home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > SAD MEMORIES

SAD MEMORIES

Share:
Author : imaginne
Published : 15 Feb 2015, Updated : 21 Feb 2015
Cast : Cheondung, Yang Seungho, Park Gyuri, Jung Byunghee (G.O)
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |8887 Views |0 Loves
SAD MEMORIES
CHAPTER 4 : Y (Why)?

Yang Seungho (Mblaq) as Bae Hyunsoo I Park Gyuri (KARA) I Cheondung (Thunder) as Bae Hyun-sik I Jung Byunghee (G.O Mblaq) I Song Jieun (SECRET) as Bae Hyuna I Mir (Mblaq) as Bae Hyunwoo I Han Sunhwa (Secret) as Bae Yoora

Disclaimer       : Tulisan ini murni ide gila dari otakku. Akhir-akhir ini sering nonton film horror+fantasy, entah kenapa tiba-tiba muncul ide buat bikin FF ini J FF ini juga hasil perenungan, setelah berkali-kali mendengar dentingan piano “Sad Memories”. Author penggila Harry Potter, jadi inspirasi terbesar juga muncul dari novel karya J.K Rowling itu J Jangan sekali-kali menjiplak FF ini. If you copy or share my FF, take out with full credit.. FF INI SUDAH PERNAH DIPOSTING DI WP PRIBADI SAYA, https://ffmblaq.wordpress.com/ dan juga FP saya FF MBLAQ :)

“Cerita ini hanya fiktif belaka.”

Author POV

Seorang namja merapatkan jubahnya. Meski di dalam ruangan, tapi hawa dingin begitu mengusik kulitnya. Mencoba menyusup memasuki pori-pori kulitnya, melumpuhkan tulang-tulangnya. Ia duduk manis di sebuah kursi lengkap dengan meja nan antik. Tatapan kagum tergambar jelas di matanya yang sipit. Sampai-sampai ia tak berani untuk sekedar menggeser kursi atau meja itu. Takut perak yang melapisinya akan rontok. Pandangan matanya berputar-putar mengitari seluruh ruangan, meneliti barang mewah nan antik yang berhamburan dan tertata rapi di setiap sudut tertentu ruangan itu. Matanya menyipit, menaksir harga dan umur setiap benda-benda antik itu.

“Jangan membuang waktumu!” cela yeoja yang duduk di depannya. “Di sini suhu udaranya memang agak dingin, jadi minumlah ramuan itu. Kau akan merasa lebih hangat.”   Yeoja itu sedang asyik membuka-buka sebuah buku tebal nan lusuh dengan saksama. Di pangkuannya tertidur pulas seorang namja. Dadanya kembang kempis mengikuti irama napasnya yang pendek. Sesekali yeoja itu menatap pada si namja yang tertidur, tersenyum. Hanya dia, saudara laki-lakinya yang tersisa. Satu hari berlalu semenjak ia memakamkan dua saudara laki-lakinya yang tewas mengenaskan—saling bunuh-membunuh.

Si namja dengan jambul ungu merasa tersindir dengan perkataan si yeoja. Tetapi ia tetap menenggak habis ramuan yang tersaji di gelas antik itu. Aroma melon bercampur dengan coklat masih terasa di mulutnya. Benar saja. Lima detik kemudian, kehangatan menjalar di sekujur tubuhnya. Mengusir rasa dingin dan hampa yang sebelumnya menyelimutinya. Kembali, ia menatap kagum yeoja di depannya.

“Hyuna-yah, apa kau benar-benar lupa detail legenda itu?” tanya namja itu, memulai pembicaraan.

Si yeoja, Bae Hyuna mengerucutkan bibirnya, membuat mukanya yang cantik berubah menjadi imut.

“Begitulah..” jawabnya seadanya, masih membaca setiap huruf yang tercetak di buku tebal itu dengan detail.

Namja itu hanya menghela napas. “Entah berapa hari lagi sampai kau menemukan itu. Hmm.. Kita harus menemukan titik terang masalah ini..”

“Berisik sekali!” umpat Hyuna, merajuk. “Makanya jangan cerewet. Kau tunggu saja..”

Sementara itu, sesosok yeoja dengan tubuh transparan tengah mondar-mandir di ruangan megah itu. Mengamati setiap benda-benda milik kekasihnya yang telah tiada. Beberapa potret hitam putih menghiasi beberapa rak buku yang menjulang tinggi di dinding. Bahkan beberapa foto nampak memperlihatkan pose si yeoja dan kekasihnya. Ia menggigit bibir bawahnya, menghalau kesedihan yang mulai menyeruak dari hatinya. Tak ingin menangis lagi. Bibirnya membentuk senyum sedih bercampur bahagia, bisa melihat foto mereka bersanding. Foto miliknya telah dimusnahkan oleh Bae Hyunsoo yang keji. Mengingat nama namja itu saja sudah  membuat perutnya mual.

Andai saat itu aku menuruti apa yang Hyun-sik katakan, mungkin semua ini tak akan terjadi. Mungkin aku tidak akan tersihir.. M-m-mungkinkah Hyun-sik masih hidup?? Ugh..

Kenangan itu berkelebat di kepalanya. Membuatnya pusing. Ia memejamkan matanya, mencoba mengingat setiap detail peristiwa itu. Saat ia tersihir dengan rayuan Hyunsoo dan mulai mencampakkan Hyun-sik. Memang menyakitkan, tapi ia harus segera mengingatnya..

FLASHBACK ON

Taman Putih

 Matahari bersinar cerah, menampakkan siluetnya yang gagah berani. Cahayanya memantulkan pesona gerombolan bunga yang berada di Taman Putih. Taman bertabur bunga itu begitu cantiknya dengan warna-warna cerah yang menghiasi setiap jengkal permukaan tanahnya. Gazebo-gazebo unik yang bertebaran menambah kecantikannya. Beberapa ayunan yang menjulang dari atas langit tergantung di beberapa tempat. Beberapa yeoja cantik nampak berceloteh ria, saling bergurau dengan senangnya. Wajah mereka menyiratkan kebahagiaan. Tersebar di setiap gazebo.

“Gyuri-yah?” tanya seorang yeoja bermata lebar, melirik singkat pada sesuatu yang menjadi perhatian Gyuri.

Yeoja yang dipanggil Gyuri mendongak dari buku yang sedang dibacanya. Menoleh ke arah si yeoja bermata lebar.

Mwoya?” sergahnya, merasa terganggu dengan panggilan itu. “Ada apa, Yoora-yah? Kau selalu menggangguku di saat yang tidak tepat. Ck..”

Yeoja bernama Yoora  merasa tidak terima.

“Kenapa kau selalu memarahiku?” ungkapnya jengkel. “Apa karena darah Bae mengalir dalam tubuhku? Jinjja!!”

Gyuri menghela napas. Yoora menang terkenal dengan pribadinya yang sensitif. Paranoid.

“Bukannya begitu, Yoora-yah.. Kau sendiri tahu kan, aku paling tidak suka diganggu saat membaca. Apalagi ini kan novel seri ke-empat dari Jung Hyemin.. Sedang klimaks pula.. Memang tadi kau mau bertanya apa?”

Mata Yoora mendadak berbinar.

“Kudengar kau berkencan dengan Hyun-sik Oppa?” selidiknya, tersenyum centil.

Gyuri menaikkan sebelah alisnya.

“Memang kenapa?” tantangnya, merasa bahwa ini bukan urusan Yoora.

Yoora mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Mulai meracau.

“Wah.. kau beruntung sekali bisa berkencan dengannya.. Kalau menurutku, dia saudara terkeren dalam keluarga Bae.. Jadi benar kau dan dia sedang berkencan??”

Gyuri mendesah.

Eoh.. Puas? Memang apa hubungannya denganmu?” ujar Gyuri melirik curiga pada Yoora.

Yoora menelan salivanya. Mencoba mencari alibi.

“Aku kan saudara jauhnya. Aku hanya ingin memastikan saja.. Itu saja..” kilahnya.

“Kenapa kau tak bertanya langsung pada Hyun-sik saja?” heran Gyuri lalu mengangkat bahu. Tidak penting, batinnya.

“Aku pulang dulu ya?” cicit Yoora mengangguk singkat pada Gyuri, lalu melesat pergi. Meninggalkan Gyuri yang terbengong-bengong.

“Dasar yeoja aneh!!” gumamnya lalu kembali membaca.

Setelah menjauh dari gazebo, Yoora menjentikkan jari tangannya dan menghilang dalam hitungan detik.

***

Pavilion Bae Hyunsoo

Sebuah pavilion megah berdiri di sebuah jalan bersemak, di tengah hutan. Bae Yoora muncul entah darimana, sekarang berdiri di depan pavilion itu. Ia mengayunkan tangannya dua kali lalu memejamkan matanya. Tiba-tiba, pavilion itu berubah menjadi rumah megah dengan ukiran rumit menghiasi jendela dan pintu-pintunya. Pintu depannya menjeblak terbuka. Yeoja itu melangkah tergesa-gesa, memasuki ruangan besar dengan debu tebal melapisi lantainya. Berulangkali tangannya mengayun, mengusir jampi-jampi yang melarangnya masuk. Ia berjalan gesit menuju sebuah tangga lebar dan mulai menaiki setiap anak tangga yang mengarah ke lantai dua. Menuju kamar seorang namja.

Hatinya berdebar-debar. Matanya was-was, melirik ke kanan kirinya. Takut ada yang memergokinya memasuki rumah ini. Harusnya ia tidak diperbolehkan menginjakkan kaki di rumah ini. Tak seorangpun. Pavilion terlarang. Pavilion pengasingan. Pavilion Bae Hyunsoo.

Yoora melambatkan langkah kakinya, melintasi sebuah lorong dengan pintu berjejer di kanan-kirinya. Ia berhenti di depan sebuah pintu. Ia baru saja hendak membuka pintu itu..

BRAK

Pintu itu terbuka sendiri dengan suara keras. Membuat Yoora kaget setengah mati.

Omo..” lengkingnya sambil mengelus dadanya.

“Yoora, kau kah?” tanya seseorang, namja.

Yoora menarik napas, menyiapkan mentalnya berhadapan dengan Bae Hyunsoo. Mencoba menekan kerinduan yang menbuncah dari lubuk hatinya. Yang siap merembes keluar. Mendamba sosok Hyunsoo.

“Ne, Oppa..” gumamnya dengan suara bergetar.

“Kau tak perlu takut, Yoora-yah. Aku masih seperti dulu kala.. Datanglah kemari..”

Jinjja? Kau masih seperti dulu?” yakin Yoora, mulai ragu. Memasuki rumah itu saja sudah terlarang, apalagi memasuki kamar Hyunsoo yang penuh dengan aura kegelapan. Tentu sangat dilarang. Entah apa yang terjadi jika Ayah atau saudara-saudaranya tahu.

Eoh.. Aku masih mencintaimu.. Ke sini lah.. Bogosipeo..” goda Hyunsoo dengan suara maskulinnya.

Siapa yang tidak tergoda dengan suara semaskulin itu? Tak ada. Ya, kaki kanan Yoora maju selangkah. Ia tak bisa menampik hatinya yang haus karena merindukan Hyunsoo. Mereka pernah memadu kasih, dulu kala. Dua tahun yang lalu, sebelum Hyun-sik memergoki Hyunsoo yang tengah mencuri kitab mantra hitam ayahnya. Membuat si Ayah muntab karena ambisi Hyunsoo yang muluk-muluk. Ayahnya tak segan-segan mengutuknya, menjadi penghuni Pavilion Pengasingan. Tak bisa kemana-mana. Hanya bisa mondar-mandir di dalam rumah sialan itu.

“Ke sinilah..” ucap Hyunsoo melambaikan tangannya.

Yoora menatap penuh harap pada sosok Hyunsoo yang mengenakan jubah hitam legam. Begitu tampan dengan lingkar hitam yang menghiasi kantung matanya. Begitu seksi. Namja itu tersenyum simpul sambil terus melambaikan tangannya. Meminta Yoora masuk ke kamarnya.

Pertahanan Yoora runtuh. Ia melangkahkan kakinya dengan gontai, memasuki kamar namja itu. Hyunsoo tersenyum senang. Juga melangkah mendekati yeoja itu. Mereka berhadapan. Yeoja itu menatap Hyunsoo, tersenyum. Sama halnya dengan Hyunsoo—yang tersenyum palsu.

“Kau masih setampan dulu, Oppa..” bisiknya, membelai pipi Hyunsoo. jarinya menelusuri wajah namja itu.

Eoh.. Kau juga masih secantik dulu, Yoora-yah..” desis Hyunsoo, melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Yoora. Ia menarik tubuh yeoja itu, memeluknya.

Saranghaeyo, Oppa-ya..” ucap Yoora. Ia menyusupkan bibirnya ke bibir namja itu. Meluapkan kerinduannya yang ia tahan selama lebih dari dua tahun.

Hyunsoo tersenyum licik. Dengan begitu kutukan ini akan sirna, batinnya. Aura gelap yang menyelimuti Hyunsoo memudar secara perlahan. Kutukan yang melingkupi Hyunsoo selama dua tahun terakhir lenyap sudah. Ia bebas. Karena ciuman Yoora. Memang, hanya itulah yang dapat menyingkirkan kutukan ayah Hyunsoo. Kekuatan cinta dari seorang yeoja.

Kwaehn-chanha?” sergah Yoora memandangi Hyunsoo yang sekarang terlihat segar bugar. Kutukan itu telah sirna.

Hyunsoo membenahi jubahnya sambil menatap bayangannya di cermin yang menempel di dinding.

Eoh, aku baik-baik saja..”

“Syukurlah..” desah Yoora sambil memeluk namja itu dari belakang.

Hyunsoo menyeringai. Akhirnya aku bebas.. Dasar yeoja bodoh..

***

Mwo?” teriak Yoora, mendorong Hyunsoo. Namja itu terpental dan  punggungnya terantuk tembok.

Hyunsoo mengelus punggungnya yang berdenyut-denyut. Tak bisa dipungkiri, Yoora masih sekuat dua tahun lalu. Justru sekarang semakin kuat. Aku harus berhati-hati, jangan sampai membuatnya meledak. Tubuhku masih lemah.. Ia mencoba mendekati yeoja itu lagi.

“Ayolah.. Aku tidak menyukainya, aku hanya ingin merebut kekuatannya.. Dengan begitu, aku bisa membalas dendam pada Hyun-sik sialan itu—yang sudah memengaruhi Ayah untuk mengutukku.. Menjauhkanku darimu..“

“Tapi kenapa kau perlu berkencan dengannya? Lalu bagaimana dengan aku??” amuk Yoora, melipat tangannya di depan dada.

“Tenang saja.. Aku perlu menikahinya, begitulah syaratnya, sehingga aku bisa memiliki kekuatan sihir putihnya..”

Mworago?” tanya Yoora, tak percaya. “Michyeoss-eo? Berkencan saja aku tak mengijinkannya, apa lagi menikah?? Oh, jinjja!!”

”Apa kau masih belum mengerti?? Ini juga demi kamu, jagi.. Kita bisa bersama selamanya. Aku bisa menjadi makhluk abadi.. Apa kau tidak mau??” seloroh Hyunsoo, mencoba menenangkan Yoora, yang hobi mengamuk itu.

Yoora menimbang-nimbang. Setelah beberapa saat, dengan berat hati ia mengangguk pelan.

“Jadi kau mengijinkanku kan, jagi?”

Yoora merengut.

“Hmm..” geramnya, menghindari tatapan Hyunsoo.

“Ayolah.. Kalau kau tidak rela, bagaimana bisa aku melakukannya? Eoh?” rayu namja itu.

Eoh.. Aku merelakannya, jagi..” ungkap Yoora, emosinya luruh. Tersenyum kepada Hyunsoo. “Aku juga akan membantumu.. Asal kau tetap bersamaku.. Itu tak masalah..”

Hyunsoo memeluk Yoora, erat.

“Gomawo, jagi..” kata Hyunsoo, tersenyum puas.

“Jadi apa yang harus aku lakukan?” todong Yoora, mendorong dada Hyunsoo pelan. Mendongak menatap wajah tampan namja itu. Si namja tersenyum.

“Kau hanya perlu memberikan ini pada Gyuri..” tutur Hyunsoo sembari menyodorkan botol kecil ke arah Yoora.

Igeo mwoya?” tanya Yoora, menerawang cairan berwarna merah muda itu.

“Ramuan Cinta..” gumam Hyunsoo, memilin-milin rambut Yoora yang bergelombang.

“Ra-ra-muan cinta??” gagap Yoora. Ia tahu efek dari ramuan itu.

Eoh.. Setelah ia menyukaiku, aku bisa memperalatnya.. Menyetel sebuah kutukan, menirkamnya dan merebut kekuatannya..” gelegar Hyunsoo sambil terseyum puas.

“Ye? Ta-tapi..” sela Yoora.

Mwo, jagi?”

“Kau tidak akan menyuruh Gyuri melakukan hal yang tidak-tidak ‘kan?” selidik Yoora. “Kau tidak akan meninggalkanku, ‘kan?”

Hyunsoo menggeleng mantap.

“Tentu tidak, jagi..” jawabnya, tulus.

Jinjja?”

“Hmm..”

Call..” jawab Yoora, memeluk namja di depannya.

Hyunsoo menyeringai. Ternyata semudah ini memperdaya Yoora? Cih, Tak sesulit yang aku bayangkan.. Ia bersorak dalam hati.

***

Taman Putih

Igeo mwoya, jagi??” tanya seorang namja dengan rambut merah muda bertengger manis di kepalanya.

Gyuri mengangkat bahu.

“Yoora, Hyun-sik-ah.. Dia mengirimiku surat, menyuruhku datang ke Bukit Putih.” Jelas Gyuri sambil memetik bunga mawar putih di depannya.

 “Yoora? Maksudmu Bae Yoora?” tuntut Hyun-sik, tersentak.

“Hmm..” jawab Gyuri, menaruh mawar itu di keranjang yang dipegang Hyun-sik. “Katanya dia saudara jauhmu? Jeongmal?”

Hyun-sik mulai gelisah.

Eoh.. Dia memang saudara jauhku..” lirihnya. “Tapi kumohon kau jangan datang ke Bukit Putih itu.. Perasaanku mengatakan hal yang buruk akan terjadi..”

Gyuri mengibaskan sebuah mawar ke muka namja-chingu-nya. Membuat kelopaknya berguguran di atas pangkuan Hyun-sik.

Aish.. Kau ini.. Mulai lagi.. Jangan terlalu berburuk sangka dengan orang lain. Lagi pula dia temanku saat belajar sihir putih dulu. Kokcongma! Dia tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak kepadaku. Maldo andwae..sangkal Gyuri, panjang lebar.

Hyun-sik bangkit dari tempat duduknya.

“Berburuk sangka? Aku bukan berburuk sangka.. Hanya saja, aku tidak akur dengannya.. Dia yeoja-chingu hyung-ku.. Dan.. Aku.. juga tidak akur dengan hyung-ku.. Aku membuatnya menerima kutukan.. Jadi, jebal.. Jangan datang ke sana, eoh?” desaknya.

“Aku akan tetap datang!!” seru Gyuri, keras kepala. “Itu tak ada hubungannya dengan hyung-mu, yang bahkan aku tidak mengenalnya, jagi..”

“Aish.. Aku bilang jangan.. Itu demi kebaikanmu..“ Hyun-sik juga bersikeras.

“Akan kuajak Byunghee.. Jadi kau tak perlu khawatir..” ucap Gyuri, meyakinkan. Kata ‘byunghee’ menjadi jurus ampuhnya, jika berhadapan dengan Hyun-sik.

Jinjja??” yakin Hyun-sik, menatap yeoja-chingu-nya penuh selidik.

“Hmm, jagi!!” cicit Gyuri lalu mengecup pipi dan bibir namja itu. Ia berlari pergi sambil melambaikan tangan pada Hyun-sik yang masih kaget dengan kecupan kilat darinya.

***

“Gyuri? Kau sudah menunggu lama?” tanya Bae Yoora, nyengir kuda.

“Begitulah.. Kenapa kau lama sekali?” cela Gyuri, sedikit merajuk. “Aku sudah menunggumu sejak setengah jam yang lalu..”

Yoora kembali tersenyum.

Mianhe..” ucapnya, sembari merogohkan tangannya ke dalam tas tentengnya. Ia menyodorkan sebuah buku tebal. Nampaknya baru.

“Apa ini??” tanya Gyuri, menerima buku itu.

Yoora mengenakan masker dengan motif bunga-bunga yang rumit.

“Seri terbaru dari Jung Hyemin. Kau belum membacanya ‘kan? Ayahku membelikannya untukku. Tapi kau tahu ‘kan aku tidak suka membaca.. Jadi itu untukmu saja..” suaranya agak teredam karena masker itu.

Mata Gyuri melebar.

Jinjja??” sergahnya, dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. “Kenapa kau memakai masker?”

“Uhuk uhuk.. Tenggorokanku radang, sepertinya tanda-tanda batuk. Aku takut menularimu.. Eoh.. Ambil saja.. Sudah kukatakan aku tidak suka membaca..tutur Yoora, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Apakah ini akan berhasil?

“Ahh.. gomawo, Yoora-yah..” lengking Gyuri. Sudah menjadi kebiasaannya, saat menerima atau meminjam buku. Ada satu ritual yang selalu Gyuri lakukan. Pasti ia menghirup bau kertas dari novel itu. Benar saja, yeoja itu menghirup novel itu. Membuat Yoora susah bernapas. “Kau memang.. baik..”

Gyuri memegang kepalanya yang mulai terasa pening. Bumi ini serasa  berputar-putar, membuatnya semakin bingung. Tangannya meraih batang pohon apel raksasa yang tertanam di sampingnya. Berpegangan pada batangnya yang besar, agar tidak limbung.

“Kepalaku kenapa?” gumamnya, berulangkali mengedipkan matanya. Berharap pandangannya menjadi jernih dan rasa pening yang menghinggapi kepalanya lenyap. Tapi tak seperti dugaannya. Justru ia semakin merasa pusing.

“Pergilah, Yoora.. Sisanya biar aku yang mengurusnya..” perintah Bae Hyunsoo, pelan. Tiba-tiba, ia muncul dari balik pohon apel raksasa itu. Berjalan ke arah Gyuri yang masih berdiri sempoyongan.

“Tapi, Oppa..” bantah Yoora sambil melepas maskernya.

“Kubilang kau pergi saja! Hyun-sik dalam perjalanan ke sini.. Kau akan terluka jika Hyun-sik tahu kau juga ikut andil dalam rencana ini.. Oleh karena itu, pergilah..” Hyunsoo menghampiri Gyuri yang hampir jatuh pingsan. Dengan gesit, ia menangkap tubuh yeoja itu.

“Aku pergi dulu, Oppa..” seloroh Yoora langsung menghilang dalam sekejap mata. Tak ingin melihat kemarahan Hyun-sik.

“Gyuri-yah? Kwaehn-chanha?” desis Hyunsoo, mendudukkan Gyuri, bersandarkan batang pohon apel raksasa.

“Hmm..” jawab Gyuri setengah sadar. “Hyun-sik-ah??”

Hyunsoo tersenyum kecut. Ia sudah terpengaruh Ramuan Cinta tapi nama Hyun-sik masih menguar dari bibirnya? Aish, jinjja!!

“Aku bukan Hyun-sik, aku Hyunsoo.. Hyun-sik sudah berkhianat kepadamu.. Dia menduakanmu.. Selama ini dia sering bertemu dengan Yoora, di belakangmu.. Arayo? Hmm.. Yoora sering bermalam di rumah Hyun-sik juga.. Jadi lupakan saja dia..”

Gyuri meringis, menelan mentah-mentah perkataan Hyunsoo. Terbius bualan namja itu.

Jinjja?” teriaknya, dahinya berkerut. Masih berada di bawah pengaruh hipnotis Hyunsoo.

“Hmm..” jawab Hyunsoo. “Jadi lebih baik kau melupakannya...”

Hyunsoo bisa merasakan aura Hyun-sik yang mendekat. Bisa ia cium bau tubuh namdongsaeng-nya itu. Jaraknya hanya tiga meter.

“Gyuri!! Gyuri-yah..” teriak Hyun-sik mencari sosok Gyuri.

Gyuri mengenali suara itu.

“Jangan menjawab!” perintah Hyunsoo, lembut. “Biarkan aku menolongmu..” Namja itu melambaikan tangannya di depan muka Gyuri.

“Menolongku?” tanya Gyuri, matanya terbuka.

“Eoh..” jawab Hyunsoo, mendekap tubuh Gyuri, erat.

Hyunsoo tahu, Hyun-sik sudah melihat mereka.

“Jangan terkejut!” desisnya, napasnya berbau strawberry.

Gyuri mematung.

“Mwo—??” sergahnya.

 Hyunsoo mencium yeoja di depannya—Gyuri.

Hyun-sik membeku. Hatinya serasa runtuh menjadi kepingan-kepingan tak berarti. Yeoja di depannya.. Yeoja yang dicintainya.. Berciuman dengan namja lain? Perutnya bergejolak, amarah membuncah memenuhi sekujur tubuhnya. Lebih-lebih saat mengetahui namja yang menciumnya adalah Bae Hyunsoo. Manusia keparat itu. Dunianya bak hancur.. Sebilah pisau bak baru saja ditusukkan ke dadanya, mencabik-cabik hati dan perasaannya.

“Brengsek!!” caci Hyun-sik menarik tubuh Hyunsoo dan meninju mukanya. “Berani-beraninya kau!!”

 “Hyun-sik apa yang kau lakukan??” erang Gyuri, menatap Hyun-sik penuh kebencian.

“Aku menolongmu, jagi.. Kwaehn-chanha?” Hyun-sik mendorong Hyunsoo, membuatnya terjengkang. Ia menghampiri Gyuri yang masih duduk di dekat pohon apel raksasa.

Gyuri bangkit, menatap Hyun-sik dengan emosi tercetak di wajahnya.

PLAK

Yeoja itu menampar Hyun-sik, membuat si namja kaget.

Hyunsoo menyeka sudut mulutnya yang berdarah sembari menahan tawa.

“Cih, tontonan gratis..” ejeknya.

“A-apa yang kau lakukan, Gyuri-yah?” tuntut Bae Hyun-sik.

“Kau tega sekali kepadaku! Jinjja!!” sembur Gyuri.

Wae ire?” bentak Hyun-sik, merasa janggal dengan tingkah Gyuri. Ia merasa seharusnya ia lah yang marah, bukan Gyuri. “Kenapa kau yang mengamuk?”

“Kau.. Kenapa juga harus Yoora? Wae?? Oh, jinjja!!..” isaknya, air mata meluncur deras menuruni pipinya.

Hyun-sik melongo.

“Apa yang kau bicarakan? Yoora? Apa hubungannya dengan Yoora?”

“Terserah kau saja!!” lengking Gyuri, menyeka matanya. “Geuman haja!!

Hyun-sik bertambah bingung.

Ye? Kau kenapa Gyuri-yah? Geuman haja??”

Gyuri menjentikkan jari tangannya lalu menghilang.

Hyun-sik menatap kosong debu yang berterbangan karena langkah tergesa-gesa Gyuri.

“Bagaimana bisa ia keluar dari pavilion itu?? Seharusnya ia tidak bisa..” keluh Hyun-sik.

Tak ada yang tahu kecuali Hyunsoo sendiri—dan Yoora.

FLASHBACK OFF

***

Kediaman Keluarga Bae - Ruang Bawah Tanah Bae Hyun-sik.

“Aish!!” lengking Park Gyuri, membuat ketiga manusia lainnya melonjak kaget.

“Ada apa, agassi??” ucap Jung Byunghee, setelah bisa mengatasi kekagetannya.

Aniya..” sangkal Gyuri, kembali merenung. “Nampaknya Yoora ada kaitannya dengan masalah Hyunsoo..”

“Yoora??” sergah Hyuna, menoleh ke arahnya.

“Yoora memang mantan kekasih Hyung..” Hyunwoo duduk sambil mengucek-ngucek matanya.

“Yoora temanmu itu, agassi?” tanya Byunghee, menaikkan sebelah alisnya.

“Dimana dia?” sengit Gyuri. “Dia pasti mengetahui sesuatu..”

Hyuna menghela napas.

“Yoora tinggal di lantai tiga, rumah ini..” gumamnya. “Tapi sudah beberapa hari ini, aku tidak melihat batang hidungnya. Dia juga tidak ikut aksi kemarin..”

“Lalu dia kemana? Aku yakin, dia pasti  bekerjasama dengan Hyunsoo!” ucap Gyuri, mulai melayang-layang mengelilingi ruangan itu. Resah.

“Bisa jadi..” jawab Hyuna, menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Ahh.. Mungkinkah dia Yoora Noona?” gumam Hyunwoo sambil menatap Hyuna.

“Apa maksudmu?” tuntut Hyuna.

“Sebenarnya, tiga hari yang lalu aku melihat seorang yeoja yang mirip sekali dengan Yoora Noona..” desis Hyunwoo, penuh kemenangan.

“Dimana?” seru Hyuna, Gyuri dan Byunghe bersamaan. Hyunwoo berdehem.

TBC

(Jogjakarta-18, 25 november 2013)

Eottae?? Bagaimana ceritanya? Memuaskankah? Menegangkankah? Atau justru mengecewakan? Siapa yang Hyun-sik temui (yang belum terjawab di part ini)? Dimana Yoora berada? Mungkinkah Gyuri dkk menemukan titik terang? Penasaran? Selamat menebak-nebak ;) Tunggu next part yah.. ;)

Pada part ini Ima spesial bahas masa lampau, pertanyaan di atas Insyaallah akan terjawab di next part.. So, keep waiting :D Yang sudah baca wajib hukumnya untuk mencantumkan komentar, kritik atau saran J. Agar FF di FFMBLAQ semakin berkualitas :D

Gamsa hamnida *bow

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK