Unfinished Mission
CHAPTER 1
Author : Princess Nand, bellecious0193
Poster : bellecious0193, lily21lee
Rate : PG17 (Please consider your age before you read this story. Read on your own risk)
Length : Chaptered
Genre : action, romance
Disclaimer : All casts belong to God and their families but the story line are ours, kindly drop your comments.
Casts :
Wu Yi Fan aka Kris Wu
Lee Na Ra (OC)
Cho Kyuhyun
Lee Hea Ae (OC)
Oh Sehun
etc
Aku tidak pernah mengerti kenapa seseorang harus menunjukkan kesedihannya kepada orang lain. Bukankah tujuan kita hidup adalah untuk saling berbagi kebahagiaan? Lalu kenapa kau terlihat begitu sedih? Apakah kehidupanmu begitu membuatmu menderita?
***
A Restaurant, Seoul
“Errr... Hai!”
Seorang gadis yang mengenakan dress pendek berwarna abu-abu dengan rambut coklat panjang yang dibiarkan tergerai, sedikit berlari-lari kecil menghampiri sebuah meja. Dia menyapa dua orang yang sudah duduk disana sejak tadi dengan wajah masam.
“Apa aku terlambat?” gadis itu meringis sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal. Mencoba memikirkan berbagai alasan apapun yang mungkin terlintas di otaknya yang sedang mengalami penurunan daya pikir saat ini.
Baiklah, gadis itu tidak bodoh. Tentu saja. Gadis itu bahkan mewarisi sebagian besar kepintaran yang dimiliki otak Ayahnya yang merupakan salah satu mantan pengusaha terkenal di tanah Korea Selatan ini.
Ayahnya, Lee Hong Seok adalah seorang direktur utama dari Lee Group yang merupakan perusahaan properti terbesar di Korea Selatan. Sebagian besar perumahan mewah, mall besar dan apartemen yang tentu saja berharga tidak murah di Korea Selatan adalah miliknya.
Ibunya, Lee Han Na adalah seorang diplomat muda sebelum bertemu dengan Lee Hong Seok. Wanita itu mengakhiri karirnya dan memilih menjadi Ibu rumah tangga biasa saat akhirnya dia memutuskan untuk menikah dengan pria itu.
Kakaknya, Lee Ryu Jin tengah membangun karir sembari menyelesaikan gelar masternya di Perancis dan berencana untuk menetap disana.
Mereka adalah tipikal keluarga yang bahagia hingga kejadian sepuluh bulan yang lalu merenggut hampir seluruh kebahagiaan yang dimiliki oleh gadis itu.
Sepuluh bulan yang lalu adalah awal dari kehancuran separuh jiwa gadis itu. Ibunya mengalami gagal jantung setelah terpeleset di tangga saat hendak turun ke lantai satu rumahnya.
Ayahnya yang tengah mengadakan rapat dengan para petinggi perusahaan, langsung bergegas memacu mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi setelah mendapat kabar buruk itu.
Namun sayang, di pertengahan jalan saat mobilnya hampir mencapai rumah sakit, sebuah truk pengangkut peti kemas menabraknya dari arah yang berlawanan. Mobil itu terlempar beberapa meter menghantam dua toko yang terdapat di pinggir jalan. Membuat Lee Hong Seok kehilangan nyawanya seketika. Menyusul istri tercintanya. Membuktikan sumpah sehidup semati yang pernah mereka ucapkan di atas altar.
“Lima belas menit, Lee Na Ra.” Gadis berambut panjang dan ikal yang sedang duduk melirik jam tangannya.
“Maaf,” gadis yang dipanggil Na Ra itu tersenyum, menunjukkan sederetan giginya yang putih dan rata. “Aku terjebak macet tadi.”
“Alasan klise. Apa kau menangis lagi semalaman?” pria di samping gadis berambut panjang ikal yang sedari tadi hanya diam akhirnya bersuara.
Suara datar dan dingin pria itu membuat Na Ra menolehkan wajahnya ke pria itu.
“Aku? Tidak. Untuk apa aku menangis?”
Gadis yang duduk di samping pria itu mendengus. Dia meneguk secangkir caffe latte yang mulai dingin karena sudah dipesan sejak tadi.
“Kau punya aku, Na Ra-ya. Kau tidak sendirian,” ujar gadis itu sembari meletakkan cangkirnya. “Kau punya kami.” Lanjutnya.
“Hea Ae Eonnie,” gadis itu melembutkan suaranya. “Aku tidak apa-apa, sungguh. Kau dan Kyuhyun Oppa tidak perlu mencemaskan aku.”
Tentu saja gadis itu berbohong. Tepat pada hari kemarin, sepuluh bulan yang lalu gadis itu kehilangan kedua orang tuanya di hari yang sama. Saat gadis itu tengah dalam perjalanan menuju ke kampusnya.
Jika teringat tentang kejadian buruk itu, dia bahkan tidak akan tidur semalaman. Sejak kembali dari pemakaman orang tuanya kemarin sore, gadis itu memilih mengurung diri di kamar. Kebiasaan yang memang selalu dilakukannya sejak kematian orang tuanya, berkunjung di tanggal yang sama setiap bulan ke pemakaman mereka. Setelah itu, menghabiskan waktunya untuk mencoba menghubungi kakaknya, namun akhirnya menyerah saat tidak satupun dari panggilannya dijawab oleh kakaknya itu.
Na Ra selalu menangis sendirian. Gadis itu sedikit keras kepala jika menyangkut tentang menangis. Karena sejak hari itu, dia sudah berjanji. Dia berjanji pada dirinya sendiri demi kedua orang tuanya bahwa dia tidak akan memperlihatkan kesedihannya kepada orang lain. Dia berjanji akan selalu menjadi Na Ra yang sama seperti saat orang tuanya masih hidup. Menjadi Na Ra yang ceria, menjadi Na Ra yang selalu menjadi pendengar yang baik bagi semua orang-orang terdekatnya.
“Katakan sesukamu. Tapi aku benar-benar tidak suka melihatmu menahan kesedihanmu hanya untuk membuktikan bahwa kau adalah gadis yang kuat di hadapan orang-orang. Itu tidak berlaku di hadapanku dan Kyuhyun, Na Ra-ya. Dan tidak di hadapan Ryu Jin.”
Tepat sasaran. Na Ra menundukkan kepalanya saat Hea Ae menyebutkan nama Ryu Jin–kakaknya. Gadis itu tersenyum. Senyum yang seolah mengasihani dirinya sendiri. Hatinya berkedut hanya dengan mendengar nama kakaknya disebut. Kapan terakhir kali dia berbicara dengan kakaknya? Bahkan dia sendiri tidak ingat. Gadis itu benar-benar merindukan kakak laki-laki satu-satunya itu.
“Apa kau sudah menghubungi Ryu Jin lagi?” tanya Hea Ae.
“Sudah. Tapi tidak diangkat, mungkin dia sedang sibuk.”
Hea Ae mengangguk. “Apa kau membutuhkan sesuatu? Apapun itu, aku akan membantumu.”
“Tidak perlu, Eonnie. Kau ingat aku pernah bercerita padamu kalau aku melamar pekerjaan di sebuah majalah?” Na Ra mengangkat wajahnya. Gadis itu bahkan sudah menunjukkan ekspresi ceria di wajahnya lagi. “Aku diterima disana. Dan uang yang kuhasilkan dari pekerjaanku, sudah lebih dari cukup untuk memenuhi uang sakuku.”
“Kau terdengar bangga.” cibir Kyuhyun.
“Ck! Tutup saja mulutmu, Kyuhyun Oppa.”
“Hei, hei kalian!” ujar Hea Ae menghentikan aksi konyol kedua manusia yang selalu menjadi prioritas utama dalam hidupnya, sebelum mereka kembali saling serang seperti biasanya. “Cho Kyuhyun, berhenti menggoda adikku. Dan kau Lee Na Ra, sudah biarkan saja Oppa mu ini bicara sendiri.”
“Yah! Hea Ae-ya!” teriak Kyuhyun.
Na Ra terkekeh melihat Hea Ae lebih membelanya daripada Kyuhyun. Sejak pertama kali dia bertemu dengan Kyuhyun, pria itu memang selalu menjahilinya. Tapi Na Ra tidak pernah menyesali keputusan Hea Ae–kakak sepupunya untuk menikahi pria itu. Gadis itu selalu berfikir bahwa Kyuhyun memang sosok pria yang tepat bagi Hea Ae. Menurutnya Kyuhyun dan Hea Ae bagaikan dua sisi koin yang berbeda yang tidak bisa terpisahkan. Seperti magnet dengan dua sisi berbeda yang saling tarik menarik. Seperti mereka diciptakan memang untuk saling melengkapi satu sama lain.
Jika melihat dua orang yang saat ini sedang berada di depannya, gadis itu bahkan selalu membayangkan seperti apa sosok pria yang kelak akan menjadi tempat untuk mencurahkan semua air mata yang selalu disimpannya dengan baik dari hadapan orang lain hingga saat ini. Apakah pria itu mau menerima semua kekurangannya? Apakah pria itu akan dengan tulus mencintainya? Apakah pria itu akan selalu bersikap sedikit konyol di hadapannya seperti suami kakak sepupunya ini? Ataukah dia tipe pria yang selalu serius jika itu berhubungan dengan hidupnya?
“Apa setelah ini kau akan ke kantor?” Hea Ae kembali bertanya.
Gadis itu tersentak dari lamunan konyolnya tentang seorang pria–yang bahkan sangat jarang menjadi topik pembicaraan di otaknya sendiri. Dia meminum bubble tea pesanannya yang baru saja diantarkan oleh seorang pelayan untuk sekedar mengalihkan ekspresi terkejutnya.
“Ya. Ada yang harus aku lakukan setelah ini.”
“Kalau begitu kami akan mengantarmu ke sana.”
Gadis itu menggeleng. “Tidak, Eonnie. Aku bisa ke sana dengan kereta bawah tanah. Lagipula, kantorku tidak terlalu jauh dari sini.”
“Baiklah.” Ujar Hea Ae akhirnya mengalah, tahu bahwa dia tidak akan bisa memaksa keinginan adik sepupunya itu.
***
Na Ra’s Office
“Kau memanggilku, Jung Sajangnim?” tanya Na Ra yang kini sudah berdiri di ambang pintu ruangan atasannya.
Wanita yang dipanggil Sajangnim itu tersenyum lalu menangguk. “Kemari, duduklah.”
“Ada apa?”
“Ada satu hal penting yang ingin aku katakan padamu.”
“Hmm… Jung Sajangnim, kau membuatku sedikit merasa tidak tenang. Katakan saja, apa ini tentang kinerjaku yang buruk?”
Wanita itu terkekeh pelan lalu menggeleng. “Bukan. Justru aku memanggilmu kemari untuk memberimu sebuah tugas penting karena aku melihat kinerjamu cukup bagus selama ini walaupun kau terbilang baru.”
“Tugas penting? Apa itu?”
“Mewawancarai Kris Wu, pemilik Wu Corporation.”
Na Ra hampir tersedak nafasnya sendiri saat wanita di hadapannya ini menyebutkan nama itu. Baiklah, siapa warga Korea yang tidak mengenal Kris Wu? Muda, tampan dan kaya. Tiga kata yang melekat sempurna pada sosok pria itu. Kris Wu memang bukan berasal dari Korea, tapi perusahaan yang bernaung dibawahnya adalah perusahaan-perusahaan besar yang iklannya selalu malang melintang di seluruh pelosok negara ini. Sejajar dengan suami kakak sepupunya yang menyebalkan-Cho Kyuhyun.
“Baiklah. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu, Sajangnim.”
“Aku tahu kau akan mengatakan hal itu.” Ujar wanita itu senang.
***
Na Ra’s Apartment
“Oppa!!! Bisakah kau menjemputku sekarang?
“…”
“Tidak bisa, kalau aku menggunakan taksi itu akan menghabiskan jatah uangku hari ini. Kau berjanji akan membantuku saat aku kesulitan, kan? Jadi, jangan banyak bertanya. Cepat kemudikan mobilmu sekarang juga ke apartemenku. Aku menunggumu di lobi. Cepat, ok? Aku sedang terburu-buru.”
Na Ra menutup ponselnya dan menggigit bibirnya cemas. Jika saja dia tidak dilanda kecemasan semalam suntuk karena memikirkan tentang tugas pentingnya hari ini, dia tidak akan bangun kesiangan.
Bangun kesiangan. Ya, bangun kesiangan! Itulah yang sedang di alaminya saat ini. Gadis itu bahkan sampai menelefon Kyuhyun dan memaksa pria itu untuk mengantarnya ke stasiun kereta bawah tanah. Untuk menghemat waktu lebih tepatnya. Persetan dengan suami kakak sepupunya itu yang sudah pasti akan membuat telinganya panas dengan seluruh kalimat-kalimat nasihat yang menurut gadis itu sendiri lebih mirip seperti omelan.
***
Setelah melalui perdebatan konyol di sepanjang perjalanan menuju stasiun kereta bawah tanah akhirnya Na Ra sampai dengan selamat disana. Tentu saja Kyuhyun akan mengantarkannya dengan selamat, hanya saja ocehan pria yang ia panggil Oppa itu sukses membuat kepalanya berdenyut.
Tapi di sisi lain ia begitu bersyukur karena Hea Ae menikahi pria semacam Kyuhyun, seseorang yang melengkapi hidup sepupu kesayangannya itu.
Na Ra melambaikan tangannya pada Maserati Gran Carbio yang dikendarai Kyuhyun dan segera melangkahkan kakinya memasuki stasiun kereta yang sudah sangat familiar baginya.
***
Wu Corporation, Seoul
20 menit kemudian gadis itu sudah sampai di salah satu gedung perkantoran termewah di Gangnam, Wu Corporation.
Berada di kompleks perkantoran termewah tentu sudah merupakan indikasi bahwa perusahaan itu adalah perusahaan dengan kelas multinasional. Selain bisnis properti yang sudah terkenal selama puluhan tahun, Wu Corporation juga mendominasi bisnis telekomunikasi, pertambangan, elektronik, fashion, dan juga jangan lupakan jaringan supermarket mereka yang sudah tersebar tidak hanya dikawasan Asia tapi juga seluruh dunia.
Gadis dengan setelan atasan oranye, jeans biru dan high heels hitam itu duduk dengan gusar di sebuah sofa ruang resepsionis. Ia sebenarnya masih tidak mengerti kenapa seorang “newbie” seperti dia sudah mendapatkan tugas maha penting untuk mewawancarai seorang CEO paling hot saat ini, Wu Yi Fan atau orang-orang biasa memanggilnya Kris Wu.
Na Ra tentu saja hafal betul dengan sosok yang luar biasa itu. Pria muda berusia 24 tahun yang sudah begitu sukses meneruskan bisnis yang diwariskan dari Ayahnya itu. Bahkan kini Wu Corporation menjelma menjadi salah satu dari 5 perusahaan paling sukses di dunia di bawah tangan dingin Kris Wu.
“Nona... maaf sekali tapi Tuan Muda Wu tidak bisa melakukan wawancara kali ini. Beliau harus terbang ke Hongkong untuk rapat dengan salah satu koleganya.”
Seorang pria muda dengan setelan tuxedo abu-abu menghampiri Na Ra saat gadis itu sibuk menghafalkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukannya pada Kris.
“Ne?”
“Maaf sekali lagi nona, Tuan Muda ingin anda kembali lagi dua hari kedepan. Maaf atas ketidaknyamanan ini.” Pria itu membungkuk sopan dan tersenyum, menampilkan dimples-nya yang dalam.
Na Ra sudah akan meledak marah jika ia tidak merasa segan pada kesopanan pria di depannya itu. Dan gadis itu hanya memilih untuk memaki dalam hati.
Kris Wu sialan! Mentang-mentang dia seorang CEO terkenal apa dia bisa membatalkan begitu saja janji dengan majalah tempatku bekerja?
Oh ayolah! Seorang Lee Na Ra sudah dengan susah payah menempuh perjalanan panjang dengan kereta bawah tanah yang penuh sesak, belum lagi ia harus menerima omelan dari Kyuhyun yang entah kenapa pria itu selalu saja mengomel padanya.
“O… Oke… Gamsahamnida.” Na Ra membungkuk sopan dan sekilas membaca name tag yang digunakan pria itu, Zhang Yixing.
Dan demi Tuhan ia ingin menyumpah agar Kris Wu segera berterima kasih pada Yixing karena jika tidak karena kesopanan Yixing mungking Na Ra sudah akan melemparkan bom molotov tepat di wajah tampan Kris.
***
Coffee Shop, Seoul
Dengan langkah gontai gadis itu keluar dari gedung perkantoran itu dan menuju sebuah coffe shop terdekat. Ia memilih tempat duduk di dekat jendela agar ia bisa melihat orang-orang yang berlalu-lalang di sepanjang jalan, sebuah pemandangan favoritnya.
Na Ra memesan green tea frappucino dan menyesap pelan minuman favoritnya itu. Gadis itu menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Amarah yang sedari tadi membuat kepalanya panas sedikit terobati saat dengan perlahan rasa manis dan pahit itu mengaliri kerongkongannya.
“Fiuh… Kenapa harus seperti ini? Menyebalkan sekali.” Ia menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya.
“Kau kenapa, hmm?” seorang pria dengan kulit seputih susu tiba-tiba muncul dan mengusap pelan rambut coklat panjang gadis itu.
“Monsieur Oh!” gadis itu terlonjak gembira dan tersenyum.
‘’Hei, kau tahu? Wajahmu sudah seperti baju kusut yang tidak pernah bertemu alat setrika.‘’ Pria itu terkekeh pelan sambil menunjuk wajah Na Ra yang sedang kesal.
‘’Kenapa malah meledekku? Lagipula bagaimana kau bisa kemari?’’ Na Ra menggerutu pelan sambil menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya lagi.
Pria itu berpindah di sebelah Na Ra dan membelai pelan rambutnya lagi, membuat gadis itu mendongakkan kepalanya.
“Aku kesal sekali Sehunnie…” Na Ra kembali menggerutu pelan pada pria disampingnya, Oh Sehun.
“Aku tahu.”
“Sok tahu!”
“Aku memang tahu.”
‘’Jadi, apa kau akan memberitahuku kenapa kau bisa tahu aku disini?’’ Na Ra memilih menyudahi perdebatannya dengan Sehun.
Gadis itu merasa jika Sehun memiliki banyak kemiripan dengan Kyuhyun, terutama sisi jahil dan menyebalkan yang mereka miliki. Walaupun tentu saja mereka termasuk dalam daftar orang-orang yang super baik di hidupnya.
‘’Alarm minta tolongmu berbunyi kencang, itu yang membuatku ada disini.’’ Sehun tersenyum tulus, memperlihatkan eye smile-nya.
‘’Sehunnie…’’
‘’Aku berkata yang sebenarnya. Bukankah setiap kau membutuhkan pertolongan aku selalu ada, hmm? Kau harus mengakui bahwa Oh Sehun ini memang super keren, kan? ‘’
Na Ra hanya menatap lekat Sehun tanpa mengatakan sepatah katapun. Sehun benar, ia selalu ada saat Na Ra membutuhkannya. Seperti pria itu sudah memasang alarm darurat tak terlihat ditubuhnya. Dan alarm itu akan berbunyi setiap gadis itu membutuhkan pertolongan, kapanpun itu. Sebuah hal yang bahkan sampai sekarang tidak pernah ia pahami.
‘’Na Ra-ya, apakah ada hal buruk yang menimpamu?’’ ada raut wajah khawatir yang terpatri jelas di wajah tampan Sehun.
‘’Hari ini seharusnya menjadi hari yang bersejarah untukku karena majalah tempatku bekerja mempercayakan sebuah tugas super penting untuk seorang newbie sepertiku.’’
‘’Tugas super penting macam apa?’’
‘’Mewawancarai seorang Kris Wu.’’
‘’Mwo?’’ mata Sehun membulat sempurna saat mendengar nama Kris Wu.
‘’Tapi kau tahu? Pria itu dengan seenaknya membatalkan janji denganku. Oke, baiklah dia CEO salah satu perusahaan terbesar di dunia, tapi dia tidak bisa begitu saja membatalkan janji denganku, kan? Oh ayolah... semua orang juga punya kesibukan, kan? Dia amat sangat menyebalkan! Dan aku ingin sekali melempar wajahnya dengan bom molotov! Arghhhh... aku kesallllllllll!!!” Na Ra menekankan setiap kata kesal yang ia ucapkan, seolah kata kesal adalah salah satu cara untuk meluapkan amarahnya.
“Mungkin ada suatu hal yang sangat mendesak yang harus dia urus. Seperti katamu tadi, dia seorang CEO. Jadi itu adalah hal yang wajar bukan jika dia super sibuk?”
“Kau juga seorang CEO Oh Sehun, tapi kau tidak tampak sibuk sepertinya. Dan oh, lihatlah kini kau bahkan duduk di sebuah coffee shop denganku.” Na Ra melipat kedua tangannya, menatap Sehun dengan tatapan tajam yang mengintimidasi.
“Err... Yah... Kau tahu kan, eum… Aku-”
“Jangan suka bermain-main Oh Sehun, ada ratusan ribu karyawan yang menggantungkan nasibnya di bawah pimpinanmu.”
“Yak! Kenapa kau malah menceramahiku?”
‘’Aku tidak menceramahimu.’’ Na Ra mengambil gelas green tea frappucinonya dan melangkah keluar diikuti Oh Sehun yang masih mengekor di belakangnya.
‘’Lee Na Ra! Yak! Na Ra-ya! Geshhh… Gadis itu.’’ Sehun berteriak frustasi saat gadis itu dengan seenaknya berjalan meninggalkannya dan menaiki taksi yang kebetulan melintas disana.
‘’Selalu saja seenaknya sendiri.‘’ Sehun mengerutu kesal saat dilihatnya taksi yang ditumpangi Na Ra semakin menjauh
***
Wu Corporation, Seoul
Malam sebelum Na Ra me-reschedule wawancaranya dengan Kris Wu, gadis itu tidak bisa tidur. Ia terus menerus menghafalkan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sudah ia hafal di luar kepalanya. Ia bahkan melatih beberapa trik agar nantinya Kris mau dengan suka rela menjawab setiap pertanyaan yang akan dilontarkannya. Yah seperti yang sudah diketahui semua orang, Kris Wu adalah tipikal orang yang tidak banyak bicara. Itulah yang membuatnya panik setengah mati. Ia tidak boleh gagal ditugas penting pertamanya, kan?
Satu jam sebelum wawancara, Na Ra sudah berada di gedung perkantoran yang sebenarnya enggan ia kunjungi lagi. Tapi apalah daya? Pekerjaan memaksanya melakukan hal-hal yang dibencinya.
“Selamat pagi, nona muda.” Pria dengan dimple dalam itu menyapa Na Ra lagi hari ini dengan sopan.
“Eh... Jangan memanggilku seperti itu, panggil saja aku Na Ra. Lee Na Ra.”
“Baiklah nona Na Ra, jadi kau sudah siap untuk wawancara hari ini? Kau tampak sudah amat sangat siap.’’ Ujar pria itu sedikit menggoda.
“Ne, tentu saja Mr. Zhang.’’
“Kau tahu namaku?’’
Na Ra hanya menunjuk pada name tag yang Yixing gunakan.
“Ah iya, aku lupa.’’ Yixing terkekeh pelan.
Sesaat kemudian ponselnya bergetar. Pria itu memberikan isyarat mohon izin agar ia bisa mengangkat telfon yang segera dijawab dengan anggukan Na Ra.
“Ne… ne, Tuan muda.”
“…”
“Ne, baik. Akan saya sampaikan.”
Flip.
Yixing mematikan ponselnya. Raut wajahnya yang tadi diselimuti senyum ramah, kini berubah menjadi masam saat ia berjalan mendekati Na Ra.
“Kenapa, Mr. Zhang? ‘’
“Mianhamnida, saya harus mengatakan ini lagi tapi Tuan Muda Wu tidak bisa melakukan wawancara kali ini, ia harus menemui rekan bisnisnya yang lain dan-’’
Yixing tak mampu melanjutkan kata-katanya saat ia melihat kilat marah di mata Na Ra. Gadis itu sudah benar-benar kehilangan kata-katanya.
“Na Ra-ssi, gwenchana?’’
“Gwenchanassimika. Keureom, saya permisi dulu.’’ Na Ra segera beranjak dari sana, menelan bulat-bulat kekecewaan yang kembali dirasakannya lagi.
Ia ingin berteriak dan menyumpah saat itu juga, dan jika perlu memukul wajah Kris hingga wajah tampannya dipenuhi lebam. Tapi sayangnya ia masih cukup waras untuk tidak berteriak dan menyumpah di depan umum, ia bisa saja langsung dilarikan ke rumah sakit jiwa saat itu juga. Dan untuk opsi memukul wajah Kris, ia rasa itu bukan ide buruk.
“Shiittttt!’’ gadis itu menyumpah sambil berlalu pergi, menggenggam erat tangannya sampai buku-buku jarinya memutih. Berharap emosinya tidak meledak saat itu juga.
***
Na Ra’s Apartment, Seoul
Na Ra tengah bergulung-gulung di atas karpet di sisi depan ranjangnya, mood-nya sedang begitu buruk. Setelah gagal lagi melakukan wawancara dengan Kris, ia memutuskan untuk tidur seharian. Hal yang akan selalu dilakukannya saat tertimpa masalah-tidur. Satu-satunya pelarian dari dunia yang memang sudah kelewat kejam untuknya.
“Arghhhh! KRIS WU SIALAN!!” Na Ra melemparkan sebuah bantal ke sembarang arah dan menggigit tangan teddy bear kesayangannya.
“Hey Booya! Kau tahu, pria sialan yang sudah membuatku menghabiskan waktu berhargaku? Dia adalah CEO Wu Corporation yang super terkenal itu! Dia pria paling sialan yang pernah aku temui! Arghhhhhh!” Na Ra berbicara pada boneka kesayangannya itu dan menggigitnya lagi.
"Drrttt... Drrtttt…"
iPhone gadis itu bergetar, ada sebuah nomor asing yang mengiriminya pesan.
From: +621xxx
Wawancara denganku sekarang. Yeoksamdong, Gangnam-gu no.21. Aku memberimu waktu 20 menit, telat semenit saja aku akan membatalkannya. Kris Wu.”
Na Ra membelalakkan matanya, dan berjengit ngeri mendapati pesan dari Kris yang datang tiba-tiba. Dengan asal ia segera berlari menyambar asal high heels-nya.
Untuk pertama kalinya dalam enam bulan, ia kembali mengendarai mobilnya. Sebuah SUV keluaran Volvo, XC390 yang merupakan SUV teraman di dunia, mobil pemberian mendiang Ayahnya.
Gadis itu segera menginjak pedal gas dalam-dalam hingga jarum speedometer menunjuk pada angka 200km/jam, membuat gadis itu mendapatkan teriakan dari orang-orang yang juga sedang mengemudi. Tapi untuk kali ini saja ia ingin bersikap egois, pekerjaan sedang memburunya.
Sekali lagi Na Ra membaca pesan singkat yang Kris kirimkan, menimbang-nimbang apakah dia tidak tersesat karena kini ia sudah berada di depan sebuah klub malam terkenal di Seoul, Star Club.
Dengan ragu-ragu, gadis itu turun dari mobilnya dan mengutuk dirinya sendiri karena ia hanya mengenakan hot pants dan sebuah atasan hitam dengan punggung terbuka.
“Oke Lee Na Ra, kau tampak sangat bitch malam ini. Dan kau Kris Wu, kau benar-benar brengsek!” umpatnya.
Perlahan gadis itu mendekati pintu masuk club malam itu. Ada sekitar empat orang lelaki bertubuh kekar dengan setelan serba hitam yang menjaga pintu masuk klub malam paling mewah di Seoul itu.
Na Ra menarik nafasnya perlahan dan memberanikan diri memasuki klub itu saat sebuah tangan kekar mencengkeramnya.
“ID Card-mu, nona?’’ suara pria kekar itu sudah cukup membuat Na Ra berjengit tapi dengan cepat ia menutupi kegugupannya itu.
Dan what the hell! ID card macam apa? Kenapa harus menggunakan ID card hanya untuk masuk ke sebuah klub?
“Ne?”
“Kau tidak bisa masuk jika tidak mempunyai ID card!” Pria bertubuh kekar yang lain membentaknya galak.
“Aku ada janji dengan Kris Wu, jadi bisa tolong lepaskan?”
Keempat pria itu tertawa mendengar alasan Na Ra.
“Nona muda, malam ini sudah ada sepuluh wanita yang mengaku mempunyai janji dengan Kris Wu. Dan kau tahu? Mereka berakhir dengan beberapa lebam di wajah mereka karena mereka ketahuan berbohong. Jadi, apa kau mau masih mau berbohong?”
Na Ra kembali mendengus kesal.
Shit! Kris Wu sangat menyusahkan !
‘’Aku akan menelfonnya dulu.’’ Na Ra menunjukkan smartphone-nya dan menelfon nomor yang tadi mengiriminya pesan.
Ia menggunakan loud speaker agar semua orang bisa mendengarnya. Tapi belum sempat panggilan itu tersambung, seorang pria tinggi datang menghampirinya.
“Apa kau yang bernama Lee Na Ra?”
“Ne.”
“Kris Wu sudah menunggumu. Jadi cepatlah, jangan sampai terlambat.”
Mendengar nama Kris Wu disebut, keempat pria bertubuh kekar itu langsung menyingkir dan memberikan jalan bagi Na Ra.
Gadis itu mengekori pria tinggi dengan setelan kemeja putih dan celana jeans hitam itu menuju ke sebuah ruangan yang diyakininya sebagai private lounge. Mereka melewati ramainya klub malam yang di penuhi dengan bau alkohol dan rokok yang begitu menyengat di indera penciuman, juga musik keras yang memekakkan telinga.
Terlihat beberapa wanita dengan pakaian super seksi meliuk-liukkan tubuh mereka di tengah-tengah panggung yang dikerumuni pria dengan botol-botol minuman keras di tangan mereka. Na Ra berjengit ngeri. Seumur hidup ia bersumpah tidak akan mau datang ketempat sialan seperti ini lagi jika tidak karena pekerjaan yang mendesak. Dan oh, orang yang membuatnya datang kemari jelas lebih sialan, kan?
Setelah melalui sebuah tangga memutar yang cukup panjang, Na Ra dan pria tinggi itu akhirnya sampai di sebuah ruangan dengan pintu bercat hitam.
“Silahkan masuk.” Pria itu mempersilahkan.
“K-kau tidak masuk?” suara Na Ra terdengar sedikit bergetar.
“Tidak perlu takut, kau akan baik-baik saja. Panggil aku jika kau membutuhkan sesuatu, namaku Jongin, Kim Jongin. Oke? Bye bye!” pria itu mengeluarkan senyum miringnya, membuatnya terlihat sangat seksi.
Tangan Na Ra sedikit gemetar saat ia memutar kenop pintu dan memasuki ruangan itu. Bau alkohol dan rokok yang sedari tadi memenuhi indera penciumannya semakin menohok begitu ia memasuki ruangan dengan cat serba putih itu.
Ada sebuah sofa panjang berwarna merah yang sangat kontras dengan warna cat ruangan itu, juga sebuah meja kaca berwarna hitam yang dipenuhi dengan gelas kristal dan botol-botol alkohol.
Tapi yang paling membuat Na Ra muak adalah pemandangan di depannya. Kris Wu sedang diapit oleh dua orang gadis berpakaian minim, tangan kanan Kris sibuk membelai paha salah satu di antaranya, sementara gadis lain sibuk membelai paha Kris dan sesekali membelai pusat tubuh pria itu, membuatnya melenguh tertahan.
Na Ra memandang jijik ke arah mereka. Kris hanya melirik sekilas dan kemudian memberikan sebuah bisikan yang masih bisa dengan jelas didengar olehnya.
“You two go first, we’ll continue later. Aku ada urusan penting sekarang.’’ Kedua gadis itu mengangguk dengan patuh dan segera membetulkan letak pakaian mereka yang sudah berantakan.
Kris menggulung kemeja berwarna birunya dan membenarkan kancing kemejanya yang sudah terbuka sepenuhnya itu.
“Apa kau mau terus berdiri disana sampai pagi?”
Na Ra segera tesadar dan menelan salivanya, terlepas dari rasa jijik akan pemandangan yang baru saja dilihatnya, Kris Wu memang super tampan.
Kulit yang putih bersih, alis tebal, bibir seksi, hidung yang tinggi, serta rambutnya yang berantakan membuatnya errrr… terlihat sangat seksi. Jika Na Ra adalah salah satu dari gadis nakal tadi ia pasti sudah menerjang Kris dan mengajaknya bercinta. Tapi oh ayolah, Lee Na Ra bukan seorang jalang.
“Anja.”
Kris menunjuk pada kursi yang berwarna senada dengan sofa yang sedang di dudukinya. Pria itu kemudian menuangkan vodka pada gelas kristal di depannya.
“Wanna drink?”
“I don’t drink.” Na Ra menjawab cepat yang disambut serangaian Kris.
Selama beberapa menit mereka saling terdiam, Kris masih terus memandangi gelas kristal berisi vodka dan terus menuangkan isi botol vodka sampai tersisa separuh dan entah inisiatif dari mana, Na Ra menghentikan aksi kris yang mungkin akan segera meneguk gelas ke sebelasnya.
“Stop it!” Na Ra berbicara tegas, membuat Kris mengernyitkan dahinya heran.
Seumur hidupnya belum pernah ada yang menahannya untuk minum, sekalipun itu adalah Ayah kandungnya.
Kris sudah akan kembali menuangkan vodka saat tangan Na Ra dengan cepat menyambar botol yang sedang di pegang Kris dan meletakkannya jauh-jauh dari pria itu.
“Kita bahkan belum memulai interview kita, aku tidak mau meng-interview orang mabuk.”
Kris menyeringai, menatap tajam Na Ra yang di balas dengan tatapan tajam gadis itu. Dan Kris cukup heran karena Na Ra sama sekali tidak terintimidasi dengan tatapannya seperti orang lain.
“Baik, kita mulai interview-nya.”
Pemuda Chinese-Canadian itu akhirnya menyetujui interview yang sudah ia batalkan berkali-kali itu. Dengan cepat Na Ra mengeluarkan book note dan alat perekamnya, melontarkan berbagai pertanyaan yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari.
Kris memutar bola matanya saat dirasanya interview itu berjalan dengan sangat membosankan. Na Ra melontarkan pertanyaan-pertanyaan umum seperti bagaimana Kris mengawali tugasnya sebagai CEO, hambatan apa yang di alaminya, dan lain sebagainya. Membosankan.
“Jadi Mr. Wu, apakah sektor telekomuni-“
“Aku bosan.” Kris memotong cepat ucapan Na Ra, suara bass-nya semakin terdengar berat karena pengaruh alkohol yang memasuki tubuhnya.
“Ne?”
“Jika aku tahu kau hanya akan menanyaiku dengan hal-hal semacam itu, aku akan menyuruh Yixing saja untuk melakukannya. Aku sudah menjawab pertanyaan semacam itu ratusan kali. Dan kau, jika majalah tempatmu bekerja tidak mau bangkrut, kau harus melakukan hal yang lebih mengesankan.”
“Maksud anda?”
"Tok… tok... tok..."
Terdengar ketukan pintu dan dengan cepat Na Ra berbalik memandang ke arah pintu, melihat siapa yang datang. Na Ra yang mengenakan pakaian dengan punggung terbuka itu menyampirkan rambutnya di salah satu bahunya, dan saat ia berbalik ke arah pintu membuat punggung mulus gadis itu terekspos jelas. Kali ini Kris yang memaki dalam hati.
“Damn it! She is so hot!” Pekik Kris dalam hati.
“Maaf menggangu Hyung, Zitao mencarimu. Dia bilang ada barang baru.” Pria yang baru saja memasuki ruangan itu langsung berbicara pada inti permasalahan.
“Kau urus saja dia, Kai. Dia sangat merepotkan akhir-akhir ini. Dan soal barang baru itu, kau tinggal bilang pada Chanyeol. Dia tahu apa yang harus dia lakukan.”
Na Ra menatap keduanya tidak mengerti, beberapa menit lalu pria yang tengah berdiri di depannya itu mengaku bernama Kim Jongin, dan sekarang Kris memanggilnya Kai. Semua yang ada di sekitarnya membuat kepalanya semakin berdenyut.
“Maaf nona muda, membuatmu bingung. Namaku memang Kim Jongin tapi orang-orang memanggilku Kai.” Kai mengerling nakal pada Na Ra saat di dapatinya gadis itu nampak begitu kebingungan.
“Kau bocah, berhenti bersikap sok seksi!” Kris memaki, masih dengan nada datarnya.
“Oke Hyung, aku tidak akan mengganggumu. Jadi dia baru, ya?” Kai menatap Kris penuh selidik.
“Shut up!”
Kai segera berlari dan menutup pintu di belakangnya, menimbulkan bunyi berdebam yang cukup keras.
Suhu ruangan semakin panas, sekalipun sudah menggunakan air conditioner tapi tak bisa dipungkiri suhu malam itu memang cukup panas. Na Ra dengan asal menggulung rambutnya ke atas, menampilkan leher putih jenjangnya.
“Shit! She turns me on!” Dan Kris kembali memaki dalam hati.
Otak Kris yang sudah terpengaruh alkohol itu segera bergerak cepat.
“Jadi apa kita bis-“ dengan gerakan super cepat, Kris menyambar bibir gadis itu. Posisi mulut Na Ra yang sedang terbuka memudahkan Kris untuk menelusupkan lidah hangatnya.
Na Ra yang mendapatkan serangan tiba-tiba itu begitu kaget dan mencoba meronta-ronta. Tapi hal itu justru membuat Kris semakin mengeratkan genggaman tangannya di masing-masing tangan Na Ra.
Pria itu lalu menarik Na Ra dan memenjarakan tubuh gadis itu pada dinding di belakang mereka tanpa melepaskan pagutan panasnya. Sebelah tangan Kris mulai bergerak liar meraba punggung gadis itu lalu berpindah ke depan, memegang dan menekan-nekan lembut dada Na Ra, membuatnya mengerang merasakan ukuran payudara gadis itu yang benar-benar pas di tangannya.
Na Ra hampir saja kehilangan akal sehatnya dan ingin sekali bercinta dengan Kris malam ini juga. Ia adalah gadis normal yang tentu saja tidak akan menolak kesempatan langka untuk bercinta dengan namja itu sekalipun harus melakukan one night stand. Tapi sekali lagi, Lee Na Ra tidak sejalang itu.
Dengan kekuatan yang entah dari mana, Na Ra mendorong kasar dada bidang Kris hingga pagutan mereka terlepas. Ia lalu memegang pergelangan tangan Kris dan membanting pria itu keras-keras ke lantai dengan gerakan judonya yang sempurna.
BUGGGG…
Suara debaman itu terdengar cukup keras. Kris yang mengira Na Ra akan pasrah saja dan akan berakhir di ranjang dengannya tentu sangat kaget mendapatkan perlakuan tiba-tiba itu. Ia mengerang tertahan.
Na Ra dengan cepat menjauh dari Kris dan mengambil tas serta book note yang ada di meja. Persetan dengan interview-nya, dan Kris si brengsek itu sudah benar-benar kelewat batas.
Hanya karena dia kaya raya dan tampan bukan berarti dia bisa melakukan semuanya.
“Merde! Tu es fou, je sais pas que tu es très mauvais!!!” (Shit! Kau gila, aku tidak tahu jika kau benar-benar brengsek!!!)
Na Ra memaki dalam satu tarikan nafas dengan bahasa Prancis yang sudah ia kuasai betul.
Tepat setelah gadis itu memaki Kris, ia langsung membanting pintu private lounge itu dan segera pergi dari sana. Menyumpah serapah setiap orang yang di laluinya.
Sementara itu, Kris yang masih terbaring di lantai justru tertawa.
‘’Gadis yang menarik. Aku bersumpah akan membuatnya berakhir di ranjangku. Dan kubuat kau hanya akan mendesahkan namaku sepanjang malam, Lee Na Ra.‘’
***
TBC
Hello.. ff ini hasil collab-ku dengan Princess Nand, jika ada yang mau tanya-tanya bisa mention di twitter kita @babychwangkyu atau @RegginaAprilia
jangan lupa visit blog kita
www.sjloveme.wordpress.com
www.belleciousm.wordpress.com