home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Wedding Dress

Wedding Dress

Share:
Author : khaiicheen
Published : 18 Jan 2015, Updated : 20 Nov 2015
Cast : Kim Hyeri (OC), Infinite - Woohyun and Shin Jinhee (OC)
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |2417 Views |3 Loves
Wedding Dress
CHAPTER 2 : Chapter 2

Wedding Dress

Part – 2

Author : tiara ekha (@khaiicheen)

Lenght : twoshoot

Cast :

-          Nam Woohyun (Infinite)

-          Kim Hyeri (OC)

-          Shin Jinhee (OC)

-          And the other cast that you can find by your self

Summary :

Menjadi desainer gaun pengantin adalah impianku. Karena pada saatnya nanti, aku juga ingin menggunakan gaun bewarna putih gading itu dengan namja yang sangat kusayangi..

*****

Hyeri POV

Disinilah aku saat ini. Bersama dengan Woohyun dan sebuah gaun pernikahan yang tergantung di sebuah kamar hotel yang akan digunakan untuk ruang persiapan pengantin acara pernikahan namja itu. Kami memandang gaun tersebut dengan pandangan yang berbeda. Entah ia masih ingat atau tidak, ini adalah gaun yang desainnya dulu menjadi pilihannya untuk digunakan oleh calon istrinya kelak. Gaun yang menjadi pilihan Woohyun dari sekian banyak desain yang sudah kubuat. Sepertinya gaun ini memang berjodoh dengannya. Menjadi pilihan akhirnya untuk yeoja yang akan menjadi calon istrinya.

“Desainmu memang selalu memukau, Hye-ya.” Ujar Woohyun. Dirinya sudah nampak tampan dengan setelah tuxedo hitam yang membalut tubuh atletisnya.

“Gomawo, Hyun-ah.” Balasku.

“Kau tau, Hye-ya. Aku ingat ketika kau mengatakan padaku kalau ini adalah desain gaun pernikahan impianmu. Gaun pengantin yang akan digunakan oleh calon istriku.” Ujar Woohyun.

“Kau masih mengingatnya?” Ia mengangguk.

“Nde, gaun pilihanku dari sekian banyak desain yang sudah kau buat dulu. Sepertinya aku memang berjodoh dengannya.” Ujarnya. Aku hanya tersenyum mengingat kembali memoriku masa itu. “ Ah iya, kau tampak cantik hari ini.” lanjutnya lalu menatapku.

“Kau juga nampak tampan dengan balutan tuxedo itu.” balasku.

“Jeongmal? Masih setampan dulu kan?” godanya.

“Heii, ingat. Statusmu akan segera berganti menjadi seorang suami setelah ini. Jangan selalu tebar pesona dengan gadis-gadis. Ingat itu.” balasku. Namja ini, memang selalu mampu menghancurkan sebuah mood serius dengan sifat jahilnya.

“Tidak apa, lagipula memang kenapa kalau aku menggodamu? Kau kan..”

“Oppa, eonni. Kalian sudah lama mengunggu?” ujar suara seorang gadis dari arah pintu masuk ruangan.

“Tidak, kami belum lama. Tapi sepertinya Woohyun yang sudah lama menunggumu dan tidak sabar melihatmu menggunakan itu.” kutunjuk gaun pengantin milik calon istri Woohyun, Jinhee yang sudah tergantung rapih di dekat jendela kamar tersebut.

“Whoaa, kau cantik sekali sayang.” Ujar Woohyun takjub lalu menghampiri gadis itu dan ingin memeluknya, tapi 2 orang yeoja cantik dengan balutan dress bewarna peach selutut menarik kerah tuxedo yang ia gunakan.

“Oppa, tidak bisakah kau bersabar sebentar lagi.” Seru seorang gadis berambut ombre hitam dan merah muda, Kim Sunhee gadis cantik yang merupakan adik dari leader infinite, Kim Sunggyu.

“Eiys, kalian ini menggangguku saja. Ingin juga seperti ini. Makanya cepat minta pada pangeran kalian itu untuk segera meresmikannya.” Seloroh Woohyun.

Pletak!!! Sebuah jitakan yang lumayan keras mendarat di kepala Woohyun dari seorang gadis bermaga Han yang ada di sebelahnya. Han Minji, kekasih Sunggyu dan mungkin akan menjadi ‘the next bride’ diantara ketiga gadis yang bersahabat akrab itu.

“Yaa, calon kakak ipar. Kenapa kau kasar sekali siih. Appo.” Seru Woohyun meringis manja pada Jinhee mengelus lembut kepala namja itu dan tersenyum melihat perdebatan ketiga sahabatnya dengan namja yang akan menjadi suaminya dalam hitungan jam lagi.

“Gwenchana?” tanya Jinhee.

“Nommu appo.” Balas Woohyun.

“Aish, kau menggelikan sekali oppa. Statusmu akan segera berubah menjadi serorang suami, tapi tingkahmu masih saja seperti ini.” Seloroh Sunhee.

“Makanya, jaga sikapmu. Sudah, kau cepat keluar oppa. Kami akan membantu Jinhee berganti pakaian dulu. Kau tunggu diluar.” Titah Minji dengan tegas, memunculkan ekspressi kesal di wajah Woohyun. Namun, namja itu tetap menurut.

“Silahkan kau menunggu di luar, Hyun-ah. Kami akan memberitahumu kalau Jinhee sudah selesai.” Ujarku menengahi perdebatan kecil itu.

“Tapi aku ingin disini, Hye-ya. Ingin melihat calon istriku ini terlihat cantik.” Ujar Woohyun memelas.

“Kau ingin aku memukul kepalamu lagi oppa?” seru Minji.

“Sudah cepat keluar sana. Belum waktunya kau melihat itu.” tambah Sunhee lalu mendorong Woohyun  menuju pintu dan mengunci pintu tersebut.

“Baiklah, eonni. Kita bisa melakukannya sekarang.” Seru Sunhee.

Merasa kaget dengan situasiku saat ini? Bagaimana aku bisa bersikap akrab dengan Woohyun seperti tidak ada masalah diantara kami?

*****

2 minggu yang lalu..

Seorang gadis tengah terlihat menunggu seseorang di sebuah cafe di kawasan pusat perbelanjaan di kota Seoul. Wajah takut dan senang terlihat jelas di wajahnya. Ia tengah menunggu seseoran yang sudah mengajaknya bertemu seminggu yang lalu.

“Annyeonghasseo.” Sapa sebuah suara.

“Aah, annyeonghasseo.” Balas si gadis. “Silahkan duduk.” Ujarnya.

“Kau sudah menunggu lama, eonni?” sapa Jinhee. Ya, suara yang menyapa Hyeri adalah suara Jinhee. Gadis itu datang dengan seorang namja yang memiliki janji dengan Hyeri. Woohyun.

“Anniyo, belum lama. Annyeong hasseo Woohyun-ssi.” Sapanya juga. Pria itu masih mengeluaran aura dinginnya. Ia hanya mengangguk.

“Oppa, jangan seperti ini.” ujar Jinhee. “Eonni-ya, mian.”

“Gwenchana, Jinhee-ya.” Balas Hyeri.

Sebenarnya gadis ini bingung. Seingatnya ia tidak memiliki jadwal untuk bertemu dengan pasangan ini, tapi bertemu dengan Woohyun.

“Aku sengaja mengajaknya kesini.” Ujar Woohyun akhirnya. Hyeri kaget, ia merasa seperti Woohyun bisa membaca pikirannya.

“Kau keberatan kalau aku ikut, eonni?” tanya Jinhee. Hyeri tak membalas, ia diam. “Kalau begitu aku pergi saja dulu. Kalian mengobrolah berdua saja.” Ujarnya lalu bangkit.

“Tetap disini, temani aku. Ini tidak akan lama dan kau pun perlu tahu agar tidak ada salah paham.” Tahan Woohyun.

“Gwenchana, oppa. Aku rasa kalian berdua butuh waktu bersama untuk membicarakan hal ini.” tolak Hyeri.

“Tidak apa, Jinhee-ya. Tetaplah saja disini.” Balas Hyeri setelah menyadari perubahan ekspresi Woohyun yang tidak ingin gadisnya itu meninggalkannya. Akhirnya Jinhee kembali duduk.

“Baiklah.” patuh Jinhee.

“Ada keperluan apa yang ingin kau bicarakan padaku dan sampai memintaku bertemu diluar jadwal konsultasi kita, Woohyun-ssi, Jinhee-ya?” tanya Hyeri.

“Bukan aku yang memiliki keperluan untuk bertemu denganmu, eonni. Tapi Woohyun oppa.” Balas Jinhee.

“Waegeureyo?” tanya Hyeri.

“Oppa, sudah. Cepat katakan.” Desak Jinhee.

Woohyun masih terlihat menerawang jauh. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh namja itu saat ini. Kenangan itu, mungkinkah itu masih bertebaran di dalam benaknya.

“Masih ingat dengan cerita dahulu?” tanya Woohyun. Pertanyaan singkat yang mampu membuat Hyeri membeku di tempatnya. “Kenapa tidak menjawabnya?”

“Apa yang kau maksud, Woohyun-ssi?” bohong Hyeri. Ia agak takut dengan keberadaan Jinhee disana. Ia tidak ingin Jinhee mengetahui cerita masalalunya dengan Woohyun.

“Katakan saja, eonni. Nan gwenchana. Oppa sudah menceritakannya semua padaku.” Ujar Jinhee yang seakan bisa membaca apa yang sedang ada dalam benak Hyeri.

“Kau sudah mengetahuinya?” tanya Hyeri kaget. Jinhee mengangguk.

“Masih mengingatnya atau sudah melupakannya?” tanya Woohyun yang sudah sedikit melembut.

“Masih.” Balas Hyeri.

“Masih berhubungan dengannya?” tanya Woohyun lagi. Jinhee hanya memperhatikan percakapan yang tengah terjadi diantara mantan pasangan kekasih yang ada di hadapannya. Gadis ini memilih untuk diam dan memperhatikan. Tidak ingin menginterupsi apapun dan segala bentuk gangguan lainnya. Ia hanya ingin menjadi penonton kali ini dan membantu semampu yang ia bisa.

“Anniyo. Sudah berakhir sejak lama.” Balas Hyeri.

“Ah, menyesal rupanya. Sadar kalau itu adalah sebuah kesalahan, Hye-ya?” tanya Woohyun datar namun mampu membuat Hyeri tersentak. Bukan pertanyaannya yang membuat gadis itu kaget, tapi panggilan yang disebutkan Woohyun padanya. Panggilan akrab keduanya dulu.

“Mian.” Ujar Hyeri. Ia merasa matanya sudah mulai memanas. Entah antara sedih dan senang. Keduanya bercampur menjadi satu. “Maaf untuk semua kesalahan yang pernah kuperbuat padamu dulu. Aku benar-benar menyesalinya sekarang.” Ujar Hyeri.

“Kenapa baru saat ini? Kenapa tidak sejak dulu? Atau itu alasan kuatmu untuk memintaku mengakhirinya ketika itu. Melanjutkan studimu di New York hanyalah pengalih perhatianku?” tanya Woohyun. Entah apa yang dirasakan namja itu saat ini. Nada bicaranya terkesan gamang. Tidak ada emosi atau sebagainya. Terkesan datar namun terselip banyak kesakitan dibaiknya.

“Jeongmal mianhae. Itu semua tidak seperti yang kau fikirkan. Aku hanya tidak ingin mengganggu konsentrasi latihanmu saja ketika itu. Aku tidak ingin konsentrasimu terpecah karena hubungan jarak jauh yang harus kita jalani nantinya. Aku ingin melihatmu berhasil.” Balas Hyeri. Cairan bening itu mulai turun dari sudut dalam matanya.

“Wae? Kenapa kau tidak jujur saja padaku. Kenapa kau memunculkan alasan itu. Terlalu Klise Kim Hyeri. Tidak tahukah kau. Kalau apa yang kau sudah kau lakukan itu lebih mampu mengancurkan konsentrasiku, menghancurkan semangatku, menghancurkan impianku dan menghancurkan hidupku?” kali ini emosi mulai terlihat dari sorot mata Woohyun. Jinhee menggenggam tangan Woohyun untuk meredam emosi namja itu. Sorot mata lembut milik namja itu mulai berkaca. Jinhee mengerti, laki-laki yang disayanginya ini sedang mengeluarkan semua perasaannya, rasa sakitnya dan kesedihannya. Tapi ia tetap memilih diam. Memperhatikan.

“Mian, Nam Woohyun. Jeongmal mianhae, Hyun-ah.” Ujar Hyeri. Akhirnya gadis itu berhasil juga untuk memanggil Woohyun dengan panggilan akrab keduanya dulu. Bahunya bergetar. Sama halnya dengan Woohyun, gadis itu pun tengah mengeluarkan emosi yang dipendamnya setelah sekian lama. “Dan maaf juga untuk rasa sayangku padamu waktu itu masih belum hilang sampai saat ini. Aku menyesal telah melakukan itu padamu. Tapi rasa ini menjadi tidak bisa hilang karenanya.”

Bukan hanya Woohyun yang tergelak dengan pengakuan yang baru saja Hyeri sampaikan, tetapi juga Jinhee. Bukan pertemuan dengan arah pembicaraan seperti ini yang Woohyun inginkan. Ia hanya ingin meminta penjelasan gadis bermarga Kim itu, memperbaiki hubungan keduanya agar rencana pernikahannya dengan Jinhee yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi akan berjalan dengan lancar. Woohyun sudah berusaha untuk meredam dan membuang egonya jauh-jauh demi ini semua. Tapi apa yang baru saja diakui oleh Hyeri membuatnya takut, takut kalau Jinhee akan menjadi tidak yakin. Karena perasaan gadis itu yang terlalu lembut dan terlalu memikirkan perasaan orang di sekitarnya.

“Maaf untuk mengatakan dan mengakui ini. Aku tidak bermaksud untuk merusak hubungan kalian. Hanya saja, kufikir mungkin aku mengatakan ini sebelum semuanya terlambat. Aku masih menyayangimu Nam Woohyun. Sulit rasanya untuk melupakan semuanya, penyesalan itu semakin membuat rasa ini bertumbuh kuat. Dan selama itulah aku tidak dapat membuka hatiku pada orang lain, karena hanya kau yang masih mengisi tempatmu yang dahuli disini.” Ujar Hyeri.

“Kim Hyeri.” Seru Woohyun. Entah apa yang ada dalam benak gadis itu, pikir Woohyun. Untuk apa mengatakan hal itu di hadapan Jinhee. Batinnya.

“Oppa, tenangkan emosimu. Kau akan menarik perhatian orang-orang disekitar sini kalau kau tidak bisa menahan emosimu.” Tenang Jinhee.

Tenang. Itulah yang tersirat dari sikap Jinhee saat ini. Gadis itu tidak marah. Ia diam, walaupun sebenarnya ia merasa terkejut juga dengan apa yang baru saja di dengarnya. Tapi, entah darimana keyakinan dalam diri gadis itu muncul. Ia merasa keyakinan dirinya terhadap Woohyun tidak akan luntur hanya karena mendengar hal tersebut. Jinhee percaya, ini hanya bagian dari masa lalu Woohyun dan Hyeri saja. Dan namja itu tidak akan melakukan hal bodoh seperti dulu lagi.

“Jinhee-ya, mian. Maaf harus membuatmu mendengar ini semua disaat hari pernikahan kalian yang semakin dekat. Mendengar pengakuan kalau mantan kekasih calon suamimu ini masih menyanyanginya. Masih mencintainya.” Ujar Hyeri.

“Kim Hyeri, geumanhae.” Potong Woohyun kesal. Tapi Hyeri tidak menggubrisnya. Gadis itu tetap melanjutkan pengakuannya pada Jinhee.

“Aku mengakui ini semua hanya untuk berusaha jujur dengan perasaanku sendiri. Sejujurnya aku ingin mundur dari tanggung jawabku terhadap kalian sejak aku bertemu dengan Woohyun waktu itu. Aku kaget, shock dan tidak bisa menerima kenyataan kalau namja yang masih kusayangi hingga saat ini, namja yang hanya bisa kulihat dan kudengar wajah serta suaranya lewat layar televisi 7 tahun belakangan ini akan menikah. Terlebih, akulah yang akan bertanggung jawab dengan poin utama dalam pernikahannya. Gaun pengantin. Item yang sangat ingin ku kenakan bersamanya dulu dalam impian pernikahan kami. Impian pernikahan sepasang anak sekolah.” Ujar Hyeri.

Woohyun mencoba menahan emosinya dengan sikap Hyeri ini dan Jinhee, gadis itu bisa menangkap rasa sakit dan sedih yang teramat dalam dari nada bicara gadis itu. Ia bisa merasakan bagaimana rasa sakit ketika impian dan angan-angan tentang suatu hubungan yang indah itu harus hancur. Mengingatkannya pada bagaimana rapuh dan jatuhnya Sunhee sahabatnya ketika hal yang hampir serupa ini menimpanya.

“Hyeri eonni. Mian.” Hanya itu yang dapat Jinhee ucapkan saat ini dan memancing sorot mata kesal dari Woohyun.

“Kenapa kau harus meminta maaf padanya, Jinnie-ya?” seru Woohyun.

“Oppa, tenang. Dengarkan dulu penjelasannya.” Ujar Jinhee membuat Woohyu kembali diam.

“Benar apa yang Woohyun katakan. Ini bukan salahmu, tapi salahku. Tapi kalian tidak perlu khawatir. Aku tidak akan setidak profesional itu meninggalkan tanggung jawabku untuk hari bahagia klienku. Aku akan tetap melakukan pekerjaanku hingga semuanya selesai. Memastikan gaun itu jadi dengan sempurna dan kau kenakan di hari bersejarahmu, Jinhee-ya.” Ujar Hyeri.

“Eonni, maafkan aku. Aku telah mengacaukan dan menghancurkan impianmu dan perasaanmu.” Balas Jinhee.

“Shin Jinhee.” Seru Woohyun.

“Oppa..” seru Jinhee. Ia tahu, kekasihnya ini memang namja yang tenang, tapi emosinya akan bisa dengan mudah meledak kalau ia sudah tidak dapat memendamnya.

“Nan, gwenchana, Jinhee-ya.” Balas Hyeri. “Kau tidak salah. Mungkin inilah karma yang harus kuterima dari perbuatanku dulu. Woohyun sudah memilihmu, aku yakin kau yang terbaik untuknya. Sejauh aku pernah mengenalnya dulu, ia bukanlah namja yang akan dengan mudah meyakinkan hatinya pada seseorang kalau dia sendiri tidak menyayangi gadis itu. Kau beruntung mendapatkannya, Jinhee-ya.” Ujar Hyeri.

“Gomawo eonni.” Balas Jinhee lalu beranjak menuju tempat duduk Hyeri dan memeluk gadis itu hangat.

“Dan, Hyun-ah, mian. Aku hanya ingin mengatakan yang sejujurnya padamu sebelum semuanya terlambat dan tidak bisa kukatakan sama sekali. Aku bahagia dengan pilhanmu. Jinhee gadis yang baik, bisa melihat bagaimana gadis ini menyayangimu. Jangan kecewakan dia, Hyun-ah.” Ujar Hyeri. Woohyun terdiam. Ia semakin tidak menegerti kemana arah pembicaraan gadis dihadapannya ini. Kesal. Ya, karena ia tidak dapat mengerti maksud Hyeri mengatakan itu semua pada kekasihnya.

“Dan anggaplah desain gaun pengantin yang akan Jinhee gunakan nanti adalah hadiah dariku. Hadiah untuk pernikahan kalian.” Lanjut Hyeri. Gaun impianku yang menjadi pilihanmu dulu. Entah kau masih mengingatnya atau tidak. Nam Woohyun, na jeongmal saranghae. Batin Hyeri.

“Oppa, bisa kau memafkannya. Sudah cukup rasanya dan juga sudah terlalu lama. Kau masih ingin bersikap seperti ini padanya?” cair Jinhee dengan pertanyaan beruntutnya.

“Molla. Kepalaku terlalu pusing saat ini.” ujar Woohyun.

“Oppa, selesaikan ini semua. Bukankah kau berniat seperti itu kemarin. Eonni hanya mencoba jujur padamu. Tenang saja, aku tahu itu adalah pengakuan tulus darinya. Tidak ada niatan lain darinya atas pengakuannya itu. Dan kau tahu bukan, kalau aku akan selalu mempercayaimu.” Ujar Jinhee.

“Shin Jinhee, nan jinjja. Kau..” ujar Woohyun.

“Sudahlah, oppa. Jangan terlalu banyak berfikir. Cepat berbaikan dengan Hyeri eonni.” Potong Jinhee.

“Memaafkan tidak bisa dipaksakan, Jinheee-ya. Aku terima kalau Woohyun masih belum bisa memaafkanku. Aku mengerti.” Ujar Hyeri dengan sebuah senyuman sudah mulai tersungging di wajah mungilnya.

“Anniyo, eonni. Terlalu lama memendam kemarahan tidak akan baik baik psikologis seseorang. Aku tidak ingin semakin merasa bersalah kalau hubungan kalian belum membaik. Akan ada persaan mengganjal bagiku.” Balas Jinhee.

“Geurae. Maaf untuk semuanya selama ini, Kim Hyeri-ssi. Aku sudah memaafkanmu dan melupakan semuanya. Karena mungkin aku tidak perlu hidup lagi dengan bayang-bayang masa lalu. Sudah ada Jinhee saat ini disampingku. Ia yang akan menemaniku dan memberikan cerita baru di hidupku kedepannya.” Ujar Woohyun akhirnya. “Dan, kau pun perlu membuka hatimu pada orang lain. Kau juga perlu menemukan kebahagiaanmu. Terima kasih untuk bantuanmu saat ini.”

“Gomawo, Hyu-ah.” Ujar Hyeri. “Ah, Mian. Woohyun-ssi.” Lanjutnya.

“Gwenchana, kau bisa memanggilku senyamanmu seperti dulu. Benarkan, Jinnie-ya?” tanya Woohyun. Jinhee mengangguk.

“Nde, gwenchana eonni.” Balas Jinhee.

Sebuah senyum pun tersungging di wajah ketiganya. Tidak ada lagi kesan dingin, kemarahan dan kesakitan diantara ketiganya.

“Oh, iya oppa. Bagaimana kalau kau mengenalkan Hyeri eonni pada Dongwoo oppa. Sepertinya salah satu oppaku itu perlu seorang yeoja yang mendampinginya, sebelum ia akan semakin tersusul oleh para dongsaengnya.” Usul Jinhee.

“Sepertinya ide yang bagus. Hye-ya, mau ku kenalkan dengan memberku?”

*****

“Hwoa, neomu yeppo.” Seru Minji antusias melihat sang sahabat sudah nampak cantik dalam balutan gaun pengantinnya.

“Gwomawo, Minji-ya.” Balas Jinhee.

“Aku tidak menyangka kalau kau lah yang akan lebih dulu mengakhiri masa lajangmu. Kau melangkahi kami maknae kami sayang.” Ujar Sunhee.

“Nde, padahal kan aku yang berpacaran dengan leader mereka. Tapi rasanya keberanian Sunggyu oppa belum sebaik Woohyun oppa.” Ujar Minji setengah serius.

“Apa perlu kusampaikan pada tuan hamster itu, Minji-ya kalau kau ingin segera menyusul Jinhee dan Woohyun oppa?” goda Sunhee.

“Anniyo. Aku ingin ia melakukannya dengan keberanian dan inisiatifnya sendiri saja. Tidak perlu sampai kau yang turun tangan, Hee-ya.” Balas Minji. “Ah iya, apa pangeran es mu itu akan mengenakan seba hitan juga hari ini?”

“Molla, aku belum bertemu dengannya. Terserah ia mau mengenakan pakaian warna apa. Aku sudah bosan menceramahinya.” Balas Sunhee.

“Tapi walaupun begitu, kau juga ingin kan menyusul langkah kami dengannya, Hee-ya?” tanya Jinhee yang sedari tadi memperhatikan perdebatan kedua sahabatnya itu.

“Bagaimana ya? Tapi tidak dalam waktu dekat ini. Aku kan tidak boleh melangkahi oppaku.” Balas Sunhee enteng.

“Senangnya melihat kalian, aku juga menjadi ingin seperti kalian. Memiliki kekasih dan menyusul langkah pengantin kita hari ini.” ujar Hyeri menghampiri ketiganya setelah ia selesai merapihkan barang-barang miliknya.

“Jeongmal gomawo, eonni. Terima kasih banyak untuk bantuanmu sampai hari ini. Terima kasih untuk gaun pengantin yang indah ini.” lanjutnya. “Terima kasih sudah mengizinkanku memakainya.” Bisik Jinhee memeluk gadis itu.

“Cheonmayeo, Jinhee-ya. Sepertinya gaun ini memang sudah ditakdirkan dengan Woohyun. Gaun pilihannya untuk calon istrinya.” Balas Hyeri.

“Cepatlah menyusul eonni. Aku akan senang hati membantumu nanti kalau kau akan menikah.” Balas Jinhee.

“Nde, tapi aku harus mencari calonnya lebih dahulu Jinhee-ya.” Balas Hyeri.

 “Hmm, bagaimana kalau Dongwoo oppa.” Seru Sunhee dan Minji bersamaan.

Jinhee tertawa. “Kenapa pikiran kita selalu sama? Aku dan Woohyun oppa juga berencana mengenalkan Hyeri eonni pada Dongwoo oppa.” Balas Jinhee.

“Hwoa, ide yang bagus kalau begitu.” Ujar Sunhee. “Eonni, tenang saja. Akan ku kenalkan dengan oppa kesayanganku yang satu itu nanti.” Lanjutnya.

Hyeri hanya tersenyum menanggapi apa yang para gadis itu bicarakan. Mengamini setiap doa untuknya agar segera dapat menyusul Woohyun dan Jinhee selanjutnya.

“Kalian sudah selesai?” ujar sebuah suara yang cukup cempreng dari arah pintu.

“Nde, kami sudah selesai. Tunggu disana sebentar lagi.” Balas Sunhee.

“Kalau begitu cepat, Hee-ya. Tuan Nam star ini sudah tidak sabar ingin bertemu dengan calon istrinya.”

“Nde, Kim Myungsoo. Katakan padanya untuk lebih bersabar.” Balas Sunhee. “Belum apa-apa saja sudah tidak sabaran.” Dumal Sunhee.

“Ya, sudah. Ayo kita segera kedepan. Segara membawa yeoja cantik ini ketempatnya.” Seru Hyeri.

*****

“Kalian sudah siap?” seru Woohyun. Saat ini adalah acara lempar bunga untuk para tamu undangan yang hadir.

“Ndee..” seru para undangan yang sudah bersiap dibelakang Jinhee dan Woohyun.

“Baiklah. Kami akan menghitung sampai dengan tiga. Kalian bersiaplah.” Ujar Jinhee.

Diantara para undangan yang berada dalam kerumunan yang akan memperebutkan 2 buah hand bucket milik Jinhee. Keenam member infinite, Sunhee, Minji dan Hyeri menjadi bagian diantara mereka. Mereka tampak antusias dan saling melompat demi mengdapatkan hand bucket milih Jinhee yang kalau menurut mitos, siapapun yang mendapatkan lemparan bunga dari sepasang pengantin akan menysul langkah kedua pengantin tersebut bagi yang sudah memiliki kekasih atau akan segera mendapatkan pasangan bagi yang masih single. Sunhee dan Minji pun tak kalah antusiasnya untuk mendapatkan bunga tangan sang sahabat, sepatu hak tinggi yang keduanya gunakan pun  tak menghalangi keinginan keduanya itu. Hal yang membuat para kekasih mereka, Kim Sunggyu dan Kim Myungsoo berjaga cemas di belakang keduanya.

Ketika bunga sudah di lempar, 2 hand bucket tersebut jatuh pada sepasang yeoja dan namja yang ada di bagian belakang kerumunan itu. Hyeri dan Dongwoo. Keduanya diminta untuk naik ke atas pelaminan, tempat Woohyun dan Jinhee berada. Suara teriakan dari kelima member Infinite yang berada di bawah, Sunhee, Minji dan pasangan pengantin baru itu pun mengiringi langkah keduanya menaiki pelaminan, menghampiri pasangan pengantin baru yang ada di depan sana.

*****

Mungkin memang belum waktunya bagiku untuk mengenakan gaun putih bewarna gading itu disana. Bersama dengan namja yang kucintai itu. Rancangan hanyalah sebuah rancangan di selembar kertas, sebuah impian untuk kugunakan di hari bersejarah dalam hidupku. Tapi, mungkin Tuhan memiliki jalan lain bagiku. Ia punya caranya sendiri untuk membuatku bahagia. Ia membiarkanku untuk membantu pernikahan namja itu, ya, walaupun bukan aku yang menggunakan gaun pernikahan impianku itu, tapi namja itu dan istrinya kini yang menggunakannnya. Cara membuat seseorang bahagia itu memang berbeda-beda.

Dan menjadi seorang desainer gaun pengantin adalah pekerjaan yang menyenangkan bagiku. Karena walaupun aku belum dapat tersenyum bahagia ketika menggunakan gaun kebanggaan para gadis di hari pernikahan mereka itu, tapi aku mampu tersenyum bahagia ketika para klienku itu tersenyum bahagia di hari pernikahan mereka. Ternsenyum dan tampil cantik dengan gaun rancanganku. Inilah ceritaku, wedding dress for my special boy...

Kim Hyeri

***********************************************************************************

Annyeong readers:)

jangan lupa untuk LOVE, Subcribe dan Commentnya..

dan jangan lupa juga untuk turt baca, visit the other my fanfiction..

When Love Bring You Back dan sequel kelanjutannya di By Your Side..

Terima kasih banyaaak..

Jeongmal Gomawo..

Big Hug,

 

Ekha

@khaiicheen

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK