Minho baru saja memarkirkan mobilnya di area parkir kampus.
“Ji Yeon…” panggilnya pada Ji Yeon yang akan membuka pintu mobil. Tangannya meraih jari-jemari lentik Ji Yeon yang selama ini ingin ia sentu, lalu menautkan jari-jemarinya disana.
Ji Yeon gugup seketika dan perlahan menoleh pada Minho dengan jantung mereka yang sama-sama berdebar-debar.
“Ji Yeon, gomawo..” ucap Minho terlampau gugup.
Ji Yeon tersenyum canggung. “Aku pacarmu kan Oppa. Jadi, kau tidak usah banyak berterimakasih padaku.” Jawab Ji Yeon.
Minho tersenyum salah tingkah. “Ahh.. aku hanya terlampau senang dengan sikapmu hari ini.”
Senyum Ji Yeon tiba-tiba hilang berganti tatapan tajam langsung ke bola mata Minho, membuat Minho berhenti tersenyum membalas tatapan Ji Yeon yang tajam.
Minho lebih mendekat pada Ji Yeon yang kini merasa gugup. “Kajja kita turun.” Ucap Minho akhirnya. Ji Yeon bernafas lega dan menganggukkan kepalanya.
***
Krystal tampak kesal dengan ke dua tangannya yang mengepal di atas pahanya ketika melihat Minho dan Ji Yeon yang datang bersama ke kampus. Apalagi pagi ini ia bisa melihat tangan mereka yang saling bertautan dan mereka saling melempar senyuman.
‘No!!’ jerit hati Krystal yang tidak suka dengan sikap Ji Yeon yang kini perlahan menanggapi perlakuan Minho padanya.
“Hei!! Krystal-ssi! Kau masih bernyawa?” tegur Suho yang terlihat menahan tawa melihat ekspresi Krystal. Entah sejak kapan sudah berdiri di samping Krystal.
“Aku masih bernyawa hanya saja sulit bernafas!” sahut Krystal dengan emosi yang ia tekan lewat suaranya. Tiba-tiba ia merengek, “Aku tidak rela!! Aku tidak rela Minho sunbae berpacaran dengan Ji Yeon. Tidak boleeeh…”
Suho tertawa setelah mendengar sahutan dan rengekan Krystal yang seperti anak kecil. Lalu, ia berlalu meninggalkan Krystal begitu saja dengan tawanya yang belum berhenti.
***
Minho dan Ji Yeon sudah berdiri di depan ruang kelas Ji Yeon. Minho tampak tersenyum sangat hangat pada Ji Yeon yang hanya tersenyum tipis di hadapannya, tangan mereka masih saling bertautan. Mereka bahkan tidak peduli banyak orang yang memandang iri pada mereka.
“Chagi.. gomawo atas semuanya.” Lagi-lagi Minho mengucapkan terimakasih pada gadisnya yang kini belajar mencintainya.
“Oppa!! Aku kan sudah bilang berhenti mengucapkan terimakasih. Sebenarnya aku bukan type orang yang senang mengucapkan ungkapan testimoni seperti itu. Karena orang itu dirimu. Choi Minho yang sudah menyukai sejak lama, aku akan mengatakan.. Oppa terima kasih atas perasaan, perhatian yang kau tujukan padaku. Terima kasih karena telah mencintaiku. Aku akan belajar mencintaimu.” Minho kembali dibuat senang karena ini adalah kali pertama ia mendengar Ji Yeon yang begitu cerewet berbicara padanya.
“Chu˜” Minho mendaratkan kecupan di kening Ji Yeon. “Gadisku yang sangat cantik. Aku senang Tuhan mempertemukanku denganmu.” Minho menarik Ji Yeon ke dalam dekapannya dan memeluknya hangat serta penuh cinta.
THE END