanita cantik? Kenapa kau sangat menyukai gadis itu? Atau jangan-jangan, wanita di kampusmu tidak ada yang tertarik padamu.” Kyuhyun tersenyum sebelum menjawab.

“Wanita cantik banyak, dan yang tertarik denganku juga banyak. Tapi hanya sunbae-mu itu yang menarik perhatianku.”

“Tapi gadis itu begitu cuek, Oppa. Jangankan tertarik padamu, menyadari kau sering memperhatikannya saja ku rasa tidak. Apa kau benar-benar tidak ingin mundur? Lebih baik kau cari gadis lain.”

“Tidak.” Jawab Kyuhyun cepat. “Aku tidak akan mundur sebelum mendapatkannya.”

“Aku jadi ragu apa yang di katakana Ryeowook Oppa tentangmu.” Kata Mina dengan mata yang di picingkan menatap Kyuhyun. Seolah sedang mencurigai sesuatu.

“Apa memangnya yang di katakan Oppa-mu?”

Oppa bilang kau begitu di gilai banyak gadis di kampusmu, tapi nyatanya, mendapatkan hati seorang gadis SMA saja kau tidak bisa.” Dengus Mina.

“Itu karena dia gadis yang istimewa.” Jawab Kyuhyun di sertai senyuman manis. Bagaimana tidak manis, dia menjawab sambil membayangkan gadis pujaannya itu. “Ku dengar tadi kau bertengkar lagi dengan murid yang bernama Do Kyungsoo?” Tanya Kyuhyun, menggangti topic pembicaraan.

“Dia yang menabrak ku duluan dan tidak mau minta maaf. Seragam ku juga kotor karena juice yang di tumpahkannya, jadi jangan menyalahkan aku.”

“Siapa yang menyalahkan? Aku hanya bertanya.” Kyuhyun geleng-geleng. “Kau ini, kenapa selalu bertengkar dengannya?”

“Sudah ku bilang dia duluan yang mencari ribut.” Lagi-lagi mood-nya kembali jelek. Kenapa juga harus membahas itu lagi. Umpatnya dalam hati.

“Dengar, walaupun aku hanya guru kenselor di sekolah kalian, tapi aku tetap bertanggung jawab sebagai guru. Dan aku mempunyai hak memanggil orang tua kalian jika kalian bertengkar lagi.” Mina hanya mendengus tidak peduli. “Yak! Kau dengar tidak?” Kyuhyun mencubit pipi Mina, membuat pipi gadis itu tertarik sebelah.

“Iya, iya, aku tahu.” Katanya melepaskan cubitan Kyuhyun pada pipi sebelah kirinya. Mina mengusap-usap pelan pipinya. Dasar evil menyebalkan. Lagi-lagi gadis itu mengumpat dalam hati.

“Awas jika aku mendengar lagi kalian bertengkar seperti tadi.”

“Sudahlah tidak usah membahas itu lagi. Lebih baik membicarakan gadis pujaanmu itu.” Kyuhyun mengangkat sebelah alisnya. Menatap Mina sekilas lalu kembali menatap kedepan.

“Kenapa dengannya?”

“Tidak apa-apa, aku hanya berfikir bagaimana jika gadis pujaanmu itu sudah memiliki kekasih?”

 

…Because It’s You…

 

Halte bus sudah mulai sepi. Jarum jam juga sudah menunjukan pukul sebelas malam. Hanya tinggal satu orang gadis yang masih belum meninggalkan halte bus yang berada tidak jauh dari sekolahnya. Gadis itu masih pada posisinya, duduk sendirian dengan headset terpasang di kupingnya. Pandangannya tidak lepas dari jalanan di depannya. Seolah sedang menunggu kedatangan seseorang. Tidak berapa lama sebuah motor sport hitam berhenti di depannya. Pengendara motor itu membuka kaca helmnya yang juga berwarna hitam, tidak kalah gelap dari warna motornya. Menyodorkan sebuah helm lain pada seorang gadis yang kini sudah berdiri di hadapannya.

“Lain kali jangan menyuruhku menunggu jika kau masih ingin bermain dengan teman-temanmu itu.” Kata gadis itu dengan kerutan-kerutan di dahinya. Melihat gadis itu terlihat begitu marah, bisa di tebak sudah berapa lama dia menunggu.

“Maaf, rapat tadi benar-benar mendadak.” Ucapnya benar-benar merasa bersalah. “Sudah jangan marah-marah lagi, kau terlihat jelek dengan kerutan-kerutan di dahimu itu. Ini kan pertama kalinya kita pulang bersama, harusnya kau tersenyum.” Gadis itu masih menampilkan wajah jengkelnya, tidak peduli jika dia terlihat jelek seperti yang di bilang pria di depannya ini.

“Mana jaketmu?” Tanya pria itu saat mendapati tubuh gadisnya hanya di balut blazer sekolah.

“Tertinggal di loker.”

“Aish, kau itu selalu ceroboh.” Akhirnya pria itu melepas jaketnya dan memakaikannya pada gadis di hadapannya itu.

Tidak butuh waktu lama, mereka sudah pergi meninggalkan halte bus dengan kesunyiannya. Karena memang waktu yang telah menunjukan hampir tengah malam. Menyisakan suara-suara binatang malam yang berkeliaran, entah yang di jalan, yang hinggap di berbagai pohon atau daun, juga yang terbang ke sana ke mari. Dan suara desiran angin yang seolah-olah tengah membisikan sesuatu. Udara dingin pun terasa menusuk tulang karena waktu yang semakin malam.

 

…Because It’s You…

 

“Ya! Kau belum menjawab pertanyaanku.”

“Pertanyaan yang mana?”

“Bagaimana jika gadis pujaanmu itu sudah memiliki kekasih? Apa saat itu kau akan langsung mundur?” Kyuhyun terlihat berfikir sebelum akhirnya menjawab.

“Itu akan lain ceritanya. Lagi pula aku tidak pernah berfikir jauh kesana, kalau pun dia sudah memiliki kekasih seperti yang kau bilang, mungkin aku akan merebutnya.” Kyuhyun terkekeh di akhir kalimatnya. Mina menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kau benar-benar tergila-gila dengannya ternyata. Memangnya, apa istimewanya gadis itu untukmu?” Tanya Mina penasaran. Kyuhyun kembali berfikir lagi. Sebelum Kyuhyun menjawab, Mina menambahkan. “Kau tahu kan julukannya? Ice Princess. Bahkan ku dengar, dia itu anti social. Dia selalu terlihat tidak pernah tertarik untuk berteman dengan siapa pun. Apa yang kau suka dari gadis penyendiri itu?”

“Itu yang sampai sekarang masih membuatku penasaran, kenapa dia begitu menarik diri dari sekitarnya. Tapi jika di tanya, apa yang ku sukai darinya, entahlah. Aku hanya menyukainya saat pertama kali melihatnya. Dia telrihat begitu nyaman dengan kesendiriannya itu. Bahkan wajahnya tidak pernah menunjukan kesepian. Dia begitu tenang, dan aku selalu merasa nyaman setiap kali melihatnya.”

“Kau kan Mahasiswa Psikolog, masa kau tidak tahu?”

“Aku sedang mencoba mempelajarinya.”

“Jadi maksudmu dia sebagai bahan uji cobamu, begitu?”

“Bukan begitu, bodoh.” Kyuhyun memukul kepala Mina pelan. Namun lumayan membuat gadis itu meringis kecil.

Baru saja Kyuhyun akan menjawab pertanayaan Mina, sebuah dering ponsel mengurungkan niatnya. “Siapa?” Tanya Kyuhyun.

“Ryeowook Oppa. Dia tanya, kenapa aku belum pulang.” Saat Mina akan mengetik balasan, suara Kyuhyun menginterupsi.

“Biarkan saja, jangan dibalas.”

“Kenapa?” Tanyanya bingung.

“Sudah biarkan saja.” Meskipun bingung, tapi Mina menurutinya. Tidak lama kemudian, sebuah pesan kembali masuk. Dari pengirim yang sama dan dengan pertanyaan yang sama juga, namun lebih terlihat nada kekhawatiran di sana. Kembali Kyuhyun melarangnya saat Mina akan membalas pesan dari Oppa-nya itu.

“Kenapa sih?” Tanya Mina benar-benar bingung. Tapi Kyuhyun hanya diam dan fokus menyetir.

Tidak butuh waktu lama, ponselnya kembali berdering untuk yang ketiga kalinya. Namun kali ini bukan sebuah pesan lagi yang datang, melainkan sebuah panggilan. Baru Mina ingin mengangkatnya Kyuhyun lebih dulu mematikan panggilan itu. Membuat gadis bermarga Oh yang lebih sering di sapa Kim Mina ini semakin tidak mengerti dengan kelakuan sahabat Kakaknya sekaligus gurunya itu.

“Sebenarnya ada apa sih? Kenapa aku tidak boleh menjawab panggilan Oppa? Nanti dia khawatir.”

“Memang itu yang sedang ku lakukan. Membuat Oppa-mu khawatir.” Jawab Kyuhyun enteng.

Mwo?” Mina menatap Kyuhyun semakin bingung.

Oppa-mu itu harus di beri pelajaran. Pasti saat ini dia sedang gelisah di rumah.” Kyuhyun tersenyum lebar saat membayangkan wajah Ryeowook yang begitu mengkhawatirkan adik sematawayangnya ini. Siapa suruh lebih mementingkan menonton drama di banding menjemput adiknya. Batinnya.

Deringan ponsel kembali terdengar, namun kali ini suara itu berasal dari ponselnya. Dia sudah bisa menebak siapa yang menghubunginya. Tidak seperti tadi, kini Kyuhyun mengangkat panggilan itu.

Yeobseo.

“Eoh, Kyuhyun-ah naya. Kau di mana? Apa masih di sekolah?”

Ani. Aku di jalan mau pulang. Wae?

“Mina belum pulang. Apa kau bertemu dengannya?” Ada nada khawatir yang amat sangat dalam suaranya. Kyuhyun sudah bisa menebak bagaimana ekspresi sahabatnya itu saat ini. Dalam hati sesungguhnya dia benar-benar ingin tertawa. Oh, bagaimana tidak dia bisa mendapat julukan evil. Lihat saja kelakuannya.

Dengan suara senormal mungkin Kyuhyun kembali menjawab, “Aku tidak bertemu dengannya. Kenapa tidak kau coba hubungi saja dia?”

“Sudah. Tapi tidak ada jawaban.”

“Kalau begitu hubungi supirmu.”

“Lee Ahjjushi sedang tidak bisa menjemputnya. Dia pulang naik bus hari ini. Makanya aku khawatir kenapa sampai jam segini dia belum sampai rumah.”

“Lalu kenapa bukan kau saja yang menjemputnya?”

“Itu…Itu…aku… ah, sudahlah. Kau benar-benar tidak melihatnya?” Kyuhyun mendengus. Kakak macam apa dia. Umpatnya dalam hati.

“Tidak.” Jawabnya cepat. Di sampingnya, Mina benar-benar tidak mengerti apa yang sedang di rencanakan si evil ini. Dia tahu persis siapa yang sedang menelponnya, tapi gadis itu hanya membiarkannya saja. Dia sendiri juga penasaran kejahilan apa lagi yang akan di perbuat oleh Kyuhyun.

Hyung,” Panggil Kyuhyun, sebelum Ryeowook mematikan sambungan telponnya. “Bukan maksudku untuk menakuti, tapi sekarang-sekarang ini sedang musim penculikan gadis SMA. Aku hanya memberitahu supaya kau lebih berhati-hati lagi.” Di seberang sana, tidak terdengar suara apapun. Namun sedetik kemudian sambungan itu terputus. Kyuhyun tertawa terbahak-bahak saat tahu Ryeowook mematikan sambungan telponnya secara tiba-tiba.

“Aish, bisakah kau berhenti mengerjai orang? Pasti saat ini Oppa sedang cemas.” Kata Mina dengan kesal.

“Biarkan saja. Habisnya Oppa-mu itu menyebalkan. Apa-apaan dia membiarkan adiknya pulang sendiri. Jika ada yang menculikmu bagaimana? Yang ku bilang tentang penculikan tadi memang benar. Sedang banyak penculikan akhir-akhir ini.”

Tepat saat Kyuhyun mengakhiri ucapannya, mobilnya sudah terparkir di depan kediaman keluarga Kim. Dan sebuah mobil lainnya baru saja keluar dari pekarangan rumah, berhenti tepat di depan mobil Kyuhyun. Seorang pria keluar tepat setelah Mina dan Kyuhyun keluar.

“Mina?” Ucap pria itu. Kemudian tatapannya beralih ke pria yang ada di samping adiknya. “Ya! Kau bilang kau tidak bertemu dengannya.”

“Arrgh, hyung appo…” Kyuhyun menjerit kesakitan saat sebuah jeweran mendarat di kupingnya. Bukannya melepaskannya, Ryeowook justru menarik kuping Kyuhyun semakin kencang, membuat pria bermarga Cho ini harus merintih dan memohon untuk di lepaskan.

Oppa, sudah lepaskan. Kasian Kyuhyun Oppa kesakitan.” Mina berusaha melepaskan tangan Ryeowook.

“Biarkan saja Mina, anak ini memang harus di kasih pelajaran.”

Hyung, jebal geumanhae.” Ringisnya. Sampai akhirnya Ryeowook pun melepaskannya. Kyuhyun mengusap-usap kupingnya yang kini memerah akibar jeweran dari Ryeowook. Sesekali pria itu masih meiringis karena bekas rasa sakitnya. “Harusnya kau berterimakasih padaku karena sudah mengantar dongsaeng-mu pulang dengan selamat.” Katanya dengan nada yang masih kesal.

“Terimakasih katamu? Kau sudah membuatku cemas, Kyu.”

“Habis kau menyebalkan. Membiarkan adikmu pulang sendiri. Bagaimana jika dia benar-benar di culik?”

Mina menyaksikan dua pria dewasa yang sedang bertengkar itu dengan geleng-geleng kepala. Kelakuan mereka terkadang masih seperti anak kecil. Bertengkar di mana pun, kapan pun, hanya karena masalah sepele. Benar-benar tidak ingat umur.

“Orang tua benar-benar membuatku pusing.” Katanya sambil berlalu pergi. Dan bersamaan dengan itu sebuah teriakan kompak terdengar di belakangnya.

“Ya! Siapa yang kau sebut orang tua?”

…Because It’s You…

 

Siang itu cafeteria cukup ramai, kebanyakan para murid di istirahat pertama memilih datang ke cafeteria untuk mengisi perutnya. Berhubung jam istirahat pertama bertepatan dengan jam makan siang. Lain halnya jika istirahat kedua. Sebagian dari mereka hanya tinggal di kelas untuk sekedar mengobrol atau membaca pelajaran yang baru saja di bahas. Atau bagi mereka yang begitu mencintai belajar, lebih memilih menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan.

Di pojok cafetaria Chungju High School, tepat di samping kaca besar yang memperlihatkan taman sekolah mereka. Duduk beberapa pria dengan rupa yang tidak di ragukan lagi ketampanannya. Mereka terlihat asik dengan makanan yang ada di hadapan mereka. Ada pula yang sibuk dengan gadgetnya atau hanya sekedar mengobrol. Tidak mempedulikan banyak pasang mata, khususnya dari para gadis yang memperhatikan dengan tatapan kagum. Seolah sudah terbiasa dengan itu semua dan tidak merasa terganggu sama sekali. Tapi sepertinya ada satu orang yang sejak tadi selalu menekuk wajahnya. Duduk termangu sambil menopangkan dagunya. Kai yang duduk di sampingnya benar-benar merasa risih dan tidak betah untuk segera bertanya.

“Kau kenapa, Hyung? Sejak tadi ku perhatikan sepertinya kau tidak bersemangat. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” Pertanyaan Kai membuat teman-temannya yang lain ikut memperhatikan Kyungsoo yang biasa akrab di sapa dengan D.O.

“Jangan bilang kau masih kesal dengan kejadian kemarin?” Tebak Chanyeol. Dan sepertinya tebakannya itu tepat. Karena terdengar dengusan dari D.O, dan wajahnya yang semakin terlihat tidak enak.

“Oh, ayolah Hyung, mau sampai kapan kalian seperti ini? Kalian bukan anak kecil lagi. Berhentilah bertengkar dengannya.”

“Dia yang selalu memulai mencari masalah denganku.” Kata D.O tak terima.

“Kalian berdua sama saja. Sama-sama keras kepala dan sama-sama tidak ada yang mau mengalah.” Sebuah celetukan dan tepukan pada bahu D.O membuat yang lain termasuk D.O menoleh.

Hyung. Kalian darimana?” Tanya Baekhyun pada dua orang pria yang baru saja bergabung dengan mereka. Kris, pria yang tadi menepuk bahu D.O menjawab.

“Habis mengurus untuk acara festival sekolah nanti.”

“Apakah akan ada pentas seni seperti tahun kemarin lagi?” Tanya Luhan yang di jawab anggukan oleh Suho.

“Dan nanti sore kita rapat lagi, kepala sekolah sudah menyuruh ku dan Kris untuk segera mengurusnya. Membentuk panitia dan segala acara yang akan di tampilakan nanti.” Lanjut Suho. Mereka hanya mengangguk mendengarkan. Pasalnya mereka memang anggota kesiswaan sekolah. Yang di pimpin oleh Kris  dan Suho sebagai wakilnya. Itu jugalah yang membuat mereka semakin terkenal di sekolahnya.

“Oh ya, kau di panggil kepala sekolah di ruangannya.” Ucap Kris yang di tujukan ke D.O, pria dengan mata bulat itu mengangkat sebelah alisnya sebelum bertanya.

“Ada apa?” Kris menggedikan bahunya.

Molla. Mungkin masalah olimpiade.” D.O mengangguk, kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh dari meja yang berisi teman-temannya di belakang.

 

…Because It’s You…

 

Mina berjalan santai di koridor sekolahnya sambil sesekali mulutnya menyenandungkan lagu kesukaannya. Sebenarnya di jam istirahat ini dia ingin membaca komik yang baru saja dia beli minggu lalu bersama Hyunmi. Tapi karena sebuah panggilan yang mengharuskannya untuk segera di penuhi dengan sangat terpaksa  dia menunda kegiatan favoritnya itu. Hyunmi entah kemana. Sejak bel istirahat berbunyi, sahabatnya itu sudah menghilang. Langkahnya membawanya ke ujung koridor, saat menemui tikungan dia berbelok hingga akhirnya berhenti saat menemukan sebuah ruangan yang akan di tujunya. Dia berdiri di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Kepala Sekolah di atas pintunya. Di ketuknya pintu itu pelan, dan masuk saat sebuah perintah masuk sudah di dapatnya.

Annyeonghaseo, anda memanggil saya  Seonsaengnim?” Tanya Mina sopan.

Ne. Duduklah!” Sahut pria paruh baya di depannya. Dirinya tidak sendiri, ada seorang murid lainnya yang kini tengah duduk di depan pria paruh baya yang meyuruhnya masuk juga duduk tadi. Yang tak lain adalah Kepala Sekolah mereka. Murid yang sangat Mina kenal. Dan satu-satunya murid di sekolah ini yang paling tidak ingin Mina temui. Siapa lagi jika bukan Do Kyungsoo.

Mina maupun D.O sama-sama bingung, kenapa mereka di panggil. Dan rasa penasaran itu terjawab saat sebuah kertas putih yang berisi undangan olimpiade kini ada di hadapan mereka. Kepala Sekolah yang biasa mereka panggil dengan Park Seonsaengnim ini membuka suara.

“Begini Mina-ssi, Kyungsoo-sii. Seperti tahun-tahun kemarin, sekolah kita akan kembali mengikuti olimpiade. Tahun kemarin Kyungsoo sudah membawa pulang dua piala sekaligus untuk mewakilkan sekolah kita. Dan tahun ini aku ingin sekolah kita kembali memenangkannya. Justru itu aku panggil kalian berdua. Kalian akan di seleksi untuk mewakilkan sekolah kita tahun ini.” Penjelasan Kepala Sekolah cukup membuat kening D.O berkerut.

“Maaf Seonsaengnim jika saya kurang sopan. Tapi kenapa harus di seleksi? Bukankah dari tahun ke tahun saya selalu menempati posisi pertama untuk juara umum?  Dan tahun kemarin pun saya sudah berhasil memenangkan piala untuk sekolah kita.”

Kepala sekolah tersenyum mendengar ucapan D.O. Anak didiknya ini begitu bersemangat. Begitu pikirnya. Tapi tentu saja tidak dengan Mina. Gadis itu sudah di ubun-ubun kejengkelannya. Jika saja tidak ada Kepala Sekolahnya di depannya, mungkin D.O sudah menjadi daging asap di tangan Mina. Sayangnya gadis itu masih menjaga etika sopan santunnya di hadapan sang Kepala Sekolah. Benar-benar sombong sekali manusia kerdil ini. Batinnya.

“Begini Kyungsoo-ssi, melihat kemampuan Mina yang tidak bisa di remehkan dalam hal akademik, kami pihak sekolah memutuskan untuk mengadakan seleksi ini. Aku tahu kau mampu membawa nama baik sekolah, tapi tidak ada salahnya memberi kesempatan pada orang lain, bukan? Anggap saja ini sebagai latihan dan melihat seberapa jauh kemampuanmu.” Jelas Kepala Sekolah panjang lebar. D.O mengangguk paham.

“Baik Seonsaengnim. Aku mengerti.” Kepala Sekolah beralih menatap Mina.

“Mina-ssi, ada yang ingin kau tanyakan?” Mina menggeleng.

“Tidak ada Seonsaengnim. Aku sudah mengerti.”

“Kalau begitu seleksi akan  di adakan minggu depan. Kalian boleh kembali ke kelas, jam istirahat sudah hampir habis.” Ucap Kepala Sekolah. Mereka menganggukan kepala mereka bersamaan kemudian berdiri dan pamit.

“Kalau begitu kami permisi Seonsaengnim.” Kata D.O. Yang di balas anggukan dan senyum dari Kepala Sekolah. “Persiapkan diri kalian.”

Mereka keluar dengan tenang. Seolah tidak terjadi apapun. Tapi tentu saja sudah bisa di tebak apa yang terjadi saat pintu itu sudah tertutup.

Berdiri berhadapan saling melemparkan tatapan tajam. Kedua pasang mata itu sama-sama di penuhi rasa benci dan tidak suka pada satu sama lain. Mina bertolak pinggang sedangkan D.O menyilangkan tangannya di depan dada.

“Apa maksud kata-katamu tadi?” Tanya Mina dengan nada yang terdengar begitu ketus.

“Apalagi? Sudah jelaskan, jika kau tidak akan menang melawanku. Sudahlah, lebih baik kau mundur sebelum kembali malu untuk yang kesekian kalinya.” Jawab D.O dengan tenangnya. Ciri khasnya. Tapi tentu saja rasa tidak sukanya tidak kalah besar dari yang Mina rasakan padanya.

Mina semakin geram mendengarnya. “Kau benar-benar orang yang sombong.” D.O mendengus.

“Bukan sombong. Hanya percaya diri. Dan kau, bukan tandinganku.” Tunjuknya tepat di depan wajah Mina. Yang langsung di tepis saat itu juga oleh Mina.

“Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menang. Dan saat itu kau akan malu dengan rasa kepercayaan dirimu yang terlalu besar.”

“Oh ya?” D.O tersenyum meremehkan. Sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Kalau begitu kita taruhan.” Ucapnya. Yang membuat salah satu alis Mina terangkat, menunggu kelanjutan ucapan pria di hadapannya ini.

“Kita bertaruh, yang kalah harus menjadi asisten pribadi yang menang selama satu bulan.”

Mwo? Kau gila?” Mina membulatkan matanya kaget.

“Kenapa? Kau takut?” Ucap D.O lagi-lagi meremehkan.

“Kau pikir aku sudi melayanimu?”

“Oh, berarti kau sudah tahu jika kau akan kalah.” Mina benar-benar sudah tidak bisa mentolerir sikap D.O yang terlalu meremehkan dirinya. Pria ini memang benar-benar angkuh dan sombong.

“Baik, jika itu maumu. Kita bertaruh!” Kata Mina akhirnya. D.O mengangguk.

“Bagus. Siap-siaplah menjadi pelayan pribadiku.” Ungkapnya. Kemudian berbalik dan berlalu pergi dari hadapan Mina.

To Be Continued~

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK