home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Haru-Haru

Haru-Haru

Share:
Author : khaiicheen
Published : 27 Oct 2016, Updated : 22 Aug 2017
Cast : Seventeen Wonwoo - Yoon Jaekyung (OC)
Tags :
Status : Ongoing
3 Subscribes |4885 Views |3 Loves
Haru-Haru
CHAPTER 1 : Story

 

Haru-Haru

Part – 1

Author : @khaiicheen

 

Seorang gadis tengah menatap rintik hujan yang terus turun sejak beberapa jam yang lalu dari jendela kelasnya. Ia sangat menyukai hujan dan tak ingin diganggu oleh siapapun ketika ia menikmatinya. Suaranya, rintiknya dan pecahnya air yang mehempas tanah. Karena baginya, hujan adalah dunianya, kenyamanannya dan ketenangannya.

“Jae-ya, anak kelas sebelas itu menunggumu diluar.” Haerin menghampiriku.

“Eoh, aku akan menemuinya nanti.” Gadis itu membalas tanpa memalingkan pandangannya pada kaca yang mulai berembun saat ini.

“Kenapa kau sangat menyukai hujan noona?” suara yang mulai berubah berat itu mengembalikan pandagan gadis itu.

“Eoh kamjagya.” Seru gadis itu. “Kenapa kau ada disini?”

“Aku menunggu noona untuk bertemu Hwang saem bersama.” Balas namja itu.

“Aku akan kesana nanti.”

“Masih ingin menikmati hujan itu?”

*****

Seorang gadis melangkahkan kakinya pada sebuah gedung management perusahaan. Sebuah map plastic dengan beberapa lembar kertas berada dalam gendongannya. Dengan heels hitamnya, ia kembali melangkah menuju pintu masuk gedung.

“Selamat siang, apakah ada yang bisa saya bantu?” sapa resepsionis.

“Ah, nde. Bisa bertemu dengan tuan Shim Jongkyun?” balasnya.

“Silahkan Anda duduk disana nona. Saya akan menelfonnya.”

“Nde. Gomawo.”

Gadis itu berjalan santai menuju sofa hitam yang berada di sebelah kiri pintu masuk. Menghempas lembut tubuh lelahnya keatas sofa. Duduk dengan manis menunggu seseorang yang ditunggunya. Tidak lama segerombolan namja datang dengan deru kaki yang sangat semangat. Membuat ia mau tak mau menengok sebentar melihat mereka.

“Hyung, cepat. Mana kartumu?” seru namja dengan suara yang baru saja berubah.

“Kau tidak bisa sedikit lebih sabar, Chan-a.” seru namja lain dengan rambut panjang yang diikat rendah.

“Disini panas hyung.” Balasnya.

“Arraso. Tapi bersabarlah sedikit.” Ujar namja lainnya yang berhasil membuat gadis yang tengah menunggu itu terkejut.

“Suara itu…” hatinya bergejolak.

*****

Yoon Jaekyung, gadis dengan tinggi semampai, berambut cokelat alami dengan wajah cantik alami tanpa polesan make up itu tengah duduk menikmati makan siangnya bersama kedua sahabat dekatnya, Haerin dan Daehee.

“Bagaimana dengan kelas tambahan kalian? Berjalan lancar?” Tanya gadis itu.

“Seharusnya seperti itu. Tapi aku tidak bisa menikmatinya.” Jawab Daehee, gadis tomboy yang selalu datang ke sekolah dengan rambut kuncir kudanya.

“Padahal guru yang mengajar kami cukup tampan.” Tambah Haerin sambil menyedot minuman dalam gelasnya.

“Eiys, katakan pada ibu kalian kalau begitu.” Ujar Jaekyung.

“Sayangnya hal itu sulit untuk dilakukan Yoon Jaekyung. Kami tidak sepintar kau dalam hal pelajaran atau kegiatan diluar akademis.” Potong Haerin.

“Majja. Aku hanya bisa membanggakan prestasiku dibidang olahraga saja. Tapi akademis?” keluh Daehee.

“Kalian pasti bisa. Bagaimana jika kita membuat jadwal belajar kelompok saja? Aku akan membantu kalian sampai ujian akhir tiba.”

Jaekyung, gadis pintar juara umum sekolah diangkatannya. Yang tak hanya pintar secara akademis tapi juga diluar akademis. Gadis yang jauh dari kata tidak mampu, parasnya cantik bahkan tanpa polesan make up sedikitpun, penampilannya sederhana. Sangat jauh dari kesan sombong. Gadis mandiri yang memilih untuk hidup jauh dari orang tuanya yang saat ini tengah berada di luar negeri. Dan suara yang indah.

“Setelah lulus dari sini, kemana kau akan melanjutkan sekolahmu, Jae-ya?” Daehee bersuara.

“Molla, belum terfikirkan. Aku tidak terlalu antusias dengan perguruan tinggi.” Balas Jaekyung malas.

“Ikutlah trainee di management artis bersamaku kalau begitu.” Usul Haerin.

“Aah, lebih-lebih hal itu. Aku tidak berminat nona Park. Cukuplah kau yang mengikutinya.”

“Suaramu indah dan penampilanmu menunjang. Tidak ada salahnya untuk mencoba.” Bujuk Haerin.

“Rin-ah, kaulah yang terus berusaha. Aku tidak tertarik sama sekali dengan dunia hiburan.”

“Rin-ah, sudahlah. Sampai kapan pun akan sulit untuk membujuk seorang Yoon Jaekyung.” Nada lelah itu tersampaikan oleh Daehee.

“Begini, kalau kalian menginginkan hal tersebut, masuklah. Kejar keinginan kalian. Aku akan mecari tentang diriku sendiri. Biarkan aku menemukan sendiri kemana bakat dan keinginanku akan berlabuh.” Ujar Jaekyung.

Ditengah obrolan hangat itu, seorang namja, junior satu tingkat dibawah menghampiri mereka. Lebih tepatnya menghampiri gadis pujaan sekolah yang kembali menikmati makan siangnya.

“Jaekyung noona ayo kita ke ruang latihan. Hwang saem sudah menunggu.” Ujarnya kemudian membungkuk hormat kepada seniornya.

“Ahh, duduklah.” Ajak Daehee.

“Gomawo.” Balas junior itu tersenyum.

Senyuman manis namja tampan angkatan satu tahun dibawah ketiganya itu.

“Bukankah latihannya akan dilakukan satu jam lagi?” Tanya Jaekyung heran.

“Aku memiliki kelas tambahan hari ini. Maka dari itu Hwang saem meminta latihan kita dimajukan dari jadwal.” Balasnya.

“Baiklah, kita kesana sekarang.” Putus Jaekyung.

“Kau mau kemaana Jae-ya?” Tanya Haerin.

“Latihan untuk acara perpisahan kita nanti.” Jawab Jaekyung.

“Kau akan bernyanyi?” Haerin bersemangat.

“Sudah, aku pamit.”

“Sampai jumpa lain waktu noona-deul.” Namja itu memberi salam.

*****

Jeon Wonwoo, namja tampan bermata sipit dan hidung mancung alami serta dengan tinggi badan proporsional bak seorang model. Seorang siswa berprestasi di School of Performing Art yang menjadi kebangkaan Hwang Hanjo, guru musik yang terkenal sangat tegas. Dan partner musik Yoon Jaekyung yang tidak pernah absen mewakili sekolah dalam perlombaan musik antar sekolah maupun festival sekolah.

Najma yang mengagumi Jaekyung sejak ia menginjakkan kaki disekolah ini. Jaekyung menjadi panitia pengenalan sekolah saat ia masuk dan menjadi pembimbing groupnya. Gadis yang ramah, baik dan perhatian. Ketiga hal itulah yang Wonwoo tangkap sebagai kesan pertama darinya. Hingga ia benar-benar menyukai Jaekyung ketika mendengar gadis itu bernyanyi di festival musik dan budaya yang diadakan sekolah beberapa bulan setelah ia resmi menjadi seorang siswa sekolah menengah itu.

Dan beruntungnya, ia bisa lebih dekat dengan gadis itu karena disatukan dalam group yang sama untuk mewakili sekolah diperlombaan musik. Ia adalah partner tetap Jaekyung disetiap kompetisi. Pasangan yang sengaja dipertahankan oleh guru musik keduanya.

Namun sayangnya, beberapa bulan lagi keduanya akan berpisah, Jaekyung akan menyelesaikan studinya disekolah itu. Ia sudah berada di tingkat akhir dan pasti akan lulus meninggalkan Wonwoo sendiri. Tidak akan ada lagi partnernya itu dan ia tidak mau jika harus mengganti posisi Jaekyung dengan orang lain. Hal inilah yang membuatnya lebih sering menghampiri Jaekyung lebih dulu jika akan latihan. Padahal biasanya dia hanya akan menunggu gadis itu di ruang musik.

“Noona, kemana kau akan melanjutkan studimu setelah lulus dari sini?” Tanya Wonwoo memecah keheningan yang tercipta.

“Aku belum memikirkannya. Kenapa Jeon?” Jaekyung menatap namja itu pasti.

“Hanya bertanya saja.”

“Kenapa?” Tanya Jaekyung lagi.

“Aku akan kehilangan partner duetku kalau begitu.”

“Temukan yang lain. Masih banyak yang bisa menemanimu berduet.”

“Tidak akan nyaman.”

“Apa bedanya? Yang terpenting kompetisi, Jeon.”

“Akan sulit menemukan gadis yang memiliki suara sepertimu. Hwang saem bilang, sulit untuk memenukan suara yang dapat mengimbangi suaraku.”

“Kau pasti bisa menemukannya. Percayalah padaku. Atau aku yang harus menemukannya sebelum aku lulus?” Tanya Jaekyung  mengacak rambut Wonwoo. “Sekarang kita berlatih sendiri dulu sebelum saem datang.”

Keduanya bangkit dan berjalan menuju piano disudut ruangan. Berlatih dengan cords lagu yang akan mereka tampilkan di malam perpisahsan nanti.

Honjaissodo nan surphuji anha gudewaui chugo issun

Suara merdu itu mengalun lembut, menemani Wonwoo yang tengah mengikuti tangga nada dihadapannya.

“Kuharap ini bukan yang terakhir kalinya noona.” Ujar Wonwoo dalam hati seraya melirik Jaekyung yang tengah memegang kertas nada miliknya.

*****

Kurang lebih setengah jam menunggu, Jaekyung akhirnya bisa menemui orang yang sudah menjajikannya bertemu. Shim Jongkyun, head Production division kantor yang didatanginya itu. Pria berusia hampir 40 tahun itu mengajaknya masuk ke ruang kerjanya.

“Jadi kau sudah membawa surat dari universitasmu?” tanyanya.

“Nde, samchon. Ini suratnya.” Jaekyung menyerahkan sebuah amplop coklat besar kepada pria itu.

“Aku memang tidak salah memperbolehkanmu bergabung disini. Aku juga sudah menyampaikannya pada CEO. Kita bisa bertemu dengannya nanti. Ada rapat persiapan comeback salah satu group disini.”

“Gomawoyo samchon.”

“Jangan sungkan begitu, Jae-ya.”

“Kalau boleh tahu, aku akan ditempatkan dimana?”

“Bergabung dengan tim group itu. Itulah alasan kenapa aku memintamu datang hari ini.” Ujar Jongkyun menunjuk salah satu foto group kantor tersebut.

“Ah, begitu rupanya. Baiklah.”

“Aku sampai lupa, kau ingin minum apa Jae-ya?”

“Apa saja paman. Asalkan jangan minuman bersoda.”

“Baiklah, akan kumintakan untuk dibawa kesini. Santailah dulu, aku akan merapihkan beberapa pekerjaanku dulu.”

“Nde.”

*****

Ujian akhir sudah berlangsung seminggu yang lalu. Selama itu pula Wonwoo sama sekali tidak bisa bertemu dengan Jaekyung. Setiap bel pulang sekolah berbunyi, ia selalu menunggu di pintu gerbang sekolah. Tidak pernah absen sekalipun selama 5 hari, Senin hingga Jumat.

“Noona, kemana saja kau selama ujian berlangsung?”

“Aku? Ah, aku ada di kelasku.”

“Lalu saat pulang?”

“Aku, Daehee dan Haerin membuat kelompok belajar dan kami selalu pulang sore dari sekolah.”

“Benarkah?”

“Nde. Ada apa memangnya?”

“Gwenchana, kita latihan kalau begitu.”

Malam perpisahan semakin dekat, itu artinya hanya dalam hitungan hari waktu yang tersisa bagi namja itu untuk terus bersama dengan Jaekyung. Bersama dengan gadis itu dan melihat gadis yang dikenalnya sejak 2 tahun yang lalu.

“Apa kau tidak pernah terfikirkan untuk menjadi seorang penyanyi, noona?” potongnya.

“Aku? Sepertinya tidak, Jeon. Aku tidak berminat.” Jawaban yang sama.

“Sayang sekali kau tidak mengembangkan potensimu.”

“Ini hanya hobiku, Jeon. Aku benar-benar tidak berminat.”

“Suaramu indah dan wajahmu cantik alami.”

“Aku tidak berminat, Jeon. Ingat, aku tidak bisa kau rayu.”

Dan latihan itu kembali dilakukan ketika Hwang saem masuk kembali ke ruang musik. Akan ada 3 group dibawah naungan guru musik itu untuk tampil mengisi acara di malam perpisahan nanti. 2 group duet dan satu group quartet.

Dan hari berlalu dengan cepatnya. Semua latihan itu disudahi. Tinggal waktu satu hari lagi sebelum semunya selesai dan memberikan hasil.

“Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan?” ajak Wonwoo pada Jaekyung yang tengah merapihkan isi tasnya.

“Ide yang bagus. Kajja.” Balas Jaekyung.

Hari baru beranjak sore sehingga masih ada waktu bagi keduanya menghabiskan waktu sebelum malam. Myeongdong, pasar yang sudah mulai buka dari sore hari itu menjadi tujuan keduanya.

“Aku mau makan patbingso. Kau mau juga, Jeon?”

“Kita tidak boleh makan es noona. Besok kita akan perform.”

“Aah, aku lupa. Aku tidak ingat besok akan menjadi akhir sekolahku.”

“Apa kau akan merindukanku jika kau sudah lulus nanti?”

Jaekyung menoleh pada namja yang berada di belakangnya itu. Kedua mata mereka bertemu. Ada sorot mata yang membuatnya tak mengerti dengan apa yang ada disana.

“Jeon..”

“Apa kau akan merindukanku?” pertanyaan itu ditekankannya lagi.

“Jeon?”

“Aku menyukaimu noona.”

*****

Malam ini adalah malam perpisahan itu. Semua murid kelas dua belas dan beberapa adik kelas berkumpul bersama di gedung aula sekolah. Dengan seragam kebanggaan School of Perorming Art, area duduk terlihat sangat terang. Warna jas berwarna kuning dengan list biru dongker itu mewarnai gedung aula. Dan malam ini adalah hari terakhirnya bersama dan bisa bertemu dengan gadis itu. Ini malam perpisahan Jaekyung dan setelah ini…

“Dimana Wonwoo dan Jaekyung?” Tanya Hwang saem kepada salah satu panitia acara.

“Mereka ada di ruang make up, saem.” Balas salah satunya.

“Baiklah, terima kasih banyak.”

Sementara di ruang make up, hanya keduanya yang tersisa. Rasanya terlalu sunyi karena tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. Apa yang terjadi kemarin membuat keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Nyatakah semua itu?

“Tampilkan apa yang sudah kita lakukan selama latihan.” Ujar Jaekyung.

“Noona.”

“Kita selesaikan semuanya setelah acara ini selesai.”

“Maafkan aku.”

“Tidak ada yang perlu dimaafkan.”

Pintu terdengar terbuka.

“Kenapa kalian lama sekali.” Ujar Hwang Saem.

“Mian saem. Kami baru saja selesai berlatih ulang.” Bohong Jaekyung.

“Nde, saem. Kami baru saja akan keluar tapi kau sudah lebih dulu datang.”

“Ya sudah, cepatlah ke belakang panggung.”

Keduanya melangkah ke luar ruang make up menuju belakang panggung. Dengan atasan blouse lengan panjang berwana putih dan rok selutuh dengan warna soft blue dan rambut kecoklatan yang digerai serta dihiasi pita , penampilan Jaekyung berhasil mencuri perhatian para siswa laki-laki yang menjadi panitia.

Sedangkan wonwoo, namja itu menggunakan kemeja putih yang dilapisi dengan turtle neck off blue dan celana panjang berwarna putih. Sebuah kacamata juga sudah bertengger manis di hidung mancungnya. Look like a great couple.

“Kau sudah siap?” Tanya Jaekyung.

“Apa ini sudah rapih?” Balas Wonwoo mencoba biasa saja.

“Sini.” Ujar Jaekyung merapihkan kerah kemeja namja itu.

*****

Jaekyung Side

Sebuah ruang meeting berukuran cukup luas terhampar dalam pandangan ku. Interior yang mengusung warna putih dengan furniture yang mengusung warna cokelat hitam menjadi perpaduan yang apik. Beberapa orang sudah berada di dalam ruangan ini, hanya menunggu group yang dimaksudkan oleh Shim samchon saja.

Tidak lama terdengar derap langkah banyak orang yang berjalan menuju pintu kaca ruangan ini. Hingga akhirnya suara bising itu terdengar jelas saat satu persatu orang-orang itu memasuki ruangan.

“Bukankah mereka orang-orang tadi?” ujarku dalam hati.

“Duduklah.” Ujar pamanku.

Kuperhatikan satu persatu dari mereka. Begitu banyak member dari group ini dengan berbagai macam karakter, tinggi badan dan fashion tentunya. Hingga orang paling terakhir yang masuk ke ruangan itu berhasil membuatku diam untuk beberapa waktu.

“Jeon?” bisikku.

“Ada apa Jae-ya?” Tanya pamanku.

“Ah, tidak apa.” Balasku.

Kuperhatikan namja itu lebih dalam dan nyatanya dia adalah benar, Jeon Wonwoo. Mantan partner duetku yang memberikan cerita akhir sekolahku dengan bermacam warna, cerah sekaligus kelabu.

“Baiklah, kita mulai saja rapat ini sekarang.” Ujar paman Shim.

“Dimana sajangnim?” Tanya salah satu dari mereka dengan mata paling besar dari yang lainnya.

“Beliau tidak bisa datang hari ini. Maka dari itu aku yang akan memulai rapat ini.”

“Baiklah lanjutkan saja kwajangnim.” Namja dengan rambut panjang itu meminta.

Mereka semua sangat tenang. Tenang tanpa banyak menginterupsi bahwa tidak banyak bertanya tentang siapa diriku, orang luar yang ada di ruangan ini.

“Siapa dia kwanjangnim?” seru namja lainnya yang masih terlihat seperti anak-anak.

“Geurae. Maka dari itu, sebelum memulai rapat hari ini, aku akan memperkenalkannya pada kalian.”

*****

Sepasang mata itu menatapnya berbeda, tidak seperti yang lainnya. Membalas secara tersurat tatapan mata yang Jaekyung berikan ketika ia baru saja masuk.  Namun, tanpa menghiraukan pandangan Wonwoo yang saat ini tertuju padanya, Jaekyung bangkit dari kursinya dan memperkenalkan diri kepada para member group itu. Entah, rasanya terlalu akward ketika mereka harus berada dalam satu lingkup kembali.

Jaekyung sedikit menyesali pilihannya untuk mengambil magang diperusahaan tempat pamannya bernaung saat ini. Bukan karena perusahaannya, tapi tentang dia yang ada dihadapannya itu. Gadis itu sejujurnya tak suka dengan dunia hiburan ini, namun mau tidak mau ia harus mengambil pilihan ini. Ikut masuk pada dunia yang tak menjadi niatnya sama sekali. Namun saat ini bukan lagi waktunya untuk mundur, ia tak ingin mengecewakan keluarganya.

“Annyeonghasimika, choneun Yoon Jae Kyung hamdina. Banggaseupnida.” Sapa gadis itu ramah.

Sebagaimana pun Jaekyung menghindar, tapi tetap saja pandangan mata keduanya beradu. Pandangan mata Wonwoo yang sendu membuat Jaekyung merasa dingin seketika.

Batinnya bereaksi, pandangan itu masih sama seperti dulu, sorot matanya masih menyiratkan rasa kecewa yang besar. Ya dahulu, dahulu yang pernah berlalu, yang pernah terjadi dan dahulu yang penuh dengan kenangan.

Keduanya menyadari siapa orang yang berada pada pandangan mereka. Jaekyung, sekilas melihat tubuh tegap dengan rambut yang sangat ia kenali modelnya. Hanya najma itu yang tak pernah merubahnya. Dan Wonwoo yang juga menyadari siapa gadis yang tengah berdiri diihadapannya dan juga membernya yang lain. Ia tidak akan pernah melupakannya. Suara Jaekyung yang tidak berubah hingga saat ini dan mata indahnya itu. Karena sebagaimana Jaekyung merubah penampilannya saat ini, ia adalah Jaekyungnya yang dulu.

“Yeudera, Jaekyung adalah mahasiswi management entertament industry yang akan magang di perusahaan ini dan menggantikan posisi Kiran selama 6 bulan. Dalam kurun waktu satu semester, ia akan membantu manager kalian sebagai personal manager sementara salah satu dari kalian.” Lanjut Shim kwajangnim.

“Lalu bagaimana dengan Jinyong? Apa dia tidak menajdi manager kami lagi?” ujar namja berwajah barat yang berada tepat disamping Wonwoo.

“Ia akan tetap menjadi manager kalian, Jaekyung akan mengisi posisi Kiran sebagai personal manager kalian. Dan membantu Yoo untuk pekerjaannya.”

“Jadi Jaekyung noona akan meenjadi personal manager Wonwoo hyung?” Tanya namja tertinggi di group itu.

Jaekyung berusaha menelan ludahnya. Apa yang didengarnya tadi?

Sedangkan Wonwoo, tak ada ekpresi di wajahnya. Semuanya datar.

“Nde, majja. Karena Kiran adalah personal manager Wonwoo, maka selama Kiran mengambil cuti Jaekyung yang akan menggantikan posisinya.”

“Kapan ia akan mulai bekerja kwajangnim.” Kali ini Wonwoo membuka suara.

“Besok ia akan mulai bekerja.”

“Ah baiklah. Geundae kwajangnim, kau belum mengenalkan kami kepadanya. Kau tidak melihatnya kebingungan memperhatikan kami?” seru namja berambut panjang lagi.

“Aku lupa. Baiklah silahkan kalian memperkenalkan diri.”

***** 

Hallo Readers :) 

This is a new fanfiction from me, khaiicheen.

Author dari When Love Bring You Back, By Your Side, Wedding Dress, The Way I meet You dan The Reason. 

Ini adalah cerota baru, cast baru yang didedikasikan untuk para penggemar Seventeen, yakni Carats :) 

Jangan lupa love subscribe dan comment ya :) 

Happy Reading ^^

 

xoxo,

khaiicheen 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK