“Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu lagi. Aku tidak akan pernah mau kembali padamu lagi. Selamat tinggal Kris!!” ucap Ji Yeon yang shock dengan nafasnya yang begitu tersengal-sengal. Ia segera mendorong ke luar pintu mobil dan keluar dari sana. Deg!! Minho sudah berdiri di depannya dengan amarah terlihat sangat jelas di sorot matanya dan tidak jauh dari posisi Minho ada Krystal yang berdiri dalam diam.
“Oppa…” lirih Ji Yeon.
Minho tidak mempedulikan Ji Yeon yang kini hanya bisa menundukkan kepalanya dengan air matanya yang terus menetes. Ia masuk ke dalam mobil Kris tanpa menutup kembali pintunya, diraihnya kerah kemeja yang dikenakan Kris dengan kasar dan dengan penuh emosi ia memberikan hantaman berupa pukulan yang sangat keras dari kepalan tangan kanannya hingga darah segar mengakir di salah sudut bibir Kris, objek hantaman pukulan Minho.
“Kau!! Pergi dari hidupku dan Ji Yeon! Jangan pernah mencoba untuk kembali mendekati kekasihku.” Ancamnya penuh amarah, lalu turun dari mobil Kris begitu saja. Ditariknya tangan Ji Yeon agar mengikutinya.
Krystal yang menyaksikan pukulan keras yang diberikan Minho untuk Kris hanya bisa terkejut, panik, sepasang mata tajamnya tampak membulat sempurna dengan tangannya yang menutup mulutnya yang menganga. Ia segera masuk ke dalam mobil Kris untuk melihat langsung kondisi Kris.
“Gwaenchana?” cemas Krystal seraya menyentuh luka di sudut bibir Kris.
Kris hanya tersenyum. “Keluarlah, kau tidak usah pedulikan aku.” Acuh Kris.
Krystal menggelengkan kepalanya, lalu menutup rapat pintu mobil yang berada disisinya dari dalam. “Ayo jalankan mobilnya. Kita mampir ke apotik dulu. Aku akan mengobati lukamu.” Titah dan perhatian Krystal yang mencemaskan lelaki yang masih ia cintai dan sesali karena telah melepaskannya begitu saja gara-gara keegoisannya sendiri.
***
Minho membawa Ji Yeon ke apartementnya, dihempaskannya tubuh Ji Yeon di atas sofa. Minho memandang Ji Yeon dengan tatapan memangsa seraya tubuhnya yang kini sudah berada di atas tubuh Ji Yeon. Ia bisa melihat dengan jelas mata sembab dan bekas air mata di ke dua sisi pipi putih nan mulus kekasihnya itu.
Minho menarik nafas dalam-dalam begitu pun dengan Ji Yeon seakan terhipnotis ia pun melakukan hal yang sama, mereka melakukannya secara perlahan seakan menikmati udara yang diberkati karena saling berbagi. Minho bisa merasakan kaki Ji Yeon yang begitu lembut menyerempet kakinya.
“Kita akan baik-baik saja. Tak ada masalah antara kita. Jadi, tenanglah. Aku tidak akan pernah membiarkan Kris menyentuh bibirmu lagi.” ucap Minho yang sangat lembut dan begitu menenangkan, membuat Ji Yeon hanya tersenyum tipis seraya mengalungkan lengannya di leher Minho.
Minho tampak memandang bibir Ji Yeon yang begitu menggodanya, ia pun mulai membunuh jarak hingga bibirnya benar-benar melekat di bibir kekasihnya dan membuat Ji Yeon memejamkan matanya seketika. Minho mulai memejamkan matanya dan melumat bibir kekasihnya itu dengan sangat lembut dan penuh perasaan. Ia melumat setiap lekuk bibir mungil Ji Yeon seakan ingin menghapus bekas ciuman yang telah diberikan Kris seraya membelai mesra rambut dan pipi Ji Yeon. Minho tersenyum disela-sela ciumannya ketika mulai merasakan bibir Ji Yeon yang mulai membalas setiap lumatannya, mengikuti cara bermain Minho. Tangan Minho sudah mulai nakal, tangannya mulai meraba sepasang payu dara milik kekasihnya itu dengan penuh gairah tanpa menghentikan ciuman mereka yang semakin panas dan dalam.
Minho dan Ji Yeon bersamaan melepaskan ciuman mereka setelah mereka puas, kemudian saling melempar senyuman dengan nafas mereka yang tersendat-sendat karena ciuman mereka yang terlalu lama.
“Aku akan menikahimu secepatmu. Aku ingin semua orang tahu kalau Park Ji Yeon hanya milik Choi Minho.” ucap Minho sungguh-sungguh dan meninggalkan kecupan mesra di kening Ji Yeon, membuat kekasihnya itu kembali memejamkan matanya kembali menikmati kecupan mesra yang diberikan Minho di keningnya.
“Saranghae oppa..” Ji Yeon tersenyum senang sekaligus haru mendengar ajakan menikah meluncur dari mulut kekasihnya itu.
***
Ji Yeon tampak baru terbangun dengan rasa berbunga-bunga yang tidak pudar sejak tadi malam. Ia tersenyum ketika mendapati Minho yang masih tertidur nyenyak seraya memeluknya begitu hangat. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar luas milik Minho dan mata indahnya tampak berbinar ketika mendapati tiga ekor burung kecil tengah bertengger di jendela kamar Minho. Ia perlahan melepaskan lengan Minho yang memeluknya agar tidak membangunkannya. Lalu, ia turun dari ranjang dan menghampiri 3 ekor burung kecil yang tampak cantik di mata Ji Yeon.
“Aigoo kalian cantik sekali..” kagum Ji Yeon memandang takjub 3 ekor burung kecil itu hingga ia merasakan silau menerpa wajahnya, rupanya matahari baru naik. Ji Yeon segera menutup tirai yang memang terbuka sejak semalam agar tidak mengganggu tidur kekasihnya. Ia ingin membiarkan kekasihnya itu tidur lebih lama pagi ini.
Ji Yeon kembali naik ke atas ranjang dan kembali membaringkan tubuhnya seraya memeluk Minho.
“Aku tidak sabar menjadi isterimu Oppa.. Aku yakin kalau aku akan menjadi gadis yang sangat beruntung karena memiliki suami sepertimu.” Ji Yeon tersenyum lalu memberikan kecupan singkat di bibir Minho.
***
Seharian ini Kris hanya tidur dan mengurung dirinya sendiri di dalam kamar. Ia tidak mempedulikan ocehan Suho yang memintanya untuk segera bangun dan makan. Ia masih belum terbiasa hidup tanpa Ji Yeon, gadis yang selalu memberikan selamat malam sebelum tidur dan selamat pagi setelah bangun tidur, rengek manjanya, semua hal tentang Ji Yeon. Kris merasa sangat kehilangan Ji Yeon.
“Kris!! Sampai kapan kau hanya tidur seperti eoh? Kau tidak bosan? Palli, bangunlah.. kau harus makan. Jangan sampai staminamu menurun hanya karena patah hati. Ayoolaah… kau ini tampan dan masih muda. Kau bisa berkencan dengan gadis mana pun yang kau mau. Jangan menjadi lelaki lemah dan menyedihkan seperti ini.” omel Suho yang juga merasa sangat khawatir pada artisnya itu.
“Berhenti mengoceh! Aku akan keluar dari kamar dan makan kalau aku sudah lapar. Kau tidak usah memperlakukanku seperti bayi yang terus kau bujuk untuk makan. Keluarlaah… aku masih ingin tidur.” sahut Kris di balik selimut, membuat Suho hanya menghela pasrah dan keluar dari kamar Kris untuk kesekian kalinya.
***
Minho dan Ji Yeon tampak menikmati waktu mereka bersama saling memeluk di atas tempat tidur.
“Chagii…” Minho memberikan kecupan singkat di puncak kepala Ji Yeon setelah memanggil Ji Yeon.
“Wae oppa..” sahut Ji Yeon yang tersenyum sangat manis dan lucu di mata Minho.
“Kau mau dengar rahasia Oppa? Rahasia yang hanya diketahui oleh diriku sendiri, ke dua orang tuaku sendiri dan hyung ku.” Minho tampak tersenyum misterius memancing rasa penasaran Ji Yeon.
“Rahasia apa? Palli ceritakan padaku!!” rengek manja Ji Yeon seraya menunjukkan sisi manisnya yang semakin membuat wajah cantiknya semakin polos dan menggemaskan.
“Terima kasih karena Tuhan telah mempertemukanku dengan gadis sepertimu.” Minho tersenyum sangat tampan lantas memberikan kecupan di kening Ji Yeon.
“Wae?” tanya Ji Yeon bingung.
“Kau tahu? Sebelum aku mengenalmu, mereka sering merencanakan kencan buta untukku dengan para gadis.” Ungkap Minho kembali mengingat usaha ke dua orang tuanya juga hyung nya menjodohkan dengan gadis-gadis pilihan mereka.
Ji Yeon tampak menggembungkan ke dua sisi pipinya sangat lucu tidak suka ketika Minho membicarakan gadis lain dihadapannya. Tapi, Ji Yeon hanya bisa memendamnya karena penasaran dengan cerita selanjutnya.
“Dulu.. ku pikir cinta hanya membuang-buang waktuku saja. Cinta hanya pemborosan waktu saja dan tidak penting. Aku tak pernah berpikir dan menginginkan untuk menjadi separuh jiwa siapapun. Aku merasa jauh lebih bahagia tanpa cinta yang tidak abadi. Tapi…. karena aku bertemu denganmu, kau merubah semua yang ku pikirkan tentang cinta sebelumnya. Mengenalmu, membuatku merubah semua pemikiranku tentang cinta.” Ungkap Minho terdengar jujur. Ia kemudian merogoh sesuatu di dalam saku celana yang ia kenakan dan tidak lama kemudian Ji Yeon merasakan ada sesuatu yang melingkar di jari manis tangan kirinya.
“Oppa…” sepasang mata indah Ji Yeon mulai berkaca-kaca memandang cincin putih melingkar sempurna di jari manisnya.
“Menikahlah denganku. Aku berjanji tidak akan pernah berpaling darimu. Aku tidak akan pernah mengecewakanmu. Jadilah pendampingku hingga maut memisahkan kita. Kau bersedia?” Ji Yeon tampak tersenyum haru dengan air mata yang hampir menetes melihat kesungguhan Minho akan mencintainya dan ia menganggukkan kepalanya, lalu memeluk Minho sangat erat.
“Aku bersedia. Aku mau.. sangat mau menjadi pendamping hidupmu hingga maut yang memisahkan.” Ji Yeon tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia menangis bahagia di pelukan Minho. Minho pun tersenyum bahagia seraya bernafas lega, hanya tinggal selangkah lagi untuk memiliki Ji Yeon seutuhnya.
‘Aku akan melindungimu selama sisa hidupku. Aku janji.’ Batin Minho sungguh-sungguh.
***
Ji Yeon tampak cantik dengan balutan gaun pengantin putihnya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia dan gugup menghiasi wajah cantiknya.
Ji Yeon menghembuskan nafas dalam-dalam secara perlahan sebelum ia berjalan melewati lorong gereja ditemani sang Appa menuju lelaki tampan yang tengah menunggunya di depan altar, lelaki yang akan menjadi suaminya setelah pengikraran janji suci pernikahan yang mereka ucapkan disaksikan Tuhan, Pendeta, ke dua orang tua mereka, keluarga besar, kerabat dan jema’at gereja yang ikut hadir.
Hari ini adalah hari yang sangat berarti dan bahagia bagi hampir seluruh orang Korea terutama Minho dan Ji Yeon. Lewat setiap stasiun televisi yang menggelar siaran langsung, hampir semua orang Korea terutama fans menonton prosesi pernikahan Choi Minho dan Park Ji Yeon.
Selain rancangan baju pegantin, kendaraan yang dipakai, sejumlah pernak-pernik lain, banyak juga yang ingin mengetahui bagaimana dekorasi gereja tempat keduanya menikah. Itu sebabnya sejumlah media di Korea, berlomba-lomba mengambil gambar di tempat-tempat eksklusif termasuk dari gereja itu.
Semua orang yang hadir langsung pada posesi pernikahan Minho dan Ji Yeon tampak ikut bersuka cinta kecuali Kris. Ia hanya terpaksa tersenyum dan berlalu begitu saja bahkan ia tidak menyadari Krystal yang berdiri tidak jauh darinya terus memperhatikannya.
Kris merasakan hatinya begitu sedih dan hancur. Ia masih belum merelakan Ji Yeon lepas darinya dan menikah dengan lelaki lain.
Ia duduk di bangku kayu di halaman belakang gereja. Disana sangat sunyi dan sepi. Ia merogoh ponselnya dan menekan nomor ponsel yang sudah ia hafal di luar kepala.
“Yeoboseyeo. Kris! Kau tidak datang ke hari pernikahanku bersama Minho oppa??” terdengar suara Ji Yeon yang terdengar kecewa karena ia kira Kris tidak menghadiri posesi pernikahannya.
“Ji Yeon.. Dengarkan aku!!” pinta Kris, sedangkan Ji Yeon hanya diam tanpa suara menunggu ucapan Kris selanjutnya.
‘ Aku menghubungimu bukan untuk mengucapkan selamat atas pernikahanmu. Hari ini bukan hari istimewa bagiku. Aku meneleponmu hanya ingin mengatakan jika aku peduli padamu. Aku meneleponmu hanya untuk bilang aku mencintaimu.’ Kris mengatakannya dalam lubuk hatinya.
Ia terkekeh pelan dan memaksakan untuk tersenyum.
“Chukae.. chukae atas pernikahan dengan Minho. Berbahagialah.” Kris mengangkat kepalanya guna mencegah air matanya yang bisa tumpah kapan saja, lalu mematikan ponselnya begitu saja. Ia harus mulai belajar melepaskan Ji Yeon untuk lelaki yang ia cintai juga mencintainya.
“Ji Yeon… terima kasih kau telah membuatku jatuh cinta padamu. Aku.. aku tidak akan pernah menyesal telah melakukannya.” Gumamnya dan masih terus berusaha tersenyum.
Krystal hanya bisa menundukkan kepalanya dan meninggalkan Kris begitu saja.
‘Seandainya aku tidak begitu saja melepasmu, aku tidak akan pernah melihatmu menyedihkan seperti ini. Ma’afkan aku Wu Fan Oppa.’ batin Krystal dengan rasa sesal dan rasa cinta bertepuk sebelah tangan menyelimuti benaknya.
***
“Nugu?” tanya Minho pada Ji Yeon yang tiba-tiba diam setelah menerima telepon dari Kris.
“Kris! Dia bilang selamat atas pernikahan kita.” Sahut Ji Yeon. Ia kemudian menghambur ke pelukan Minho tidak peduli banyak orang disekitar mereka.
“Hari ini aku sangat bahagia. Aku mencintaimu oppa..” ungkap Ji Yeon dengan senyuman bahagianya.
Minho membalas pelukan Ji Yeon dengan hangat. “Ne, aku juga sangat mencintaimu.”
THE END