“Hei! Kau tidak mendengarku.” Ulang Kris.
Ji Yeon hanya bisa menghela nafas dan berlari meninggalkan Kris yang hanya bisa memandang kepergian Ji Yeon dari atas rumah pohon.
***
Ji Yeon terus berjalan cepat melewati setiap koridor kampus hingga langkahnya terhenti ketika melihat Minho berjalan berlawanan ke arahnya sibuk berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
Bola mata mereka bertemu, Minho tersenyum dan melambai tangannya pada Ji Yeon, lalu berjalan menghampiri Ji Yeon seraya mematikan sambungan teleponnya.
“Hei! Kau dari mana saja? Sejak tadi aku mencarimu.” Tegur Minho setelah ia sudah berdiri tepat di hadapan Ji Yeon.
“Minho sunbae, aku tidak enak badan. Setelah ini aku mau izin pulang pada songsaenim.” sahut Ji Yeon dengan sepasang matanya yang berkaca-kaca.
“Kau sakit? Aku akan mengantarmu pulang. Oh iya, kau tunggu di mobilku saja. Biar aku saja yang meminta izin pada songsaenim.” Minho tampak cemas.
“Ne.” jawab Ji Yeon pendek.
Minho tersenyum lalu membelai kepala Ji Yeon dengan sayang. “Kau tunggu aku di mobil yaa. Aku janji tidak akan membuatmu menunggu lama.”
Ji Yeon menganggukkan kepalanya dan membiarkan Minho pergi memintakan izin pada Songsaenim untuknya.
***
Kris masih betah merebahkan tubuhnya di atas rumah pohon, seharian ini ia absen tidak mengikuti mata kuliah. Ia tampak merenungkan banyak hal, salah satunya Park Ji Yeon.
Sejak ia mendengar khabar Ji Yeon dan Minho sudah berpacaran, tiba-tiba segelintir kenangannya dan Ji Yeon terus berputar-putar di kepalanya membuatnya tidak fokus.
Flashback on
Ji Yeon dengan senyum di wajahnya tampak berjalan setelah ia keluar dari lift yang mengantarkannya dari loby hingga gedung apartement lantai 7. Ketika ia akan berbelok menuju nomor apartement yang memang sering ia kunjungi beberapa minggu terakhir ini, mendadak langkahnya terhenti ketika mendengar suara lelaki yang tidak asing di telinganya. Ia menyembunyikan dirinya di balik dinding tembok.
“Kau benar-benar akan pergi meninggalkanku?” terdengar suara Kris dengan lirih dan sedih.
“Mianhae Kris.” Balas lelaki yang kini sudah berada di dalam pelukan Kris dan Ji Yeon melihat itu.
“Kau bilang kau tidak akan pernah mengikuti orang tuamu untuk tinggal di Kanada. Kau akan tetap di Korea dan menemaniku disini. Kau…” ‘Chu˜’ lelaki itu mencium bibir Kris lebih dulu, menyela omongan Kris.
‘Deg!!’ jantung Ji Yeon seakan berhenti berdetak menyaksikan pemandangan yang begitu melukai perasaannya dan sangat mengejutkannya hingga air mata tumpah begitu saja di pipinya.
“Aku akan merindukanmu. Aku mencintaimu, Luhan…” ungkap Kris sungguh-sungguh.
“Nado. Mianhae Kris.. Ku mohon jangan pernah bilang cinta lagi padaku disaat kau sedang mengagumi gadis lain. Aku tahu kau mulai menyukai gadis bernama Park Ji Yeon kan? Setiap kali kau membicarakannya, matamu tampak berbinar. Kau menyukainya, Kris. Jadi, berhenti mengatakan cinta padaku disaat aku mencoba merelakanmu. Hiduplah normal Kris!” lelaki bernama Luhan, melepaskan pelukannya dan tiba-tiba Ji Yeon muncul diantara Kris dan Luhan dengan derai air mata menghiasi wajah cantiknya. Ji Yeon berjalan perlahan menghampiri Kris dan Luhan yang masih belum menyadari kehadirannya.
“Luhan….” lirih Kris, ia sangat menyayangi lelaki di hadapannya.
“Kris….” Deg!! Kris merasakan jantungnya begitu berdebar-debar seketika dan sangat kencang mendengar suara tidak asing di telinganya dan memanggil namanya. “Kau gay?” tanya suara itu, suara Ji Yeon tidak percaya dengan kenyataan yang baru ia ketahui. Kris dan Luhan perlahan menoleh ke arah Ji Yeon yang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Ji Yeon…” lirih Kris, matanya kini berkaca-kaca.
“Kau.. kau bilang jatuh cinta padaku. Tapi, ternyata kau menjalin hubungan dengan sesama lelaki tanpa aku ketahui? Kau tegaa… kau tega mengkhianati kepercayaan yang telah aku berikan padamu, Kris.” Wajah cantik Ji Yeon tampak memerah menahan emosi. “Aku tidak mau berbicara denganmu lagi. Kita putus!” Ji Yeon segera berbalik dan berlalu meninggalkan Kris juga Luhan yang hanya diam. Kris terkejut, ia tidak menyangka Ji Yeon akan mengunjungi apartementnya pada malam hari.
“Kejar dia Kris..” titah Luhan pada Kris yang masih saja diam di hadapannya. “Kris!!” Luhan terus memanggil nama Kris. Tubuh Kris seakan membeku seketika, mematung dan tidak menghiraukan panggilan Luhan padanya.
Flashback of
Kris hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri setelah mengingat kembali saat-saat kandasnya hubungan cintanya bersama Ji Yeon. “Ji Yeon, kau pasti sangat membenciku.” Gumamnya menyedihkan.
***
Ji Yeon tampak membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah Minho mengantarnya pulang. Ia pun menolak tawaran Minho untuk merawatnya dan menemaninya di rumah besar yang hanya dihuni olehnya. Ke dua orang tua dan kakak laki-laki Ji Yeon tinggal di Jepang.
Ji Yeon melirik jam di dinding kamarnya sudah menunjukan pukul. 9 malam.
Ji Yeon menghela nafas dan ketika ia memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan letak jam dinding, bola matanya menangkap sebuah bingkai foto yang sudah setahun terakhir ini berada di atas nakas sisi kanan tempat tidur Ji Yeon.
Ji Yeon meraih bingkai foto itu. Disana ada fotonya bersama Kris yang ia ambil setahun yang lalu, ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih. Tidak ada satu pun orang yang tahu tentang jalinan cintanya bersama Kris, bahkan Minho pun tidak tahu. Hanya Donghae, songsaenim nya yang sepertinya mencium ada aroma jalinan cinta antara Ji Yeon dan Kris.
“Kris… Hari ini kau berbicara denganku? Aku kan sudah bilang, aku tidak mau berbicara denganmu lagi. Jadi, percuma saja kau teriak-teriak seperti tadi. Karena aku tidak akan pernah menyahut omonganmu.” Ucapnya pada foto Kris dalam figura. “Tapi… setiap melihatmu.. jantungku masih berdebar-debar. Kau tahu apa artinya itu?” Ji Yeon terkekeh pelan. “Kalau kau tahu ini pasti kau akan menertawakanku. Kris! Kau adalah satu-satunya yang sangat ingin ku lupakan, satu-satunya yang tak ingin ku ma’afkan. Kau tahu? Hatiku sangat hancur ketika melihatmu berciuman dengan lelaki itu? Kau jahat Kris!!!” air mata Ji Yeon tumpah begitu saja. “Aku tidak suka dengan sebuah kebohongan. Kau bilang kau jatuh cinta padaku, tapi kau ternyata berhubungan dengan lelaki lain. Kau gay!! Kau gay!! Aku.. aku tidak mungkin berkencan dengan gay! Kau pikir aku gadis seperti apa, huhh???” Ji Yeon meluapkan kemarahannya pada foto Kris yang tampak merangkul mesra dirinya disana. “Kau sangat menyebalkan.” Ji Yeon menangis seraya memeluk fotonya bersama Kris dalam dekapannya hingga ia tertidur karena lelah menangis.
***
Seminggu berlalu, tidak ada perubahan banyak pada hubungan Minho dan Ji Yeon. Kini Minho terlihat mengendarai mobilnya menuju kediaman Ji Yeon untuk berangkat bersama ke kampus seperti biasa.
Sesekali Minho bersiul menghilangkan rasa bosannya, ia tidak sabar bertemu Ji Yeon hari ini.
Hingga tiba-tiba ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk. Ia segera meraih ponselnya dan tersenyum ketika mendapati nama <3 Ji Yeon <3 di layar ponselnya.
“Yeoboseyeo chagi..” jawab Minho. Sudah beberapa hari terakhir ini Minho memanggil Ji Yeon dengan panggilan sayang.
“Oppa.. kau sudah berangkat?” sahut Ji Yeon terdengar begitu lembut di telinga Minho. Sudah beberapa hari terakhir ini Ji Yeon memanggil Minho dengan sebutan ‘Oppa’ sesuai keinginannya.
“Ne, sekarang Oppa sudah dekat dengan rumahmu. Kau sudah siap?” balas Minho seraya tersenyum.
“Ne, aku sudah siap. Aku tunggu Oppa di depan rumah.” Jawab Ji Yeon sangat manis di telinga Minho.
“Ne, tunggu aku.” Pinta Minho.
“Ya sudah aku tutup teleponnya. Annyeong oppa.” Ji Yeon memutuskan sambungan teleponnya lebih dulu.
Minho tersenyum. Ini adalah pertama kalinya Ji Yeon menghubunginya lebih dulu.
***
Ji Yeon tampak menghembuskan nafas panjangnya setelah memutuskan sambungan teleponnya bersama Minho. Mulai pagi ini ia bertekad untuk mencoba belajar membalas perasaan cinta Minho dan melupakan Kris. Dia tidak mungkin mengharapkan Kris yang tidak akan pernah menjadi miliknya. Ia juga tidak mau berkencan dengan lelaki penyuka sesama jenis seperti Kris. Minho lebih baik dan Ji Yeon akan mencoba bersikap baik dan lembut pada Minho.
Tidak lama kemudian, mobil Minho sudah berhenti tepat di hadapan Ji Yeon. Minho membuka jendela mobil sisi kanan, dimana Ji Yeon berdiri.
“Masuklah.” Titah Minho tersenyum hangat pada Ji Yeon.
Ji Yeon menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil.
Minho kembali menutup jendela mobil setelah Ji Yeon sudah duduk manis di sampingnya.
“Bagaimana khabarmu pagi ini?” tanya Minho perhatian seraya melajukan mobilnya.
“Baik. Oppa?” balas Ji Yeon tersenyum manis.
“Sangat baik. Ada yang berubah denganmu pagi ini.” Minho menoleh sekilas pada Ji Yeon yang kini berbalas menoleh padanya.
“Berubah denganku? Apa?” tanya Ji Yeon.
“Tumben kau menghubungiku lebih dulu dan tersenyum sangat manis seperti itu padaku.”
“Oppa tidak suka?”
“Anniya. Hanya merasa aneh saja.”
“Bukankah Oppa mau aku untuk belajar mencintaimu. Aku sedang melakukannya. Aku sedang belajar mencintai Oppa..”
“Benarkah?” Minho tampak sangat senang.
“Tentu saja.” Jawab Ji Yeon manis.
“Terimakasih karena mau belajar mencintaiku. Aku akan menjadi pacar terbaik untukmu. Percayaalaah..” Minho tersenyum bahagia.
Ji Yeon hanya tersenyum dan perlahan ia lebih mendekat pada Minho, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Minho meskipun masih terasa canggung.
Deg! Jantung Minho semakin berdebar-debar. Ia tidak menyangka kalau Ji Yeon akan menyandarkan kepala di bahunya.
“Oppa…” Ji Yeon memanggil Minho dengan lembut dan menggetarkan hatinya.
“Ne?” sahut Minho gugup.
“Mianhae. Selama ini aku tidak pernah menganggapmu. Ma’afkan aku. Aku janji akan sungguh-sungguh mencintaimu mulai sekarang.” ‘Chu˜’ Ji Yeon mengecup pipi Minho dan mendiamkan bibirnya disana beberapa lama. “Aku akan belajar mencintaimu.” ucapnya lagi membuat Minho sangat bahagia karena mimpinya akan segera terwujud. Memenangkan hati Ji Yeon! ‘Ji Yeon saranghae.’ Batin Minho menjerit.