home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Haru-Haru

Haru-Haru

Share:
Author : khaiicheen
Published : 27 Oct 2016, Updated : 22 Aug 2017
Cast : Seventeen Wonwoo - Yoon Jaekyung (OC)
Tags :
Status : Ongoing
3 Subscribes |4821 Views |3 Loves
Haru-Haru
CHAPTER 2 : It’s Not Same Again

Haru-Haru

Part – 2

Author : @khaiicheen

 

Hari baru artinya waktu memulai pekerjaan baru dan itulah yang dilakukan oleh Jaekyung. Di hari yang masih cukup pagi ia sudah berada di gedung yang menjadi kantor magangnya. Semangat yang tak pernah luntur dari diri gadis itu mengawali harinya untuk memulai hari barunya.

“Jaekyung-ssi.” Panggil seorang namja berusia kira-kira 30 tahun.

“Nde.” Balas gadis itu kemudian bangkit.

“Perkenalkan, saya Jinyong, head manager dari group yang akan menjadi tanggung jawabmu.”

“Ah, annyeonghasseo Jinyong hwajangnim.” Sapa Jaekyung kemudian membungkuk hormat.

“Jangan panggil aku seperti itu, terlalu formal dan aku tak menyukainya.”

“Ah, begitu rupanya.”

“Nde, panggil saja aku dengan sapaan oppa. Sama seperti dengan personal manager yang lain.”

“Baiklah, Jinyong oppa.”

“Kalau begitu, ayo kita masuk ke ruangan kerjamu.” Ajak Jinyong.

Ia mengikuti langkah atasannya selama 6 bulan kedepan menuju sebuah ruangan di lantai 2 gedung management itu. Sebuah ruangan yang berada di ujung dari lorong dengan label Personal Team yang tergantung di tiang penyangga.

“Semuanya, tolong perhatian kalian sebentar.” Ujar Jinyong mengambil alih perhatian timnya.

“Nde, oppa.” Ujar salah satunya.

Ada 12 orang di masing-masing meja kerja yang ada dan 2 meja yang kosong di ujung tatanan meja.

“Perkenalkan, ini personal asisten yang akan menggantikan posisi Kiran sementara waktu. Yoon Jaekyung.”

“Annyeonghasseo, Yoon JaeKyung imnida. Banggapseumnida dan mohon bantuannya.”

******

Hari demi hari Jaekyung lalui dengan adaptasi terhadap pekerjaannya saat ini. Mudah dan tidak terlalu membuatnya kesulitan. Schedule milik anak asuhnya tak terlalu menyusahkannya. Masih semua persiapan, belum praktek. Para senior personal asisten pun membantunya mempelajari banyak hal tentang pekerjaan mereka dan suka duka sebagai seorang  personal manager. Tidur dalam kurun waktu 3 jam akan sering Jaekyung lalui, itu yang dikatakan para seniornya. 

Dan sudah 3 hari sejak hari pertamanya mulai bekerja, gadis itu belum lagi bertemu dengan anak asuhnya. Sejujurnya ia mensyukuri hal itu, jika bisa, ia ingin sekali menundanya semakin lama dengan alasan penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja barunya.

“Jaekyung-ah, apa pekerjaanmu sudah selesai?” Tanya salah satu personal manager yang bertanggung jawab untuk leader group, Haemin.

“Nde, eonni.” Balas Jaekyung.

“Kalau begitu ikut denganku.” Ajaknya.

“Baiklah.”

Keduanya melangkah keluar dari ruang kerja. Ada hal yang ingin Haemin beritahukan pada Jaekyung. Teori untuk gadis itu sudah cukup baik, saat ini waktunya untuk mempraktekan pelajaran yang sudah diberikannya bersama yang lain.

“Kita akan kemana?” Tanya Jaekyung.

“Teorimu sudah cukup baik, sekarang kita praktekan.”

“Maksud eonni?”

“Ada latihan hari ini. Kurasa kau perlu bertemu dengan mereka sekarang setelah resmi sebagai personal manager mereka.”

“Sekarang?”

“Nde. Kenapa?”

“Gwenchana.”

Sebuah lift sudah mengantarkan keduanya sampai di lantai 5 dimana ruang latihan itu berada. Haemin membuka pintu yang disusul dengan alunan musik yang cukup kencang menelusup indera pendengaran gadis itu.

Keduaabelas member yang ada di ruangan itu sontak menghentikan latihan yang tengah dilakukan dan menengok pada kedua gadis yang berada di depan pintu.

“Kenapa berhenti?” Haemin memperhatikan.

“Terkejut dengan kedatangan kalian.” Balas Leader mereka.

Pandangannya menyapu seluruh ruang latihan itu dan ia tak menemukan sosok namja itu disana.

“Dimana Wonwoo?” ujar Jaekyung.

“Noona kau tak tahu?” Dino bersuara.

*****

Subuh tadi namja itu dilarikan ke rumah sakit, sakit perut yang dirasakannya membuat dirinya bahkan tak bisa bangkit dari tempat tidurnya. Acute Gastritis, maag akut yang dideritanya kembali kambuh. Penyakit yang selalu ingin ia buang jauh-jauh.

Keadaan yang makin tidak membaik dan membuat Wonwoo berkeringat tanpa henti akhirnya membuat S.Coups melenfon Jinyong dan meminta head managernya itu untuk menjemput mereka dan mengantarkan ke rumah sakit.

Dan setelah hampir 1 jam, Wonwoo, S.Coup, Jeongahn, Mingyu dan Jinyong tiba di rumah sakit terdekat dengan dorm mereka. Sebuah bangsal menyambut kelimanya dan membawa Wonwoo masuk ke Unit Gawat Darurat. Seorang dokter jaga kemudian memeriksanya dan dengan sabar, ketiga member lain beserta Jinyong menunggu sambil mengisi data pasien di meja resepsionis.

“Apa kalian keluarga pasien tadi?” Tanya dokter jaga.

“Nde. Saya kerabatnya.” Balas Jinyong.

“Baiklah, kami sudah melakukan pemeriksaan kepadanya. Apakah ia memiliki masalah pada lambung?”

“Nde. Memang ia memiliki riwayat sakit maag. Ada apa saem?” Jeonghan menjawab.

“Ia menderita Acute Gastritis, ada peradangan pada dinding lambungnya.”

“Lalu bagaimana dengan keadaannya?” Mingyu khawatir.

“Untuk saat ini kami sudah memberikan obat penghilang rasa sakit dan infus untuk menggantikan cairan tubunya.”

“Apakah perlu perawatan?” Tanya S.Coup.

“Sampai keadaannya membaik saja.”

“Ah, baiklah kalau begitu. Terima kasih saem.”

*****

Sesuai dengan janji yang Jaekyung ucapkan ketika mereka berada di Myeongdong, hari ini selesai acara ini namja itu berniat meminta jawaban dari gadis itu.

“Noona, bisa kita bicara sebentar?” Wonwoo menghampiri Jaekung yang tengah bersama dengan Haerin dan Daehee.

“Kita bicara nanti, aku ingin memenui teman-teman kelasku dengan mereka.” Balas Jaekyung.

Sesuai dengan permintaan itu, dengan sabar Wonwoo menunggu di ruang make up. Menunggu gadis itu kembali ketempatnya saat ini. Namun, sebuah surat lebih dulu ia temui di meja tempatnya sekarang. Sebuah logo uniersitas ternama terdpat di pokok kiri atas amplop yang berada di bagian bawah surat utu.

Hai Jeon J

Kau pasti sedang menungguku.

Maafkan aku mungkin panggung tadi adalah pertemuan terakhir kita.

Sebuah Universitas menerima proposal pengajuan beasiswa dan seleksi masuk milikku.

Maka dari itu, besok pagi aku akan beangkat kesana.

Jeon, terima kasih.

Kau selalu setia menadi partner duetku selama 2 tahun ini.

Aku menyukai suara beratmu itu J

Dan Jeon,

Kau juga pasti menunggu jawaban dariku tentang apa yang kau tanyakan ketika kita pergi ke Myeongdong.

Jeon, usia kita berbeda. Sangat berbeda.

Sesungguhnya aku juga menyukaimu, tapi sebagai adik kelas dan partner menyanyiku.

Klise?

Mungkin, tapi itulah jawabanku.

Kumohon jangan kau kecewa, Jeon.

Sampai berjumpa lagi J

 

Saranghae,

Yoon Jaekyung.

Tangan itu menggenggam erat surat yang baru saja dibacanya, lebih tepatnya ia meremas kertas itu kecewa. Pertemuan terakhir?

Flashback end

*****

Selesai dengan pertemuannya bersama dengan tim yang akan bekerja sama dengannya selama 6 bulan kedepan, Jaekyung memutuskan untuk kembali ke apartmentnya, ia ingin mengistirahatkan tubuh lelahnya itu untuk pekerjaan yang akan dimulainya esok.

“Permisi, aku pamit pulang.” Ujar Jaekung.

“Nde, hari-hati noona.” Ujar Dino.

Jaekyung berjalan menuju pintu kaca ruang rapat itu. Disusul Wonwoo yang beralasan akan ke toilet. Dengan perlahan, namja itu mengikuti langkah Jaekyung secara perlahan, ia memperhatikanya dalam

“Noona.”

Jaekyung tak menoleh. Ia kembali melangkahkan kakinya. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu atau harus mempersiapkan diriya dulu karena ada hal yang belum bisa untuk berbicara dengan namja itu. Namun langkahnya terhanti ketika sebuah tangan menangkap pergelangan tangannya sehingga memaksa dirinya untuk berhenti.

“Jangan pergi. Aku ingin berbicara denganmu.” Ujar sebuah suara yang sangat dikenali oleh gadis itu.

“Maaf Jeon Wonwoo-ssi. Aku harus kembali. Pekerjaanku baru akan dimulai besok.” Ujar Jaekyung tak ingin.

“Lalu kenapa kau ada disini?” tanya Wonwoo langsung ketika Jaekyung baru saja melangkah mennggalkannya beberapa langkah.

Jaekung bahkan tak berniat untuk menjawabnya dan kembali melangkah.

“Jae noona.” seru Wonwoo.

Mau tak mau gadis itu menghentikan langkahnya. Ada nada putus asa dalam panggilan Wonwoo. 

“Ada apa?” Jaekyung berbalik.

*****

Wonwoo Side

Kutatap dirinya dari jauh, matanya memandang pada bentangan kota yang luas dari jendela itu. Hujan, salju, daun yang berguguran, sinar matahari yang memantul dan jendela. Kebiasaannya belum hilang. Bahkan hingga saat ini. Ia tak pernah ingin diganggu jika tengah melakukan kebiasannya itu.

Ia masih sama sampai saat ini, tak banyak perubahan pada dirinya. The best noona I have. Rambut panjang dengan kuncir kuda, hidung mancung alami, bulu mata yang lentik dan semua terbungkus rapih dalam satu kata untuknya, cantik.

Kuhampiri dirinya dan menemaninya menatap bentangan kota itu. Indah memang, seindah ia di sampingku.

“Kebiasaanmu tak pernah berubah.” Ujarku.

Ia memalingkan pandangannya padaku namun tak kubalas, pandanganku masih pada dertan gedung tinggi di depan sana.

“Kenapa kau ada disini?” tanyanya.

“Bosan terus tidur disana.”

“Kau sudah sehat rupanya.” Ujarnya sarkartis.

“Aku memang sehat. Hanya perutku yang bermasalah.”

Kupalingkan pandanganku padanya. Mengunci pergerakan manik mata coklat miliknya itu.

“Kenapa kau banyak berubah sekarang, noona?” tanyaku. 

*****

Dream Concert Vennue

Konser gabungan seluruh idol group dari berbagai management yang selalu rutin diadakan setiap tahun akan menjadi pekerjaan panggung pertama Jaekyung. Apa yang sudah dipelajarinya baik dalam perkuliahan atau yang sudah diajarkan oleh para seriornya di kantor akan dipraktekannya hari ini.

Hiruk pikuk setiap tim dari para idol yang akan memberikan penampilan spesialnya sudah berlagsung sejak beberapa jam yang lalu. Jaekyung sudah tiba di venue hari ini sejam lebih dulu dari timnya yang lain. Apartmennya yang dekat dengan venue membuatnya tak perlu pergi ke kantor dan dorm groupnya lebih dulu.

Pemandangan ini tidak terlalu asing dimatanya walaupun ini baru kali pertama ia terjun langsung di lapangan. Dulu pun ia pernah berada dalam situasi seperti ini, hanya perbedaannya adalah apa yang tersaji di depan matanya kali ini dalam lingkup yang lebih luas.

“Seperti inikah jika aku terus mendalami posisi ini?” pikirnya.

Sebuah tepukkan mendarat di bahunya, memuatnya menoleh melihat sosok yang ada di belakangnya.

“Apa kau menikmatinya?”

“Kenapa kau ada disini?”

“Masih perlu ditanyakan?”

Jaekyung menatap namja yang menepuk bahunya.

“Tolong jangan keras kepala.” Serunya.

“Tapi aku ingin.”

“Terserah kau kalau begitu.”

*****

Member yang lain sudah selesai melakukan rehersal untuk 2 lagu yang menjadi penampilan hari ini. Peronsal manager lainnya tengah bersiap dengan para anak asuhnya masing-masing, sedangkan Jaekyung?

Ia terpaku pada pikirannya sendiri, Jaekyung tahu namja itu berbohong karena hanya terdapat 12 kostum bertema sailor yang ada di ruang tunggu itu.  Ketidak beradaan Wonwoo di ruangan itu membuatnya sedikit khawatir dan membuat Jaekyung mau tak mau mencainya juga. Kesehatan yang baru saja pulih mebuat Jaekyung takut jika Wonwoo melakukan hal yang macam-macam.

Karena sebagaimana pun ia terkesan tidak peduli dengan namja itu, tetap saja naluri sebagai seorang perempuan membuatnya tak bisa tenang. Dan tanpa mengganggu aktivitas personal lainnya di ruang tunggu itu, Jaekyung mencari namja itu sendiri. Beberapa tempat sudah dilaluinya untuk mencari namja itu. Hingga sebuah tangga menuntunnya.

Deru angin menandai suara pertama yang menelusup indera penderngaran Jaekyung ketika baru saja membuka pintu menuju atap gedung. Sesosok namja pun terlihat dalam pandangan matanya, namja yang tak hentti menggerakan tubuhnya dengan alunan music yang sudah beberapa hari ini di dengarnya.

Jaekyung memilih diam dan memperhatikannya saja. Namja itu tak berubah, keras kepala dan tak pernah sadar dengan keadaannya sendiri. Selalu membuatnya menahan diri dengan meredam emosi melihat namja itu tak sadar dengan dirinya sendiri dan gadis itu yang selalu khawatir. Karena sebagaimana pun dirinya ingin tak memperdulikan namja itu, tapi nalurinya sebagai seorang yang pernah sangat mengenal namja itu jugalah membuatnya menjadi mudah merasa khawatir seperti saat ini. Memang benar jika wanita itu lebih perasa.

Hingga akhirnya namja itu menyadarinya sendiri ada seseorang yang sejak beberapa menit yang lalu memperhatikannya.

“Noona?” ujar namja itu.

“Eoh..” balas Jaekyung.

“Sedang apa disana?”

“Mencari seseorang.” Balas Jaekyung asal namun memang benar.

“Siapa? Tidak ada member lain disini selain aku. Kau mencariku?” tanyanya.

Aish Jaekyung benci ini, terjebak berdua saja dengan namja itu.

“Kenapa kau terus menari seperti tadi? Tidak ingat dengan kesehatanmu?” gadis itu berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Aku ingin ikut bersama dengan mereka.” Ujarnya.

Jarak keduanya masih sama. Jaekyung di dekat pintu dan Wonwoo yang ada di depan sana.

“Kenapa kau keras kepala sekali Jeon Wonwoo.” Kesal Jaekyung,

“Aku tidak suka berdiam diri ketika mereka perform.”

“Salahkan dirimu sendiri kenapa kau tidak bisa ikut dengan mereka. Kesehatanmu memburuk karena ulahmu sendiri.”

“Noona.” Wonwoo menatap gadis itu dari jauh.

“Wae?” seru Jaekyung.

“Kalimatmu sama.”

Jaekyung merutuki kebodohannya sendiri. Kenapa? Kenapa dan kenapaaa? Kenapa ia begitu bodoh sampai tanpa sadar kalimat yang sama ketika ia kesal dengan namja itu sewaktu dulu terlontar dengan sama.

“Kau masih mengingatnya?” Sifat usil Wonwoo muncul.

“Anniyo. Hanya spontan.”

“Tidak apa jika kau masih mengingatnya.”

Dalam pandangan matanya ada rasa bersalah memeperlakukan namja itu seperti ini. Ia tahu seberapa besar keinginannya untuk bergabung bersama membernya yang lain, ia tahu bahwa namja itu telah berusaha keras berlatih tadi, ingin membuktikan kepadanya kalau ia bisa. Kalau ia sanggup. Dan dalam pandangan namja itu, ia ingin berusaha mengatakan kalau Jaekyung tak perlu mengkhawatirkannya, karena sebenarnya ia baik-baik saja.

“Geundae noona, aku baik-baik saja.”

“Kau keras kepala Jeon Wonwoo.”

“But I’m really fine.”

“Jika kau baik-baik saja tidak mungkin sampai dilarikan ke rumah sakit. Tolong perhatikan keadaan dan kesehatanmu sendiri Jeon Wonwoo-ssi.” Jaekyung kembali menarik tuas pintu untuk segera meninggalkan tempat itu.

Tangannya lebih dulu digenggam oleh namja itu.

“Aku tahu kau khawatir denganku. Terima kasih untuk itu. Tapi noona, jika kau memang mengkhawatirkanku katakana saja, jangan gengsi untuk memendamnya sendiri. Jaekyung noonaku tidak pernah bisa berbohong. Bahasa tubuh, suara yang bergetar dan sorot mata itu.” Ujar Wonwoo lembut.

“Jeon Wonwoo.” Geram Jaekyung.

“Kau berusaha menghindariku dengan berbagai cara, tak langsung menjawab pertanyaanku 4 tahun yang lalu dan menjawabnya melalui surat. Pergi meninggalkanku dengan alasan melanjutkan studimu. Tapi kenapa kau kembali dan berada di dekatku lagi? Tuhan sudah memberikan takdir ini pada kita. Kau kembali menjadi orang terdekatku.”

“Ini semua hanya kebetulan.” Tukas gadis itu cepat.

“Lalu kenapa kau terus menghindariku sejak kau bergabung dengan tim kami? Kenapa kau terus berusaha seolah tak mengenal dan memperdulikanku? “

“Semua sudah berubah.” Seru Jaekyung berusaha melepaskan diri dari genggaman namja itu.

“Anniyo, kau berusaha untuk merubah dirimu, membohongi dirimu sendiri.”

“Jeon Wonwoo tolong lepaskan aku dan dengarkan aku. Kau dan aku tidak pernah memiliki hubungan apapun. Kau adalah kau dan aku adalah aku. Jawaban yang sudah kutuliskan di surat itu adalah jawabanku yang sebenarnya. Tanpa ada kebohongan dan alasan disana. Terima saja apa yang sudah pernah kau baca itu dulu.” Dihempaskannya tangan namja itu kemudian beranjak pergi.

“Kau hanya terlalu takut Jae noona.” Seru Wonwoo yang masih bisa di dengar Jaekyung dari tangga karena gadis itu belum turun, memilih duduk di anak tangga untuk menormalkan perasaannya.

***** 

Annyeong readers :) 

Jangan lupa komen, love sama subscribe nya ya

Happy reading :D 

 

xoxo,

@khaiicheen

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK