home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > SAD MEMORIES

SAD MEMORIES

Share:
Author : imaginne
Published : 15 Feb 2015, Updated : 21 Feb 2015
Cast : Cheondung, Yang Seungho, Park Gyuri, Jung Byunghee (G.O)
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |8887 Views |0 Loves
SAD MEMORIES
CHAPTER 3 : Destiny

Cast: Yang Seungho (Mblaq) as Bae Hyunsoo I Park Gyuri (KARA) I Cheondung (Thunder) as Bae Hyun-sik I Jung Byunghee (G.O Mblaq) I Song Jieun (SECRET) as Bae Hyuna I Mir (Mblaq) as Bae Hyunwoo

Disclaimer       : Tulisan ini murni ide gila dari otakku. Akhir-akhir ini sering nonton film horror+fantasy, entah kenapa tiba-tiba muncul ide buat bikin FF ini J FF ini juga hasil perenungan, setelah berkali-kali mendengar dentingan piano “Sad Memories”. Author penggila Harry Potter, jadi inspirasi terbesar juga muncul dari novel karya J.K Rowling itu J Jangan sekali-kali menjiplak FF ini. If you copy or share my FF, take out with full credit.. FF INI SUDAH PERNAH DIPOSTING DI WP PRIBADI SAYA, https://ffmblaq.wordpress.com/

“Cerita ini hanya fiktif belaka.”

Author POV

Malam semakin berjalan menyusuri kehidupan. Cahaya bulan seakan enggan muncul di langit malam yang kelam. Semua nampak gelap, begitu juga sebuah ruangan di sudut kota Seoul. Setiap insan mau tak mau harus menajamkan penglihatan mereka. Pupil melebar, mencoba melihat pelbagai kejutan yang terburai di depan mata kepala.

“Hyun-sik-ah.. Jeongsincharyeo, jebal jeongsincharyeo!!!” seru seorang yeoja mengguncang-guncang namja di pangkuannya. Tapi namja bernama Bae Hyun-sik itu seakan tak mendengar panggilan noona-nya. Tak bisa dipungkiri, mata Bae Hyun-sik tetap terpejam. Jantungnya berhenti berdetak.

Ruangan yang semula gelap itu mendadak menjadi terang benderang. Cahaya hijau terang memendar dan menyelubungi ruangan yang penuh dengan bercak darah itu. Cahaya mengelilingi dua namja yang terbaring kaku di lantai lalu melilit tubuh mereka. Seketika cahaya hijau itu lenyap, bersamaan dengan nyawa mereka yang pergi meninggalkan dunia ini. Kegelapan telah menelannya. Kini Hyunsoo dan Hyun-sik sudah menjadi bagian dari Alam Kematian yang dikuasai Raja Kegelapan. Tak ada harapan mereka akan kembali dari penjara kematian kecuali Raja Kegelapan sendiri yang mengijinkannya. Tak ada sejarah bahwa Raja Kegelapan mengembalikan arwah yang telah dilahapnya. Tidak pernah.

Di sana-sini teronggok manusia yang sudah tak bernyawa. Darah menggenangi lantai, membuatnya nampak bagaikan lautan darah.  Arwah mayat-mayat itu pun menjadi santapan empuk Raja Kegelapan. Akan segera diarak ke Alam Kematian.

Seorang yeoja dengan muka sendu dan rambut panjang menatap ke lantai tempat namdongsaeng-nya terbaring. Hyuna mendesah, merelakan kepergian Hyun-sik dengan hati yang tersayat. Air mata yang tak kunjung berhenti seakan menambah lengkap kegundahan hatinya. Ia mengedarkan pandangan, menatap ruangan yang penuh dengan ceceran darah yang masih segar itu. Bau anyir darah begitu menyengat indra penciumannya. Dahinya mengernyit dan wajahnya sedikit berkerut ketika bau darah menerobos cavum nasi-nya. Tatapannya berhenti pada Hyunwoo, namdongsaeng-nya juga, yang terbaring tak jauh dari sisi kanan piano.

Apakah ia masih hidup? batin Hyuna. Dadanya naik turun seiring dengan napasnya yang berhembus. Melihat hal itu, ia bernapas lega. Setidaknya, aku tidak akan menghabiskan sisa hidupku sendirian.. Gomawo Hyunwoo-yah..

Yeoja dengan muka sendu, Bae Hyuna, kembali menyorotkan matanya mengelilingi ruangan kelam itu. Matanya berhenti menatap sekelilingnya. Kini, ia dan Park Gyuri saling pandang. Mereka menatap satu sama lain dengan ekspresi sedih bercampur jengkel. Hyuna bangkit. Emosi yang sudah sekian lama ia tahan akhirnya meledak jua.

“Semua ini terjadi gara-gara kamu!!” teriaknya murka. “Hyunwoo memang benar, kau memang pantas mati!! Seharusnya aku menahan Hyun-sik, mungkin dengan begitu ia masih ada di sini..” Ia menelan ludahnya dengan susah payah.

Gyuri menatap Hyuna, tidak percaya.

Mworago???” tanyanya, naik pitam. “Apakah pantas kau mengatakan hal semacam itu pada suasana seperti ini?? Oh, jinjja..”

Hyuna maju selangkah. Ia mengambil botol kecil dari balik lengan jubah hijaunya.

“Kau..” ancamnya, dengan suara bergetar. Kata-katanya  terputus ketika ada seseorang yang mencengkeram pundaknya dengan lembut. Hyuna menoleh ke belakang dan mendapati Jung Byunghee tengah menatapnya lekat-lekat.

“Apa yang kau lakukan??” gertak Hyuna, memberontak.

Byunghee menghela napas. Ia mengeratkan cengkeramannya pada pundak yeoja bermuka sendu itu.

Geumanhe.. Mereka sudah meninggal..” gumamnya pada kedua yeoja itu, yang wajahnya semakin berkerut menahan amarah. “Jangan bertindak gegabah. Kau tidak perlu melakukan hal yang tidak perlu.. Toh itu tidak akan membuat mereka kembali..”

Mendengar perkataan Byunghee, Gyuri menutup mukanya dengan kedua tangan transparannya. Tangis yang sedari tadi ia tahan sekuat tenaga kini luruh sudah. Ia menangis sekeras-kerasnya. Pundaknya naik-turun seiring dengan kesedihan yang merongrong hatinya. Wae ireohke? Kenapa aku tidak bisa menolong Hyunsoo? Yeoja itu tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri.

PYAR

Botol yang Hyuna genggam meluncur dari tangannya seiring dengan tubuhnya yang merosot dari cengkeraman tangan hangat Byunghee. Cairan dalam botol itu menghasilkan cahaya merah yang menyilaukan mata. Anehnya, Gyuri tersentak dari tangisnya. Warna merah yang menghiasi irisnya mendadak musnah. Mata biru-nya yang khas kembali menghiasi mata sipit yeoja itu. Ia heran menatap wajahnya dari pantulan lantai marmer. Kenapa aku menangis?? Apa yang terjadi?

Hyuna jatuh terduduk. Mengakui bahwa perkataan namja berjambul ungu itu ada benarnya juga. Tapi tetap saja, dalam lubuk hatinya Gyuri adalah pembunuh namdongsaeng-nya. Ia mulai meracau, menguarkan unek-unek yang tertimbun di kepalanya.

Hajiman, Gyuri-yah.. Arayo?” lirih Hyuna, menatap tubuh transparan Gyuri yang tengah bengong.

Mwo?” isak Gyuri, balas menatap wajah Hyuna.

Hyuna menunduk, mencoba merangkai kata demi kata.

“Dia sudah berkorban untukmu, arayo?” ucapnya, nada bicaranya naik satu oktaf. Masih saja menunduk.

“Mwo? Berkorban? Nugu?” sergah Gyuri, sesengukan. Ia menyeka air mata yang memenuhi pipi transparannya yang tirus. Kenapa badanku seperti ini. Kenapa tubuhku seperti ini? Berjubel-jubel pertanyaan berhamburan di kepalanya. Tak ada jawaban.

Hyuna menatap Gyuri, melotot ke arahnya.

“Ah, mollayo?” celanya, menatap pecahan-pecahan botol di depannya.. “ Hyun-sik sudah berkorban untukmu, dan kau malah membunuhnya!! Aish, jinjja!!” Emosinya kembali tersulut.

Hati Gyuri mencelos. Dahinya berkerut. Entah kenapa hatinya serasa menjadi cuilan-cuilan tak berarti ketika nama Hyun-sik disebut.  Hyun-sik? Membunuh? Aku membunuh Hyun-sik? Hyun-sik meninggal?? Bisiknya dalam hati.

Apa yang sedang kau bicarakan?” tuntutnya, tidak mengerti. “Hyun-sik meninggal??”

Hyuna melotot melihat ekspresi tolol yang terlukis di wajah Gyuri.

“Kau itu pura-pura bodoh atau apa, hah??!!” semburnya, bangkit berdiri. Ia menunjuk mayat Hyun-sik yang berlumuran darah. “Apa kau tidak bisa melihatnya?? Hyun-sik seperti itu.. Kau kira siapa yang menguasai kekuatan sihir putih sehebat itu, eoh?? Siapa lagi kalau bukan kau??!”

Gyuri mengikuti arah jari telunjuk Hyuna. Ia kaget melihat Hyun-sik terkapar dengan darah melapisi setiap jengkal badannya. Hatinya mencelos. Mungkinkah ini sihir putihku? Rasa bersalah mulai menyergap dan menyusup ke relung-relung jiwanya yang sudah keropos. Benar. Hanya aku yang bisa melancarkan sihir semacam itu.. Tapi.. Bagaimana mungkin??? Bagaimana bisa aku melontarkan sihir ini ke arah Hyun-sik?? 

Omo..” ucapnya, menelan salivanya dengan susah payah. “Apa yang telah aku lakukan?” Ia memandangi tangannya dengan ngeri. “Aku membunuhnya? Aku? Aku membunuh Hyun-sik??”

Byunghee, yang berdiri di dekat Hyuna menatap kakak perempuan Hyun-sik itu dengan tatapan kaget.

“Aish.. Apa aku bilang?” celetuk Byunghee. “Pasti ada yang tidak beres..”

Hyuna tertawa sumbang. Belum menyadari apa yang terjadi. Ia mendongak menatap Gyuri, yang menatapnya dengan muka nanar.

“Apa kau tidak ingat bahwa kau lah orang yang menghunuskan pedang ke arah Hyun-sik??” ungkitnya, dengan suara bergetar. Seakan masih tak rela namdongsaeng-nya mati sia-sia. “Kau membunuh namdongsaeng-ku!!“

Gyuri meraup rambut transparannya yang sudah awut-awutan.

“Aku membunuh Hyun-sik?? Maldo andwae!!” kilahnya, seperti orang gila. “Aku tidak mungkin membunuhnya!! Aku mencintainya!!!”

Hyuna menatap Gyuri dengan tatapan ganjil.

Mworago?” sengitnya, bangkit berdiri. “Mencintainya?? Apa kau tidak ingat? Kau meninggalkan Hyun-sik untuk bersama Hyunsoo. Kau pula yang membunuhnya!! Dan kau bilang kau mencintainya??!!”

“Hyuna-yah!! Aku memang mencintainya!! Lagi pula aku tidak mungkin membunuhnya!!” seloroh Gyuri, melayang ke arah Hyuna berdiri.

“Lalu ini apa??!!” todong Hyuna, menunjuk jasad Hyun-sik di dekatnya.

Gyuri tertohok. Lehernya kini benar-benar kering. Melihatnya dari dekat membuat sekujur tubuhnya lemas tak berdaya. Tapi bagaimana mungkin aku membunuhnya? Kalimat-kalimat itu berputar-putar di otaknya. Membuatnya bertambah pusing.

Dari dekat Byunghee menatap dua yeoja yang sedang cekcok itu dengan pandangan menerawang.

“Ada apa ini? Kenapa Agassi tidak ingat? Padahal, jelas-jelas dia yang membunuh Hyun-sik..” gumamnya sambil menerawang.

“Gyuri.. Asal kau tahu! Hyun-sik sudah mempertaruhkan energinya untuk menggagalkan kutukan Hyunsoo. Sekali saja Hyun-sik salah langkah, ia akan mati. Ia mempertaruhkan nyawanya untuk menolongmu. Tapi apa yang kau lakukan??” jelas Hyuna.

Byunghee mencerna kata demi kata yang Hyuna ucapkan dengan susah payah.

“Apa maksudmu??” sembur Gyuri, frustasi. “Kutukan Hyunsoo?? Hyun-sik mempertaruhkan nyawanya? Omong kosong macam apa yang sedang kau bicarakan, eoh? Jangan membuatku semakin bingung!”

Hyuna menatap yeoja yang membuat Hyunsoo dan Hyun-sik bertikai itu dengan saksama.

“Aku tidak berbicara omong kosong. Aku berbicara apa adanya!” lengkingnya. Ia berpikir sejenak setelah melihat mata Gyuri yang biru, menyiratkan ketidaktahuan. “Chankkan.. Solma..? Hyunsoo..??”

Spontan, Gyuri dan Byunghee menatap Hyuna dengan tatapan bingung.

“Ada apa dengan Hyunsoo? Sebenarnya kau ngomong apa sih?” tuntut Byunghee hilang kesabaran karena tidak bisa mengikuti jalan pikiran yeoja di depannya.

Hyuna menunduk lesu.

“Bau tubuhmu, aku sangat mengenalnya. Ramuan Cinta. Kau terpengaruh Ramuan Cinta..” vonisnya terang-terangan.

Mwo???” sergah yang lain.

“Eoh... Nampaknya begitu. Pantas saja, stok Ramuan Cinta-ku mendadak hilang. Aku pikir Hyunsoo mencurinya dan memberikannya kepada Gyuri.. Dalam bentuk parfum. Aku hafal bau ini..” ungkap Hyuna. Lalu menghela napas.

Gyuri melahap perkataan Hyuna dengan pahit.

“Hyunsoo? Katamu ia mencuri Ramuan Cinta darimu? Jadi, kau peramu terkenal itu??” koceh Byunghee, melantur.

“Eoh, keurae..“ tutur Hyuna, mendelik ke arah Byunghee. Seakan berkata ‘ini-bukan-waktu-yang-tepat-untuk-membicarakan-hal-itu’. “Ramuan itu berbentuk seperti parfum. Kalau orang yang kau inginkan menghirup aroma Ramuan Cinta itu, ia akan menuruti apa kata hatimu, apa yang kau inginkan.. Bahkan membunuh orang pun.. Ia akan melakukannya.. Selain itu ia akan tergila-gila padamu..”

Byunghee melipat tangannya di depan dada.

“Jadi maksudmu, Hyunsoo memengaruhi Gyuri dengan Ramuan Cinta itu?” simpulnya.

Hyuna menoleh ke arah Byunghee lalu mengangguk. Ia memutar kepalanya dan menatap sedih pada  tempat Hyun-sik berbaring

“Hyun-sik..” desisnya. “Kenapa nasibmu semalang ini, eoh?”

Gyuri ambruk. Ia menatap dirinya sendiri dengan pandangan jijik.

“Bagaimana bisa aku membunuh Hyun-sik dengan tanganku sendiri?” lirihnya, bingung.

Byunghee mendesah.

“Sudahlah, Agassi..“ ujarnya lelah. “Kau tidak usah merisaukan hal itu lagi.. Sonsengnim..”

Gyuri mendongak saat Byunghee menyinggung tentang ayahnya.

Abonim? Omonim? Dimana mereka??” teriaknya, sambil bangkit dari lantai.

Byunghee menunduk dalam. Ia tak kuasa menatap mata Gyuri yang sudah mau menangis itu.

“Mereka sudah meninggal..” gumam Hyuna, membetulkan jubah hijaunya yang kusut. “Mereka sudah diambil Raja Kegelapan. Mereka sudah tenang di Alam Kematian. Kokcongma..” Ia meraih beberapa botol berisi cairan kental kekuningan lalu menghamburkan isinya ke udara. Cahaya kuning menyebar, memenuhi ruangan itu. “Orang yang masih hidup akan baik-baik saja..” Yeoja itu melambaikan tangannya ke arah penyihir-penyihir yang sedang duduk atau berbaring dengan mimik kesakitan.

Tubuh rapuh Gyuri ambruk. Badannya melayang-layang ganjil di atas lantai.

“Mereka—Abonim dan Omonim meninggal?” sengalnya.

Hyuna dan Byunghee mengangguk bebarengan.

Gyuri menelan ludah.

“Ini semua terjadi karena kesalahanku!! Karenaku!!” serunya, menyalahkan dirinya sendiri.

Byunghee menatap Gyuri yang mulai terisak.

Geumanhe.. Ini bukan kesalahanmu..” katanya, berusaha menenangkan Gyuri. “Semua memang sudah ditentukan oleh Raja Kegelapan.. Kita tidak bisa menolak permintaannya akan nyawa-nyawa manusia. Relakan mereka, agassi..”

Gyuri sibuk dengan pikirannya sendiri. dalam benaknya, akar permasalahannya adalah dirinya. Semua ini terjadi karena dirinya. Apa gunanya aku menguasai sihir putih tingkat tinggi jika aku tidak bisa mengelak dari godaan Hyunsoo? Bagaimana bisa aku tersihir oleh—Ramuan Cinta? Ia menggelengkan kepalanya. Apa gunanya juga aku menyandang gelar Dewi Sihir Putih? Ciih.. Bagaimana dengan Hyun-sik?? Ia mendesah. Dia pasti sudah menderita karena perbuatan dan sikapku. Lebih-lebih, aku membunuhnya?? Kata ‘membunuh’ benar-benar menohok ulu hatinya. Tak ada selain rasa bersalah yang akan mengiringi hari-harinya ke depan. Tiba-tiba terbersit sebuah pikiran.

“Hyuna-yah.. Kau ahli ramuan, pasti kau bisa membangkitkan yang sudah meninggal kan?? Eoh?? Pasti bisa kan??” tuntutnya, histeris.

 Hyuna menghela napas.

Mianhe, tapi aku tidak bisa...” gumamnya.

Gyuri kecewa. Apakah seharusnya aku memang mati saja? Apakah dengan begitu, semua ini tidak akan terjadi? Gyuri hanya mendesah. Terlalu kesal dengan dirinya sendiri.

“Tidak!!” lengking Hyuna tiba-tiba, membuat Gyuri dan Byunghee terperanjat. “Semua memang sudah ditakdirkan begini..”

“Takdir??” sergah Byunghee.

Hyuna mengangguk.

“Nampaknya, semua sudah direncanakan oleh Raja Kegelapan.. Dalam artian, ini memang sudah takdirnya..” ucap Hyuna, lebih seperti dengkuran. Tiba-tiba ia terperanjat. “Solma.. Jadi benarkah legenda yang tertulis di buku tebal itu?”

Gyuri mendongak menatap Hyuna. Ia dan Byunghee saling pandang, menyiratkan ketidaktahuan. Hyuna mengambil napas, siap mengungkap misteri dibalik semua ini. Legenda tua tanpa nama yang termaktub di beberapa buku kuno...

***

Alam Kematian

Angin menyelimuti arena yang penuh kegelapan itu. Hawa dingin menusuk tulang setiap arwah yang berjalan gontai melewati Jembatan Kegelapan. Segelintir arwah dengan muka dan wajah penuh darah diarak bebarengan menuju Alam Kematian, Alam setelah kehidupan di dunia, Alam Fana manusia. Arwah-arwah itu menggigil. Gigi mereka bergemeletuk, menimbulkan orkestra apik nan menyeramkan. Tak ada yang berani bersuara, mengungkapkan perasaan kesal maupun ngeri. Semuanya bungkam.

Sesosok tubuh kekar juga berjubah hitam memimpin mereka menyebrangi jembatan yang begitu ditakuti manusia. Napasnya yang berat terdengar begitu jelas di tengah kesunyian. Rantai hitam yang menjerat setiap arwah tertali manis di tangan kanannya yang berotot.

Terpaan angin datang ke arah Jembatan Kegelapan. Tiupan angin itu membuat jembatan itu bergoyang. Jeritan-jeritan kecil terdengar dari pasukan arwah perempuan. Bukan itu saja, suara auman (entah dari makhluk apa) menghiasi kesunyian. Melengkapi suasana yang memang sudah menyeramkan. Membuat bulu kuduk tiap arwah berdiri, ketakutan. Letupan-letupan api terlihat dari bawah jembatan membuat mereka semakin ketakutan. Ujung dari jembatan itu sudah terlihat, lega. Pasukan arwah menyebrangi jembatan dengan selamat.

Setelah tiba di sebuah gua, Siluet itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Berbalik. Semua arwah mendongak, begitu penasaran dengan sosok kekar itu. Tetapi nihil. Mereka tak dapat melihat setampan atau semenyeramkan apa makhluk itu.

“Apa ada yang bernama Bae Hyun-sik??” gelegarnya, setengah menggeram.

Seorang namja dengan muka berhias darah, yang berada di urutan belakang mendongak. Rambut pink yang bertengger di kepalanya begitu menyala di kegelapan. Jubah hijau berlapis darah segar membungkus tubuhnya yang tinggi. Bibirnya sedikit mengerucut, bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi.

“Kau??” tanya sosok itu. Tiba-tiba sinar redup menerangi tubuh Hyun-sik. Membuat mata arwah lain tertuju pada namja itu.

Ye.” Jawab Bae Hyun-sik kaku.

Tarrawa..” perintah si namja berbadan bongsor, kalem. Ia menarik rantai hitam yang mengikat tubuh Hyun-sik. Tahu-tahu Hyun-sik dan namja itu sudah menghilang. Membuat para arwah kebingungan mencari dua sosok itu.

“Kemana mereka??” sergah seorang namja tua berjenggot tebal.

“Memang prosedurnya begitu ya?” tanya seorang yeoja dengan kepala pecah, heran.

Namja di sampingnya mengangkat bahu.

Molla..” dengkurnya, sambil membenahi kepalanya yang putus.

“Kudengar dia membunuh Bae Hyunsoo..” gumam seorang ahjuma dengan celemek menghiasi tubuhnya yang mungil, memprovokasi keingintahuan para arwah.

“Bae Hyunsoo?” teriak semua arwah, bebarengan. “Pemimpin Keluarga Bae??”

Ahjuma mengangkat dagunya, congkak. Ia berdehem.

“Eoh.. Dia dongsaeng-nya Bae Hyunsoo.. ” mulainya. “Tahu sendiri ‘kan? Bae Hyunsoo ingin menguasai Alam Kegelapan juga Alam Fana. Gosip itu beredar hebat dikalangan hantu-hantu perempuan. Dia ingin merebut kekuatan Park Gyuri, si Dewi Sihir Putih.. Dengan begitu, dia memiliki kekuatan sihir putih dan sihir hitam yang kuat.. ”

“Dewi Sihir Putih?” celetuk seorang yeoja, berbadan gemuk.

“Eoh..” lanjut si ahjuma. “Malang benar nasibnya.. Padahal ia rela meninggalkan si Bae Hyun-sik tadi, untuk bersama Bae Hyunsoo. Yah, tapi siapa tahu. Kalau ternyata dia ingin merampas kekuatan sihirnya. Yeoja dan namja yang malang, Park Gyuri dan Bae Hyun-sik itu. Mereka...” Suara yeoja berumur empat puluhan tahun itu menciut.

Serombongan arwah yang diarak oleh seorang makhluk menyerupai namja berperawakan bongsor lainnya datang ke arah kerumunan arwah yang tengah bergosip ria itu.

“Yang pasti,” bisik ahjuma. “Park Gyuri sekarang menjadi hantu..”

Para arwah melenguh kecewa. Berharap mendengar lebih, ceritanya secara lengkap. Tetapi, ahjuma urung meneruskan ceritanya karena si kaki tangan Raja Kegelapan telah datang. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika kau terkesan ‘banyak omong’ di depan mereka.

***

Dengan langkah terseok-seok, Bae Hyun-sik mengikuti sosok berjubah hitam legam itu.

“Saya mau dibawa kemana?” tanyanya, dingin tapi formal.

Si bongsor diam saja, seakan tak mendengar apa yang Hyun-sik tanyakan.

“Aku akan dibawa kemana??” teriak Hyun-sik, hilang kesabaran. Mati mengenaskan,  apa hal itu belum cukup? Apa ia juga harus menderita di Alam Kematian??

Namja berkulit pucat itu tetap melanjutkan langkahnya, berbelok ke sebuah lorong yang terang benderang. Banyak lampu yang menggantung apik di atap lorong itu. Tidak sebanding dengan suasana gelap dan bobrok sebelumnya. Di kanan kirinya banyak pintu berhias ukiran emas yang membuat Hyun-sik melongo.

Dimana ini? Apa aku masuk surga?

“Ini bukan surga.” jelas si makhluk berwujud namja kekar setengah geli. Cukup membuat Hyun-sik semakin cemberut.

“Lalu?” tantangnya seakan tidak punya rasa takut sedikitpun pada makhluk itu. “Ini—tempat macam apa?”

Si namja kekar berhenti. Ia menatap pada pintu paling besar yang lebih terlihat seperti gerbang itu. Ia mengayunkan tangan kekarnya sekali, dua kali—dan pintu itu terbuka dengan bunyi bising. Sinar terang yang membutakan menyerbu keluar. Refleks, Hyun-sik menutup matanya dengan kedua lengannya yang tak kalah kekar dengan makhluk itu.

“Masuk!” perintah si makhluk.

Belum sempat Hyun-sik melangkahkan kakinya, ia sudah berada di ruangan mewah yang luas itu. Tak sempat berpikir bagaimana caranya ia sudah berada di ruangan itu. Perabot-perabot mewah bertebaran di setiap jengkal ruangan itu. Sebuah kursi besar berada di tengah-tengah. Sebuah onggokan baju putih tergeletak di atas permukaan sofa yang lembut. Betapa kagetnya ia, onggokan itu bergerak lalu mengembang membentuk siluet orang. Seorang namja kekar nan tampan tersenyum ke arah makhluk kekar yang mengiring Hyun-sik.

“Saya telah membawanya, Joogoon..” kata si makhluk kekar sambil berlutut.

Si namja tampan terkekeh.

“Eoh.. kamsa hamnida, Lee Joon-shi..” ujarnya.

Makhluk yang ternyata bernama Lee Joon itu bangkit lalu lenyap dalam sekejab.

Na eotteohke??” bisik Hyun-sik menelan ludah.

Si namja berjubah putih berdehem. Mendadak mimik mukanya menjadi seram.

“Tenang saja, aku tidak akan memakanmu..” jelasnya. “Kau tentunya Bae Hyun-sik.. Selamat datang..”

Hyun-sik mundur, rantai yang menyegel kedua pergelangan kakinya bergemerincing. Kini, tanpa alasan ia merasa ketakutan. Mengenali sosok itu. Ia tahu siapa makhluk berjubah putih yang berjalan ke arahnya. Tepatnya ia seperti mengenali sosok itu. Eotteohke, jeritnya dalam hati.

“Nampaknya kau mengenaliku??” seringai makhluk di depannya.

Hati Hyun-sik mencelos. Jadi benarkah, makhluk di depanku adalah dia??

TBC

Eottae?? Bagaimana ceritanya? Memuaskankah? Menegangkankah? Atau justru mengecewakan? Bagaimana cerita selanjutnya? Seperti apa legenda yang disebut oleh Hyuna? Siapa juga orang yang Hyun-sik temui? Mengapa ia begitu ketakutan? Dan bagaimana nasib Hyun-sik juga Gyuri?? Bagaimana juga dengan Hyunsoo? Apakah ia sudah membusuk di neraka? Atau justru sebaliknya? Penasaran? Selamat menebak-nebak *senyum jahil. Tunggu next part yah.. ;)

Yang sudah baca wajib hukumnya untuk mencantumkan komentar, kritik atau saran.  Author bikin FF-nya masih amatiran, jadi Author sangat butuh masukan dari readers J Gamsa hamnida *bow


 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK