home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Complicated Love Story

Complicated Love Story

Share:
Author : leejungjung
Published : 20 Feb 2015, Updated : 26 Jun 2015
Cast : Jung Soojung, Kim Jongin, Oh Sehun, Choi Jinri, Xi Luhan aka Oh Luhan, Choi Minho, Lee Taemin aka K
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |11433 Views |3 Loves
Complicated Love Story
CHAPTER 4 : Chapter 4

Chapter 4

“Kau senang sekali menyendiri di tempat seperti ini, bocah,” kata seseorang membuyarkan lamunan Sehun. Sehun mendongak dan menatap sosok di hadapannya. Sosok itu lantas tersenyum manis ke arah Sehun. Seolah tertular dengan senyumnya, Sehun hanya membalas dengan tersenyum balik.

“Hhh… Bagaimana bisa kau bertahan di cuaca dingin yang mampu menggerogoti tulang ini,” ujar sosok itu lagi seraya menggosok-gosokkan tangannya sekedar memperoleh sedikit kehangatan.

“Hiish.. Jika tak tahan dengan cuaca dingin, seharusnya kau tidak usah kemari nona Jung,” kata Sehun sambil memutar bola matanya. Sosok yang merupakan putri tunggal keluarga Jung alias Jung Soojung menanggapi perkataan Sehun tadi dengan cengiran lebarnya.

“Hhh.. Bisakah kau berhenti memanggilku bocah? Itu terdengar kekanakan sekali Ice Princess,” oceh Sehun kemudian yang tidak terima atas panggilan Soojung tadi. Siapa yang mau dipanggil bocah oleh gadis yang bahkan lahir di tahun yang sama dengannya. Sehun lebih tidak terima lagi karena mengingat kenyataan bahwa dirinya lahir lebih dulu dalam beberapa bulan dari Soojung.

“Aku tidak akan memanggilmu bocah lagi saat kau juga berhenti memanggilku Ice Princess, Sehunnie,” kata Soojung menanggapinya acuh.

“Bahkan Sehunnie terdengar lebih kekanakan,” protes Sehun tanpa menggubris tanggapan dari Soojung. Soojung hanya tersenyum melihat sahabatnya ini. Berbeda dengan Jongin, Sehun memang sering bersikap seperti anak kecil.

“Haah.. Sudahlah, tidak akan ada habisnya jika membahas panggilan kita satu sama lain,” ujar Soojung mengalihkan arah pembicaraan. Sehun hanya mengangguk setuju.

“Jadi, apa yang membuatmu di malam yang dingin seperti ini melamun sendirian, Tuan Oh?” tanya Soojung akhirnya.

“Tidak ada apa-apa,” jawab Sehun pelan.

“Jangan berbohong Oh Sehun. Aku sudah mengenalmu sejak kecil, jadi tahu jika ada sesuatu yang tidak beres padamu,” kata Soojung menyelidik. Sehun membuang nafasnya pelan.

“Ceritalah, aku akan mendengarkan dengan baik,” kata Soojung sambil tersenyum lembut pada Sehun. Sehun memandang senyum gadis cantik bersurai gelap itu. Senyum Soojung memang begitu menenangkan, hanya saja ia jarang menunjukkannya pada orang yang tidak dikenalnya dengan baik.

Setelah menimbang-nimbang dalam hati, Sehun memberanikan diri mencurahkan kegundahannya pada Soojung. Tentang Jinri, Taemin, bahkan yang dilihatnya tadi selepas makan malam di rumah Soojung. Seperti anak kecil yang sedang dibacakan dongeng sebelum tidur, Soojung mendengarkan Sehun dengan antusias.

“Jadi, karena itu kau sendirian di sini dan melamun?” tanya Soojung setelah Sehun selesai bercerita. Sehun menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Soojung. Kemudian Soojung menghela nafasnya, sedikit kesal, mungkin.

“Dengar ya, Sehunnie…,”.

“Jangan panggil Sehunnie,” potong Sehun cepat. Soojung memutar kedua bola matanya kesal. Dia heran, bukannya tadi Sehun sedang galau, gundah, dan gulana? Bisa-bisanya dia sempat protes pada teman curhatnya ini?

“Aiiish.. Baiklah, baiklah,” kata Soojung mengalah

“Dengar ya, tuan O-H S-E-H-U-N,” kata Soojung kemudian sambil menekan nama “OH SEHUN”. Ya, kemudian Sehun tersenyum karena Soojung mengalah pada akhirnya (-,-).

“Berhentilah berpikiran sempit dan aneh-aneh,” lanjut Soojung kemudian mengambil napas dan mulai merangkai kata yang kira-kira akan mudah dicerna oleh Sehun.

“Kau tahu kan bagaimana Taemin Oppa? Dia selalu baik pada semua orang. Wajar jika ia mentraktir Jinri es krim, Jinri kan sudah membantunya. Aku juga dulu ditraktirnya spagetty saat membantu mengerjakan essai Bahasa Inggrisnya. Yah, Taemin Oppa memang kelewat baik,” jelas Soojung.

“Tetapi kau tidak boleh menyalahkan Jinri. Kau tahu sendiri kalau Jinri dari dulu memang mengagumi Taemin Oppa. Kurasa wajar jika kini dia lebih intens memperhatikan Taemin Oppa,” lanjut Soojung. Dan pernyataan terakhir Soojung sukses membuat Sehun kembali murung.

“Tetapi itu bukan alasan untuk menyerah Sehun. Jinri memang menyukai Taemin Oppa, tetapi Taemin Oppa tidak. Jadi masih ada kesempatan untukmu mendapatkan hatinya, mengerti,” tambah Soojung seperti sedang menasehati bocah sekolah dasar. Nah, pernyataan yang satu ini membuat Sehun tersenyum cerah. Sayang, itu tak bertahan lama, Sehun kembali memperlihatkan wajahnya yang sesuram langit malam tanpa bintang. Soojung mengernyit heran melihat ekspresi sahabatnya yang cepat sekali berubah.

“Tetapi Jinri pernah bilang bahwa dia tidak setuju kalau sahabat jadi cinta Soojungie,” kata Sehun pelan dengan tatapan sendu. Soojung menghela nafasnya kembali.

“Cobalah sekali lagi Sehun. Tidak ada hal yang mustahil, bukan? Mungkin saja kelak dia akan akan jatuh hati padamu,” kata Soojung seraya tersenyum lembut dan manis. Sehun tersenyum menanggapi Soojung.

“Kau memang sahabatku yang paling baik Soojungie,” kata Sehun tanpa menghapus senyumnya membuat senyum Soojung melebar.

“Yah, walaupun kau galak sekali, tetapi kau mempunyai banyak sisi baik yang menonjol,” tambah Sehun yang kemudian dihadiahi pukulan keras oleh Soojung.

“Ya, appo,” rintih Sehun.

“Kau pintar merusak suasana, Oh sehun,” cibir Soojung kemudian. Namun, detik berikutnya mereka saling tertawa dan melempar ejekan dan cibiran. Entah mengapa malam jadi hangat bagi Sehun dan Soojung.

O0O

Esoknya ketujuh muda-mudi yang saling bertetangga kembali harus melanjutkan aktivitas di sekolah. Kali ini mereka tidak berangkat bersama seperti sebelumnya. Luhan, Minho, dan Taemin yang notabene merupakan siswa kelas 3, harus mengikuti pelajaran tambahan pagi yang dimulai hari ini. Luhan terpaksa diangkut oleh Minho, sedang Taemin berangkat sendiri dengan motor sportnya. Karena ketiga senior ini berangkat terlebih dahulu, Soojung, Jinri, dan Jongin, harus rela menjadi penumpang Sehun.

“Kalian tahu, kemarin adalah hari yang paling menyenangkan dalam hidupku,” kata Jinri begitu mereka duduk di bangku kelas.

“Kau menang lotre Choi Jinri?” tanya Jongin antusias. Jinri menggeleng cepat, membuat Jongin menatapnya kecewa.

“Lebih menyenangkan daripada mendapatkan lotre, Jongin,” kata Jinri terkekeh.

“Kemarin aku menghabiskan waktuku bersama Taemin Oppa,” ujar Jinri riang.

“Kau, kencan dengan Taemin Oppa, Jinri-ah?” tanya Soojung hati-hati.

“Anniya, Soojung-ah. Hanya menemani Taemin Oppa mencari buku saja. Tetapi kemudian dia mentraktirku es krim,” jawab Jinri sambil menunjukkan raut gembiranya. Soojung hanya ber-oh ria.

“Aku, keluar sebentar,” kata Sehun tiba-tiba menyela cerita Jinri. Suasana hati Sehun mendadak rusak mendengar celotehan Jinri.

“Ya, Oh Sehun sebentar lagi bel masuk. Ya, Sehun-ah,” panggil Jinri. Tetapi Sehun bergeming, mengabaikan panggilan sahabat manisnya itu.

Soojung hendak beranjak mengejar Sehun, namun tangannya di tahan oleh Jongin.

“Biar aku saja, Soo,” tahan Jongin. Soojung hanya mengangguk pasrah.

“Sehun kenapa sih. Kau tahu dia kenapa?” tanya Jinri penasaran pada Soojung. Soojung hanya menggeleng pelan sambil menatap pintu yang dilewati Sehun dan Jongin. Soojung memandang lurus dan sendu ke arah kedua sahabatnya pergi. Jujur, Soojung tidak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya. Soojung benar-benar khawatir pada Oh Sehun.

Beberapa saat kemudian, aktivitas belajar mengajar pun berlangsung. Sehun dan Jongin kini sudah kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran dengan tenang. Soojung menoleh ke belakang dan memandang bangku kedua pemuda yang merupakan sahabatnya itu. Kemudian ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk.


 

From : Jongin

Sehun tidak apa-apa, kok. Tidak usah khawatir. Dia bisa mengontrol perasaannya dengan baik. Sebentar lagi sifat jahilnya pasti kembali.


 

Soojung tersenyum tipis setelah membaca pesan dari Jongin. Gadis itu kemudian menoleh ke arah Jongin sambil menunjukkan senyum manisnya. Jongin yang melihat senyum Soojung pun ikut tersenyum. Gadis itu benar-benar memiliki senyumyang menular, batin Jongin.

O0O

Selepas makan malam Soojung segera kembali ke kamar dan mengerjakan pekerjaan rumahnya yang terhitung banyak sekali. Sebenarnya Soojung sudah cukup lelah, apalagi seharian ini dia dan Jinri harus menemani Jongin dan Sehun mencari sepatu tadi. Dengan mencurahkan semua semangatnya Soojung mulai mengerjakan tugas-tugasnya.

“Soojung-aah.,.. Soojung-ah…,” suara pelan terdengar memanggilnya dari arah jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Soojung bergidik ngeri mendengar suara tadi. ‘Ayolah Soojung kau salah dengar’, batinnya. Namun, sekali lagi suara itu memanggil lagi. ‘Omo, apakah itu hantu’, pikir Soojung.

“Ya, Jung Soojung buka jendelamu,” suara lebih keras dengan nada bass yang familiar membuyarkan khayalan Soojung.

Soojung mengernyit merasa mengenal suara tadi. Dia segera menuju jendela dan membuka tirainya. Di balik jendela terlihat seorang pemuda tampan, berkulit tan, dan sedikit pesek (menurut Soojung), sedang memasang cengiran andalannya. Soojung membuang napasnya lega dan kemudian membuka jendelanya. Jongin segera melompat dan memasuki kamar Soojung melalui jendela.

“Kau benar-benar seperti pencuri, Tuan Kim,” kata Soojung sambil melongok ke luar melihat tangga yang digunakan Jongin untuk memanjat ke kamarnya.

“Aku memang akan mencuri hatimu nona Jung,” goda Jongin sambil menyeringai jahil. Soojung yang terbiasa mendengar perkataan konyol Jongin hanya memutar bola matanya malas.

“Kau sedang apa?” tanya Jongin sambil duduk di pinggir tempat tidur Soojung.

“Mengerjakan tugas,” jawab Soojung enteng kemudian dibalas anggukan oleh Jongin.

“Memangnya kau sudah menyelesaikan tugasmu, Jongin-ah? Jangan bilang kau mau mencontek pekerjaanku?” cecar Soojung sambil menyipitkan matanya.

“Ahh.. Tidak, kau ini selalu berburuk sangka padaku. A-aku sudah menyelesaikannya, kok,” jawab Jongin gugup. Soojung masih memandang sahabatnya yang satu ini dengan curiga. Ya, sebenarnya Jongin memang belum mengerjakan pekerjaan rumahnya. Tetapi bukan karena ingin menyalin pekerjaan rumah Soojung lantas dia ke kamar gadis itu. Jongin hanya sekedar ingin main. Ya, hanya main.

“Sudahlah, apa kau tidak ingin menjamu tamu istimewamu ini,” ujar Jongin mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Apakah seseorang yang masuk dari jendela dapat disebut tamu, hum?” sindir Soojung yang dibalas cengiran lebar khas Kim Jongin. Tetapi walaupun sambil menggumam kesal, toh Soojung tetap keluar dari kamarnya sekedar membawakan beberapa camilan untuk ‘tamu istimewanya ini’.

Jongin kemudian bernapas lega selepas gadis bermarga Jung itu meninggalkan kamarnya. Jongin kemudian meneliti setiap sudut kamar Soojung yang sangat rapi. Tetapi, pandangannya kemudan beralih pada ponsel Soojung yang bergetar. ‘Sepertinya ada pesan masuk,’ pikir Jongin. Dengan senyum jahilnya, Jongin mengambil ponsel itu dan melihat pesan yang masuk.


 

From : Minho Oppa

Tugasmu banyak Soojung? Aku mengganggu tidak? ^_^


 

Dahi Jongin mengernyit setelah membaca pesan singkat yang dikirim oleh kakak Jinri itu. Kemudian, tanpa permisi Jongin membaca pesan-pesan sebelumnya dengan penasaran.


 

From : Minho Oppa

Kau sudah sampai di sekolah Soojung? Hah, mian tidak berangkat bersama kalian L


 

To : Minho Oppa

Ne, Oppa. Tidak apa-apa kok J. Selamat belajar Oppa >o<


 

From : Minho Oppa

Ne, kau juga ya, fightiiiing!!!


 

Jongin memutar bola matanya mals membaca pesan yang menggelikan itu. Lalu kenapa harus pakai emoticon aneh-aneh seperti ini sih, batinya kesal. Walau sedikit malas, Jongin melanjutkan membaca pesan itu kembali.

From : Minho Oppa

Kau sudah sampai rumah? Tadi kata Jinri kalian habis menemani Jongin dan Sehun mencari sepatu.


 

To : Minho Oppa

Ne, Oppa. Sekarang aku lelah sekali >.< Apalagi tadi dua orang itu benar-benar lama memilih sepatu -,-


 

From : Minho Oppa

Hahaha, Sabar ya Jungie…


 

From : Minho Oppa

Kau sudah selesai makan sekarang?


 

To : Minho Oppa

Ne, ini sedang mengerjakan tugas. Huuft…


 

Jongin membuang nafasnya kasar. Pesan terakhir yang dibaca olehnya adalah pesan Minho yang tadi baru sampai. Jongin juga tidak ketinggalan membaca pesan sebelumnya. Rata-rata pesannya sama, menanyakan sedang apa, sudah makan atau belum, ucapan selamat pagi, bahkan selamat tidur. Semua pesan dimulai dari Minho. Jarang ada pesan yang dimulai oleh Soojung, kecuali menanyakan keberadaan Jinri jika gadis itu tidak menemukan sahabatnya. Apakah mungkin kakak sahabatnya dan sahabatnya sedekat itu? Jongin benar-benar merasa kecolongan. Tetapi kecolongan untuk apa? Soojung kan hanya sahabatnya. Tetapi memikirkan kedekatan Choi Minho dan Jung Soojung benar-benar membuat Jongin panas.

Tiba-tiba Jongin tersenyum jahil sambil menatap ponsel Soojung. Dengan cepat Jongin mengetikkan sesuatu, sambil tersenyum penuh kemenangan. ‘Salah sendiri membuatku kesal, hyung,’ batin Jongin sambil mengirim pesannya tadi. Kesanangan Jongin tidak berlangsung lama, karena Soojung tiba-tiba masuk dan memandang heran ke arahnya.

“Kau kenapa, Jong?” tanya Soojung heran.

“Tidak apa-apa,” jawab Jongin menyembunyikan ponsel milik gadis itu. Soojung hanya mengangkat bahunya acuh tanpa menyadari bahwa Jongin menatapnya dengan senyum yang kelewat lebar.

.

.

TBC

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK