—oo—
@Other place
Yuri terus saja tersenyum menatap keluar jendela mobil. Ia seperti seorang tahanan yang baru saja keluar dari penjara, selalu menatap takjub apapun yang terlihat oleh matanya di sepanjang jalan. Kyuhyun yang sedang menyetir, hanya berdecak heran dengan sikap Yuri yang tiba-tiba berubah. Istrinya itu terlalu ceria hari ini. Tapi setidaknya Kyuhyun dapat bernafas lega karena keceriaan Yuri, menyatakan jika gadis itu baik-baik saja.
“Apa benar dokter mengijinkanmu keluar untuk berjalan-jalan?” tanya Kyuhyun membuka topik pembicaraan.
“Dokter sudah memeriksa keaadaanku dan aku dalam kondisi sangat baik.” Sahut Yuri.
“Yang benar?” pasti Kyuhyun sekali lagi.
Yuri berbalik menatap Kyuhyun yang sedang berkonsentrasi pada setir. Tersenyum begitu cantik pada suaminya. “Aku selalu baik saat bersamamu.” Ucapnya.
Kalimat singkat itu begitu hebat membuat Kyuhyun seketika tersenyum. Pria itu menoleh sebentar pada Yuri dan menggerakkan sebelah tangannya untuk menyentuh puncak kepala istrinya. Mengusapnya perlahan dan penuh sayang. Tak ada yang lebih membahagiakan saat melihat senyuman cantik itu. Kyuhyun harus lebih berterimakasih pada Tuhan untuk semua yang ia dapat pagi ini.
“Jadi, kita akan kemana?” tanya Kyuhyun lagi.
Yuri tampak berfikir sejenak sebelum menjawab. “Eum.. pertama.. aku ingin mentraktirmu sarapan di restoran mahal. Bagaimana?”
“Ck.. kenapa bukan kau saja yang membuat dan menyiapkan sarapan untukku? Aku pasti akan lebih menyukainya.” Decak Kyuhyun keheranan.
“Aku sudah sering membuatkanmu sarapan. Aku ingin hari ini berbeda, lagipula ini bulan madu kita. Walau tidak dengan berlibur keluar negeri, tapi aku ingin hari berbeda dengan biasanya.” Jelas Yuri membela diri.
Kyuhyun kembali tersenyum kecil mendengar alasan Yuri yang mengatakan ‘Bulan Madu’. Seperti ada angin musim gugur yang menerpanya. Begitu damai. “Baiklah. Apa kau sudah memberitahu appa, eomma dan yang lainnya? Aku tidak ingin mereka khawatir ketika tidak menemukanmu, seperti aku tadi pagi.”
“Sudah.” Hanya itu yang diucapkan Yuri.
Setelah itu, keduanya kembali hening. Mereka hanya diam menikmati detik-detik kebersamaan mereka yang sudah sepekan ini berubah. Tidak dipungkiri jika Kyuhyun merindukan saat-saat seperti ini. Sebelumnya, Yuri selalu sibuk pada pekerjaannya. Lalu dengan begitu cepat, Yuri menjadi sibuk dengan seluruh terapi yang ia jalani. Tapi Kyuhyun mensyukuri semua. Bukan mensyukuri keadaan negatif dalam kehidupannya bersama Yuri. Tapi ia bersyukur karena Yuri sudah menjadi miliknya dan gadis itu menginjinkannya untuk menjadi pelindungnya sekarang. Inilah yang di inginkan Kyuhyun.
—oo—
@Restaurant
Kyuhyun tak hentinya memandang heran pada setiap sisi ruang dalam restoran yang Yuri tunjukkan. Ini masih pukul 7.30 pagi dan restoran khas Italy yang berkelas seperti ini, tidak biasa menerima tamu di waktu yang masih sangat pagi. Kyuhyun mengira Yuri akan mengajaknya ke sebuah restoran yang memang menyediakan menu sarapan dengan harga fantastis. Namun ia malah dikejutkan dengan sebuah restoran yang biasa menyajikan menu makan malam.
“Bagaimana kau melakukannya?” tanya Kyuhyun tanpa basa-basi. Kyuhyun bukan pria bodoh yang akan lama untuk menebak, bagaimana mereka diijinkan masuk pada jam pagi atau pada jam yang masih tutup. Yuri pasti melakukan sesuatu.
Yuri tersenyum penuh arti. “Kenapa? Apa kau pikir, hanya seorang Presdir yang bisa mem-Booking secara penuh sebuah restoran berbintang lima? Aku juga bisa melakukannya, oppa.” Jelasnya dengan seringaian yang terlihat cantik.
“Ck! Kau menyombongkan diri, Cho Yuri.” Geram Kyuhyun dan Yuri hanya terkekeh.
“Oppa, apa kau lupa jika aku adalah seorang pengacara handal dengan bayaran termahal? Istrimu ini juga tak kalah kaya darimu.” Pancing Yuri menggoda Kyuhyun.
“Well, aku tidak lupa. Bahkan aku sangat ingat bagaimana kau melupakan aku dan memilih pekerjaanmu.” Balas Kyuhyun menggoda.
Yuri seketika terdiam mendengar itu. Ia tau jika Kyuhyun hanya menggoda, namun entah mengapa ia justru merasa tersindir. Yuri sadar selama ini ia banyak mengacuhkan Kyuhyun. Tapi sungguh, Yuri melakukan itu bukan tanpa alasan. Semenjak ia tau jika ada kanker dalam tubuhnya, Yuri berusaha mencari banyak dana untuk pengobatannya. Ia sengaja mengambil banyak sekali pekerjaan dan terus mengusahakan kepuasaan setiap kliennya agar mendapatkan banyak bonus. Ia ingin membiayai pengobatannya sendiri tanpa merepotkan orang lain. Itulah tujuan Yuri mengapa ia selalu sibuk.
“Maafkan aku. Aku berjanji, hari ini aku hanya akan menghabiskan waktu denganmu.” Ucap Yuri dengan lirih.
Kyuhyun tersenyum memandangi Yuri dan bergerak untuk menggenggam tangan indah itu. Meremasnya ringan. “Sudahlah. Lebih baik kita mulai acara sarapannya. Aku tidak sabar mencicipi hasil kerja keras istriku.”
“Oppa, ingin aku yang memesankan menunya?” tanya Yuri antusias ketika melihat senyum cerah Kyuhyun.
Dengan cepat Kyuhyun mengangguk dan Yuri segera memanggil seorang pelayan untuk menyiapkan pesanannya. Tak lama, pelayan itu kembali dengan membawa pesanan mereka. Kyuhyun dan Yuri begitu menikmati sarapan yang terasa jauh lebih nikmat dari pagi-pagi sebelumnya. Sesekali mereka saling menyuapi satu sama lain dan tentu saja saling melempar candaan.
—oo—
“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Kyuhyun setelah selesai memakai sabuk pengamannya. Ia dan Yuri sudah selesai menikmati sarapan mereka dan berlanjut pada kegiatan selanjutnya.
“Bagaimana jika kita pergi ke taman bermain?”
“Taman bermain? Kau serius?!”
Yuri mengangguk cepat. “Iya! Bagaimana jika Everland saja? Bukankah sudah lama kita tidak kesana? Terakhir kuingat, kita kesana saat ulangtahun Jinwoo tahun lalu.”
“Ck! Kita bukan sepasang remaja yang akan berkencan ditaman bermain dan memakai baju serupa, sayang.” Decak Kyuhyun sambil menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan cara Yuri merealisasikan acara bulan madu mereka.
“Kita tidak berkencan ala anak remaja. Kita ber-bu-lan-ma-du. Bukankah berbulan madu sama halnya dengan berlibur? Aku ingin menghabiskan waktu dengan wahana-wahana menyenangkan disana.” Yuri tetap bersikeras.
“Tapi kau akan kelelahan. Aku tidak ingin kondisimu menurun—“
“Tidak akan. Aku tau bagaimana tubuhku dan tidak akan ada masalah nanti. Ayolah, tuan Presdir. Aku memohon padamu…,” sela Yuri mulai dengan nada memohonnya. Kyuhyun sempat menggeram melihat ekspresi itu, namun sedetik kemudian ia mengangguk setuju.
Yuri tentu bersorak senang dengan memberikan sebuah hadiah pada Kyuhyun. Sebuah ciuman singkat di pipi sedikit gembul milik Kyuhyun. Membuat pemilik pipi itu terkejut bukan main.
“Eissh.. ada yang salah dengan istriku.” Cibirnya.
Yuri membalas cibiran itu dengan tawa renyah. Setelah kembali mengelus puncak kepala Yuri, Kyuhyun mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju tujuan mereka selanjutnya. Everland.
—oo—
@Everland
Gelak tawa bahagia tak pernah sirna dari wajah Yuri maupun Kyuhyun. Semenjak menginjakkan kaki di Everland, bibir keduanya tak mampu lagi menahan untuk tidak tersenyum. Yuri bahkan terlihat seperti seekor burung yang baru saja terlepas dari sangkarnya. Begitu ceria seperti tanpa beban sedikitpun.
Tak jauh berbeda dengan Kyuhyun. Pria itu juga terus tersenyum melihat Yuri yang tertawa antusias dengan wahana-wahana yang ada. Senyum yang selalu luar biasa cantik dimatanya. Kyuhyun juga tak pernah melepaskan tautan tangannya dengan Yuri. Ia terus menggenggam dan menggandeng jemari itu kemanapun.
Banyak hal yang mereka lakukan disana. Bermain berbagai wahana, menonton pertunjukkan, hingga membeli banyak kudapan dan menikmatinya bersama. Sesungguhnya Yuri yang lebih antusias membeli banyak kudapan. Terkadang ia ingin permen kapas berwarna-warni dengan ukuran super besar. Lalu tiba-tiba ia menginginkan ice cream 3 rasa dan masih banyak lagi. Hingga akhirnya Kyuhyun menuntun Yuri menuju sebuah restoran untuk menikmati santap siang.
“Oppa, setelah ini kita ke Departemen Store saja.” Ucap Yuri tiba-tiba.
“Eo.. ada sesuatu yang ingin kau beli?”
“Hmm.. aku ingin belanja banyak hari ini.”
Kyuhyun terdiam sesaat sambil memandangi Yuri. “Kau tidak lelah? Bagaimana jika kita kembali saja. Kau sudah terlalu banyak berjalan hari ini.” Ucap Kyuhyun menolak halus keinginan Yuri.
Bukannya tidak setuju, hanya saja sudah setengah hari penuh mereka gunakan untuk berjalan-jalan. Untuk keadaan orang normal, memang bukan menjadi masalah besar. Namun Kyuhyun tau bagaimana kondisi Yuri sekarang. Lagipula dokter juga mengatakan jika Yuri tidak boleh kelelahan sebelum operasi. Itu dapat mengganggu kelancaran operasi nantinya.
“Aku tidak apa-apa, Cho Kyuhyun. Kau tidak percaya padaku?” sungut Yuri.
“Bukan begitu. Aku percaya padamu, tapi akan lebih baik jika kau lebih banyak istirahat dan segera sembuh. Setelah sembuh, aku tidak akan melarangmu melakukan apapun lagi.” Jelas Kyuhyun memberi pengertian.
“Tapi, kesempatan itu hanya ada hari ini,” gumam Yuri lirih. Wajahnya berubah lesu dan itu membuat Kyuhyun terenyuh. Meski Kyuhyun tidak mendengar dengan jelas apa yang digumamkan oleh Yuri, ia dapat menebak jika istrinya itu sedang kecewa.
Hati Kyuhyun tiba-tiba menjadi lunak melihatnya. Dan dengan berat hati Kyuhyun menyetujui keinginan istrinya. Lagi.
“Baiklah. Tapi setelah berbelanja, kita beristirahat.” Ucap Kyuhyun mengalah. Dan tanpa menunggu lama, Yuri kembali tersenyum dengan begitu cantik.
—oo—
@Departemen Store
Tak berbeda dengan di restoran dan everland, Yuri sepertinya sedang ingin menguras habis tabungannya. Terlihat ia mengambil apapun barang-barang yang menarik dimatanya dan langsung membawanya ke kasir. Namun anehnya, barang-barang yang di beli Yuri seolah tak untuk dipakai oleh dirinya sendiri. Ia membeli 4 setelan jas pria dari merek ternama, lengkap dengan dasi dan juga sepasang sepatu kulit yang berharga fantastis. Yuri lalu berlari pada salah satu butik wanita dengan label Internasional dan tidak sungkan untuk langsung menghampiri gaun-gaun dengan baner ‘New Collection’. Ia mengambil 3 gaun sekaligus dengan model dan warna berbeda. Tak lupa, Yuri juga memesan beberapa tas wanita dan jam tangan untuk pria. Semuanya adalah model terbaru dan edisi terbatas.
Tak berhenti sampai disitu, Yuri kembali masuk pada sebuah butik yang menyediakan pakaian anak-anak. Gadis itu begitu antusias ketika masuk ke dalam sana. Beberapa kali Yuri terpekik kagum karena baju anak-anak disana terlihat begitu lucu dan menggemaskan dimatanya. Ia bahkan langsung memasukkan berbagai macam baju dan aksesoris ke dalam keranjang belanjanya. Dari kaos, kemeja, sepatu, topi hingga sarung tangan, tak ada yang terlewat dari pandangannya.
“Kau yakin membeli semua ini?” tanya Kyuhyun keheranan. Sejak awal dia sudah dibuat bingung dengan Yuri yang menyeretnya masuk ke dalam butik pakaian anak-anak.
“Tentu! Jinwoo pasti membutuhkan semua ini untuk musim dingin. Aku ingin dia memakai pakaian hangat yang aku pilihkan.” Sahut Yuri cepat.
“Jinwoo? Jadi kau membeli ini untuk Jinwoo? Tapi ukuran semua ini terlalu besar untuknya, lagipula musim dingin masih lama. Kenapa memaksakan diri untuk membeli sekarang?” tanya Kyuhyun tidak mengerti.
“Justru karena musim dingin masih lama, aku membeli dengan ukuran satu nomor lebih besar. Aku yakin Jinwoo sudah sebesar ini saat musim dingin nanti. Dan karena hari ini aku diberi kesempatan untuk memberinya hadiah, aku akan membelikan banyak keperluan untuk keponakanku yang tampan itu.” Jelas Yuri dengan senyum penuh artinya.
Kyuhyun mengernyit. Ada sesuatu yang mengganjal dari senyum Yuri. Entah mengapa ia merasakan sesuatu yang berbeda setiap kali Yuri mengatakan ‘kesempatan’. Keceriaan Yuri hari ini juga terlihat berbeda dimata Kyuhyun. Yuri terlalu ceria dan kelewat ceria. Gadis itu melakukan segala hal dengan berlebihan. Tertawa, makan dan berbelanja. Kyuhyun memahami jika Yuri memang sangat suka berbelanja, namun tak pernah sekalipun Yuri berbelanja sekaligus seperti sekarang.
Yang membuat Kyuhyun semakin tidak mengerti adalah Yuri yang membeli banyak baju, sepatu, tas dan jam tangan untuk seluruh anggota keluarga mereka berdua. Dari orangtuanya, orangtua Yuri sendiri, Kwon Hyukjun, Cho Ahra dan suami, hingga Kim Jinwoo, semua tak terlewatkan oleh Yuri. Bukan hanya itu, Yuri bahkan tak mengijinkan Kyuhyun untuk membayar seluruh barang yang ia beli. Yuri berniat sekali untuk mentraktir seluruh anggota keluarga dengan uang tabungannya sendiri.
Kyuhyun memperhatikan Yuri yang mengeluarkan ponselnya. “Halo, Yoona, bisa bantu aku?”
“……..”
“Hm.. aku sedang berjalan-jalan dengan suamiku, tapi banyak sekali kantung belanja disini. Bisa kau carikan orang untuk membawakannya untukku?”
“……..”
“Ada sesuatu yang kubelikan juga untukmu.”
“……..”
“Aku tahu dan aku baik-baik saja. Kau tenang saja dan terimakasih bantuannya.”
Yuri mengakhiri obrolannya dan langsung menghampiri Kyuhyun. Dengan tanpa menunggu, Yuri segera meraih lengan Kyuhyun untuk digandengnya.
“Kemana lagi? Kau tidak lupa perjanjian kita, bukan?” Kyuhyun menahan langkah Yuri yang seperti belum puas untuk berbelanja.
“Aku tidak lupa. Kita akan pulang ke apartemen sekarang. Tapi sebelumnya, ijinkan aku berbelanja beberapa bahan makanan.” Lagi-lagi tanpa menunggu Kyuhyun membalas ucapannya, Yuri dengan cepat menarik Kyuhyun menuju supermarket yang berada di department store tersebut.
—oo—
@Kyuhyun apartement
“Hmm.. harum sekali. Kau memasak apa?”
Kyuhyun mendatangi Yuri yang sibuk menyiapkan makan malam untuknya. Seperti biasa, Kyuhyun dengan tanpa dosa akan langsung memeluk tubuh ramping gadis yang sudah menjadi istrinya itu. Kyuhyun dengan gesitnya menarik punggung itu untuk bersandar di dadanya. Setelah dapat, tak menunggu lama lagi, Kyuhyun segera meletakkan dagunya pada bahu Yuri. Menghirup bau tubuh Yuri yang selalu membuat hatinya damai.
“Macaroni cheese, beef steak dan salad buah.” Jawab Yuri.
“Sepertinya enak. Bisa kita makan sekarang?”
“Tentu.”
Selanjutnya, Yuri dan Kyuhyun kembali menikmati makan malam mereka untuk kesekian kalinya. Namun malam ini special karena ini adalah pertama kalinya mereka makan malam dengan status sebagai suami-istri. Senyum Kyuhyun begitu lebar dan cerah. Impiannya terkabulkan. Begitulah siratan dari raut wajahnya yang begitu bahagia.
—oo—
Selesai menikmati makan malam, Kyuhyun membawa Yuri ke kamarnya. Meski bukan pertama kali Yuri berada di kamarnya, namun ini adalah pertama kalinya Kyuhyun menyeret Yuri ke atas ranjangnya. Memeluk dan mencium Yuri hingga kehabisan nafas.
Nafas keduanya kembali terengah setelah Kyuhyun melepas ciuman mereka untuk yang kedua kalinya. Menyatukan dahi mereka dan berbagi oksigen bersama. Sangat intim karena posisi mereka yang berbaring di ranjang. Hanya berciuman panas. Ya, itu yang Kyuhyun lakukan terus-menerus. Walau bukan hanya itu yang ingin ia lakukan, Kyuhyun terus membatasi dirinya agar tidak melakukan hal lebih.
“Cho Yuri, kau benar-benar menggoda.” Geram Kyuhyun dengan mata yang masih tertutup.
Yuri terkekeh kecil. “Lalu kenapa hanya menciumku seolah aku masih kekasihmu? Aku istrimu, lakukan apapun yang kau mau, Cho Kyuhyun.”
“Aku tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakanmu.” Sahut Kyuhyun cepat.
Yuri terdiam. Ia mengerti maksud Kyuhyun. Ini berkaitan dengan kankernya. Kyuhyun tau jika berhubungan intim akan menambah luka di leher rahimnya dan pria itu menahan hasrat hanya agar dirinya tidak terluka. Bolehkah Yuri menangis? Ia sungguh tidak percaya. Sesungguhnya Tuhan menciptakan Kyuhyun dari apa? Dia pria mapan yang pintar. Berhati baik dan memiliki kesopanan yang membuat oranglain terkagum. Kyuhyun juga memiliki fisik yang mendekati sempurna untuk seorang manusia. Dia bisa dengan mudah mendapatkan wanita yang sempurna untuk mendampingi hidupnya. Tetapi apa sekarang? Kyuhyun justru berada disini dengannya. Dengan wanita yang sudah pasti tak akan bisa membahagiakannya. Bahkan untuk memenuhi kewajiban seorang istri-pun, Yuri tak dapat melakukannya.
Kyuhyun terkejut ketika membuka mata, ia melihat Yuri yang meneteskan airmata tanpa suara. Dengan cepat Kyuhyun menghapus aliran airmata itu. “Hey.. ada apa? Kenapa menangis? Ada yang sakit?” seketika Kyuhyun menjadi panik.
Yuri cepat menggeleng dan mencoba meredakan tangisannya sendiri. “Tidak ada yang sakit.”
“Lalu, kenapa kau menangis?” Kyuhyun masih menatapnya cemas.
Yuri diam. Menatap Kyuhyun yang menanti jawaban darinya. “Aku ingin melakukan tugasku sebagai istrimu.”
Kyuhyun membulatkan mata. Kalimat yang langsung membuat kinerja jantungnya dua kali lipat cepatnya. “Yuri, dokter bilang kita tidak boleh—“
“Tubuh ini milikku, bukan milik dokter.” Potong Yuri. “Aku yang lebih tau dengan tubuhku. Lakukanlah. Tidak akan terjadi apapun denganku.”
“Tidak. Itu berbahaya, Yuri. Aku tidak akan mela—“
“Aku ingin membahagiakanmu! Aku mohon.. sekali saja. Hanya malam ini, aku ingin melakukannya untukmu. Hanya malam ini…” lirih Yuri. Ada nada sedikit gamang diakhir kalimatnya.
Keheningan menyergap di antara Yuri dan Kyuhyun untuk sesaat. Mereka saling memandang dalam kebisuan. Tatapan memohon Yuri akhirnya membuat Kyuhyun meluluh. Akui saja jika Kyuhyun juga menginginkannya. Dengan hati-hati, Kyuhyun kembali mencium Yuri. Merapatkan kembali tubuh mereka dan dengan lihai, Kyuhyun mulai memperkerjakan kedua tangannya menjelajahi tubuh ramping Yuri.
“Aku akan berhati-hati. Bila sakit, katakan padaku.” Bisik Kyuhyun tepat ditelinga Yuri.
Yuri mengangguk kecil. “Aku percaya padamu.” Sahutnya.
—-(Mian, NO NC21!!!)—-
—oo—
Kyuhyun tak hentinya terus menciumi puncak kepala Yuri. Hati Kyuhyun berbunga selesainya mereka melakukan hubungan suami-istri. Ini yang pertama kalinya bagi Kyuhyun dan ia tak dapat lagi menggambarkan bagaimana perasaan bahagianya. Jika ada kata yang lebih kuat dari bahagia dan sempurna, Kyuhyun ingin menggunakan kata itu. Dengan tubuh yang masih sama-sama tak berbusana, Kyuhyun memeluk Yuri dengan begitu posesif. Merengkuh tubuh itu erat, seolah udara saja dapat melukai tubuh Yuri jika ia tidak memeluk dan menjaganya.
Berbeda dengan Yuri. Ia hanya terdiam sambil memejamkan mata. Bukan tertidur, ia hanya sedang menahan sesuatu. Sakit. Tubuhnya terasa hancur. Ingin sekali ia menjerit karena rasa sakitnya, namun ia tidak ingin merusak suasana, terutama suasana hati suaminya. Kyuhyun terlihat bahagia dan Yuri tidak ingin merusaknya. Karena itulah tujuannya hari ini. Membahagiakan Kyuhyun. Membahagiakan pria yang menjadi suaminya, meski hanya satu malam.
“Oppa…,”
“Heum?” Kyuhyun kembali mencium puncak kepala Yuri. Sebelah tangannya juga tak henti untuk mengusap punggung telanjang Yuri.
“Apa kau bahagia?” tanya Yuri.
“Tentu saja. Aku sangat bahagia hari ini.” Jawab Kyuhyun cepat tanpa mengurangi senyuman di bibirnya.
Yuri mengeratkan pelukannya pada pinggang Kyuhyun. Menghirup aroma Kyuhyun yang senikmat coklat baginya. Merekam debaran jantung Kyuhyun yang pasti akan ia rindukan setelah ini. “Berjanjilah kau akan terus bahagia seperti ini.” Gumam Yuri.
“Aku akan selalu bahagia, sayang. Terutama jika kau bersamaku.” Sahut Kyuhyun.
Yuri menggeleng diatas dada Kyuhyun. “Aku lelah, oppa.” Lirihnya.
“Kalau begitu tidurlah.”
“Aku harus kembali.”
Kyuhyun terdiam. Ada yang aneh dengan suara Yuri.
“Sudah waktunya aku kembali, oppa. Antarkan aku kembali ke rumah sakit.” Lanjut Yuri yang memberi banyak tanda tanya di kepala Kyuhyun.
—oo—
@Hospital
PLAAKKK!!!
Tamparan keras mendarat tepat di wajah tampan Kyuhyun. Pria itu hanya diam dengan posisinya. Ia sudah tak bertenaga untuk melakukan hal lain, bahkan hanya untuk merasakan perihnya tamparan itu. Jiwa Kyuhyun seolah pergi dari raganya. Ia seolah tak mendengar apapun yang ibu Yuri teriakkan di depan wajahnya.
“Apa yang kau lakukan?! Kau tau persis kondisi Yuri, lalu kenapa kau membawanya keluar? Sekarang lihat! Lihatlah bagaimana putriku! Dia sudah lebih baik, Cho Kyuhyun. Seharusnya kau menjaganya!” jerit ibu Yuri dengan histeris.
Kyuhyun terdiam, begitupula dengan seluruh anggota keluarga disana. Hanya sedikit terdengar isakan tangis dari Ahra dan ibu Kyuhyun. Mereka kembali berkumpul di depan ruang operasi dengan tangisan luka. Yuri kritis. Lagi.
Tepatnya satu jam yang lalu, Kyuhyun mengabulkan ucapan Yuri yang memintanya untuk kembali ke rumah sakit. Selama perjalanan hingga sampainya mereka di rumah sakit, tak ada hal yang tidak wajar yang dialami Yuri. Hingga Yuri sudah membaringkan diri di ranjang ruang rawatnya-pun, Yuri masih terlihat baik-baik saja.
Namun kejutan kembali mendatangi Kyuhyun selang beberapa menit Yuri tertidur. Ia menemukan kain ranjang tempat Yuri berbaring penuh dengan darah. Tepatnya berada dibawah pinggul istrinya. Dengan panik, Kyuhyun mencoba membangunkan Yuri yang tiba-tiba pucat tanpa reaksi. Menyadari jika Yuri sudah tak sadarkan diri, Kyuhyun segera memanggil dokter dan tim medis lainnya. Dan semenjak Yuri dibawa kedalam ruang operasi, Kyuhyun membisu. Ketakutan kembali menderanya. Ini kedua kalinya ia melihat Yuri yang tak sadarkan diri dengan banyak darah yang melumuri kaki indahnya. Rasa takutnya melebihi rasa takut yang sebelumnya. Kali ini entah mengapa, Kyuhyun merasa Yuri akan meninggalkannya. Tatapan Yuri sebelum tidur beberapa waktu yang lalu begitu sendu. Kyuhyun takut. Sangat takut.
Ceklek!
Semua terperanjat ketika suara pintu ruang operasi terdengar. Dengan serempak mereka semua menoleh pada pintu itu dan seorang dokter keluar dengan perlahan. Pergerakan dokter itu membuat semua menunggu dengan cemas. Berdoa dalam hati agar apa yang di dengar bukanlah sesuatu yang mereka takutkan.
“Dokter, bagaimana keadaan putri kami?” ayah Yuri tampak sudah tak sabar menanti ucapan sang dokter yang sepertinya tertahan. Tubuh pria paruh baya itu juga tak kalah bergetar karena menahan rasa takutnya. Putri semata wayangnya. Ia takut putri semata wayangnya berhenti berjuang.
Dokter itu menatap satu persatu anggota keluarga Yuri dengan tatapan mendalam. Dan yang terakhir, dokter itu menatap Kyuhyun cukup lama. Dengan gerakan pelan namun pasti, dokter itu mendekati Kyuhyun. Menepuk sebelah bahu Kyuhyun yang langsung membuatnya terhimpit dua batu besar.
“Sudah waktunya Yuri beristirahat. Maaf…”
Hening. Kyuhyun tiba-tiba saja menjadi tuli. Kyuhyun memandang dokter itu dengan nanar. Bahkan pandangan matanya juga berubah tak berwarna. Abu-abu. Masih diam, Kyuhyun merasa tubuhnya menggigil. Terlalu dingin. Ini terlalu dingin. Tuhan… bisakah Kau menghangatkan dunianya? Bisikkan entah darimana membuat kaki Kyuhyun melemas. Bak runtuhan longsor, Kyuhyun seketika terduduk di lantai rumah sakit. Apa yang ia pikirkan? Tak ada yang tau. Apa yang ia rasakan? Tak ada yang tau.
—oo—
@A years later…
Kyuhyun meringkuk di ranjang single yang berbalut bed cover bergambar Mickey mouse. Ia tidak tidur. Yang Kyuhyun lakukan hanya berbaring miring dengan kedua tangan yang memeluk sebuah bantal. Pandangannya menerawang jauh, menatap sebuah bingkai foto yang tak jauh dari tempatnya berbaring. Di dalam bingkai itu terdapat sebuah foto yang sederhana. Fotonya bersama Yuri yang tersenyum senang dengan masih menggunakan kemeja almamater universitas mereka. Foto sederhana yang memberikan banyak sekali kenangan.
Kyuhyun tersenyum kecil membalas senyuman Yuri yang terpampang dalam foto itu. Beberapa detik kemudian, senyumnya memudar, berganti dengan helaan nafas berat. Kyuhyun mengubah posisinya menjadi terlentang. Kembali menerawang jauh pada langit-langit kamar lama istrinya. Ingatan Kyuhyun selalu bekerja untuk kembali pada masa-masa pertemuannya dengan Yuri. Bertemu dengan Yuri adalah kejadian menyenangkan sekaligus berkenan baginya. Kyuhyun bersumpah, tak akan pernah melupakan kenangan bahagia itu. Kenangan dimana ia dipertemukan dengan bidadari surganya.
Lamunan Kyuhyun terhenti karena deritan pintu kamar terdengar. Ia menoleh dan menemukan Hyukjun berdiri disana dengan senyum bersahabat. “Kau masih disini?” tanyanya pada Kyuhyun.
“Iya, hyung. Aku ingin mencari semangatku dulu sebelum pergi ke acara pembukaan yayasan itu.” Jawab Kyuhyun sembari menegakkan tubuhnya.
Hyukjun turut duduk di ranjang itu dan menatap foto adik perempuannya yang terlihat begitu cantik. “Adikku pasti sedang tersenyum sekarang.” Gumamnya.
“Hyung…,” panggil Kyuhyun menggantung.
“Ya?”
“Jika aku memiliki kekasih dan menikah lagi, apa aku masih diterima di keluarga ini? Apa aku masih di perbolehkan mengunjungi kamar ini setiap hari?” tanya Kyuhyun dengan tatapan yang sangat serius.
Hyukjun tersenyum hangat padanya. Menepuk bahu Kyuhyun selayaknya seorang kakak. “Kau punya hak untuk melanjutkan hidupmu, Cho Kyuhyun. Dan selamanya, kau tetaplah adik ipar bagiku. Melihatmu hidup dengan baik, artinya kau juga sedang membahagiakan adikku.”
“Terimakasih, hyung.” Sahut Kyuhyun dan kembali memandang foto yang menampilkan wajah Yuri.
Lama Kyuhyun memandang foto istri cantiknya yang kini pasti sudah bahagia di surga. Kyuhyun yakin jika Yuri-nya mendapatkan tempat paling indah disana. Karena Yuri gadis yang baik, bahkan saat menit-menit sebelum ia menutup hidupnya, Yuri memiliki keinginan mulia untuk Kyuhyun wujudkan.
Kyuhyun masih ingat dengan jelas, kata-kata Yuri saat malam bulan madu mereka yang berjalan singkat.
——–
“Aku lelah, oppa.” Lirih Yuri.
“Kalau begitu tidurlah.”
“Aku harus kembali.”
Kyuhyun terdiam.
“Sudah waktunya aku kembali, oppa. Antarkan aku kembali ke rumah sakit.” Lanjut Yuri yang memberi banyak tanda tanya di kepala Kyuhyun.
Kyuhyun masih terdiam.
“Oppa, jika kau mencintaiku, maukah kau bahagia meski aku tidak disisimu secara nyata?”
Pertanyaan yang langsung menyentak Kyuhyun. “Sayang, apa yang kau bicarakan?”
“Sudah dekat, oppa. Aku tidak tau kapan, tapi aku ingin kau bersiap. Aku tidak ingin kau terkejut dan merasa sakit.” Ucap Yuri dengan begitu teka-teki.
“Yuri, kau—“
“Kutitipkan orangtuaku padamu, oppa. Sampaikan salam dan semua hadiahku pada keluarga kita. Hanya itu yang bisa kuberikan untuk mereka.”
Kyuhyun bergerak memeluk Yuri semakin erat. Ia tak bisa melakukan apapun selain terus memeluk Yuri. Kyuhyun sungguh tak tau. Ia bingung antara ingin berteriak atau menangis. Ketakutan tiba-tiba menyerangnya dengan begitu keras.
“Berjanjilah kau akan bertemu dengan gadis yang baik dan menikahinya. Buatlah keluarga yang bahagia bersamanya dan memiliki banyak anak seperti yang kau inginkan.” Yuri terbatuk sesaat di dalam pelukan Kyuhyun. “Aku ingin melihat mereka. Aku ingin melihat anak-anakmu lahir dan tumbuh besar.” Lanjutnya dengan senyuman yang begitu bersinar.
Kyuhyun merenggangkan pelukannya. Menatap dalam pada mata Yuri. Tanpa terasa, tatapannya mulai mengabur karena genangan airmatanya. Kyuhyun mengerti apa yang dikatakan Yuri. Istrinya sedang membuatnya bersiap untuk kemungkinan terburuk. Kyuhyun ingin menolak. Sungguh, ia ingin sekali berteriak dan membungkam mulut Yuri yang mengucapkan perpisahan secara tidak langsung. Namun entah mengapa, sisi hatinya yang lain membisikkan sebaliknya. Ia harus rela walau harus sakit untuk kesekian kali. Ia harus rela karena mungkin, ini adalah jalan membuat Yuri bahagia. Yuri akan terus tersakiti jika bertahan, Kyuhyun-pun tak ingin melihat itu. Tapi disisi lain, ia tidak siap jika Yuri pergi. Tidak untuk secepat ini.
“Oppa, jangan menangis. Aku tidak apa-apa. Sungguh.” Yuri bergerak untuk mengusap airmata yang leleh dari kedua mata Kyuhyun. Yuri masih tersenyum. Senyum yang sejuta kali lebih cantik dimata Kyuhyun. Senyuman yang belum pernah dilihat Kyuhyun sebelumnya.
“Yuri, kenapa kau seperti ini? Kau akan sembuh, aku akan melakukan apapun. Aku sudah berjanji padamu—“
“Dan kau sudah menepatinya.” Potong Yuri cepat. “Terimakasih untuk segalanya. Aku tidak akan menyuruhmu untuk meninggalkanku. Kau boleh terus mengingatku dalam hatimu. Tapi berikan saja aku sedikit tempat, karena kau harus menyisakan banyak tempat untuk anak-anakmu dan juga ibu mereka kelak. Kau harus berjanji padaku untuk bahagia, oppa. Aku akan melihatmu dan ada disisimu setiap saat. Wujudkan impianmu untukku. Kau harus bahagia. Berjanjilah.”
Kyuhyun kembali memeluk Yuri. Menenggelamkan suara tangisnya pada puncak kepala istrinya. Bisakah ia? Bisakah ia mengabulkan permintaan yang begitu berat?
“Aku tidak bisa menjawabnya…,” lirih Kyuhyun.
Yuri tersenyum lagi. “Oppa, kau tau? Aku memiliki banyak uang dalam rekeningku. Aku mengumpulkannya untuk mencari kehidupan keduaku. Tapi sekarang aku sadar, aku tidak bisa membeli buku baru untuk meneruskan cerita hidupku. Tetapi.. aku ingin membelikan banyak buku kehidupan untuk teman-teman seperjuanganku. Aku tidak ingin ada lagi wanita yang bernasib sepertiku dan melukai pria yang mereka cintai. Bisakah kau membantuku untuk itu?”
Hening…
Yuri terdiam untuk menanti jawaban Kyuhyun yang masih memeluknya begitu posesif. Hingga akhirnya Yuri merasakan sebuah anggukan kecil di atas kepalanya.
“Terimakasih, oppa. Sekarang, bisakah kau membawaku kembali ke rumahsakit?”
——–
Kyuhyun kembali tersenyum mengingat itu. Saat itu memang ia begitu terpuruk setelah kepergian Yuri yang terlalu dan sangat cepat. Bahkan jarak antara kebahagiaan yang Yuri berikan dengan kepergiaannya hanya berhitung jam. Bolehkah Kyuhyun depresi saat itu? Dan Ya! Kyuhyun sempat merasa gila dan tak bernyawa hingga berminggu-minggu. Namun ingatan tentang permintaan Yuri padanya, membuat Kyuhyun tersadar.
Jika ia terus berdiam dengan rasa sedihnya, ia hanya akan membuat Yuri sedih dan tidak tenang. Jelas-jelas gadis itu menginginkannya untuk terus bahagia, agar gadis itu juga merasakan kebahagiaan ditempatnya yang baru. Dan saat itu, Kyuhyun mulai bangkit kembali. Ia tak melupakan Yuri. Ia terus menggumamkan nama Yuri dalam hatinya sebagai semangat. Seperti yang diucapkan Yuri padanya, jika Yuri akan terus berada disisinya. Dimanapun ia berada.
Kyuhyun juga menepati janjinya untuk menjaga kedua orangtua Yuri. Ia masih berperilaku sebagai menantu yang baik. Berkunjung setiap memiliki waktu luang, menanyakan bagaimana kabar kedua mertuanya setiap saat. Kyuhyun juga membantu ibu mertuanya, yang juga terpuruk setelah kepergian Yuri, untuk bangkit kembali. Kyuhyun bahkan telah mulai memeriksa rekening yang ditinggalkan Yuri untuknya. Isi rekening itu, Kyuhyun gunakan untuk membangun sebuah yayasan kanker. Seperti keinginan Yuri untuk membelikan buku kehidupan bagi mereka yang menderita penyakit serupa.
Dan dari setiap keinginan Yuri-lah, Kyuhyun semakin percaya jika Yuri memang selalu disisinya. Memastikan agar ia selalu bahagia. Dan Kyuhyun akhirnya kembali bertemu dan menemukan kebahagiaannya melalui keinginan Yuri. Dari surga, Yuri mengirimkan seorang bidadari lain yang cantik untuknya. Seseorang yang juga begitu perduli dengan para penderita kanker. Kyuhyun jatuh cinta pada ketulusan bidadari itu, namun cintanya tak akan pernah menyingkirkan Yuri dari hatinya. Baginya, Yuri tetaplah rumah. Tempat ia melepas lelah. Yuri akan tetap hidup dan berada dalam keluarga kecilnya kelak.
“Saat waktunya tiba, aku akan menemuimu. Cho Yuri.”
THE END