Tuk.Tuk. Suara ketukan misterius mengusik ketenangan tidur Jiyeon. Semakin berusaha menutupi telingannya dengan tumpukan bantal dan selimut, semakin kuat pula suara itu menuntutnya bangun.
“Aishhh..”Dengan malas Jiyeon bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan sambil meraba langkahnya yang gelap menuju saklar lampu. Setelah berhasil menyentuh saklar lampu, tangan mungilnya menekan saklar itu. Dalam sekejap ruangan berlatar biru muda tampak bersama gadis berpiyama mini mouse dengan mata sembabnya.
Masih dalam keadaan setengah sadar Jiyeon beralih pada jendela kamarnya dan melangkahkan kakinya ke sumber suara ketukan yang berasal dari sana,“Ada apa?”tanya Jiyeon seperti tahu siapa pencipta suara misterius yang sangat menggangu itu,”Aku mengantuk.”lanjutnya lagi sambil menguap.
“Aku tidak bisa tidur—”terdengar suara datar yang begitu memaksa dari luar sana,”—temani aku!
Mendengar suara yang berasal dari balkon kamarnya itu membuat Jiyeon mendengus malas, lalu ditariknya tali yang menggantung di pinggir horden. Secara otomatis horden yang menutupi jendela kamar pun terbuka sempurna.
Kini tepat di hadapan Jiyeon, tampak sosok Jongin yang tersenyum garing, dengan jendela kamar sebagai pembatasnya. Jiyeon yang memang sudah menduga sumber suara mistrerius itu adalah Jongin, kini hanya menatap malas pemuda berkaos putih dan celana abu-abu itu.
Jongin yang berdiri di balkon kamar Jiyeon berdehem, mengisyaratkan Jiyeon untuk segera membuka jendela kamarnya.
Balkon kamar Jongin dan Jiyeon yang berhadapan dengan jarak yang begitu sempit membuat Jongin dengan mudah melewatinya. Itu sebabnya kalau Jongin merasa bosan dan ingin menggangu Jiyeon, dia hanya tinggal memanjat sedikit dan sampai di balkon kamar gadis itu.
Kini Jongin sudah berada di dalam kamar Jiyeon, pemuda itu duduk bersila sambil menyandarkan punggunya di sisi tembok bersama Jiyeon yang duduk tanpa gairah di sebelahnya.
“Kenapa kau tidak bisa tidur Kkamjong?”tanya Jiyeon memulai pembicaraan sambil menepuk kasar kepala Jongin.
Jongin melirik Jiyeon sambil mengelus kepalanya yang sebenarnya tidak sakit,”Molla.“singkatnya lalu menerawang ke langit kamar Jiyeon.
“Menggangu saja.”Keluh Jiyeon kesal, karena berkat Jongin dia gagal bermimpi indah tentang Sehun yang kini begitu indah di matanya.
“Jadi aku menggangu? Yasudah, sana lanjutkan tidurmu!”Sinis Jongin.
“Sentitif,”Ejek Jiyeon, namun sedetik kemudian mata gadis itu berbinar sempurna memandang ke arah Jongin,”Kkamjong, besok kau ada latihan basket tidak?”
Jongin membalas pandangan Jiyeon keheranan. Tumben gadis ini menanyakan tentang latihan, pikirnya.”Tidak ada. Kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang latihan basket?”
“Aniyaaa, hanya ingin menonton saja.”Jawab Jiyeon santai sambil membayangkan sesuatu.
“Tumben. Atau jangan-jangan kau mulai tertular virus-Sehun-Sunbae dari Jieun dan Eunji?” Tebak Jongin asal,”Sehun Oppaaa…Sehun Oppaa…”lanjutnya dengan suara lebut yang dibuat-buat dengan tidak lupa menirukan sedikit gaya centil para Sehun loveres yang selalu mewarnai latihannya.
Jiyeon tertawa lepas melihat aksi konyol Jongin, hingga tanpa kontrol dia memukul-mukul bahu Jongin.
“Kau mau membangunkan semua orang dirumahmu.”Perotes Jongin yang kini sudah menghentikan aksi konyolnya, sambil melirik aneh pada Jiyeon yang masih betah tertawa.
“Mungkin saja, tapi kurasa tidak.”Jiyeon berkata di sela-sela mengontrol tawanya yang mulai terhenti.
“Hah?”Jongin yang tidak mengerti maksud dari kata-kata Jiyeon, kini semangkin memandang aneh pada Jiyeon.
“Gomawo Jonginaaaaa.”Jiyeon mengelitiki dagu Jongin lalu memberikan senyuman manis padanya.
Jongin menyingkirkan tangan Jiyeon dari dagunya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dan karena itu mata Jiyeon menangkap keanehan dari telapak tangan Jongin yang terlihat memar, berwarna biru pucat.
“Apa yang terjadi dengan telapak tanganmu?”tanya Jiyeon sepontan sambil meraih salah satu tanggan Jongin dan memandangnya khawatir.
Jongin kembali mengingat saat ia dengan reflek menahan bola—tendangan dari Chunji—kemarin, yang hampir saja membentur kepala seorang kakak kelas perempuan yang dia tidak tau siapa namanya.
“Tidak apa-apa, itu hanya lecet saat men-dribble bola kemarin.”Jawab Jongin asal, karena jujur saja dia malas untuk menceritakan hal-hal yang menurutnya tidak penting. Dan sudah pasti apapun jawabannya pasti Jiyeon akan percaya. Bahkan kalau Jongin punya imajinasi yang tinggi dengan menjawab bahwa tangannya memar karena digigit alien, mukin Jiyeon pun akan tetap percaya. Begitulah Jiyeon, orang yang terlalu malas untuk meneliti sekitarnya.
“Belum kau obati? Pabo.”duga Jiyeon lalu melepas tangan Jongin dan berdiri.
“Mau kemana?”Tanya Jongin yang kini menahan tangan Jiyeon dalam gengamannya.
“Mengobatimu.”Mendengar itu dari mulut Jiyeon, Jongin merenggangkan gengamannya. Lalu Jiyeon berjalan ke meja belajarnya untuk mencari kotak obat yang tersimpan di sana.
Setelah menemukan kotak obat itu, dia kembali mendekati Jongin dan duduk dihadapan laki-laki yang kini memperhatikannya itu. Dengan telaten Jiyeon mengoles kedua telapak tanggan Jongin dengan salep satu-persatu, kemudian tidak lupa dia menempelkan satu plester bergambar taddy bear di bagian lecet yang terparah. Jongin terus saja memperhatikan perlakuan Jiyeon terhadapnya, seakan tidak ada yang lebih indah dari gadis dihadapannya ini.
“Jangan lepas plesternya sebelum aku suruh!”Jiyeon memberi peringatan sambil tersenyum pada Jongin.
Jongin hanya menikmati senyuman itu sambil berusaha mengontrol detak jantungnya agar tetap normal.
“Yaaa, Kkamjong apa yang sedang kau pikirkan?”Jiyeon menepuk kepala Jongin karena sadar terus diperhatikan oleh laki-laki itu.
“Sakit, tanganku semakin saki tahu.”Ungkap Jongin mengalihkan pembicaraan. Sepertinya Jongin sudah sangat pintar dalam menutupi perasaannya, sampai lupa bagaimana caranya bersikap gugup.
“Bohong.”Tatap Jiyeon sinis.
“Apa untungnya sih, aku berbohong?”Tanya Jongin berusaha meyakinkan Jiyeon.
“Kemarikan tanganmu!”Suruh Jiyeon kasar.
Jongin mengulurkan kedua tangannya dihadapan Jiyeon, lalu Jiyeon meraih tangan Jongin dan menempelkan kedua telapak tangan itu masing-masing dikedua pipinya.
“Dulu saat telapak tanganku tidak sengaja lecet dan masih terasa perih juga panas, ibu menempelkan telapak tanganku dipipinya. Saat itu terasa lebih baik, semoga saja ini juga bisa membantumu.”Jelas Jiyeon, dan tanpa disadari mereka berdua—Jongin dan Jiyeon— saling bertatapan.
***
Krystal memadangi wajah cantiknya di depan cermin, dia perhatikan setiap detail wajahnya, memastikan kalau semuanya sempurna, sambil berkali-kali menggoyangkan kedua tangan untuk mengeringkannya dari air di wastafel. Setelah dirasanya cukup, gadis itu keluar dari toilet.
Kini Krystal berjalan diantara koridor untuk kembali menuju ke kelasnya, namun sebuah suara membuatnya menoleh ke belakang.
“Krystal Sunbae.”
Krystal menoleh ke belakang, dan mendapati seorang laki-laki berseragam olahraga sekolahnya tersenyum sangat riang padanya. Krystal hanya membalasnya dengan senyuman. Rupanya seorang fans, batinnya karena tidak mengetahui siapa nama orang itu. Lalu Krystal kembali melanjutkan jalannya.
“Yaa, Kyungsoo jangan melamun saja! Dorong keranjang bola bisbol itu!”Suruh Jongin yang kini keluar dari sebuah ruangan penyimpanan disamping Kyungsoo, dengan mengangkat kotak yang dipenuhi bat—tongkat pemukul dalam permainan bisbol.
“Sabarlah sedikit Mr. Jongin!”Kesal Kyungsoo yang sudah sadar dari lamunannya, lalu mendorong keranjang di hadapannya. Dan disusul oleh Jongin yang kini berjalan mendahuluinya dengan acuh.
Krystal menghentikan langkahnya saat mendengar nama Jongin disebut, Jongin? Kim-jong-in? ragunya dan kembali menoleh kebelakang.
Melihat Jongin, tanpa sadar mata Krystal berbinar seperti seseorang yang melihat genangan air di padang pasir yang amat panas. Gadis itu merapikan rambutnya yang terurai, lalu sedikit mengibaskannya dan berjalan mendekati Jongin.
“Bagaimana dengan tangamu?”Tanya Krystal lembut menahan langkah Jongin –kini mereka berhadapan.
Jongin terlihat berpikir.
”Krystal Sunbae.”kejut Kyungsoo yang tiba-tiba sudah menyusul di samping Jongin dengan penuh semangat, tentu sikap itu menimbulkan lirikan heran dari Jongin kini.
Krystal tersenyum garing menanggapinya, jadi fansku ini temannya Jongin, simpul Krystal dalam hati. Lalu Krystal kembali fokus pada Jongin, dia rebut kotak berisi bat dari tangan Jongin, dan berjalan mendahului Jongin dan Kyungsoo yang kini terbengong melihatnya,”Tanganmu masih sakit kan, jadi biar aku yang membawanya.”
Mendengar itu Jongin menyusul Krystal,”Gwaenchana Sunbae.”lalu merebut lagi kotak berisi bat itu dari tangan Krystal. Dan tidak sengaja tangan Krystal tersentuh oleh tangan Jongin, dan berhasil membuat gadis itu mendongak memandanginya.
Ketiganya—Jongin, Krystal, dan Kyungsoo—kini berjalan menuju lapangan bisbal yang telah dipenuhi teman-teman sekelas Jongin dan Kyungsoo, terlihat juga ada Jiyeon, Jieun, Eunji, Baekhyun, dan Taemin diantara mereka.
Setelah sampai dipinggir lapangan Jongin menaruh kotak itu disana, Kyungsoo dan Krystal pun menghentikan langkah mereka. Kyungsoo menoleh ke arah Krystal, sambil membungkuk dia berkata,”Gomawo Sunbae.”
Lalu Jongin juga ikut menoleh ke arah Krystal dan membukukan badannya,”Gomawo Sunbae.”katanya setelah Kyungsoo.
Krystal membalas keduanya dengan senyuman manisnya yang lebih tertuju kepada Jongin,”Hmm, jika bertemu lagi panggil saja aku Noona!”Suruhnya memandang Jongin.
“Ne.”Kata Jongin dan Kyungsoo berbarengan, namun Kyungsoo terlihat lebih bersemangat sedangkan Jongin bersikap biasa saja malah cendrung datar.
Kemudian tanpa aba-aba Krystal meraih kedua tangan Jongin dengan kedua tanggannya, gadis itu memperhatikan telapak tangan Jongin yang terlihat sudah tidak memerah, namun ada sedikit bekas lecet.
Jongin yang diperlakukan seperti itu menatap Krystal terkejut, sedangkan Kyungsoo terlihat seperti seorang yang sedang cemburu.
Krystal yang kini pusat perhatiannya ke tangan kiri Jongin yang masih terpasang plester taddy bear hampir saja tertawa, namun gadis itu menahannya saat melihat tampang Jongin yang benar-benar datar dan dingin.
“Biar aku ganti plesternya dengan yang baru.”
Baru saja Krystal akan mencari plester dikantungnya, Jongin sudah terlebih dulu menarik tangnnya dan berkata,”Tidak perlu, Sun—Noona.”
Tiba-tiba terdengar suara nyaring dari priwitan Guru Yoon, membuat Jongin, Krsytal, dan Kyungsoo menoleh.
“Jongin…Kyungsoo… cepatlah kemari! Kita akan segera memulai pemanasan.”Teriak guru Yoon menyuruh kedua muridnya itu
“Ne saem.”Teriak Jongin lalu berlari menuju barisan.
“Annyeong.”Pamit Krystal dengan meninggikan volume suaranya, berusaha supaya Jongin yang telah menjauh darinya mendengar.
“Annyeong, sampai ketemu Noona.”Sayangnya yang menjawab hanya Kyungsoo yang tersenyum ke arahnya. Krystal pun pergi dengan senyum yang dipaksakan.
Jongin yang sudah mendekati barisan mengacak rambut Jiyeon singkat,”Jangan melamun!”serunya—meledek.
Gadis yang mengisi barisan paling pojok belakang itu langsung saja menyikut perut Jongin, yang kini berdiri di belakangnya, alhasil Jongin meringis kesakitan. Ledekan Jongin itu tepat, karena Jiyeon sejak tadi melamunkan Sehun yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya.
“Sana masuk ke barisanmu!”Suruh Jiyeon kasar sambil menendang lutut Jongin.
Akhirnya Jongin baris disebelah Kyungsoo yang juga baru memasuki barisan. Eunji yang tadi memperhatikan Jongin dan Kyungsoo saat bersama Krystal kini memperhatikan keduanya lagi dari barisan paling depan.
Bagaimana Krystal Sunbae bisa sedekat itu dengan meraka? Tanyan Eunji dalam hati.
Jieun yang berbaris disebelah Eunji berkali-kali menyenggol pinggang gadis itu, namun tidak ditanggapi olehnya. Sampai sebuah suara berat dari Guru Yoon berdehem dihadapan Eunji dan sukses membuat gadis itu menyegir garing, kemudian mulai mengikuti gerakan pemanasan teman-temannya.
***
“Dasar laki-laki feminim.”Ejeknya Kyungsoo pada Jongin yang sedang melamun memandangi plester taddy bear di telapak tangannya.
“Diam kau!”kesal Jongin kembali fokus pada buku-buku di hadapannya.
Kyungsoo tertawa dengan volume kecil, menyesuaikan diri dengan keadaan perpustakaan yang tanpa suara itu.
“Sudah satu minggu kau belum juga melepas plester aneh itu.”heran Kyungsoo sambil mengotak-atik buku-buku sastra yang tersusun rapih dalam rak di hadapannya,”atau jangan-jangan kau mengkoleksinya di rumah.”ejek Kyungsoo lagi.
“Bukan urusanmu.”
“Kalian sudah menemukan novelnya?”Tanya Baekhyun menghampiri Jongin dan Kyungsoo.
Jongin menggeleng, sedangkan Kyungsoo menunjukan komik yang ditemukannya tadi.
Baekhyun menatap keduanya prihatin, namun dia sendiripun belum menemukan novel sastra korea terbitan tahun 70-an yang memang jarang diperpustakaan SOPA.
“Menyusahkan saja.”keluh Kyungsoo, lalu mulai membaca komik yang ditemukannya.
“Lihat ini!”Sahut Taemin bangga yang tiba-tiba saja datang mengejutkan Jongin, Kyungsoo, dan Baekhyun.
“Kau mendapatkanya Taemin?”kejut Baekhyun tidak yakin sambil menoleh ke arah Taemin yang sudah berdiri di belakangnya.
“Bagaimana bisa?”Tanya Jongin heran.
“Aku juga dapat, lihat ini!”Jieun kini yang datang, juga mengejutkan semuanya.
“Beruntung.”Sahut Kyungsoo, namun tetap fokus pada komik yang dibacanya.
Jongin menyenggol Kyungsoo disebelahnya,”Ayo kita cari lagi!”
Baekhyun melewati Taemin untuk mencari lagi novel tersebut,”Taemin tolong tunjukan dimana kau menemukannya!”lalu Taemin berjalan mendahului Baekhyun.
“Jongin ini untukmu.”Jieun mendekati Jongin yang kembali menelusuri fokus pada rak buku.
Jongin menoleh dan mendapati Jieun kini berdiri disebelahnya sambil menunjukan novel yang ia temukan. Melihat Jongin yang hanya diam memandangi novel di tangannya, Jieun menunjukan satu novel lagi yang sejak tadi tersimpan dibalik novel yang satunya.
“Aku menemukan dua, jadi ini untukmu.”Jieun mengulurkan tangan kanannya yang memegang salah satu novel itu.
“Gomawo, tapi aku butuh dua novel Jieun.”
Jieun terlihat berpikir sejenak, seperti sedang menimbang sesuatu dipikirannya,”Baiklah dua-duanya untukmu.”Jieun tersenyum sambil mengulurkan tangan kirinya yang memegang novel satunya.
“Benarkah?”Tanya Jongin dengan mata berbinar.
Jieun mengangguk masih degan tersenyum.
“Gomawo Jieun.”Jongin meraih novel itu dari kedua tangan Jieun, lalu langsung pergi mencari seseorang.
Saat menemukan seseorang yang adalah Jiyeon itu, Jongin berdehem.
“Wae?”tanya Jiyeon kesal sambil mengutak-ngatik buku yang tersusun rapih dihadapannya. Jiyeon kesal karena merasa terganggu oleh suara Jongin yang sedikit mengagetkannya tadi.
“Berbaliklah!”Suruh Jongin ikut kesal dengan tingkah Jiyeon.
Jiyeon menghela nafas panjang, lalu berbalik sesuai permintaan Jongin.
“Ini.”Jongin mengulurkan tangan kanannya yang memegang salah satu novel dari Jieun, dengan menyamping dari Jiyeon.
Jiyeon tersenyum mengambil novel dari tangan Jongin, lalu berjalan untuk menghadap Jongin,”Anak pintar.”dan lagi-lagi menggelitik dagu Jongin dengan kelima jarinya.
“Yaaa.”Jongin reflek menepis tangan Jiyeon, walau sebenarnya mendapat perlakuan seperti itu dari Jiyeon membuatnya senang.
Jieun yang tanpa disadari sejak tadi melihat keduanya –Jongin dan Jiyeon- kini terlihat sangat kecewa. Gadis itu bahkan menghiraukan Baekhun yang berniat memberikan novel yang ditemukannya kepada Jieun. Tanpa gadis itu ketahui, Baekhyun yang berhasil menemukan novel sastra tahun 70-an berkat petunjuk Taemin, telah menyaksikan semua yang terjadi terhadap Jieun dari jauh.
“Jieun tidak mau, jadi untukku saja.”Eunji tiba-tiba saja muncul di depan Baekhyun bagaikan hantu, dan mengambil tanpa izin novel dari tangan Baekhyun.
Melihat itu, Baekhyun megerutkan dahi dan menyipitkan matanya yang memang sudah sipit dari awal.
“Gomawo,”Eunji tersenyum dan melewati Baekhyun yang masih betah dengan posisinya,”Ayoo Taemin kita pulang!”Ajak Eunji pada Taemin yang berdiri bingung dibelakang Baekhyun, sambil menepuk kepala Taemin dengan buku yang diambilnya secara paksa tadi.
***
Sehun membawa motornya pergi meninggalkan parkiran yang mulai tampak lenggang. Sebelum sempat keluar dari gerbang sekolahnya ia menghentikan laju motor itu tepat di depan seekor kucing. Sehun turun dari motornya, lalu memarkirkan motor itu di sana. Dengan hati-hati ia mendekati kucing berwarna putih itu, sambil mengeluarkan susu kotak dari dalam tasnya.
“Siapa namamu?”tanya Sehun, yang hanya dijawab dengan meongan kucing itu. Sehun tertawa menanggapinya sambil mengelus bulu kucing itu,”Kau mau susu ini?”lalu menyodorkan susu kotak yang telah dibukanya kepada si kucing putih.”Sepertinya kau sangat lapar.”komentar Sehun ketika kucing itu menjilat susu kotak pemberiannya dengan lahap.”Bagaimana kau bisa ada di sini sendirian? Apa kau mau ikut denganku?”
Tanpa pemuda tampan itu sadari, banyak pandangan kagum yang mengarah padanya. Bahkan beberapa dari mereka memotret Sehun dengan ponsel.
“Sehun Oppa memang mengagumkan.”
“Bagai seorang malaikat.”
“Kucing itu beruntung sekali.”
“Wahh, ada Sehun Oppa! Sehun Oppa!”Eunji menarik tas gemblok Taemin yang berjalan di depannya. Alhasil pemuda itu berjalan mundur mengikuti langkah Eunji yang kini menerobos kerumunan. Tidak lama Jiyeon dan Jongin juga melewati jalan itu.
Senja yang redup. Matahari hampir menghilang, tetapi masih ada yang mampu bersinar di atas bumi. Jiyeon terpana melihat pemandangan itu, langkahnya terhenti. Senyuman tulus Sehun kepada kucing putih itu, seolah bersinar di mata Jiyeon.
---“Jika kita bertemu lagi jangan lupa untuk saling menyapa, Ne!”
“Sehun Sunbae!”panggil Jiyeon, tepat ketika Jongin menoleh ke arahnya. Saat itu, keduanya sedang jalan bersama, sebelum Jiyeon dengan langkah cepat menerobos kerumunan demi menghmpiri Sehun kini.”Annyeong.”Sapa Jiyeon pada kucing putih, ketika ia sudah ikut berjongkok di sebelah Sehun.
“Jiyeon?”Eunji terkejut, begitupun dengan Taemin meski tidak bersuara. Sangking antusiasnya, Jiyeon sampai tidak menyadari telah melewati kedua temannya ini.
Sehun yang sejak dipanggil sudah menoleh, tersenyum melihat tingkah Jiyeon.”Terimakasih, karena tidak lupa untuk menyapaku.”
“Sunbae suka kucing?”tanya Jiyeon setelah terkekek karena ucapan Sehun.
“Entahlah, aku hanya tidak suka melihatnya sendirian.”
“Daebak, aku tersentuh.”
Sementara itu, Jongin ikut-ikutan menerobos kerumunan,”Apa yang sedang mereka bicarakan?”katanya dengan tampang sewot.
“Entahlah, aku juga penasaran. Bagaimana Jiyeon bisa seakrab itu dengan Sehun Oppa?”Jongin menoleh ketika mendengar ada suara yang menanggapinya. Ternyata Eunji dengan Taemin di sebelahnya. Kini mereka berdiri sejajar.
“Kalian masih di sini?”
“Kau sendiri?”
“Kau tidak lihat di hadapanmu.”
“Sama saja.”Tegas Taemin dengan gerakan kepalanya ke arah Eunji, yang masih tersihir dengan pesona pemuda di tengah kerumunan ini. Namun tidak ada yang tahu di alam bawah sadarnya, kini Eunji sedang memikirkan tentang Jiyeon. Sejak awal Jiyeon tidak antusias dengan pesona Sehun, berbeda dengan dirinya dan Jieun yang telah mengikrarkan diri sebagai Sehun Lovers.
***
Bus melaju dengan kecepatan sedang. Di dalamnya Jongin tengah tertidur, meski sebenarnya pikiran pemuda itu tidak benar-benar tidur. Jiyeon yang berada di sebelahnya, perlahan bergerak menggelitik dagunya.
“Uhh, anak anjingku nyenyak sekali.”kata Jiyeon sambil tertawa
Dengan sekali tepisan, Jongin menyingkirkan tanggan jahil Jiyeon,”Wae?”senyum hadir di wajah cantik itu.
“Untukmu.”Kotak berwarna coklat di sodorkan ke hadapan wajah Jongin. Diambilah kotak itu dari tangan Jiyeon dengan tampang curiga.
“Kalau saja kau mengaku kalau itu bukan tulisanmu, mungkin aku tidak bisa seakrab tadi dengan Sehun Sunbae.”Apa yang dipikirkan Jongin sejak tadi terjawab sudah,”Aku baru membelinya kemarin, kau suka?”
Di dalam kotak itu terdapat lipatan kertas dan gantungan kunci berbentuk bola basket. Setelah beberapa saat menatap isinya dengan pandangan kosong, Jongin kembali menutup kotak itu tanpa berkata apapun.
“Hmm, ‘all for you’ itu judul lagunya, bukan?”Meski Jongin tidak juga berkomentar tentang isi kotak coklat itu, Jiyeon tetap antusias berbicara,”Aku lihat, banyak sekali instrumen yang kau buat, sebenarnya untuk apa? Tugasmu kan sudah selesai.”
“Diamlah! Aku ingin tidur.”protes Jongin usai menaruh kotak pemberian Jiyeon ke dalam tasnya. Jiyeon berdecah sambil melirik Jongin dengan tatapan tajamnya. Pemuda itu sudah berhasil menutup matanya lagi. Lirikan Jiyeon yang tidak sampai di situ saja, menangkap plester taddy bear yang masih setia menempel di tangan Jongin. Tanpa mau mengusik ketenangan tidur pemuda itu, Jiyeon melepas plester taddy bear dari tangan kiri Jongin dengan hati-hati.”Ini sudah waktunya dilepas.”katanya. Tanpa Jiyeon ketahui, Jongin tersenyum saat itu.
***
Entah berapa Jam yang Kyungsoo lalui dengan membaca komik diperpustakaan SOPA, sampai seorang laki-laki dewasa berkacamata tebal mendekatinya,”Sekarang sudah jam sepuluh malam.”
Mendengar suara berat dari penjaga perpustakaan itu, Kyungsoo melihat kesekitarnya, dia hanya melihat jejeran meja dan bangku yang kosong serta rak-rak dengan buku yang tersusun rapih. Sepi tanpa siapapun hanya ada dia dan penjaga perpusataan itu.
“Dimana teman-temanku?”Tanya Kyungsoo tidak percaya dengan yang dilihatnya sekarang.
“Tentu saja sudah pulang, sebaiknya kau juga pulang!”suruh si penjaga perpustakaan.
“Sial aku ditinggal.”gumamnya.
Kyungsoo keluar dari perpustakaan dengan banyak menggerutu.
***
Lorong-lorong yang diterangi lampu, bertolak belakang dengan gelapnya malam di luar sana. Krystal berpaling dari deretan jendela yang menampilkan itu, tapi angin tidak berhenti menyadarkannya akan kegelapan. Sekelebat bayangan film horror yang pernah ditontonnya muncul tanpa diundang. Gadis ini tidak habis pikir, bagaimana bisa SMA SOPA yang mewah membuatnya merinding—ketakutan.
Tap. Tap. Tap. Mendengar suara langkah kaki itu membuat kaki Krystal terasa kaku. Suara yang tidak ia harapkan semakin dekat, dekat, dan dekat.”Akhhh..”teriak Krystal sepontan saat merasakan bahunya disentuh. Entah oleh siapa.
“Noona? Noona? Neo gwaenchana?”
“Jangan! Jangan sentuh aku! Ampun! Ampun! Dari manapun kau berasal, kumohon kembalilah! Jangan ganggu aku! Kumohon pergilah hantu!”
Krystal berlutut, enggan melihat sosok menakutkan yang kini berdiri di hadapannya. Tangannya gemetar dan tangisannya pecah sambil terus memohon dengan suara parau. Sayangnya sosok itu malah menyamai posisinya.
“Noona, aku adik kelasmu, Kyungsoo.”katanya.”Aku bukan hantu.”
Diam. Tangisan Krystal berhenti, suara ini pernah ia dengar sebelumnya. Perlahan gadis itu mendongak dengan keadaannya yang masih kacau. Binar mata dan senyuman Kyungsoo begitu nyata. Dengan ragu Krystal menyetuh pipi tembam Kyungsoo. Hangat. Tidak mungkin ada hantu yang sehangat ini.
“Syukurlah.”sepontan Krystal yang begitu bersyukur memeluk Kyungsoo. Tentu saja pemuda itu tak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia juga membalas pelukan erat itu.
“Tenanglah, Noona aman bersamaku.”Kyungsoo tersenyum bahagia.
Krystal menyadari sesuatu. Untuk apa ia memeluk pemuda imut ini. Mendadak Krystal melepaskan pelukannya, lalu menatap tajam Kyungsoo yang tersenyum senang padanya. Dengan terpaksa Krystal tersenyum juga. Biar bagaimanapun pemuda ini dibutuhkan. Kyungsoo dan Krystal pun pulang bersama. Meskipun Krystal menolak, Kyungsoo tetap mengantarnya sampai rumah. Seandainya Jongin, batin Krystal. Tunggu, Jongin? Krystal menggeleng cepat kepalanya.
to be continued...