A LOVE-FRIENDSHIP
SEHUN’S SIDE STORY
CHAPTER 1
Author : bellecious0193
Poster : LilyAndromeda
Genre : romance, comedy, frienship
Length : chaptered
Rating : PG 15
Main Casts :
Oh Sehun
Lee Na Ra
Lu Han
etc
Juni 2008
Musim panas yang menyenangkan di tepian Sungai Han, warga Korea dan para turis begitu menikmati suasana hangat di musim favorit mereka.
Seorang gadis tampak sibuk dengan lensa kameranya, memotret setiap hal yang ia anggap menarik. Terkadang ia membidikkan pada sekelompok anak kecil yang sedang bermain bola, lalu ia berpindah pada dua orang remaja yang sedang asik memadu kasih, detik berikutnya ia sudah membidikkan kamera SLR hitamnya pada sebuah keluarga yang sedang asyik bercengkrama. Kedua garis bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman manis saat ia memotret keluarga itu. Ia terus mengarahkan kameranya ke objek-objek lain yang ada di tempat itu sampai saat punggungnya ditabrak dengan cukup keras, beruntung kameranya tidak terpelanting ke tanah.
"Eoh.. Mianata" suara seorang pria meminta maaf. Gadis bersurai coklat panjang itu sedikit mendongak untuk melihat pria berkulit seputih susu itu. Ia balas mengangguk, pertanda ia tidak mempermasalahkan kejadian tadi.
Nafas si pria tampak terengah-engah seperti ia telah lari berkilo-kilo meter. Membuat gadis itu penasaran.
"Are you okay?" Si gadis berbicara dengan bahasa inggrisnya yang fasih dan pria dengan kulit seputih susu itu mengernyitkan dahi menatap lekat-lekat gadis di depannya "Ah dia orang asing" pria itu membatin.
"Ah okay, I'm okay"
Gadis itu mengangguk lalu melangkah pergi sebelum ia berbalik dan menyerahkan sebotol air mineral pada si pria.
"Water?"
"Eoh?" Si pria mengernyit tak mengerti. Gemas dengan reaksi lamban si pria, si gadis menarik tangan si pria untuk menerima air mineral yang di sodorkannya. Ada perasaan aneh yang menggelanyar saat tangan si gadis menyentuh permukaan kulitnya, si pria merasa ada kehangatan yang tiba-tiba saja menyelimutinya.
"Wait.. Wait" si pria berteriak memanggil si gadis, dia berbalik, wajahnya diterpa sinar matahari musim panas, sangat cantik seperti malaikat yang baru saja Tuhan kirimkan dari Nirwana.
"Yes?"
"Thanks for this" si pria mengangkat botol minuman yang tadi di berikan si gadis.
"Most welcome" gadis itu tersenyum dan kembali berbalik untuk pergi.
"Wait.. Could we meet again?"
Si pria tampak bertanya ragu-ragu, tapi respon cepat berupa anggukan di berikan si gadis.
"Of course, tomorrow" dan si gadis kembali berjalan menjauh. Kali ini si pria tidak memanggilnya lagi.
Ia lalu memandangi botol air mineral yang diberikan si gadis, lalu meneguknya hingga tinggal setengah. Ia duduk di sebuah bangku panjang, tersenyum seorang diri mengabaikan pandangan orang-orang yang menganggapnya kurang waras atau bisikan gadis-gadis yang berlalu lalang dan saling menjerit memuji ketampananannya.
Pria itu, Oh Sehun kembali memandang botol air mineral dari gadis yang memberikan gelanyar hangat saat sentuhan pertama mereka, gadis yang membuat dunianya berhenti berputar hanya karena melihatnya tersenyum, dan gadis yang ia yakini sebagai love at the first sight-nya sekalipun ia belum tau nama gadis itu
**
Hari berikutnya di sore hari yang cerah, Sehun kembali ke sungai Han setelah mati-matian mencoba kabur dari pekerjaan di kantornya yang menggila. Ia hampir saja selalu ingin muntah setiap melihat tumpukan di meja kerjanya, ia bahkan lebih baik di lemparkan ke neraka daripada harus menghadiri pesta-pesta bisnis ayahnya yang membuatnya mati bosan. Hanya ada perbincangan soal saham, kikikan ibu-ibu kaya yang memamerkan berapa banyak berlian mereka, gelayutan gadis-gadis kaya manja yang selalu mencari perhatian terhadapnya adalah hal yang amat sangat mengerikan baginya.
Sehun berjalan seorang diri di tepi sungai Han, lalu duduk kembali di bangku panjang yang sama seperti yang ia duduki kemarin. Dan sekali lagi mengabaikan pandangan dan jeritan kagum gadis-gadis yang lewat di depannya.
Ia memandang ke layar smartphone-nya lalu menekan tombol off untuk menon-aktifkannya, ada 20 missedcalls dan 24 pesan disana.
"Aisshh.. Dimana dia, dia bilang akan datang" Sehun mengacak rambut coklatnya frustasi. Menggerutu kesal saat sebuah tepukan mendarat di bahunya
"Hey" ia berbalik dan mendapati gadis itu tersenyum padanya, matanya ikut tersenyum.
"Are you waiting for me?"
Sehun terdiam, gadis ini terlalu to the point, tentu saja ia ingin mengakuinya bahwa ia memang menunggunya tapi ego Oh Sehun terlalu tinggi, jadi ia tidak mau repot-repot untuk menjawab pertanyaan si gadis.
"What are you doing here?" Sehun bertanya setelah si gadis duduk di sebelahnya, masih dengan kamera hitam yang selalu ia bawa.
Gadis itu tidak menjawab dan hanya mengangkat kameranya, menunjukkan bahwa dia sedang memotret. Sehun mengangguk mengerti.
"What's your name?" Ia akhirnya menanyakan nama si gadis, hal yang seharusnya ia tanyakan dari kemarin.
"Lee Na Ra" gadis itu menjawab singkat.
"Eoh.. Kau orang korea?" Sehun tampak sangat antusias.
"-aku kira kau orang asing dan.. Ah aku tidak menyangka kau orang korea" Na Ra tidak menjawab dan mengerjap-ngerjapkan matanya memandangi Sehun yang menurutnya terlihat begitu lucu. Semenit yang lalu pria itu nampak seperti pria dewasa yang sempurna, tapi sekarang dia nampak seperti remaja 13 tahun yang begitu menggemaskan.
"Yak! Kenapa melihatku seperti itu" Sehun mempoutkan bibirnya dan berbalik kesal.
"Anyi.. Keunyang, kau sangat lucu Monsieur Oh"
"Aku bukan badut! Eh.. Cham darimana kau tau namaku?" Pertanyaan Sehun kembali membuat Na Ra tersenyum, gadis itu lalu menunjuk I.D card yang tersemat pada jas Sehun.
"Apa yang kau lakukan disini?" Na Ra mencoba memecah keheningan di antara mereka.
" Karena kau bilang kau akan kemari"
" Omo! Jadi kau benar-benar menungguku?"
"Tsk! Jangan terlalu percaya diri, aku hanya ingin berterima kasih untuk air mineral yang kau berikan kemarin"
"Ah.. Piryeobseo.. Itu hanya air mineral"
"Tetap saja, aku kan bukan orang yang tidak tahu terima kasih. Jadi, kau berasal dari mana? Kau eumm.. Sepertinya orang asing?"
"Aku baru pulang dari Paris"
"Jinjja?" Mata Sehun langsung berbinar mendengar nama Paris disebutkan, tak heran karena Paris adalah kota favoritnya.
"Eoh, kenapa memang?"
"Anya.. Bahasa koreamu sedikit kaku dan-"
"Kau bisa mengatakan kalau bahasa koreaku aneh Monsieur Oh"
"Panggil aku Sehun, dan untuk ukuran orang asing bahasa koreamu ok, jjang!" Sehun mengangkat jempolnya sambil tersenyum dan seperti mata Na Ra, mata Sehun juga ikut tersenyum.
Saat mereka telah tenggelam dalam obrolan perkenalan mereka, Sehun tampak sangat gusar mendapati ada sekelompok orang berjas hitam yang sudah dapat ia pastikan sedang mencarinya.
"Kau kenapa?" Na Ra bertanya melihat kegusaran dalam wajah Sehun.
"Aku ah.. Jinjja igo eothokkae dasar kakek tua menyebalkan kenapa tidak memberiku waktu bernafas, aku sudah bekerja hampir 7x24 jam argh!" Sehun menarik rambutnya sedikit kasar. Tapi sebelum Sehun berhasil menjambak rambutnya lebih kasar lagi tangan mungil Na Ra mencegahnya, ia kembali menyentuh tangan Sehun dan pria itu merasakan gelanyar hangat itu lagi.
"Ttarawa" Na Ra beranjak berdiri dan menarik Sehun untuk mengikutinya.
"Kita mau kemana?"
"Ssst" Gadis itu menaruh telunjuk di bibirnya mengisyaratkan Sehun untuk diam. Tak lama berselang, Na Ra mengeluarkan sebuah topi hitam dan jaket jeans berwarna biru tua dari dalam ranselnya.
"Pakai ini cepat" kali ini Sehun tidak membantah.
Ia terus mengikuti kemanapun Na Ra menariknya karena ia menikmati gelanyar sensasi hangat setiap tangan mereka bersentuhan. Tangan Na Ra begitu lembut dan hangat, dan Sehun sangat menyukainya.
Mereka kini berada di tengah kerumunan orang yang berlalu lalang di sungai Han, para pria berjas yang mengejar Sehun masih belum berputus asa dan terus mencari Sehun. Na Ra tidak punya pilihan lain selain menarik pria itu untuk memasuki BMW X6nya.
"Yak kenapa kemari, ini mobil siapa?" Sehun berbisik sambil menurunkan letak topinya agar menutupi sebagian wajahnya. Na Ra menarik nafasnya dalam-dalam, pertanyaan Sehun benar-benar konyol.
"Jika ini mobil milik orang lain, beritahu aku bagaimana aku bisa masuk tanpa membunyikan alarmnya?"
Sehun terkekeh geli menyadari pertanyaan bodohnya.
"Hehe..mian.."
"Ah sudah. By the way siapa mereka? Kenapa kau menghindarinya?"
"Itu pegawaiku, anya..maksudku pegawai si kakek tua"
"Kakek tua?"
"Ayahku."
Na Ra hanya mengangguk singkat mendengar panggilan Sehun untuk ayahnya.
"Kau tidak tertawa?" Sehun bertanya heran karena biasanya siapapun akan tertawa saat mereka tahu panggilan Sehun untuk ayahnya.
"Untuk apa? Panggilan konyolmu pada ayahmu? Tsk.. Itu hal yang wajar. Anak sering berkonflik dengan orang tuanya kan?" Na Ra menjawab enteng.
"Kau seperti sudah sangat memahaminya Miss Lee"
"Yak lihat ada yang mendekat cepat menunduk" Na Ra mengalihkan pembicaraan saat di dapatinya 2 orang berjas hitam mendekat ke arah mobilnya. Sebenarnya bukan 2 orang itu saja yang ingin ia hindari tapi juga topik pembicaraan mengenai keluarganya.
**
"Apa kau tidak punya lagu lain Nona Prancis" Sehun berbicara setelah puluhan menit keheningan menyelimuti mereka. Hanya ada alunan suara lembut khas Carla Bruni yang menemani mereka.
"Kau mau aku memutarkan lagu apa? Aku belum membeli album penyanyi-penyanyi Korea jadi hanya ada ini" Na Ra menunjukkan dashboard berisi album-album lagu barat ke sukaannya, Cold Play, Boyce Avenue, John Legend, David Guetta dan sebagian album milik Claire de Lune. Sehun menghentikan tatapannya pada album milik Claire de Lune, ia mengernyitkan dahinya, heran.
"Na Ra-ssi kau lahir tahun berapa?"
"Waeyo?"
"Claire de Lune, it's so..-“
"Old? But I like it" dengan cepat gadis itu menyelesaikan kalimat Sehun.
"Ah baiklah terserah kau saja" Sehun menyandarkan kepalanya pada jok mobil.
"Aku rasa mereka telah pergi" Na Ra membuka pintu mobilnya, memeriksa keadaan sekitar.
"Hoah.. Akhirnya" Sehun meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.
"Gomawo Na Ra-ssi, um.. Apa besok kau ada waktu?"
"Kau ingin mengajakku kembali bertemu?"
"Uhm.. Aku ingin mengucapkan terima kasih"
"Kau sudah mengucapkannya barusan"
"Tidak, tidak bukan sekedar ucapan, well.. Setidaknya biarkan aku mentraktirmu, eotte?"
Na Ra meletakkan telunjuk kanannya di pelipisnya, berpura-pura berfikir keras.
"Baiklah.." Na Ra tersenyum manis yang disambut desiran yang dirasakan Sehun. Ia tidak mengerti kenapa hanya dengan sebuah senyuman ia merasakan desiran yang begitu hebat dalam dirinya.
"Yak, berikan ponselmu?" Sehun setengah berteriak mengontrol nada bicaranya agar tidak terdengar gugup.
"Ne?"
"Ppalli.. Berikan saja"
Na Ra memberikan iphone bercasing goldnya pada Sehun. Pria itu menekan beberapa nomer telfon yang membuat ponselnya sendiri bergetar, ia lalu memberikan kembali ponsel milik gadis itu dan mengeluarkan ponselnya dari dalam jas kerjanya.
"Aku sudah mendapatkan nomer ponselmu, aku akan menghubungi besok, na khanda"
Sehun sedikit berjalan cepat menuju BMW X8 nya di parkiran tak jauh dari tepian sungai Han. Ia segera memegang dadanya dan mencoba mengatur nafasnya yang tersengal, kali ini bukan karena ia berlari berkilo-kilometer atau karena ia sedang kabur dari pekerjaan, jantungnya berdetak seperti jutaan kali lebih cepat dari biasanya karena seorang gadis yang baru 2 hari ini ditemuinya.
Ia bahkan membentur-benturkan kepalanya pada kemudi bundar di depannya.
"Ah.. Michigetta. Gadis itu.. Apa yg sudah dilakukannya jinjja... Arghhh!!" Sehun terus memaki dan kemudian tersenyum lalu cemberut dan kembali tersenyum lagi. Ia tampak bodoh, lucu, konyol dan tampan (tentu saja seperti biasanya) dan ia sedang jatuh cinta
**
"Na Ra-ssi aku sudah di Tous Les Jours, ada di kawasan pertokoan di Hongdae, aku akan mengirim alamat lengkapnya. Bye bye" Sehun segera menutup telfonnya dan mengetikkan alamat cafe yang di sebutkannya barusan.
"Kau mengajak siapa?" Pria dengan wajah baby face itu menanyai Sehun sambil menyisip ice americano favoritnya.
"Chingu" Sehun masih belum mengalihkan pandangannya dari ponsel di genggamannya.
"Chingu? Nugu?"
"Keunyang chingu Luhan hyung, nanti aku akan mengenalkannya padamu. Dia sedang dalam perjalanan kemari"
"Eih.. Kau sedang jatuh cinta Sehunnie?"
"Anya" Sehun merespon pertanyaan Luhan dalam 0,5 detik membantah fakta yang ada.
"Ah matta.. Kau sedang jatuh cinta!" Luhan menyimpulkan sendiri jawaban akan pertanyaan yang dilontarkannya tadi.
"Ah geumanhae! Jangan sok tau hyung" Sehun meletakkan ponselnya dan menyisip macchiato yang ada di mejanya.
"Ahahaha.. Kenapa tidak mengaku saja? Sudah katakan siapa dia? Apa hyung mengenalnya.. Ppalli marhaebwa!" Luhan terus mendesak Sehun, dan pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan orang yang dipanggilnya dengan Hyung itu.
Tringg...
Bel cafe berbunyi menandakan ada pengunjung yang datang
"Selamat datang di Tous Les Jours" Baekhyun, pria mungil pemilik cafe itu tersenyum sumringah menyambut pengunjung yang datang.
"Omo, jinjja yeppuda" Luhan berhenti menggoda Sehun,pandangannya tertuju pada seorang pengunjung yang baru saja datang.
"Silahkan nona, butuh meja untuk berapa orang?"
"Aku diundang temanku kemari um.. Monsieur Oh! Itu dia"
Baekhyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa.
Seorang pria yang di panggil dengan sebutan Monsieur Oh itu menoleh dan langsung tersenyum, memperlihatkan eye smile-nya.
"Lee Na Ra!" Kali ini Sehun memegang tangan Na Ra lebih dahulu, menuntunnya ke meja yang sudah di pesannya.
Luhan mengamati Na Ra tanpa berkedip.
"Yak hyung, tidak perlu menatapnya seperti itu kau seperti akan memakannya, aku tahu dia cantik!" Sehun berbisik sambil menyikut Luhan cukup keras membuat pria chinese itu merengut kesal.
"Lulu!" Na Ra memekik tertahan sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangannya"
"Miss Evans!"
"Yak, jangan memanggilku seperti itu"
"Kau yang memulainya dulu LIN XIAOJIE" kali ini kerutan di dahi Sehun lah yang paling terlihat
"Hokshi.. Apa kalian saling mengenal??"
"Sehunnie, kenapa tidak memberitahuku kalau temanmu Lin ck!"
"Lin?"
"Ah itu nama chinese-ku Sehun-ssi, Lin Chao Xing"
"Berhenti memanggilku seformal itu, aku merasa seperti orang asing di antara kalian"
"Ah baiklah Sehunnie, maksudku-"
"Nona apa yang ingin Anda pesan?" Baekhyun menyodorkan buku menu, menginterupsi pembicaraan Na Ra, Sehun dan Luhan.
"Aku ingin capuccino jangan terlalu manis dengan gula rendah kalori dan.. Woah kau punya menu gateau nantais? Aku mau satu dengan extra 3 cherry di atasnya" gadis itu berbinar begitu mendapati ada menu gateau nantais di café Baekhyun.
"Baiklah nona, tunggu sebentar"
Seperginya Baekhyun, Sehun menatap Na Ra dan Luhan bergantian.
"Jelaskan padaku!" Ia melipat kedua tangannya di depan dada, mencoba terlihat seserius mungkin.
"Lin.. ah maksudku Miss Evans"
"Lu!" Na Ra melemparkan death glarenya begitu Luhan memanggilnya dengan sebutan Miss Evans.
"Sehunnie, aku dan Luhan adalah teman lama, kami ada di sekolah yang sama saat aku tinggal di Beijing untuk belajar bahasa mandarin"
"Kau.. Pernah tinggal di Beijing? Dan berteman dengan si rusa?"
Pletak..
Luhan menjitak keras kepala Sehun.
"Aku HYUNGMU Oh Sehun!"
"Apho.. Baiklah mian.. Maksudku kau berteman dengan Luhan Hyung"
"Eum bisa dibilang seperti itu" Na Ra mengangguk mengiyakan.
"Kenapa tidak memberitahuku?" Sehun mempoutkan bibirnya kesal.
"Cha.. Ini pesanan nona, selamat menikmati" lagi-lagi si mungil pemilik cafe menginterupsi perbincangan mereka.
"Yak! Byun Baekhyun bisa tidak jangan menganggu pembicaraan kami"
"Eoh, naega wae?" Baekhyun melemparkan pandangan tidak mengerti pada Sehun yang tiba-tiba berteriak kepadanya.
"Ah sudah Baek, tidak apa-apa dia hanya sedang sedikit sensitif" Luhan mewakili Sehun menjawab pertanyaan Baekhyun.
"Aku sensitif?" Sehun kembali berteriak.
"Sehunnie, tenanglah" kali ini Na Ra berbicara yang membuat Sehun terdiam seketika.
"Jadi kenapa tidak memberitahuku jika kalian saling mengenal dan bahkan berteman, terutama kau HYUNG!" Sehun melotot pada Luhan.
"Kau sendiri tidak bertanya" Luhan menjawab dengan santai sambil kembali menyisip ice americanonya.
"Eoh..jinjja?" Ekspresi Sehun berubah polos sambil mengusap-usap tengkuknya, berbeda 180 derajat dengan Sehun semenit yang lalu.
"Kau lihat Li, dia seperti anak kecil tsk"Luhan mendecakkan lidahnya kesal dengan kelakuan ke kanak-kanakkan Sehun.
**
Dan seperti itulah persahabatan mereka terjalin. Luhan pertama kali bertemu dengan Na Ra saat gadis itu tinggal di Beijing selama setahun untuk belajar bahasa mandarin. Luhan pada akhirnya juga menceritakan bahwa Na Ra yang ia kenal dengan nama china Lin Chao Xing beberapa kali mengunjunginya di London saat Luhan berkuliah di sana. Ia juga terkadang pergi ke Prancis untuk menghabiskan Natal bersama gadis itu karena ia begitu malas untuk pulang ke Beijing.
Lee Na Ra, Luhan dan Sehun bersahabat dengan cepat mungkin karena ada banyak persaman di antara ke 3 nya, termasuk juga kisah dimana mereka mempunyai kemiripan hubungan dengan orang tua mereka.
Berbeda dengan Na Ra dan Luhan yang memang tidak bisa dekat dengan orang tua mereka karena orang tua mereka terlalu diktator dengan hidup mereka, orang tua Sehun sebenarnya sangatlah baik. Begitu peduli dan mencurahi Sehun dengan banyak kasih sayang. Tidak seperti orang tua Na Ra dan Luhan, orang tua Sehun selalu merayakan ulang tahun Sehun bersama, menghabiskan liburan natal bersama dan terkadang makan malam sederhana bersama. Ya, hal-hal sederhana yang membuat Na Ra dan Luhan iri setengah mati.
Hanya saja terkadang perhatian berlebih orang tua nya membuat Sehun "sedikit" manja. Sehun bukan pemberontak tentu saja, ia hanya tidak menyukai ketika orang tuanya terlalu mendikte hidupnya. Alasan-alasan itulah yang membuatnya sering kabur dari kantor atau menghilang secara tiba-tiba dari pesta bisnis ayahnya.
Orang tua Sehun yang pernah tinggal di Los Angeles membuat mereka berpikiran terbuka untuk menerima pendapat anak kesayangan mereka. Tetapi sekali lagi perhatian ini membuat Sehun terkadang sedikit "membelot" dari apa yang seharusnya ia lakukan. Seperti saat orang tuanya menginginkan Sehun untuk melanjutkan program masternya di bidang bisnis, mereka ingin agar Sehun bersekolah di UCLA tapi Sehun menolaknya mentah-mentah.
Ia bahkan mengurung dirinya selama berhari-hari di kamar.
"Sehunnie.. Tolong buka pintunya nak, setidaknya kau makan dulu, kau sudah tidak makan dari kemarin nak, aku bisa sakit" Mrs.Oh dengan segenap kesabarannya terus membujuk putranya.
Sehun yang ada di dalam kamar mencoba mengabaikan suara eommanya, dan justru mengeraskan musik rock yang sedang di putarnya (padahal musik rock isn't his style)
"Apa dia belum mau keluar yeobo?"
Mrs.Oh menggeleng putus asa.
"Dia begitu keras kepala, dia kan sudah dewasa kenapa selalu bersikap seperti ini, kali ini dia harus menuruti kita" Mr.Oh menggeram kesal dengan tingkah anak mereka.
"Sabar yeobo ingat Sehun anak kita satu-satunya kita tidak boleh gegabah"
"Tapi tetap saja-" Mr.Oh menggantungkan kalimatnya membuat Mrs.Oh mengangkat sebelah alisnya keheranan.
"Lee Na Ra, gadis itu dia dekat dengan Sehun kan?" Mr.Oh tersentak dengan gagasannya sendiri.
"Ah ya, aku kira mereka dekat, ah tidak amat sangat dekat"
Mr.Oh mengerling pada istrinya.
"Aku tau apa yang harus kita lakukan padanya" senyum Mr.Oh mengembang penuh arti
**
"Apa kita akan menikahkan mereka?" Mrs.Oh masih menerka-nerka arti senyuman suaminya.
"Mwo? Tidak secepat itu yeobo, tapi aku rasa Na Ra bisa membujuk Sehun, kau tau kan uri Sehunnie akan selalu mendengarkannya walaupun dia mengabaikan kita sebagai orang tuanya"
"Dia persis seperti kau 20 tahun yang lalu" Mrs.Oh terkekeh pelan.
"Yak..kau terus saja mengingatnya" Mr.Oh mendadak sedikit kesal dengan istrinya yang selalu mengingatkan mereka pada kejadian 20 tahun yang lalu dimana Mrs.Oh berhasil membujuk Mr.Oh untuk melanjutkan studinya di Amerika, padahal orang tua Mr.Oh sudah membujuknya mati-matian kala itu, dan tentu saja gagal. Mr.Oh amat sangat keras kepala dan hal itu di wariskan pada anak semata wayang mereka.
**
Lee Na Ra berjalan menyusuri tangga menuju kamar Sehun, gadis itu mengenakan atasan oranye dan celana jeans biru, high heelsnya mengetuk-etuk lantai menimbulkan suara bergema di rumah yang sepi itu.
Dengan perlahan ia mendekati pintu di ujung tangga dan mengetuknya. Musik rock sudah tidak terdengar, tidak seperti sebelumnya seperti yang Mrs.Oh ceritakan saat menelfonnya tadi.
"Sehunnie, uri Sehunnie.."
"..." Tidak ada suara, Na Ra kembali menarik nafasnya dalam.
"Sehunnie..."
"..." Dan masih tidak ada jawaban, Sehun benar-benar keras kepala.
"Baiklah jika kau tidak mau keluar, well.. Aku rasa aku akan menikmati choco bubble tea with extra tapioca pearl ini dengan Luhan, dan.. Umm dan dengan macaroni schottel di La piazza pasti sempurna. Tapi tampaknya kau tidak tertarik. Baiklah aku pulang, bye bye"
Dan detik berikutnya terdengar bunyi gedebukan menuju pintu dan tak berapa lama, pintu menjeblak terbuka, menampilkan Sehun dalam balutan kaos abu-abu dan celana jeans pendeknya, "tampan" tentu saja.
"Yak yak!! Apa yang.. Eoh maksudku kau mau kemana? Apa maksudmu kau mau pergi dengan Luhan hyung? Jinjja Lee Na Ra.. Ah.. Mwoya ige" Sehun berbicara dalam satu tarikan nafas, mengeluarkan kata-kata secara serampangan. Dan gadis itu tersenyum sebelum berbalik "Gotcha! Kena kau Oh Sehun" batinnya.
"Breathe Monsieur Oh, breath" gadis itu berbicara dengan nada tenangnya seperti biasa.
"Ah jinjja Lee Na Ra, neo jinjja-" Sehun tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena Na Ra tersenyum penuh arti padanya, dan Sehun menepuk dahinya sendiri keras-keras sampai meninggalkan bekas kemerahan.
"Kenapa aku bisa lupa kalau aku sedang mogok bicara dan mogok makan, ah matta aku lupa kalau aku sedang mengurung diri di kamar" Sehun terus menggumam tidak jelas pada dirinya sendiri. Membuat Na Ra terkekeh keras.
"Yak! Kau puas sekarang? Kau menyebalkan" Sehun cemberut, bukan membuat dia terlihat sangar atau mengerikan karena sedang marah, tapi justru sangat imut.
Na Ra mendekatinya dan menyentil dahinya.
"Aishh.. Apho!!!"
"Babo"
"Mwo?"
"Bagaimana bisa di usiamu sekarang ini kau bertingkah seperti ini? Kau harus lebih mendengarkan mom dan dad ok?"
"Tsk, apa mereka menyuruhmu untuk membujukku?"
"Apa aku pikir aku orang seperti itu?"
"Anya.. Tidak tidak Na Ra-ku tidak seperti itu" ia mengibas-ngibaskan tangannya di udara, memberikan isyarat ketidaksetujuan.
"Iya.. Mereka menyuruhku" Na Ra menjulurkan lidahnya membuat Sehun gemas dan menggelitikinya.
"Ahaha.. Monsieur Oh jebal..jebal berhenti ahahah"
"Yak yak rasakan rasakan, salahmu sendiri kau mengerjaiku hahaha" Sehun tertawa setan melihat wajah Na Ra yang terus memerah karena gelitikannya.
"Please Monsieur Oh stop it" kali ini ia tidak tinggal diam dan mencengkram tangan Sehun, Sehun yang sedang tidak dalam posisi tegak hampir terjatuh, dan Na Ra menariknya dengan cepat, membuat wajah mereka sangat dekat, hanya ada beberapa inchi udara di antara mereka. Kali ini bukan wajah Na Ra yang memerah tapi wajah Sehun juga. Bedanya wajah gadis itu memerah karena gelitikan si sahabat, dan Sehun tentu saja bukan karena itu.
"Ehem..." Na Ra melepaskan cengkraman tangannya pada Sehun, sensasi gelanyar hangat di tangan Sehun masih sangat terasa, seperti biasa saat tangan Na Ra menyentuhnya.
Ia tampak kikuk dan mengusap-usap tengkuknya berkali-kali.
"Booo.. Kenapa wajahmu memerah" Na Ra justru menggoda pria yang tersipu itu.
"K-kau sendiri juga tersipu?"
"Tersipu kepalamu, kau menggelitiku seperti orang gila" Na Ra mendecak kesal.
"Hehe.. Mian.. Aku.. Yak! Kan seharusnya aku yang kesal kau sudah mengerjaiku!!!!"
"Dwesseo, aku pulang dulu. Aku akan ke La Piazza dengan Luhan"
"Yak yak.. Na Ra-yya.. Oke oke aku yang salah tapi jebal, aku ikut denganmu. Kau tau.."
Sehun menghentikan kalimatnya dan menurunkan suaranya, menyerupai bisikan.
"-aku lapar sekali Na Ra-yya, tidak makan dari kemarin itu ternyata lebih mengerikan daripada tidak bertemu choco bubble tea selama sebulan penuh"
"Kau yakin?"
"Ah tidak.. Sama mengerikannya bubble tea is part of my soul, kau tau itu"
"Tsk.. Sudah ayo" Na Ra menarik tangan Sehun menuju mobilnya.
**
Sesampainya di La Piazza Sehun memesan apapun yang ada di pikirannya mulai dari Macaroni Schottel, Pizza, hingga Spaghetti bolognaise with extra cheese dan tidak lupa 2 gelas blue moon kesukaanya.
"Apa kau tidak makan selama 3 hari?" Na Ra bertanya dengan intonasi paling menyindir yang pernah ia lakukan.
"Shut up" Sehun mendesis dan kembali menggulung spaghetti di hadapannya dengan garpu sebelum memakannya.
Selama bermenit-menit membiarkan Sehun menyelesaikan acara "makannya" akhirnya Na Ra membuka suara.
"Kau masih mau choco bubble tea?"
"Tentu" Sehun mengangguk dengan antusias seperti anak 5 tahun yang disodori permen kapas.
"Kau lucu sekali" Na Ra mengucapkan kalimat itu lagi, sambil mengambil tissu dan mengusap bibir Sehun yang terdapat noda saus bolognaise.
"Berhentilah mengatakan aku lucu, aku bukan badut kau tahu"
"Kajja" Na Ra menarik tangan Sehun setelah terlebih dahulu membayar bill makanan mereka.
Di dalam perjalanan Sehun sudah kembali ceria seperti biasanya, melupakan acara marahnya.
"Na Ra-yya, ayo ke Marseille, kau sudah berjanji akan mengajakku ke sana oh ya dan Bordeaux, dan Lyon dan eum..kemana lagi?"
"Nantais"
"Ah geutji Nantais, dan kita juga harus ke Paris! Harus!"
"Monsieur Oh kau sudah puluhan kali ke Paris apa kau tidak bosan ?"
"Tidak tidak Champs Elysées selalu membuatku ingin kembali dan tentu saja kita harus makan malam di Jules Verne!"
"Kau selalu ingin ke Jules Verne, sesekali kau harus ke Alain Duchasse restaurant"
"Alain Duchasse? Kyaa.. Apa menarik?" Mata Sehun langsung berbinar setiap saat topik pembicaraan mereka adalah mengenai Prancis.
"Tentu saja"
“Sepertinya aku harus memanggilmu Monsieur Francomania daripada Monsieur Oh”
"Kalau begitu kita juga harus kesana!" Sehun mengabaikan perkataan Na Ra yang jelas-jelas menyindirnya.
"By the way, aku heran. Kau tidak akan memesan apapun selain wine atau french pattisier setiap saat kita ke restoran Prancis tapi kau begitu terobsesi dengan Jules Verne dan restoran lain di sana"
"Tidak perlu alasan untuk menyukai sesuatu kan?"
"Tapi kau selalu punya alasan kenapa kau menolak pergi ke UCLA kan?" Topik pembicaraan Na Ra berubah menjadi serius. Air muka Sehun menegang, keceriaanya beberapa menit lalu menghilang.
"Tentu aku punya!"
Pembicaraan mereka terhenti karena mereka sudah sampai di Cofioca, kedai bubble tea favorit Sehun. Sehun yang semenit lalu muram, kembali cerah saat menerima se cup besar choco bubble tea dari Na Ra dan gadis itu seperti Luhan favoritnya adalah Taro bubble tea.
"Kau mau jalan-jalan ke taman?" Na Ra menawarkan Sehun "trip" lain yang di balas anggukan cepat pemuda itu.
Sesampainya di taman, mereka memilih untuk duduk di sebuah bangku panjang berwarna hijau di bawah pohon yang rindang. Terpaan angin musim gugur membuat suasana semakin nyaman.
"Dulu ketika aku berusia 5 tahun, mom dan dad memaksaku untuk les privat matematika dan sains, padahal aku sangat benci belajar ilmu eksak seperti itu. Aku lebih rela mereka memaksaku untuk belajar puluhan bahasa lain" Na Ra berbicara dengan mata terfokus ke depan tanpa memandang Sehun. Pria itu menghentikan aktifitas "meraih-tapioca pearl topping-dengan sedotannya" begitu Na Ra berbicara.
"Tapi aku tetap melakukannya, karena mereka bilang matematika dan sains akan berguna untukku nanti, yah.. Walaupun aku harus rela tidur dengan tumpukan buku di sisi kanan kiriku karena aku memaksakan diri untuk belajar"
"Kalau kau tidak suka kenapa kau tetap melakukannya, kau kan bisa saja mengatakan itu pada mom dan dadmu" Sehun akhirnya merespon.
"Orang tuaku tidak sebaik Mr dan Mrs Oh yang akan selalu mendengarkan ucapan anak tunggalnya, kau tidak lupa itu kan Sehunnie?" Na Ra tersenyum, sebenarnya ia benci jika harus berbicara mengenai keluarganya.
Mereka kemudian terdiam, Sehun meletakkan cup bubble teanya di sisi kirinya, memandang Na Ra dari samping.
"Aku tidak mau pergi ke UCLA karena aku tidak suka Amerika, aku benci hidup di antara orang-orang asing berbicara bahasa asing, aku benci pergi ke tempat dimana aku tidak mengenal seorang pun disana" dan pada akhirnya Sehun mengutarakan isi hatinya, alasannya menolak pergi ke UCLA. Gadis itu berbalik, iris coklat mudanya bertemu iris coklat tua milik Sehun, menguncinya seolah ia bisa meng X-Ray setiap detail pikiran Sehun.
"Terkadang dalam hidup kau harus melakukan hal-hal yang tidak kau sukai atau bahkan kau benci. Tapi hal-hal yang kau benci itu kelak akan membawamu pada sesuatu yang lebih baik dari sekarang."
Sehun mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Dan Na Ra menangkap pertanyaan di mata Sehun.
"Seperti aku benci matematika tapi aku harus tetap mempelajarinya karena bukankah hidup selalu membutuhkan matematika? Sesederhana itu Monsieur Oh"
"Tetap saja itu berbeda Na Ra-yya, hidup di negeri asing, orang-orang asing, bahasa asing dan.."
"Apakah orang di depanmu ini tidak sedang mengalaminya? Aku berpindah-pindah negara tempat tinggal dari kecil, aku tidak punya banyak waktu untuk berteman, tempat asing, orang-orang asing, bahasa asing yang tidak kau sukai, aku sudah melewatinya Sehunnie, kau hanya perlu sedikit terbiasa dengan semua ini. Mr dan Mrs Oh apa mereka pernah memaksakan sesuatu hal lain selain ini padamu?" dengan cepat Na Ra memotong kalimat yang belum sempat di selesaikan Sehun.
Sehun menggeleng.
"Mereka bahkan membiarkanmu tetap melakukan hobimu, dan lagi mereka memberimu sebuah galeri mini di rumahmu agar kau bisa terus melukis. Walaupun mereka menginginkanmu sebagai penerus Oh Group yang tentu saja harus kau lakukan tapi mereka tetap memperhatikan apa yang kau suka dan tidak suka berusaha membuatmu nyaman" Sehun tertegun mendengar kalimat demi kalimat yang Na Ra ucapkan, dan melukis.. Awalnya dia begitu malu untuk mengatakan bahwa hobinya adalah melukis, karena teman-temannya sewaktu di sekolah selalu menertawakannya yang gemar melukis. Tapi, sekalipun Na Ra tidak pernah menertawakan hobi Sehun, ia bahkan memuji lukisan-lukisan Sehun saat kali pertama pria dengan surai coklat itu menunjukkan galeri seni mininya, membuat Sehun makin menyayanginya, karena Na Ra selalu mendengarkan Sehun, Na Ra selalu memahami Sehun (kecuali tentu saja memahami cinta yang diam-diam semakin membuncah di hati Sehun).
Sehun kembali terdiam.
“Sudahlah ayo kita pulang” Na Ra beranjak meninggalkan taman itu, Sehun mengerjarnya tanpa berkata sepatah kata apapun.
“You drive” Na Ra menyerahkan kunci mobilnya pada Sehun yang disambut dengan tatapan kebingungan lain.
“Aku mau membaca Monsieur Oh”
Tanpa sepatah katapun Sehun menuruti kemauan Na Ra, dan BMW itu melaju dalam kebisuan. Sehun sesekali melirik ke arah Na Ra yang sedang sibuk dengan ‘’The Old Man and The Sea karya Ernest Hermingway-nya”
**
Kembali ke rumah mewah kediaman keluarga Oh, Na Ra masih terus sibuk membaca seperti ia telah tenggelam dalam kisah yang digoreskan dengan indah oleh penulis favoritnya itu.
“Na Ra-yya”
“Hmm..” ia hanya menggumam menanggapi panggilan Sehun.
Sehun mendengus kesal mendapati gadis itu kembali mengabaikannya, selalu saja begini setiap gadis itu membaca, bahkan mungkin gempa bumi dengan skala besar tidak akan menganggu acara membacanya (setidaknya itu menurut Sehun).
“Kenapa tidak turun” Na Ra berbicara pada Sehun tanpa sedikitpun mengalihkan matanya dari buku yang sedang dibacanya.
Sehun menaruh kepalanya pada stir di depannya, membentur-benturkannya beberapa kali sampai Sehun merasakan bahwa stir itu tidak lagi keras, atau lebih tepatnya ada tangan hangat yang lembut, menghalangi benturan di kepala Sehun.
“Jangan menyakiti dirimu Sehunnie” pria itu menatap Na Ra dengan tatapan datar yang sulit diartikan.
“Jika kau tidak mau pergi maka katakan apa yang kau inginkan pada mom dan dad, orang tuamu sangat baik aku yakin mereka akan dengan terbuka menghormati setiap pilihan yang kau ambil”
Sehun menarik nafasnya dalam-dalam.
“Aku akan pergi” kalimat singkat padat dan membuat Na Ra hampir melompat girang karena akhirnya ia bisa membujuk Sehun. Tapi ia menahannya, melihat air muka Sehun yang masih belum secerah biasanya.
“Tapi dengan beberapa syarat” Sehun mengerling jahil pada Na Ra yang membuat gadis itu begidik ngeri.
“Katakan!”
“Pertama kau harus menemaniku berlibur keliling Prancis saat liburan musim panas nanti, kedua kau juga harus sering berkunjung ke Amerika, ya minimal 1 bulan sekali jika selama 1 bulan kau tidak juga berkunjung maka aku akan segera mengajukan pengunduran diriku pada kampus dan-“
“Yak Oh Sehun micheosseo?”
“Ketiga, setiap aku pulang selama liburan semesterku tidak peduli betapa sibuknya kau, kau harus menghabiskan minimal 14 jam bersamaku, dan-“
“Oh Sehun” Na Ra mendesis sambil memijit pelipisnya kesal dengan permintaan Sehun yang mengada-ada.
“-keempat” Sehun masih terus mengabaikan Na Ra.
“CHUGOLLAE?’’ Na Ra tidak tahan untuk tidak berteriak.
“Kalau tidak mau ya sudah aku tinggal membatalkan semuanya, pengunduran diri dari kampus, pembatalan penerbangan semuanya SEMUANYA!” Sehun berbicara dengan nada datar yang meyakinkan, dan kerling jahil kembali terpatri di wajahnya, karena ia tahu Na Ra akan memenuhi persyaratannya.
Tanpa menunggu persetujuan Na Ra pria itu langsung membuka pintu mobil dan berteriak kencang dari rumahnya.
“MOM… DAD.. AKU AKAN PERGI KE UCLA”
Dan senyum cerah khas Oh Sehun kembali, bahkan lebih cerah dari biasanya, lebih hangat dari matahari musim gugur yang memang jarang sekali muncul di Seoul akhir-akhir ini. Gadis itu menatap punggung Sehun dari dalam mobilnya, memaki pelan tapi kemudian tersenyum.
“You always win against my cold heart Monsieur Oh”
Dan begitulah pada akhirnya Na Ra menuruti semua permintaan sahabatnya itu agar Sehun mau melanjutkan program masternya di Amerika, bagi Na Ra Sehun sudah seperti keluarga, keluarga yang harus ia bahagiakan. Sehun juga salah satu orang yang bisa meluluhkan hati Na Ra yang terkadang sedingin es.
**