Kim Raya memandang sendu sebuah figura foto yang memasang wajah penuh senyum Jung Jaehyun. Perasaan Raya saat ini benar-benar tak bisa digambarkan, hatinya tak karuan. Dia tak menyangka jika Choi Siwon akan membawanya ke tempat ini, tempat dimana abu kremasi dari mendiang Jaehyun disemayamkan.
Pandangan mata Raya turun pada sebuah cawan emas tempat dupa sembahyang ditancapkan lengkap beserta abu bekas pembakaran dupa tersebut, kemudian tatapannya bergeser kebelakang cawan emas itu, pada sebuah guci sedang berukir bunga krisan, guci putih yang berisi abu raga milik Jung Jaehyun.
“Bukankah setelah melahirkan kondisi Jaehyun stabil, lalu apa ini?” tanya Raya lirih dengan suara pelan yang dipaksakan, Raya merasa kesulitan menemukan suaranya sendiri setelah menerima fakta wanita yang pernah membuat hidupnya sulit ternyata sudah tak ada didunia. Mata Raya mendadak kembali panas mengingat semua perjuangan Jaehyun saat mengandung seorang malaikat kecil yang masih terlelap dalam gendongan Siwon.
“Setelah melahirkan, dokter memang mengatakan kondisi Jaehyun stabil.” Siwon menarik nafasnya dalam, “Tapi sepertinya Jaehyun menyembunyikan sesuatu dariku”
Nafas Raya tercekat.
Setelahnya Raya mendengar suara tawa lirih Siwon, “Lebih tepatnya Jaehyun menyembunyikan banyak hal dariku” pelan Siwon diselimuti rasa sesal mendalam yang juga tak luput dari pendengaran Raya, “Ketika itu aku pun tak menaruh rasa curiga sama sekali. Aku mencerna semua yang dikatakan dokter dengan suka cita berlebihan karena merasa lapang setelah melihat putriku dan ibunya dalam kondisi selamat” Siwon menghembuskan nafasnya berat, “Disitulah letak kesalahanku.”
Mendengar penuturan Siwon membuat Raya memandang pria itu tak mengerti.
“Pasca melahirkan seharusnya Jaehyun tetap mendapatkan perawatan intensif dari dokter ahli, tapi Jaehyun bersikeras untuk segera kembali ke Seoul, dia sudah tidak betah tinggal lebih lama lagi di Jepang, dia selalu mengatakan jika dia sangat sehat dan tak ada masalah dengan tubuhnya.” Raya yang masih mendengarkan secara seksama penjelasan dari Siwon, merasa suara pria itu semakin berat seperti menahan sebuah kepedihan yang mendalam, dan untuk alasan yang Raya sendiri tak mengerti, dada Raya semakin sesak seolah dapat merasakan kepedihan itu.
“Delapan bulan setelah melahirkan kondisi Jaehyun memburuk, terjadi penggumpalan darah pada pembuluh darahnya yang menuju jantung hingga mengakibatkan Jaehyun mendapatkan serangan jantung pertamanya”
Secara refleks Raya menutup mulutnya dengan kedua tangan, Raya bagai kembali dihantam sebuah batu besar mendengar penuturan Siwon mengenai kondisi lanjutan Jaehyun, matanya kembali memanas, merasa syok dengan runtutan kabar yang dia dengar.
“Tapi kasih sayang Tuhan masih menyertai Jaehyun. Jaehyun mampu melewati masa kritisnya, kondisinya kembali stabil pasca koma selama lebih dari satu minggu” diakhir kalimatnya, Siwon menatap Raya tanpa ekspresi, tapi Raya yang mengenal Siwon sangat baik, mampu melihat kabut duka yang sangat dalam menyelimuti pria itu. Saat ini Raya benar-benar ingin meraih Siwon dalam dekapannya, memberikan ketenangan akibat sebuah duka yang kembali terbuka pada pria yang hingga detik ini masih sangat dia cintai, tapi Raya tak melakukan, karena dia sadar posisinya yang bukan siapa-siapa.
“Kondisi Jaehyun setelahnya tak lagi sama, Jaehyun harus menjalani hari-harinya di atas kursi roda. Tapi Jaehyun adalah sosok yang tangguh, dia orang yang sangat gigih dan tak mau menyerah pada kondisinya saat itu. Keberadaan Ray-Chan menjadi satu-satunya semangat yang dia miliki” tanpa sadar dengan airmata yang sudah mendesak keluar, Raya membelai kepala belakang Raya kecil yang masih bersandar terlelap pada pundak Siwon, mengikuti pria itu yang juga tengah membelai putrinya. Raya tak dapat memungkiri perasaan hangat yang terus mengisi relung hatinya setiap dia melakukan interaksi sederhana dengan malaikat munggil milik Jung Jaehyun ini.
“Jaehyun mengikuti semua pengobatan yang terbaik, aku melakukan semua hal yang dapat aku lakukan. Tapi kembali lagi, Tuhanlah yang menentukan hasil akhir dari semua usaha kami. Sudah merupakan sebuah mukjizat yang sangat besar ketika Jaehyun mampu melewati serangan pertamanya, tim dokter pun tak menyangka jika Jaehyun mampu selamat kala itu.”
“Jaehyun mampu melewati semuanya karena kegigihan yang dia miliki. Dia pernah berkata padaku ‘Oppa, kau tak perlu terlalu mencemaskan diriku, aku akan tetap kuat dan sehat hingga Ray-Chan mengenal siapa sosok wanita hebat sesungguhnya yang telah berkorban sangat besar untuk kehadirannya di dunia ini’ ” Siwon mengingat dengan jelas setiap kata yang dituturkan Jaehyun saat itu, lalu dengan emosi tertahan Siwon memandang Raya yang mulai berlinang airmata dengan pandangan penuh arti.
***
“Eomma, apakah Raya Eomma itu cantik?”
“Tentu saja, sayang. Raya Eomma adalah wanita yang cantik, sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Eomma”
Mata Raya kecil berbinar kagum membayangkan sosok wanita yang diceritakan oleh ibunya.
“rambutnya seperti Eomma atau sepertiku?”
“dia memiliki rambut panjang sepertimu, tapi warnanya berbeda, Raya Eomma memiliki rambut berwarna coklat yang sangat indah. Matanya persis sepertimu, bulat. Sebentar. Eomma punya fotonya”
Jaehyun menggeser badannya berusaha meraih agenda miliknya yang selalu berada di nakas samping tempat tidur. Membukanya kemudian mengambil selembar foto yang selalu berada disaku sampul agendanya.
“ini”
Mata bulat Raya kecil semakin membulat sempurna melihat sosok wanita dalam balutan gaun pengantin dalam foto yang dipegang oleh ibunya.
“Raya Eomma sangat cantik.” Tutur Raya kecil takjub, “Eomma, aku ingin menjadi cantik seperti Raya Eomma”
Senyum lebar menghiasi wajah Jaehyun mendengar apa yang dikatakan putri kecilnya, “kau juga cantik, Sayang. Setelah dewasa kau pasti akan menjadi sangat cantik seperti Raya Eomma”
“benarkah??” Tanya Raya kecil antusias.
“he’em. Sekarang kau bahkan sudah mulai mirip dengan Raya Eomma”
Senyum senang ikut terbit di wajah mungil Raya kecil mendengar ucapan ibunya, namun kemudian ekspresi wajahnya berubah bingung penuh tanya, “kenapa aku mirip Raya Eomma? Memangnya aku tidak mirip dengan Eomma?”
“Kau juga mirip dengan Eomma, bibirmu mirip dengan bibir milik Eomma. Tapi menurut Eomma, kau lebih mirip dengan Raya Eomma”
“kenapa aku lebih mirirp dengan Raya Eomma?”
Jaehyun memasang senyum tulusnya, “Karena Appa sangat mencintai Raya Eomma”
Raya kecil berkerut bingung tak mengerti maksud jawaban ibunya.
“apa Appa tidak mencintai Eomma?” tanyanya dengan suara ringan khas anak-anak.
“tentu saja Appa mencintai Eomma” Raut penasaran masih menghiasi wajah Raya kecil, “Appa juga sangat mencintaimu, Appa mencintai kita semua”
Senyum Raya kecil kembali terbit, kemudian dia menggangguk penuh semangat meng-iyakan ucapan lanjutan ibunya, Raya kecil ingat jika ayahnya sering mengatakannya sebelum dia pergi tidur sambil mengecup keningnya.
“lalu, apa Raya Eomma juga mencintaiku?”
Pertanyaan tak terduga Raya kecil menghilangkan senyum di wajah Jaehyun. Ada jeda cukup lama yang membuat Raya kecil mengerucutkan bibirnya karena dia tidak suka menunggu jawaban dari pertanyaannya.
Jaehyun kembali menemukan senyumnya, “Raya Eomma mencintaimu, dia pasti akan sangat mencintaimu, Sayang. Karena jika dia tidak mencintaimu, dia tak akan membiarkan Eomma untuk memilikimu”
***
“semenjak saat itu, jika biasanya seorang ibu membacakan sebuah dongeng untuk anak mereka, tapi tidak dengan Jaehyun, bukan dongeng yang dia ceritakan kepada Ray-Chan, tapi dirimu. Jaehyun selalu bercerita tentang siapa dirimu, bagaimana sosokmu, ketangguhanmu, kekuatanmu, kelembutanmu hingga besarnya ketulusanmu hingga mampu memberi kesempatan untuk Jaehyun memiliki Ray-Chan sebagai malaikat hidupnya”
Raya benar-benar sudah tak mampu menahan linangan airmatanya, dia tak sanggup menerima semuanya saat ini, ini terasa terlalu sulit, indah dan berlebihan dalam waktu bersamaan, membuat Raya kehilangan kontrol emosi dan tak mengerti apa yang dia rasakan.
“kupikir itulah yang menyebabkan Ray-Chan mengenalmu dengan baik, aku sendiri tak mengerti bagaimana prosesnya hingga anak ini menganggapmu sebagai ibunya juga”
“aku pernah meminta Jaehyun untuk menghentikan semuanya” Siwon berhenti sejenak, “karena menurutku ini tak akan berarti apapun” Raya tak mengerti maksud Siwon, tapi entah kenapa dia tiba-tiba merasa terluka karena seolah Siwon menolak dirinya saat ini, “aku tak ingin kembali melukaimu, aku tak ingin menambah beban dan rasa sakitmu, sudah cukup semua penderitaan dimasa lalu yang aku berikan padamu, aku tak ingin menambah deritamu karena jejak kesalahan masa lalu yang tak akan pernah hilang” lanjut Siwon pelan hingga hanya terdengar seperti gumaman yang justru menambah deras laju airmata Raya.
Siwon kembali menarik nafasnya dalam, mengatur emosinya yang bergejolak, “musim gugur tahun lalu Jaehyun menghembuskan nafas terakhirnya, Tuhan mengakhiri penderitaan Jaehyun setelah dia berjuang melawan penyakitnya selama lebih dari 4 tahun.”
Musim gugur tahun lalu, itu berarti sudah satu tahun lebih berlalu. Raya benar-benar tak sanggup lagi mendengar semua penuturan Siwon tentang apa yang sudah terjadi, tentang banyak hal yang ia lewatkan mengenai kehidupan pria masa lalunya ini.
Ternyata bukan hanya dirinya saja yang harus bertahan hidup melewati semua kesakitan seorang diri, Jaehyun bahkan harus kehilangan nyawanya untuk mempertahankan pengorbanan besar yang Raya lakukan. Selama ini Raya mengira bahwa hanya dialah yang paling menderita, bahwa Tuhan menghukumnya sendirian, tapi mendengar semua hal yang terjadi seketika membuat Raya menjadi orang yang sangat buruk, Raya sendiri tak tau mengapa.
“maaf”
Raya memandang Siwon melalui matanya yang basah, tak mengerti maksud permintaan maaf Siwon yang baru saja dilontarkan. “untuk?”
“membuatmu kembali menangis”
Jawaban Siwon justru membuat duka yang menyelimuti Raya semakin besar, Raya berusaha mati-matian menahan isakkannya, membuat dirinya sendiri terkungkung kesesakkan yang mengganggu.
“Aku ragu-“ Siwon terlihat menimbang-nimbang apa yang akan dia katakan, “tapi- akan lebih baik aku menyelesaikan semuanya sekarang” Raya yang tak mengerti maksud Siwon, kembali memandang pria itu penuh tanya.
Siwon membenarkan posisi Raya kecil yang masih terlelap bersandar dipundaknya. Setelah meyakinkan putrinya tak akan jatuh, Siwon melangkah kedepan, mendekati guci tempat abu Jung Jaehyun berada. Lalu dengan sedikit tenaga Siwon menekan kotak kayu di bawah guci tersebut yang ternyata adalah sebuah laci kecil. Siwon mengambil sesuatu dari sana.
“Jaehyun memintaku untuk menyerahkan ini kepadamu”
Sebuah surat.
Dengan tak yakin, Raya menerima lembaran surat terlipat itu dari tangan Siwon.
“bacalah” dorong Siwon kepada Raya yang masih memandangnya dengan mata basah tak mengerti. Kemudian Siwon berjalan menjauhi Raya, memberikan wanita itu waktu sendiri untuk membaca pesan terakhir yang sangat ingin Jaehyun sampaikan.
Seoul, 15 September 2013
Aku tau tak seharusnya aku melakukan ini, ku mohon maafkan aku Kim Raya-ssi.
Aku tak tau harus memulai semuanya dari mana, sejujurnya aku merasa malu dan tak pantas menulis semua ini untukmu, tapi dari semuanya yang aku inginkan hanya satu, yaitu pengampunanmu.
Sebelumnya, ku harap kau tak keberatan jika aku memanggilmu Eonnie, aku telah menganggap kau seperti kakakku sendiri, kau adalah sosok malaikat tanpa sayap, satu-satunya wanita paling tulus yang pernah aku kenal.
Ku mohon maafkan aku, Eonnie. Aku yakin kau pasti membenciku, sangat membenciku. Selama ini aku hidup dalam kungkungan rasa penyesalan yang teramat dalam karena telah melakukan dosa besar yang sulit terampuni karena telah menyakiti hati wanita sepertimu, aku tak akan pernah tenang bila kau belum menerima maafku. Sekali lagi ku mohon, maafkanlah aku, Eonnie, maafkan semua kesalahanku.
Selain maaf, aku ingin mengungkapkan rasa terima kasihku padamu. Eonnie, terimakasih, terimakasih banyak karena kau telah memberiku kesempatan untuk memiliki semua hal yang wanita impikan dalam hidupnya. Kau telah membiarkanku hidup dalam kebahagian di akhir sisa hidupku, kebahagian yang ku jalani di atas deritamu.
Siwon Oppa, Dia memperlakukanku dengan sangat baik, dia menjagaku dan memperlakukanku layaknya satu-satunya permaisuri yang dia cintai, dia selalu menjaga perasaanku dan membuatku bahagia. Tapi aku tau, dihatinya hanya ada satu nama yang tak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun, hanya ada satu wanita yang selalu menghuni pikirannya, itu adalah dirimu.
Di beberapa kesempatan aku sering melihatnya terdiam dan menghela nafas berat setelahnya. Dia memang selalu menatapku, tapi yang dia lihat bukan diriku, tapi bayangan dirimu. Hampir setiap malam aku melihatnya termenung sambil memandangi fotomu di ruang kerjanya, tak jarang aku menemukan dia tengah menangis tergugu tanpa suara. Saat itu aku benar-benar ingin merengkuhnya, tapi aku tau, yang dia butuhkan bukanlah diriku tapi dirimu.
Dia selalu mengatakan jika dia bahagia memilikiku dan putri kami, tapi aku sebenarnya paham jika itu adalah kalimat hiburan yang tengah dia dengungkan pada dirinya sendiri. Dia berusaha keras untuk bahagia saat bersamaku.
Aku tak tahan terus melihatnya seperti itu. Maafkan aku, Eonnie. Aku tak mampu meraihnya, dia membuatku bahagia tapi aku tak pernah mampu membahagiakannya, karena sesungguhnya bukan akulah sumber kebahagiaanya, kebahagiaannya hanya ada padamu.
Untuk itu, aku ingin mengembalikan sumber kebahagiaanku kepada pemilik sesungguhnya. Tak akan ada yang bisa mengubah takdir. Sejak awal, Siwon Oppa adalah milikmu dan akan tetap selalu menjadi milikmu. Dia adalah takdirmu. Walaupun tubuh dan raganya ada disampingku, tapi hati dan pikirannya tetap hanya milikmu.
Ku mohon Eonnie, kembalilah pada Siwon Oppa. Aku ingin melihatnya kembali bahagia bersamamu, bersama wanita yang dia cintai, bersama wanita yang aku yakin juga masih sangat mencintainya hingga detik ini, kembalilah padanya, kalian pantas untuk bahagia bersama selamanya.
Yang terakhir, jika kau tak keberatan, maukah kau juga menjaga sumber kebahagiaanku yang lain? Choi Raya, dia adalah malaikat kecil yang dulu kau ijinkan keberadaannya, kini dia sudah menjelma menjadi sosok anak-anak yang lincah dan menggemaskan. Dia adalah anak yang cerdas, dia tak akan banyak menyusahkanmu. Tolong jaga dia Eonnie, tolong jaga dia untukku. Tak ada orang lain yang aku mampu percaya selain dirimu.
Maaf atas semua kelancanganku, aku sengaja memberinya nama seperti namamu agar ada jejak dirimu dalam dirinya, agar kau terasa tetap ada diantara kami.
Eonnie, Kau harus tau, Ray-Chan, dia juga sangat mencintaimu. Ku mohon terima kehadirannya, terima semua kasih sayang dan rasa cinta yang dia limpahkan hanya untukmu. Ku mohon, cintai dia.
Terimakasih banyak, Eonnie. Terimakasih. Sekali lagi, maafkan aku.
Jung Jaehyun.
Hati Raya tak karuan, perasaanya sesak tak menentu, pikirannya kacau. Airmata semakin deras mengaliri wajah tanpa cela Kim Raya. Menggunakan tangannya, Raya menutup mulutnya rapat-rapat berusaha dengan kuat menyembunyikan isakkan yang semakin sulit ia tahan.
Merasa masih kesulitan menerima semua yang terjadi, perlahan Raya merasa mulai kehilangan kekuatannya untuk menahan bobot dirinya. Tanpa sadar Raya terjongkok sambil mendekap erat dengan satu tangan surat terakhir Jaehyun yang kini mulai basah karena terkena airmata. Tubuh Raya bergetar hebat, dan satu tangannya yang lain membekap erat mulutnya menahan isakkan yang terasa semakin menyakitkan seperti tikaman benda tajam tepat di ulu hatinya.
Raya tak tau apa yang harus dia lakukan, Raya tak mengerti. Kenapa semuanya berakhir seperti ini, kenapa semuanya menjadi sangat memilukan. Raya merasa tak mampu menanggungnya, ini terlalu sulit, ini terlalu berat, ini terlalu berlebihan.
Tujuan awalnya datang ke Seoul hanya untuk membantu sahabatnya yang membutuhkan tenaga professional, bukan untuk kembali berhubungan dengan masa lalu menyakitkan yang jelas-jelas Raya hindari. Ditambah dengan semua kenyataan pahit yang terjadi. Kenapa takdir seolah-olah selalu menjebak Kim Raya.
Saat ini Raya benar-benar tak dapat memikirkan apapun, surat terakhir Jung Jaehyun benar-benar mengguncangnya.
Saat ini yang dia inginkan hanya pergi, pergi dari kenyataan yang tak pernah ia duga.
Raya memandang sekeliling dengan cepat, ternyata dia tak menemukan sosok siapapun, Siwon pun tak ada disekitarnya. Dengan terburu dan masih berderai airmata, Raya memutuskan untuk keluar dari ruangan besar yang terasa sangat menyesakkan itu, Ia keluar melalui pintu ganda yang terbuka lebar.
“Kim Raya!”
Baru beberapa langkah di depan pintu Raya langsung menghentikan kakinya begitu mendengar suara berat Siwon memanggilnya. Dengan kaku Raya membalikkan tubuhnya, menatap dengan penuh airmata Choi Siwon yang mendekatinya dengan Raya kecil yang sudah tebangun dan berjalan dalam gandengannya.
“Eommaa~” Raya kecil berseru sambil berusaha berlari mendekati Raya. Namun Raya yang masih belum siap menerima semuanya secara refleks melangkah mundur dengan cepat, tanpa sadar menolak secara mengejutkan Raya kecil yang mencoba mendekatinya.
Raya kecil yang merasakan aura penolakan Kim Raya langsung menghentikan larinya, aura mendung langsung menyelimuti gadis cilik itu. Dan perubahan raut wajah Raya kecil sukses membuat Raya menatap nanar dan diselimuti perasaan bersalah yang tak jelas.
Siwon yang memahami keadaan langsung mendekati Raya kecil dan kembali membopongnya, memberikan rasa tenang pada putrinya yang tiba-tiba saja diselimuti kesedihan karena penolakan. Siwon sendiri sedang menyiapkan hati untuk menghadapi yang akan terjadi selanjutnya.
“Ini, apa kau sudah membacanya?” tanya Raya serak sambil mengontrol emosinya, dan dalam sudut hatinya, Raya sempat memaki dirinya sendiri yang tak mampu menahan airmata yang terus mengalir.
“Sudah” jawab Siwon mencoba tetap tenang.
“Kenapa kau tak langsung mencariku setelahnya?”
Siwon menarik nafasnya dalam, mencoba menemukan sisa harapannya, “Jaehyun memandang semuanya terlalu mudah, aku tak ingin kembali menyakitimu. Mencarimu lagi, dan kemudian memintamu kembali tanpa memikirkan bagaimana luka yang dulu pernah aku torehkan, itu adalah tindakan paling egois yang tak akan mampu aku lakukan”
“lalu kenapa sekarang kau memberikan surat ini padaku?!” isakkan Kim Raya pecah, dia berbicara dengan nada histeris yang sudah tak mampu dia tahan, melupakan fakta jika mereka sedang berbicara di tempat umum walaupun tak ada siapapun.
“Raya-“
“Eomma… hiks” Raya kecil ikut menangis, mendekap erat leher sang ayah kemudian menyembunyikan wajahnya pada bahu lebar ayahnya. Tak suka dan ikut merasa sedih melihat wanita yang dia anggap sebagai ibu menangis histeris dihadapannya.
Kim Raya yang mendengar isakkan Raya kecil seketika merasa bersalah. Menyesali ledakkan emosi yang tak mampu dia tahan, Raya sadar ini akan berdampak buruk pada Raya kecil.
“Maaf” lirih Raya pelan.
“Raya-“ Siwon tak mampu berkata apapun, dia juga serasa kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan ucapannya.
“Ini- Surat ini- Semuanya- Semuanya terasa membingungkan” Raya kepayahan merangkai kata-katanya sendiri. “aku-“
Drttt… drttt… drttt…
Ponsel Raya yang berada di dalam saku blazernya bergetar, menandakan sebuah panggilan masuk. Dengan segera dan tanpa berpikir Raya mengambilnya kemudian melihat sebuah nama yang tertera pada layar ponselnya.
Raya diam sesaat. Kemudian, sejenak tak menghiraukan panggilan yang terus bergetar ditangannya, Raya menatap dalam ke arah mata Choi Siwon.
“Maaf… maafkan aku” Raya berucap sambil menggeleng penuh kelirihan, kemudian dia berbalik melangkah cepat meninggalkan Choi Siwon yang hanya mampu berdiri mematung tanpa daya menatap punggungnya yang mulai menjauh.
“Eomma…. Eommaaaa~” raungan Choi Raya mengiringi langkah Kim Raya yang berlalu pergi sambil memeluk erat surat Jung Jaehyun serta telepon genggam dengan nama Lee Donghae masih tertera pada layarnya.
***
“Minumlah.”
“Bisa memberiku sesuatu yang lebih keras?”
Donghae tersenyum simpul mendengar permintan Raya, “Saat ini kau butuh pikiran yang jernih Ray, bukan mabuk.” Sarannya lembut sambil ikut mendudukan diri dilantai bersama wanita itu, Donghae juga ikut menyandarkan punggungnya pada kaki sofa yang lembut.
“Minumlah.” Bujuk Donghae kembali.
Raya meneguk secara perlahan orange juice yang diberikan Donghae, menikmati aliran dingin dan menyegarkan jus jeruk melalui tenggorokkannya yang ternyata baru dia sadari terasa sangat kering. Raya menengguknya habis hingga tak bersisa, dia tak menyangka jika dirinya sehaus ini.
“Aku punya sofa yang nyaman disini, kenapa kita harus duduk di lantai?”
“Aku merasa nyaman berada di lantai saat ini, hawa dinginnya menenangkan.” Jawaban lemah keluar dari mulut Raya sambil menarik lututnya hingga tertekuk, membuat gumpalan-gumpalan tissue kotor berjatuhan dari pangkuannya.
“Kau menghabiskan persediaan tissue ku. Sepertinya besok aku harus memanggil bibi Nam untuk mengatasi ini semua.” Donghae bermaksud membangun percakapan ringan dengan wanita yang duduk disebelahnya, tapi sepertinya Raya tak tertarik.
“Maaf.” Hanya gumaman pelan yang keluar dari mulut Raya, meminta maaf atas kekacauan yang dia timbulkan di apartment sahabatnya.
“Tak masalah, itulah gunanya teman.” Donghae tersenyum ringan.
Hening kembali menyelimuti keduanya. Beberapa jam lalu Donghae sempat kaget ketika Raya menjawab teleponnya sambil terisak, ditambah lagi dengan Raya yang kesulitan menjelaskan apa yang sedang terjadi. Donghae menjadi semakin khawatir ketika tau Raya sedang berada di kawasan budaya Dongdaemun. Untuk apa Raya di tempat itu, bukankah seharusnya Raya ada di Gangnam membantu sahabatnya. Tanpa buang waktu Donghae langsung menjemput Raya dan meminta Raya menunggu kedatangannya.
Hubungan Raya dengan Donghae saat ini bisa dikatakan cukup dekat. Raya tinggal bersama kakaknya, Kim Heechul, di Singapura. Donghae yang memang memiliki kerjasama bisnis dengan Heechul, jadi lebih sering datang kesana dan menjadi berteman baik dengan Raya.
Niat awal Donghae menghubungi Raya adalah untuk mengajak wanita itu makan malam bentuk jamuan sederhana sebelum Raya kembali ke Singapura besok. Namun Donghae mengurungkan niatnya, melihat kondisi Raya yang tampak berantakan membuat Donghae menyimpulkan telah terjadi sesuatu pada adik sahabatnya ini.
Tanpa bertanya apapun Donghae membawa Raya ke apartmentnya, membiarkan Raya terus menangis menumpahkan segala perasaan yang dia tahan. Hingga akhirnya Raya mulai mampu mengendalikan emosi, Donghae menjadi pendengar yang baik menyimak secara seksama apa yang membuat Raya menjadi sangat tidak stabil seperti ini.
Dari mulai pertemuan tak terduga dengan sang mantan suami di sekolah milik sahabatnya, kenyataan mengejutkan tentang wanita yang mengandung anak suaminya yang ternyata telah meninggal dunia dan menitipkan sebuah surat yang memporak-porandakan perasaan Raya, hingga kehadiran anak mereka yang memilik nama yang sama dengannya dan memanggilnya ibu. Donghae yang dulu juga merupakan pengacara yang membantu mengurus perceraian Kim Raya dengan mantan suaminya sangat paham dan mengerti hingga menyimpulkan semua hal itu pantas menjadi alasan kekacauan Kim Raya saat ini.
“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Donghae di selimuti kepedulian sepenuhnya.
“Buruk.”
Tanpa Raya menjelaskan pun Donghae dapat melihat kebenaran dari jawaban Raya. Wajah yang memerah, sembab dan basah oleh airmata, rambut yang keluar dari tatanannya, pandangan mata yang sendu dan cenderung kosong, Raya benar-benar terlihat kacau.
“Boleh aku bertanya satu hal?”
“Hem.” gumam Raya mengijinkan.
“Apa kau masih mencintainya?”
Sebuah pertanyaan yang kembali memancing airmata Kim Raya. Cinta, tentu saja Raya masih mencintainya, bahkan perasaan cintanya pada seorang Choi Siwon hingga detik ini justru semakin bertambah. Orang bodoh manapun mampu membaca tatapan memuja dan penuh harap yang selalu Raya layangkan pada pria itu.
Tapi sejak 6 tahun yang lalu, Raya menahan diri, dia menyerah pada takdir akan perasaanya. Dia merasa semesta tak akan pernah mendukungnya untuk dapat bersama pria itu. Dia mengubur perasaannya dalam-dalam, bahkan tak mengijinkan dirinya sendiri untuk kembali berharap.
Kedatangannya kembali ke Seoul pun tanpa membawa sebuah asa apapun, dia tak mengharapkan apapun. Tapi kini, kenyataan yang terjadi seolah kembali menjeratnya, takdir seperti tengah mempermainkannya. Surat dari Jaehyun yang kini berada rapih dalam tas miliknya, membuat Raya merasa seolah masuk dalam lingkaran garis kehidupan yang tak terduga.
Bayangan indah tentang kembali bersama Choi Siwon, menerima Choi Raya -yang tanpa Raya sadari sudah membuatnya jatuh hati- sebagai putrinya, tanpa halangan apapun, tanpa tembok besar yang biasanya selalu menghadang, ini terasa begitu mudah dan justru menjadi menakutkan bagi Kim Raya. Raya takut jika ini adalah jebakan takdir yang akan menghancurkannya kembali menjadi semakin tak bersisa.
“Jelas-jelas kau masih sangat mencintainya.” kesimpulan Donghae yang tiba-tiba membuat Raya menunduk semakin dalam, Raya sendiri tak mampu mengelak terhadap perasaan terdalamnya, “Jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak berguna, cobalah dengarkan bisikan hatimu.”
Bisikkan hati? Saat ini hatinya bahkan sedang berteriak, hatinya ikut meraung lara akan semua hal yang telah terjadi. Tapi Raya memang tak dapat memungkiri, ada dorongan yang sangat kuat yang membuatnya ingin kembali, Raya begitu ingin kembali, dia ingin kembali bersama pria yang masih amat sangat dia cintai. Tapi, apakah dia mampu? apakah dia bisa?
Raya ragu, Raya takut. Raya takut akan perasaan sakit yang akan datang kembali dan membawanya pada kehancuran tak bersisa. Hidup bagai zombie selama beberapa tahun kebelakang karena kesakitan yang dia alami membuat Raya tak ingin kembali merasakan kehancuran itu. Dia… takut! Dia takut untuk kembali.
“Mau ku antar?” tawaran Donghae yang tiba-tiba membuat Raya langsung menatapnya dengan pandangan buram berselimut airmata.
“Kemana?”
“Memangnya ada tempat lain yang ingin kau tuju selain dirinya?”
Airmata Raya yang sempat terhenti kembali berderai, “Haruskah?” tanyanya tak yakin.
“Apa yang membuatmu ragu?”
“Aku takut” lirih Raya menjawab pertanyaan Donghae.
Donghae mengerti sepenuhnya kini, “Jawab dengan jujur, apa kau masih mencintainya?”
Raya mengangguk dengan yakin sebagai bentuk jawaban.
“Kau menyayangi anaknya?” Raya mengangguk kembali dengan airmata semakin deras.
“Kau ingin kembali bersamanya?”
“Ya- Ya- Ya… Aku ingin Donghae-ya, aku ingin kembali bersamanya.” isakkan keras mengiringi Raya mengungkapkan perasaan terdalamnya.
***
“Kau yakin ini tempatnya?”
Raya tak menjawab, dia justru balik menatap Donghae dengan tatapan bingung penuh keraguan.
“Kita sudah ada disini, kau tak bisa mundur Raya, ini kesempatanmu.” Donghae mendorong Raya penuh semangat, memberi keyakinan pada wanita itu untuk kembali meraih kebahagiaannya, “Tapi, apa kau yakin dia masih tinggal di apartment ini?”
“Ini dulu apartment kami.”
“Begitukah? Kalau begitu aku justru semakin tak yakin dia masih tinggal disini. Adakah tempat tinggal lain yang kau tau alamatnya?”
“Tempat tinggal orang tuanya, tapi aku juga tak yakin dia akan ada disana.”
“Baiklah, ayo kita naik dan cari tau.”
“Tidak.” Penolakkan tiba-tiba Raya membuat Donghae bingung. “Kau pergilah. Aku akan memeriksanya sendiri”
“Kau yakin?”
Raya mengangguk menjawab pertanyaan Donghae.
Sejenak Donghae menatap Raya ragu. Tapi, bukankah Raya memang harus menyelesaikan ini sendiri, dia tak berhak terlibat. “Baiklah, hubungi aku jika terjadi sesuatu.” Donghae mengubah pikirannya, “Tidak. Hubungi aku apapun yang terjadi”
Raya menarik nafasnya dalam, menyimpan perasaan gugup yang tiba-tiba menyita seluruh indra tubuhnya, “Oke.” Jawabnya mantap.
Sebelum membuka pintu mobil, Raya kembali menatap sahabatnya, “Terima kasih banyak Donghae-ya” ucap Raya tulus yang dibalas oleh senyum hangat milik Donghae.
“Berbahagialah. Kau pantas bahagia.”
***
Raya melangkah gugup. Saat ini dia sudah berada di lantai 18 gedung apartment yang dulu merupakan tempat kediamannya ketika masih bersama Choi Siwon. Tempat ini tak banyak berubah, hanya lukisan-lukisan dinding yang menghiasi lorong apartement yang berwarna semakin coklat menandakan waktu 6 tahun yang sudah cukup lama berlalu.
Setelah beberapa langkah, Raya berdiri di depan sebuah pintu Ek besar berwarna putih dengan nomor 1803 menghiasi tengah pintu tersebut. Sambil mencoba menormalkan nafasnya yang memburu dan hentakan jantungnya yang berdetak tak karuan, Raya merapikan penampilannya setelah melihat melalui besi stainless yang menempel memanjang pada sudut pintu pantulan dirinya yang cukup berantakan.
Kini Raya merasa kakinya menjadi kaku seperti dipaku pada lantai yang dia pijak, dia mulai mendapat serangan paniknya. Haruskah dia melakukan ini? Haruskan dia kembali?
Raya sepenuhnya diselimuti perasaan khawatir hingga dia tak sempat memikirkan reaksi macam apa yang akan ditunjukkan Siwon jika melihatnya ada didepan pintu apartment mereka dulu.
Dengan ragu Raya mengangkat tangannya sedikit keatas, berusaha meraih bel pintu yang tepat berada dihadapannya. Masih sepenuhnya diselimuti keraguan, Raya berkali-kali menarik tangannya kembali, merasa tak yakin dengan semua yang akan dia lakukan.
Namun dia ingat perkataan Donghae, ini adalah kesempatannya dan bisa jadi ini adalah kesempatan terakhirnya, dia harus menemukan kebahagiaanya kembali tanpa perlu dibayangi oleh rasa ketakutan terhadap apapun.
Dengan keyakinan penuh yang mati-matian Raya kumpulkan, dia menekan tombol besar yang ada dihadapannya.
Biiippp…
Gema suara ringan bell pintu membuat Raya semakin gugup. Raya menunggu sejenak, belum ada sahutan apapun dari dalam sana, membutuhkan keyakinan Raya menekannya kembali.
Biiippp…
Hening. Lagi-lagi belum ada sahutan. Apakah Siwon sudah tak tinggal disini? Raya bertanya pada dirinya sendiri.
Mencoba peruntungannya, sekali lagi Raya menekan tombol itu.
Biiippp…
“Ya?”
Seorang wanita. Suara seorang wanita terdengar dari speaker yang ada di bawah tombol tersebut.
“Siapa disana?”
Lagi. Suara lembut seorang wanita terdengar melalui speaker itu, dan entah kenapa seketika hati Raya mencelos, kegugupan hebat menyelimutinya. Raya menundukkan wajahnya dengan panik menghindari kamera pintu yang berada di depan wajahnya.
“Ma-ma-maaf… sepertinya aku salah alamat.” ucap Raya gugup, dan saat ini Raya benar-benar ingin kembali menangis.
“Tunggu! Tunggu sebentar!”
Ceklekk… pintu terbuka dengan tiba-tiba.
“Raya Eonnie?!”
Panggilan tiba-tiba itu membuat Raya menghentikan langkahnya yang semula siap-siap berbalik pergi. Raya mengangkat kepalanya cepat, menelisik lebih jelas siapa orang yang mengenalinya. Dilihatnya seorang wanita muda dan cantik berdiri dihadapannya memakai pakaian santai rumahan.
“Eonnie! benarkah kau Raya Eonnie? Ya Tuhaannn” detik berikutnya tubuh Raya kembali mendadak kaku ketika wanita itu tiba-tiba saja menariknya kencang dan memeluknya dengan erat.
Raya tak mengerti apa yang terjadi, “Kau?” suara Raya tercekat bingung.
Wanita muda itu menjauhkan pelukkannya namun tak melepaskan lingkaran tangannya dari tubuh Raya, “Aku? Aku Jiwon! Apakah kau tak mengenaliku?”
“Jiwon? Choi Jiwon!” Raya bertanya tak yakin.
“Iya, aku Choi Jiwon. Memangnya ada Jiwon lain yang Eonnie kenal.” Senyum sangat lebar menghiasi wajah Jiwon, Raya sendiri tak menyangka jika dia akan bertemu dengan adik perempuan Choi Siwon.
“Aku benar-benar tak mengira jika Eonnie ada di Seoul, aku pikir Ray-Chan hanya bermimpi ketika dia bercerita jika dia bertemu denganmu dan bilang kalau kau pergi meninggalkannya. Aku kira dia hanya terlalu merindukanmu makanya dia tak berhenti menangis sambil memanggil namamu seharian ini”
Raya tersentak, “Ray-Chan.” Choi Raya.
“Hem.” Jiwon mengiyakan, “Dia terus memanggilmu sambil menangis.”
Hati Raya kembali tak karuan, dia merasa kekhawatiran yang amat sangat mengingat sosok malaikat kecil yang tak henti memanggilnya ibu dan bayangan mengenainya yang terus menangis entah kenapa terasa amat sangat melukai Raya.
“Boleh aku menemuinya?” tanya Raya lirih.
“Tentu saja, ayo ikut aku.” Jiwon menarik penuh semangat genggaman tangan Raya, merasa begitu bahagia melihat mantan kakak iparnya. Diam-diam Jiwon berdoa dalam hati semoga kehadiran Raya merupakan suatu pertanda baik dan jawaban dari harapan ayah dan ibunya untuk dapat melihat kakak dan mantan kakak iparnya ini kembali bersatu.
“Apakah kau tinggal disini Jiwon-ah?” berusah mengusir rasa gugup, cemas, canggung dan bingungnya, Raya mengutarakan pertanyaan pertama yang terlintas dikepalanya.
“Tidak. Siwon Oppa menghubungiku dan memintaku datang karena Ray-Chan demam”
“Ray-Chan demam?” Raya kaget. Ya Tuhan, anak itu demam. Dan Raya mengerti ini pasti karena dirinya. Mata Raya kembali memanas karena perasaan bersalah, lagi-lagi dia ingin menangis. Hari ini Raya banyak sekali menangis.
“Sekarang sudah tidak.” jawab Jiwon dengan senyum lebar menenangkan, sekaligus merasa senang melihat kepanikan dan rasa khawatir di wajah Raya. “Ketika aku datang siang tadi badannya memang panas. Dia langsung memelukku dan tak berhenti menangis sambil menyebut namamu, dia bercerita jika dia bertemu denganmu. Aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Oppa, tapi dia justru langsung pergi dan mengunci diri diruang kerjanya, membuatku bingung saja.” Gerutu Jiwon sebal masih sambil menarik Raya memasuki ruangan lebih jauh.
Sama sekali tak ada yang berubah dari apartment ini. Semuanya masih sama persis seperti ketika Raya meninggalkannya enam tahun lalu. Lukisan favoritenya pun masih menempel didinding yang sama. Hanya bertambah sederet foto-foto anak kecil -yang seperti foto tumbuh kembang Raya kecil- di atas meja hias.
“Setelah berhenti menangis dan minum obat, Ray-Chan tertidur. Masuklah, Eonnie”
Mereka sudah berdiri di depan pintu satu-satunya ruangan tidur yang ada di apartment ini. Keraguan menghiasi wajah Raya. Seingat Raya memang hanya ada satu kamar tidur di apartment ini, dan itu berarti ini juga kamar Choi Siwon.
“Tak apa, Oppa tak ada didalam, masuklah.” Dorong Jiwon lembut, “Berhubung Eonnie sudah ada disini aku akan pulang sekarang.” Wajah Raya terkejut, Ia tak siap ditinggal sendirian. “Aku punya banyak pekerjaan yang harus aku urus. Tak apakan jika aku menitipkan Ray-Chan pada Eonnie?” Raya mengangguk ragu, “Kalau begitu aku berharap kita bisa segera bertemu lagi dan berbicang lebih lama, sampai jumpa lagi Eonnie, bye” ada sebuah doa dan harapan dalam tiap kalimat Jiwon.
Jiwon meninggalkan Raya didepan pintu kamar yang terbuka. Sambil berlalu wajahnya berhias senyum lebar yang sangat indah. Berharap jika ini adalah awal kembalinya dua orang yang sangat dia sayangi. Dengan senyum yang masih merekah, Jiwon mengetikkan sebuah pesan pada ponselnya.
‘to: Mr.Bossy’
‘Aku pulang, Oppa. Ray-Chan sudah tidur, temanilah dia di kamar. Jangan terlalu banyak memandangi foto Raya Eonnie, berbicara langsunglah dengannya.’
***
Dengan ragu Raya melangkahkan kakinya lebih dalam. Kamar ini pun tak banyak berubah, hanya ada tambahan beberapa ornament dan boneka khas anak perempuan, ini menjelaskan jika Raya kecil memang tidur bersama Siwon.
Raya mengalihkan pandangannya pada satu-satunya tempat tidur besar yang ada di ruangan itu. Di atasnya berada tubuh seorang anak kecil yang sedang terlelap. Masih berselimut keraguan, Raya memupus jarak yang ada.
Seketika hati Kim Raya terasa kembali seperti jatuh kedasar perutnya, perasaannya lagi-lagi merasa sesak melihat seorang malaikat kecil yang telah mencuri hatinya berbaring dengan wajah pucat tanpa daya di atas tempat tidur. Nafas Raya kecil yang terdengar berat putus-putus terasa sangat mengganggu bagi Raya.
Airmata kembali mendesak sudut mata Kim Raya. Kini dengan perasaan yakin Raya mendudukan dirinya di atas tempat tidur. Mata Raya menatap lekat wajah malaikat kecil itu, dikepalanya terngiang-ngiang potongan surat dari Jung Jaehyun.
‘Choi Raya, dia adalah malaikat kecil yang dulu kau ijinkan keberadaannya, kini dia sudah menjelma menjadi sosok anak-anak yang lincah dan menggemaskan. Dia juga sangat mencintaimu. Ku mohon terima kehadirannya, terima semua kasih sayang dan rasa cinta yang dia limpahkan hanya untukmu. Ku mohon, cintai dia.’
Tanpa bisa ditahan, airmata kembali mengalir turun dari kedua mata bulat Raya. “Jaehyun-ah, kau benar-benar telah melahirkan seorang malaikat.” Raya menahan isakkan lirihnya, “Aku mencintainya Jaehyun-ah. Dia membuatku mencintainya. Jika dia adalah malaikat kecilmu, maka bagiku dia adalah seorang peri, seorang peri kecil pembawa kebahagiaan. Terimakasih, terimakasih karena telah berjuang untuk tetap melahirkannya, terimakasih.” Raya kembali tenggelam dalam tangisnya, tanpa Raya sadari monolog yang baru saja Ia lakukan melepas segala macam bentuk keraguan dan rasa takut yang sejak tadi membelenggunya. Seketika Raya merasa lapang, dia merasa ada ditempat yang tepat saat ini.
“Eomma?” suara kecil bernada lelah membuat Raya menarik tangannya yang tadi ia pakai untuk menutupi wajahnya yang menangis. Dengan pandangan berselimut airmata, Raya menatap haru gadis kecil yang juga memandangnya dengan mata bulat penuh.
“iya Sayang, ini Eomma.” Raya membelai lembut wajah peri kecilnya, merasa sangat bahagia dengan keputusan tepat yang dia ambil.
Raya kecil yang memang merindukan kehadiran sosok ibunya, langsung bersegera bangkit kemudian memeluk erat leher Raya dan melupakan rasa sakit pada sekujur tubuhnya.
“Eomma…. Eommaa~ Eommaaaa~” Raya kecil menangis meraung dalam lekukan leher Raya, mencurahkan perasaan rindu, khawatir, sedih dan cemasnya pada sosok ibu yang tadi dia pikir telah meninggalkannya.
“Eomma di sini, Eomma di sini Sayang” Raya ikut menangis haru sambil balas memeluk tubuh Raya kecil dan membelai punggungnya penuh sayang. Menyalurkan rasa hangat nyaman dan penuh perlindungan pada peri kecilnya.
“Eomma jangan pergi hiks hiks- Eomma jangan- pergi, aku- janji aku tak akan nakal” Raya kecil meraung dalam tangis hingga beberapa kali tersedak oleh isakkannya sendiri. “mian- mian… mianhae Eomma”
“suuttt…. Eomma disini Sayang, Eomma tak akan pergi” Raya berusaha mengontrol tangisnya sendiri yang semakin pecah.
“bogoshipo Eomma, jeongmal bogoshipoyo”
Brakk…
“Ray-Chan!”
Siwon masuk dengan panik ke dalam kamar tidurnya setelah dari luar tadi dia mendengar isakkan keras milik putrinya. Namun langkah kaki Siwon terhenti ketika melihat siapa yang tengah memeluk dengan erat putri kecilnya sambil ikut menangis.
“Raya.” bisikkan pelan lolos tanpa sadar dari mulut Siwon.
Raya yang pandangan basahnya bertemu dengan tatapan terkejut milik Siwon, merubah ekspresinya menjadi penuh harap.
“Oppa,” Raya mencoba mengeluarkan suaranya yang tercekat di sudut tenggorokkan, “bolehkah… bolehkah aku tinggal?” pinta Raya dengan terisak masih sambil memeluk erat tubuh mungil Raya kecil, “bolehkah aku menjadi ibunya?”
Siwon seperti kehilangan akal sehatnya untuk beberapa saat. Melihat kehadiran wanita yang masih sangat dia cintai sambil memeluk erat putrinya sambil menangis kemudian mendengar permohonannya membuat Siwon…. Hey Siwon! Apa yang kau pikirkan?!
Mata Siwon ikut memanas, perasaan haru dan penuh kebahagiaan langsung melingkupinya. Siwon merasa tak perlu menjawab apapun, dengan segera dia melangkahkan kaki dan ikut naik ke atas tempat tidur. Merangkulkan lengannya disekeliling tubuh Raya dan Ray-Chan yang saling terkait, memeluk dengan erat dua orang yang paling dia cintai di dunia ini.
“Terimakasih… Terimakasih… Ya Tuhan, terimakasih…” ucapan penuh syukur dengan isakkan tertahan Choi Siwon menjadi penghantar kebahagiaan bagi mereka.
Tak ada kata yang tepat untuk mengambarkan besarnya kebahagiaan dari ketiganya. Raya kecil merasa sangat bahagia karena ternyata ibunya -Jung Jaehyun- tak pernah berbohong, jika Ray-Chan bisa menjadi anak yang patuh dan tidak nakal, akan datang seorang ibunya yang lain yang akan menyayangi Ia seperti ibunya dulu, Ray-Chan bahagia sangat bahagia.
Sedangkan kedua manusia dewasa yang masih memeluknya erat sambil menangis haru merasa sangat bahagia karena mereka telah menemukan kembali kepingan jiwa yang sempat membuat hidup mereka terasa kosong tak bermakna.
“Terimakasih Raya, terimakasih karena telah kembali… aku mencintaimu” ucapan cinta serta kecupan dalam pada puncak kepala Kim Raya dari Choi Siwon menjadi pengiring syahdu pelengkap kebahagiaan Kim Raya.
–
–
–
–
*The End*
–
Huaaaa akhirnyaaaa XD ada juga cerita saya yang bener-bener tamat /sujud syukur/tabur bunga/tebar konfeti/
Hahaha XD kalian ga tau seberapa senengnya saya karena berhasil menamatkan sebuah cerita :P walaupun saya ngerasa gagal sama endingnya, tapi saya cukup senang :D
Terima kasih untuk semuanya yang udah ngikutin kisah ini dari awal sampe akhir :* Kalo part ini berhasil bikin kalian nangis berarti saya berhasil, kalo nggak, ya berarti saya gagal :(
Aku mau ulas sedikit tentang FF ini, Ide penyakit yang diderita Jaehyun aku dapet pas baca portal infotaiment tentang kehamilannya Ashanty, dia juga mengalami pengentalan darah semasa kehamilan. /jadi ketauankan suka baca gossip/ :P dan karena aku juga pernah ‘berteman’ dengan Hiperkoagulasi ini, jadi penasaran gimana dampaknya hiperkoagulasi yang terjadi pada ibu hamil, makanya aku cari-cari artikel lainnya.
Sedikit informasi, jadi, pas tubuh terluka, darah berhenti mengalir dengan mengental membentuk gumpalan darah. Kandungan di dalam darah akan bekerjasama membentuk gumpalan (kalo diluka luar biasanya membeku gitu). Proses pembentukan inilah yang dinamakan koagulasi. Tendensi penggumpalan darah yang terlalu banyaklah yang disebut sebagai Hiperkoagulasi. Bila terjadi Hiperkoagulasi pada pembuluh darah, risiko yang ditimbulkan bisa bahaya. Gumpalan yang menghalangi kelancaran pembuluh darah di otak bisa menyebabkan stroke dan serangan jantung jika terjadi di jantung. Pada ibu hamil, darah yang menggumpal di dalam pembuluh darah, menyebabkan asupan darah tidak sampai ke janin, sehingga dapat mengakibatkan janin tidak berkembang, atau bahkan keguguran. Untuk penanganan dalam kasus tertentu, dokter bisa hanya memberikan pengencer darah bagi si penderita. Sedang dalam kasus Hiperkoagulasi yang berat, penderita Hiperkoagulasi mungkin harus mengonsumsi obat-obatan setiap hari selama seumur hidup. Informasi tentang ibu hamil dengan hiperkoagulasi ini aku dapet dari, http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=sidebar&cat=heart-to-heart&id=295 kisah Jaehyun juga aku sadur dari kisah yang ada dilaman ini, semoga gak menimbulkan kesalahpahaman. Tapi untuk penyakit Jaehyun setelah melahirkan, itu sebenernya ga ada hubungan sama sekali sama hiperkoagulasi, akunya aja yang ngarang-ngarang hehehe ._.v
untuk yang pengen baca kisah lain dari pasangan Choi Siwon dan Kim Raya, bisa langsung mampir ke blog pribadi aku di https://theuntouchedpart.wordpress.com/ :)
main-main ke sana ya... dan jangan lupa tinggalin jejak ;) sampe ketemu lagi dicerita selanjutnya :*