home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Our Spring

Our Spring

Share:
Author : Riidaumala
Published : 09 Oct 2014, Updated : 25 Oct 2014
Cast : Oh Sehun
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |960 Views |1 Loves
Our Spring
CHAPTER 2 : When The Moon Moving On Up

Jalannya tergesa dengan sedikit peluh yang mengucur dari dahinya yang sebagian tertutup poni. Sesekali tangannya membenarkan letak ransel Nike selempangnya yang tergantung nyaman di bahu kirinya yang kadang merosot turun. Mengacuhkan Prussian Rex kecil yang sedari tadi mengeong dan berusaha berlari menyamai jengkal langkah kakinya yang lebar.

“Berhenti mengikutiku, okay?” anak lelaki itu menoleh ke arah kucing mutasi genetic berbulu putih di bawahnya sebelum menarik dirinya berjongkok mengusap lembut bulu kepala si kucing yang kini mulai membalasnya dengan mengusap-usapkan kepala di ujung sepatu Nike-nya. “Maaf, hari ini aku menghabiskan bekalku, jadi tidak ada lagi  jatah makan malam untukmu.”

Seolah mengerti apa yang diucapkan sang manusia, hewan itu berhenti bertingkah manja dan melongos melepaskan diri dari tangan lembut yang tengah membelainya.

“Kau terlalu cepat marah, Sweetie.” Komentar lelaki bertubuh jangkung itu sebelum ia berdiri dan meneruskan langkahnya.
Ia begitu bersemangat. Berlari mengambil ancang-ancang untuk melompati pagar kayu rumah yang setinggi pinggulnya. Tersenyum puas saat loncatannya berhasil membawa tubuhnya merasakan sensasi terbang beberapa detik lalu. Sebelah tangannya yang bebas, mengacak rambut blonde yang sedikit berkilau terkena bias senja.

Mendorong gagang pintu, ia menghambur masuk meloncati tiap dua undakan tangga menuju kamarnya. Membalas sapaan ibunya dengan melayangkan kecupan singkat di pipi kiri saat keduanya berjalan berpapasan, membuat wanita beranak dua itu mengernyitkan dahi melihatnya.

Ia merbahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Memejamkan mata menginggat kejadian beberapa jam yang lalu saat ia nekad menyentuh tombol warna hijau yang menghubungkannya dengan nomor yang diam-diam telah menempati speed dial nomor satu di ponselnya. Yang dengan kepintaran acting-nya, ia berpura-pura tidak mengenali nomor gadis berdarah Asia-Jerman tersebut.

“Dia benar-benar lucu.” Pujinya. Dengan bibir melengkung ke atas.
Suara deritan pintu yang terbuka den sesosok kepala yang menyembul dari celahnya, membuat anak lelaki itu buru-buru melenyapkan senyumnya.

“Sehun-ah, baterai ponselku habis. Tolong pinjami aku ponselmu, ada kepentingan yang harus kuselesaikan.”

Tubuhnya menggeliat dengan tangan tertarik menyatu di atas kepala.  Menguap lebar, ia beranjak mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang. Kepalanya di tuntun miring ke kanan-kiri secara bergantian meredakan rasa pegal yang menggelayuti pundaknya.

Dengan malas, pemuda itu berjalan meraih tas yang ada di atas meja belajar. Mencari benda elektronik yang dibutuhkan saudara laki-lakinya. “Harus sudah berada di atas meja saat aku selesai mandi.” Ucapnya, sambil melempar ponsel ke arah sang kakak yang sudah bersiap menangkap benda kecil tersebut. Kemudian berlalu seraya menarik handuk dan mengalungkan di leher.

Danke!”

..
..

Melirik sekilas, ia menemukan ponselnya tergeletak manis di atas meja bersisihan dengan sepiring kecil Currywurst –sosis daging yang disiram pasta tomat bercampur kari lengkap dengan potongan kentang goreng saat ia keluar dari kamar mandinya. Menyemprotkan cologne ke tubuhnya, kemudian ia berjalan ke arah beranda kamar dengan sebelah tangan mengenggam benda elektornik dan tentu saja tanpa menganggurkan makanan khas German favoritenya yang hanya dibutuhkan dua kali gigitan untus mengirim sosis sapi ke dalam perut.

Memilih berdiri bersandar pagar pembatas, ia mendongakkan wajah menatap landscape gelap bertabur titik-titik terang dengan satu benda bulat yang menjadi icon malam. Semilir angin musim semi menerpa, menerbangkan helaian anak rambutnya yang masih basah, menyeruakkan wangi jeruk dengan sentuhan daun mint menyegarkan berasal dari shampoo yang dikenakannya.

Ia tebuai. Bukan, bukan karena hembusan pelan angin musim semi yang membawa terbang harum serbuk-serbuk bunga Schneeglockchen ke awang-awang, melainkan karena suara lembut dengan intonasi rendah yang sejak siang tadi terus terngiang di telinganya. Suara laksana nyanyian embun yang datang membasahi jendela kamarnya ketika pagi menjelang. Suara seorang gadis bernama Johanna Cho yang indah dan begitu menenangkan namun juga terselip nada manja di dalamnya.

“Apa aku harus menelponnya?” Sehun mengangkat ponselnya melebihi tinggi kepalanya, menjajarkan dengan bulan yang bersemangat menyinari jalan-jalan yang gelap. “Eiyyy… ,” keluhnya, menurunkan alat komunikasi itu lalu berjingkat pelan. Kakinya menendang-nendang pembatas besi berangkai di depannya, setelah sebelumnya sebelah tangan pria itu menumpu di lututnya yang mendadak terasa nyeri.

Hallo?” Ia berdehem, mengusap pelan leher berjakung-nya. “Aku menelpon karena kupikir tadi kau mempunyai sesuatu yang ingin dikatakan padaku, apa sesuatu yang penting?”  Kepalanya menggeleng-geleng dengan dahi mengernyit dan bibir bawah terlipat ke dalam. “Terlalu panjang.” Komentarnya, mengenai rangkaian kalimat yang baru disusun sendiri.

“Bagaimana kalau kukatakan-” salah satu tangannya bertumpu pada sebelah pinggangnya, sedang yang lainnya sibuk bermain bersama ibu jari mengeser-geser layar bening menyala digengamannya. “-aku menelpon karena kau yang menghubungimu lebih dulu?” Pria itu lantas mendesis frustasi. “Geez, itu memalukan!”

“Bicara sendiri karena takut menelpon-nya itu malah lebih memalukan, Oh Sehun.”

Hyung!” Teriaknya, kaget campur kesal karena senggolan keras di bahu kanannya. Ia menatap sebal saudara laki-lakinya yang melayangkan senyum mengejek ke arahnya, lalu menatap ke tanah dengan pandangan nanar benda berkilau yang kini tergeletak manis tertutup sebagian rumput liar. Bermeter-meter kini benda itu  berada di bawahnya dan tak bisa dijangkau kedua tangannya.

“Ganti ponselku S-E-K-A-R-A-N-G J-U-G-A, Oh Soo-hyun!!!”

..
..

Danke:  Terimakasih

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK